Anda di halaman 1dari 19

Ikatan kimia dapat terjadi karena adanya interakasi elektronik, dalam berbagai wujud dan

mekanisme. Sehubungan dengan itu maka dikenal beberapa jenis ikatan kimia antara lain:

 Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul.
Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi.
 Sedangkan, gaya yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan
yang dinamakan ikatan kimia.
 Ikatan ini terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur elektron stabil.
 Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas mulia.

Untuk unsur yang lain mencapai kestabilannya dengan cara :

1. Unsur logam cenderung melepaskan elektron


2. Unsur nonlogam cenderung menerima electron

IKATAN KOVALEN
Ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang
berikatan.

Unsur non logam cenderung untuk menerima electron. Perhatikan electron valensi dan
keelektronegatifan unsur non logam yang tinggi.

Contoh: NH3 (N=1s2 2s2 3p3, H=1s1) maka N=+5 dan H=+1

HCl (H=, Cl=

Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi (makin
mudah menerima electron) serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan
ion.

Contoh: LiF dibandingkan HCl


Contoh:

Berdasarkan aturan oktet yang telah di ketahui maka atom hidrogen kekurangan 1 elektron
dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi stabil golongan gas
mulia. Konfigurasi stabil dapat tercapai dengan pemakaian elektron bersama. Atom hidrogen
dan atom klorin masing-masing menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan
elektron milik bersama.

Di dalam struktur Lewis untuk NaCl dan HCl, atom Cl memperoleh konfigurasi elekton atom
gas mulia. Kecenderungan atom Cl untuk menerima sebuah elektron dalam keadaan apapun
selalu sama, tetapi jika dibandingkan antara atom Na atau H, atom-atom tersebut tidak akan
melepaskan elektronnya dengan begitu saja. Untuk melepaskan elektron valensi dari Na
diperlukan energi (I1) sebesar -5,14 eV/atom yang lebih kecil dibandingkan energi yang
diperlukan untuk melepaskan elektron valensi dari H, yaitu sebesar 13,6 eV/atom. Natrium
lebih bersifat logam daripada hidrogen. Kenyataannya, hidrogen merupakan bukan logam
pada keadaan normal; hidrogen tidak memberikan elektronnya kepada atom bukan logam
lainnya. Pembentukan ikatan antara sebuah atom H dan sebuah atom Cl melibatkan
pemakaian bersama elektron yang menghasilkan ikatan kovalen.
JENIS IKATAN KOVALEN

 Berdasarkan Pembentukannya

Ikatan kovalen tunggal


Ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI.

Contoh: H2, (konfigurasi elektron H = 1 )

Ikatan kovalen rangkap dua


Ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 2 pasang PEI.

Ikatan kovalen rangkap dua dibentuk oleh atom-atom nonlogam yang menyumbangkan dua
elektron tidak berpasangan untuk berikatan sehingga memenuhi kaidah octet

IKATAN KOVALEN RANGKAP TIGA

Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI.
Ikatan kovalen rangkap tiga dibentuk oleh atom-atom nonlogam yang meyumbangkan tiga
elektron tidak berpasangan untuk berikatan sehingga memenuhi kaidah oktet.
IKATAN KOVALEN KOORDINASI

Adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan elektron yang
berasal dari salah 1 atom yang berikatan (PEB), sedangkan atom yang lain hanya menerima
pasangan elektron yang digunakan bersama.

Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda
anak panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.
Contoh 1:Terbentuknya senyawa BF3-NH3 (N=5) H=1 B=3 F=9

Rumus Lewis

PENYIMPANGAN KAIDAH OKTET

- Senyawa yang tidak mencapai aturan octet


misalnya BF3. Atom 5B memiliki konfigurasi elektron 5B: 2,3. Atom B ini memiliki tiga
elektron valensi. Distribusi elektron valensi atom B dan pembentukan ikatan pada
BF3 sebagai berikut.

Elektron yang dilingkari pada atom B hanya berjumlah enam sehingga kurang dua elektron
untuk memenuhi kaidah oktet. Jadi, senyawa BF3 tidak mengikuti kaidah oktet. Hal ini juga
berlaku untuk senyawa Boron lainnya, seperti BH3 dan BCl3.
- Senyawa dengan jumlah electron valensi ganjil
NO2 (N= 5, O=6+6)

- Senyawa dengan octet berkembang

Unsur-unsur periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan
oktetlebih dari electron pada kulit terluar (karena kulit terluarnya M, N, dsr dapat
menampung 18 elektron atau lebih.
PCl5, SF6, ClF7
Bagaimana struktur Lewis PCl5? Konfigurasi elektron atom 15P: 2, 8, 5. Atom P memiliki
elektron valensi lima. Oleh karena dalam senyawa PCl5 satu atom P mengikat lima atom Cl,
elektron valensi pada atom P harus terdistribusi pada lima posisi. Setiap atom Cl menerima
satu elektron dari atom P.

Pada atom P yang dilingkari terdapat sepuluh elektron (kelebihan dua elektron) untuk
memenuhi kaidah oktet. Jadi, senyawa PCl5 juga tidak memenuhi kaidah oktet.

Ikatan Kovalen Polar

Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEInya cenderung tertarik ke salah satu
atom yang berikatan. Dalam ikatan Polar Kovalen, elektron dibagi. Tapi BUKAN pembagian
elektron yang setara. Dalam ikatan kovalen polar, elektronnya adalah terletak lebih dekat ke
satu atom dari yang lain. Pembagian elektron yang tidak merata menghasilkan polar

Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara: atom-atom unsur yang beda
keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk molekul asimetris, mempunyai momen dipol

Contoh: H: 2.20 F: 3.98

Sifat-sifat:

1. Titik didih
Pada umumnya senyawa kovalen mempunyai titik didih yang rendah (rata-rata di bawah suhu
200 0C). Sebagai contoh Air, H2O merupakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen yang
mengikat antara atom hidrogen dan atom oksigen dalam molekul air cukup kuat, sedangkan
gaya yang mengikat antar molekul-molekul air cukup lemah. Keadaan inilah yang
menyebabkan air dalam fasa (bentuk) cair akan mudah berubah menjadi uap air bila
dipanaskan sampai sekitar 100 0C, akan tetapi pada suhu ini ikatan kovalen yang ada di
dalam molekul H2O tidak putus.

2. Volatitilitas (kemampuan untuk menguap)


Sebagian besar senyawa kovalen berupa cairan yang mudah menguap dan berupa gas.
Molekul-molekul pada senyawa kovalen yang mempunyai sifat mudah menguap sering
menghasilkan bau yang khas. Parfum dan bahan pemberi aroma merupakan senyawa kovalen
contoh dari senyawa kovalen yang mudah menguap

3. Kelarutan
Pada Umumnya senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut dalam
pelarut organik. Pelarut organik merupakan senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah,
alkohol, dan aseton. Namun ada beberapa senyawa kovalen yang dapat larut dalam air karena
terjadi reaksi dengan air (hidrasi) dan membentuk ion-ion. Misalnya, asam sulfat bila
dilarutkan ke dalam air akan membentuk ion hidrogen dan ion sulfat. Senyawa kovalen yang
dapat larut dalam air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa
kovalen yang tidak larut dalam air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen non polar.
4. Daya hantar Listrik
Pada umumnya senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat menghantar arus listrik
atau bersifat non elektrolit, kecuali senyawa kovalen polar. Hal ini disebabkan senyawa
kovalen polar mengandung ion-ion jika dilarutkan dalam air dan senyawa tersebut temasuk
senyawa elektrolit lemah. Berikut ini gambar perbedaan antara senyawa non elektrolit,
elektrolit lemah dan elektrolit kuat.

https://www.academia.edu/9891609/ikatan_kovalen
https://www.gurupendidikan.co.id/ikatan-kimia/

HIBRIDISASI

Pengertian Hibridisasi
Hibridisasi adalah serangkaian proses penggabungan orbital dari suatu atom dengan atom lain
ketika terjadinya pemaknaan ikatan kimia sehingga mencapai energi yang lebih rendah atau
kestabilan yang tinggi.

Ketika dua atom akan berikatan secara kimia, maka dua atom ini membutuhkan sebuah
orbital kosong untuk ditempati elektron dari masing masing atom tersebut sehingga setelah
berikatan maka kedua atom akan menempati orbital yang sama pada elektron valensinya.
Oleh karena itu dalam proses hibridisasi ini melibatkan konfigurasi elektron terutama pada
elektron valensi yang digunakan untuk berikatan. Untuk mempelajari tentang elektron dan
konfigurasi elektron dapat anda baca lebih lengkap pada pengertian konfigurasi elektron.

Teori Hibridisasi
Ketika suatu molekul tidak mengalami hibridisasi orbital pada pembentukan ikatannya, maka
yang teradi yaitu panjang dan sudut ikatan yang terbentuk akan berbeda beda dan tingkat
energinya pun berbeda. Akibatnya akan menghasilkan bentuk yang tak beraturan, namun
pada kenyataannya molekul kimia memiliki panjang dan sudut ikatan yang seragam serta
bentuk yang beraturan dan dapat ditentukan.

Sebagai contoh pada molekul metana (CH4) dimana atom karbon memiliki elektron valensi
sebanyak 4 yang digunakan dapat untuk berikatan dengan atom lain dan terdapat pada orbital
2s dan 2p.

Ketika karbon membentuk ikatan misalnya dengan hidrogen, secara teoritis orbital 2s dan 2p
yang memiliki tingkat energi berbeda maka akan menghasilkan ikatan dengan panjang, sudut
dan tingkat energi yang berbeda pula karena jenis orbital yang berbeda.

Namun pada kenyataannya, senyawa CH4 memiliki panjang ikatan untuk setiap ikatan C-H
yang sama, selain itu sudut ikatan yang terbentuk dan energinya pun sama menghasilkan
bentuk geometri tetrahedral. Sehingga dipastikan bahwa terjadi sesuatu yang membuat orbital
itu menghasilkan tingkat energi yang setara, karena tidak mungkin karbon dan hidrogen
berikatan dengan orbital 2s dan 2p yang berbeda menghasilkan panjang, sudut, dan energi
ikatan yang sama.

Peristiwa itu yang dinamakan hibridisasi orbital dimana orbital 2s bergabung dengan orbital
2p yang terdiri dari 3 orbital p sehingga membentuk orbital sp3 yang mampu menghasilkan
bentuk geometri molekul CH4 sebagai tetrahedral.

Macam Hibridisasi
Pada atom karbon, dapat terjadi bebera jenis hibridisasi orbital yang menghasilkan panjang
ikatan, sudut ikatan, kekuatan ikatan serta energi ikatan yang berbeda untuk tiap hibridisasi.
Materi tentang hidrokarbon juga dapat anda pelajari secara lebih lengkap pada
artikel pengertian hirdokarbon. Berikut ini merupakan jenis jenis hibridisasi orbital pada atom
karbon.
1. Hibridisasi sp3
Hibridisasi sp3 merupakan hibridisasi yang melibatkan penggabungan 1 orbital s dengan 3
orbital p yang terdiri dari px, py, dan pz menghasilkan sp3 yang dapat digunakan untuk
berikatan dengan 4 atom lain.

Hibridisasi sp3 memiliki jenis ikatan tunggal atau satu ikatan sigma dimana kekuatan ikatan
pada hibridisasi ini paling lemah diantara hibridisasi lainnya, sedangkan panjang ikatan pada
hibridisasi ini yang paling besar diantara lainnya. (kimor) Molekul dengan hibridisasi
sp3 akan menghasilkan bentuk geometri tetrahedral. Contoh hibridisasi sp3 adalah pada
molekul CH4.
2. Hibridisasi sp2
Pada hibridisasi sp2, sesuai namanya merupakan penggabungan 1 orbital s dengan 2 orbital p
sehingga terdapat 1 orbital p bebas yang tidak digunakan untuk hibridisasi. Hibridisasi
sp2 menghasilkan jenis ikatan rangkap 2 sehingga kekutan ikatannya lebih tinggi daripada
ikatan tunggal dan panjang ikatan yang dihasilkan juga lebih pendek.

Etilena yang juga merupakan senyawa hidrokarbon memiliki hibridisasi orbital sp2 dimana
antara atom C pada senyawa tersebut dihubungkan melalui ikatan rangkap 2 yang terdiri dari
satu ikatan sigma dan satu ikatan phi.

Selain mengikat karbon yang lain, karbon pada senyawa etilena juga mengikat dua atom
hidrogen dengan sudut ikatan yang sama yaitu 120. Akibatnya didapatkan bentuk geometri
berupa planar atau datar pada senyawa etilena ini.

Dalam hibridisasi ini ikatan rangkap dapat terjadi karena adanya 1 orbital p bebas yang dapat
membentuk ikatan phi dengan orbital dari atom lain. Hibridisasi sp2 akan menghasilkan
bentuk geometri planar dengan sudut ikatan 120. Contoh molekul yang memiliki hibridisasi
sp2 adalah C2H4.

3. Hibridisasi sp
Hibridisasi sp merupakan penggabungan antara 1 orbital s dengan 1 orbital p sehingga
terdapat 2 orbital p bebas yang tidak digunakan. Hibridisasi sp menghasilkan jenis ikatan
rangkap 3 karena terdapat 2 orbital p bebas yang masing masing dapat menghasilkan ikatan
phi dengan orbital atom lain sehingga secara keseluruhan hibridisasi ini memiliki 1 ikatan
sigma dan 2 ikatan phi.

Akibatnya, kekuatan ikatan menjadi kuat lebih kuat daripada dua hibridisasi lainnya dan jarak
ikatan juga paling pendek. Bentuk molekul yang dihasilkan hibridisasi sp adalah linear
dengan sudut 180. Contoh molekul dengan hibridisasi sp adalah C2H2.

Berbeda dengan kedua senyawa di atas, asetilena merupakan senyawa hirdokarbon dengan
ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 1 ikatan sigma dan 2 ikatan phi. Hal ini akibat dari
hibridisasi orbital yang merupakan hibridisasi sp sehingga menghasilkan 2 orbital p bebas.
Bentuk geometri dari senyawa ini adalah linear atau berupa garis lurus karena selain
mengikat karbon yang lain, karbon pada asetilena mengikat satu atom hidrogen lain.

Proses Terjadinya Hibridisasi


Dalam terjadinya hibridisasi melibatkan beberapa proses. Secara keseluruhan proses
hibridisasi dapat dilihat pada skema gambar berikut yang menampilkan proses atau tahapan
hibridisasi yang disertai dengan tingkat energi untuk setiap tahap dan setiap orbital.

1. Keadaan Dasar (Ground State)


Dalam keadaan dasar, semua atom memiliki konfigurasi elektron seperti pada umumnya.
Pada kondisi ini, tingkat energi dari masing masing orbital berbeda dan relatif lebih tinggi
sehingga kurang stabil.

2. Eksitasi atau Promosi Elektron


Pada tahap eksitasi atau yang juga disebut dengan promosi, salah satu elektron dari orbital 2s
akan tereksitasi menuju ke orbital kosong pada 2p karena pada orbital 2p masih terdapat 1
orbital kosong. Dengan hal tersebut, maka semua orbital yaitu 2s dan 2p terpenuhi oleh
elektron dengan masing masing terisi 1 elektron.

3. Hibridisasi
Tahap terakhir yaitu hibridisasi atau penggabungan antar orbital dimana pada sp3 maka
orbital 2s akan bergabung dengan tiga orbital 2p membentuk sp3 dan seterusnya. Dengan
adanya penggabungan tersebut maka didapatkan level energi yang lebih rendah dan setara
untuk keempat jenis orbital. Hal itulah yang menyebabkan panjang ikatan, sudut ikatan, dan
energi ikatannya sama.

Contoh Molekul dengan Hibridisasi Orbital


Adapun untuk memperjelaskanya berikut ini merupakan beragam contoh melekul dengan
hibridisasi orbital, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Metana (CH4)
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa pada senyawa metana memiliki hibridisasi
sp3 yang menyebabkan tiap ikatan C-H memiliki panjang, sudut, dan energi ikatan yang
setara. Molekul CH4 umumnya memiliki sudut ikatan 109.5 dengan bentuk geometri
tetrahedral. Hal itu merupakan hasil dari hibridisasi orbital yang terjadi pada atom karbon
tersebut.

2. Etilena (C2H4)
3. Asetilena (C2H2)
Demikian artikel tentang pengertian dan teori hibridisasi, macam, proses terjadinya, dan
contoh senyawa yang melibatkan hibridisasi orbital. Teori dasar ini sebaiknya dikuasai
terlebih dahulu sebelum belajar tentang bentuk geometri dari suatu molekul. Hal itu karena
dalam penentuan bentuk geometri suatu molekul, maka kita harus dapat menentukan
hibridisasi yang terjadi pada orbital atom yang berikatan dalam molekul tersebut.
Atom non logam cenderung untuk menerima elektronsehingga jika tiap-tiap atom non logam
berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara mempersekutukan
elektronnyadan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dipakai secara bersama.

Persamaan teori VBT dengan teori MO adalah sama – sama dapat digunakan untuk
menjelaskan ikatan kovalen.

Perbedaan teori VBT dengan teori MO adalah :

Pada teori yang pertama yaitu tentang tentang teori ikatan valensi, dijelaskan interaksi
elektron valensi atom-atom yang saling berdekatan. Pada teori ini jarak antara inti atom
adalah yang mempunyai energi terendah.

Pada teori yang kedua yakni tentang teori orbital molekul, menjelaskan orbital inti – inti
atom yang bergabung, diagram orbital, dan konfigurasi elektron dengan cara yang sama
untuk menjelaskan hal tersebut pada atom. Pada teori ini, orbital adalah gelombang elektron
pada molekul.

Anda mungkin juga menyukai