Anda di halaman 1dari 40

PERTEMUAN - 7

IKATAN PRIMER

MATA KULIAH
MATERIAL TEKNIK PRODI: TEKNIK INDUSTRI
(Materials Engineering ) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2 sks
Sirmas Munte, ST, MT
Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik yang kuat antara atom-
atom tertentu bergabung membentuk molekul atau gabungan ion-
ion sehingga keadaannya menjadi lebih stabil. Dua atom atau
lebih dapat membentuk suatu molekul melalui ikatan kimia.
Ikatan kimia terjadi karena penggabungan atom-atom, yang
membentuk molekul senyawa yang sesuai dengan aturan oktet.
Kaidah oktet adalah suatu kaidah sederhana dalam kimia yang
menyatakan bahwa atom-atom cenderung bergabung bersama
sedemikiannya tiap-tiap atom memiliki delapan elektron dalam
kelopak valensinya, membuat konfigurasi elektron atom tersebut
sama dengan konfigurasi elektron pada gas mulia.
Ikatan atom dapat dikelompokkan menjadi dua katagori,
yaitu ikatan primer dan ikatan sekunder.
Ikatan primer meliputi ikatan kovalen, ikatan ion,
dan ikatan logam.
Sedangkan ikatan sekunder meliputi ikatan-ikatan yang relative
lemah dan gaya yang bekerja pada ikatan tersebut dikenal dengan
gaya van der Waals.
IKATAN PRIMER

Ikatan primer adalah ikatan kimia dimana ikatan gata antar


atomnya relatif besar. Ikatan primer ini terdiri atas ikatan
ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

IKATAN ION

Ada beberapa definisi tentang ikatan ion, yaitu:


• Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat gaya tarik-
menarik lantara ion positif dan ion negatif.
• Ikatan ion terjadi antara unsur logam dengan unsur
nonlogam
• Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima elektron
dari satu atom ke atom yang lain.
• Ikatan ion ini sangat stabil, khususnya bila menyangkut
ion bervalensi ganda.
Ciri-ciri senyawa ionik:
• Mempunyai titik didih dan titik leleh tinggi.
• Gaya tarik menarik antarpartikel sangat kuat.
• Tidak dapat menghantarkan listrik karena ion-ion yang berada
dalam kristal sulit bergerak.

Contoh Pembentukan Ikatan Ion

Natrium tergolong unsur logam dengan energi ionisasi yang relatif


rendah. Artinya mudah melepas elektron. Di lain pihak, klorin
adalah unsur nonlogam dengan daya tarik elektron yang relatif
besar. Artinya klorin mempunyai kecenderungan besar untuk
menarik elektron. Ketika natrium direaksikan dengan klorin, klorin
akan menarik elektron dan natrium. Natrium berubah menjadi ion
positif (Na+), sedangkan klorin berubah menjadi ion negatif (Cl-).
Ion ion tersebut kemudian mengalami tarik-menarik karena gaya
Coulomb sehingga membentuk NaCl.
Dari kasus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
ikatan ion terjadi karena adanya suatu gaya
elektrostatis dan ion yang berbeda muatan (positif dan
negatif). Hal itu dapat terjadi jika antara unsur yang
direaksikan terdapat perbedaan daya tarik elektron
yang cukup besar. Satu unsur mempunyai gaya tarik
elektron yang lemah sehingga elektronnya mudah lepas
dan kedua unsur tersebut membentuk ion unsurnya.
Golongan unsur yang gaya tarik elektronnya relatif
besar adalah unsur nonlogam, sedangkan golongan
unsur yang mempunyai gaya tarik elektron relatif
lemah adalah unsur logam. Oleh karena itu, unsur
logam dengan unsur nonlogam umumnya berikatan ion
dalam senyawanya
Rumus Kimia Senyawa Ion

Sesuai dengan aturan oktet, atom natrium akan


melepas 1 elektron, sedangkan atom klorin akan
menyerap 1 elektron. Jadi, setiap 1 atom klorin
membutuhkan 1 atom natrium. Akan tetapi, tidak bisa
diartikan bahwa satu ion Na+ hanya terikat pada satu
ion Cl-. Dalam kristal NaCl, setiap atom Na+ dikelilingi
oleh 6 ion Cl- dan setiap ion Cl- dikelilingi oleh 6 ion
Na+ dalam suatu struktur tiga dimensi berbentuk kubus.
Rumus kimia NaCl adalah rumus empiris, menyatakan
bahwa perbandingan ion Na+ dan Cl- adalah 1:1.
IKATAN KOVALEN

Ada beberapa definisi tentang ikatan kovalen, yaitu:


• Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang sangat kuat
dimana gaya antar atomnya ditimbulkan dari
penggunaan bersama elektron.
• Ikatan kovalen terjadi antara unsur nonlogam dengan
unsur non logam, serta mempunyai perbedaan
elektronegatifitas yang kecil.
• Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama
elektron-elektron oleh dua atom.
• Ikatan kovalen terjadi antara unsur nonlogam dengan
unsur nonlogam.
Contoh Pembentukan Ikatan Kovalen

Pembentukan ikatan dalam molekul H2 tidak melalui


pelepasan dan penyerapan elektron. Sebagai unsur
nonlogam, atom-atom hidrogen mempunyai daya tarik
elektron yang cukup besar. Oleh karena peasangan
elektron yang terbentuk ditarik oleh kedua inti atom
hidrogen yang berikatan, kedua atom tersebut menjadi
saling terikat. Ikatan yang terbentuk dengan cara
penggunaan bersama pasangan elektron ini yang
dimaksud dengan ikatan kovalen.
Rumus Kimia Senyawa Kovalen

Dengan mengacu pada aturan oktet, kita dapat


memprediksikan rumus molekul dari senyawa yang
berikatan kovalen. Dalam hal ini, jumlah elektron yang
dipasangkan harus disamakan. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa aturan oktet tidak selalui dipatuhi,
terdapat beberapa senyawa kovalen yang melanggar
aturan oktet. Contohnya adalah ikatan antara H dan O
dalam H2O. Konfigurasi elektron H dan O adalah H
memerlukan 1 elektron dan O memerlukan 2 elektron.
Agar atom O dan H mengikuti kaidah oktet, jumlah
atom H yang diberikan harus menjadi dua, sedangkan
atom O satu, sehingga rumus molekul senyawa adalah
H2O.
Struktur Lewis atau Rumus Struktur Senyawa Kovalen

Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-


ikatan antar atom dalam suatu molekul. Struktur Lewis
digunakan untuk menggambarkan ikatan kovalen dan ikatan
kovalen koordinat. Cara atom-atom saling mengikat dalam
suatu molekul dinyatakan dengan rumus bangun atau rumus
struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis, setiap
pasangan elektron ikatan pada rumus lewis digambarkan
dengan sepotong garis.
Rumus Molekul Rumus Lewis Rumus Bangun (Rumus Struktur)

H2 H:H H-H

HCl H Cl H - Cl

H2O HO H–O
H H
Ikatan kovalen terdiri atas ikatan kovalen polar,
kovalen non polar, dan kovalen koordinasi.

a. Kovalen polar
Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa
tersebut memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan
kovalen terjadi pengutuban muatan. Ikatan kovalen
polar adalah ikatan kovalen yang Pasangan Elektron
Ikatannya (PEI) cenderung tertarik ke salah satu
atom yang berikatan. Senyawa kovalen polar
biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang beda
keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk
molekul asimetris, mempunyai momen dipol.
b. Kovalen non polar

Senyawa kovalen dikatakan non polar jika senyawa


tersebut tidak memiliki perbedaan
keelektronegatifan. Dengan demikian, pada
senyawa yang berikatan kovalen tidak terjadi
pengutuban muatan. Ikatan kovalen nonpolar adalah
ikatan kovalen yang Pasangan Elektron Ikatannya
(PEI) tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang
berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk
antara atom-atom unsur yang mempunyai beda
keelektronegatifan nol atau mempunyai momen
dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul
simetri.
Kovalen Polar Kovalen Non Polar

Larut dalam air Tidak dapat larut dalam


air
Memiliki pasangan Tidak memiliki pasangan
elektron bebas elektron bebas
Berakhir ganjil, kecuali Berakhiran genap
BX3 dan PX5
Contoh: NH3, PCl3, H2O, Contoh: F2, Cl2, Br2, I2,
HCl, HBr, SO3, N2O5, Cl2O5 O2, H2, N2, CH4, SF6, PCl5,
BCl3
c. Kovalen koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang


terbentuk dari pemakaian bersama elektron yang hanya
disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang
lainnya tidak menyumbangkan elektron. Ikatan ini dapat
terjadi jika atom penyumbang memiliki Pasangan Elektron
Bebas (PEB).
Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah ammonia (NH3)
yang bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk
senyawa NH3BCl3. Atom N dalam NH3sudah memenuhi
kaidah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas. Di
lain pihak, atom B dalam BCl3 sudah memasangkan semua
elektron valensinya, namun belum memenuhi kaidah
oktet. Dalam hal ini, atom N (dari NH3) dan atom B (dari
BCl3) dapat berikatan dengan menggunakan bersama
pasangan elektron bebas dari atom N.
IKATAN LOGAM

Ada beberapa definisi tentang ikatan logam, yaitu:


• Ikatan logam adalah suatu kekuatan utama yang menyatukan
atom-atom logam.
• Ikatan logam adalah ikatan kimia dimana gaya antar atomnya
terbentuk karena penggunaan elektron bersama-sama tetapi
tanpa memiliki arah yang tertentu.
• Ikatan logam merupakan akibat dari adanya tarik menarik
muatan positif dari logam dan muatan negatif dari elektron
yang bergerak bebas.
Ikatan logam terjadi karena adanya delokalisasi elektron.
Sebagaimana telah diketahui bahwa unsur logam mempunyai
sedikit elektron valensi sehingga kulit terluar atom logam relatif
longgar. Kejadian seperti itu memungkinkan elektron valensi
dapat berpindah-pindah. Mobilitas elektron dalam logam sangat
bebas, menyebabkan elektron dapat berpindah dari satu atom ke
atom lain, atau disebut juga delokalisasi. Elektron-elektron valensi
yang mengalami delokalisasi tersebut membentuk satu awan yang
membungkus ion-ion positif logam di dalamnya.
Perbedaan mendasar dan hal-hal lainnya mengenaik ikatan
ionik, kovalen, dan kovalen koordinasi dapat diperhatikan
dari tabel berikut ini:
Perbedaan Ion Kovalen Kovalen Koordinasi

Proses Pembentukan Serah terima elektron Penggunaan bersama Penggunaan bersama


antar atom pasangan elektron pasangan elektron yang
dimana tiap atom hanya berasal dari salah
menyumbang elektron. satu atom.
X+YaX:Y X+YaX:Y

Atom yang terlibat Logam + Nonlogam Nonlogam + Nonlogam Nonlogam + Nonlogam

Titik leleh dan titik didih Tinggi Rendah (kecuali pada Rendah
padatan kovalen seperti
intan)
Kelarutan Larut dalam air namun Sukar larut dalam air Sukar larut dalam air
sukar larut dalam pelarut namun larut dalam namun larut dalam
organik seperti aseton, pelarut organik. pelarut organik.
alkhohol, eter dan
Benzena.
Daya Hantar Listrik Lelehan dan larutannya Tidak dapat Tidak dapat
mengantarkan listrik menghantarkan listrik menghantarkan listrik
(namun ada beberapa (namun ada beberapa
larutannya yang larutannya yang
menghantarkan listrik) menghantarkan listrik)

Contoh NaCl, LiF, CaO, CaBr2, HF, H2O, PCl3, BCl3, CO2 NH4+, SO4-2, POCl3, H3NBF3,
AlCl3 SO3
IKATAN SEKUNDER (Gaya Tarik Antar Molekul)

Ikatan sekunder adalah ikatan antar molekul. Gaya


ikatan sekunder timbul dari dipol atom atau molekul.
Pada dasarnya dipol listrik timbul jika ada jarak pisah
antara bagian positif dan negatif dari sebuah atom dan
molekul. Perlu diingat bahwa gaya tarik antarmolekul
berikatan dengan sifat-sifat fisis zat, seperti titik leleh
dan titik didih. Semakin kuat gaya tarik antarmolekul,
semakin sulit untuk memutuskannya, sehingga
mengakibatkan semakin tinggi titik leleh maupun titik
didih suatu senyawa.
Gaya Dispersi / Gaya London
Gaya London atau gaya dispersi adalah gaya tarik
menarik antara molekul-molekul dalam zat yang
nonpolar. Fritz London, seorang ilmuwan Jerman
mengungkapkan teori tentang gaya ini, sehingga gaya
ini bisa disebut gaya London. Gaya London adalah gaya
dimana elektron senantiasa bergerak dalam orbital.
Perpindahan elektron dari suatu daerah ke daerah
lainnya menyebabkan suatu molekul yang secara
normal bersifat nonpolar menjadi polar sesaat,
membentuk dipol sesaat. Dipol yang terbentuk dengan
cara ini disebut dipol sesaat karena dipol ini dapat
berubah secara banyak dalam satu detik. Dipol sesaat
pada suatu molekul dapat mengimbas molekul di
sekitarnya sehingga membentuk suatu dipol terimbas.
Gaya London merupakan gaya yang relatif lemah. Zat
yng molekulnya bertarikan hanya berdasarkan gaya
London mempunyai titik leleh dan titik didih yang
rendah dibandingkan dengan zat lain yang massa
molekulnya relatif kira-kira sama. Jika molekul-
molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas
pada suhu kamar. Contohnya adalah hidrogen (H2),
nitrogen (N2), metana (CH4), gas-gas mulia seperti
helium (He), dan sebagainya.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa
faktor, antara lain kerumitan molekul dan ukuran
molekul.
Kerumitan Molekul
• Lebih banyak terdapat interaksipada molekul
kompleks dari molekul sederhana, sehingga Gaya
London lebih besar dibandingkan molekul sederhana.
• Makin besar Mr makin kuat Gaya London

Ukuran Molekul
• Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih
besar dari pada molekul berukuran kecil. Sehingga
mudah terjadi kutub listrik sesaat yang menimbulkan
Gaya London besar.
• Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya
bertambah besar, sehingga gaya londonnya juga
semakin besar.
IKATAN HIDROGEN
Suatu gaya antarmolekul yang relatif kuat terdapat
dalam senyawa hidrogen yang mempunyai
keelektronegatifan besar, yaitu fluorin (F), oksigen (O),
dan nitrogen (N). Misalnya dalam HF, H20, dan NH3. Hal
ini tercermin dari titik didih yang menyolok tinggi dari
senyawa-senyawa tersebut dibandingkan dengan
senyawa lain yang sejenis.
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh
perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam
molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya,
semakin besar ikatan hidrogen yang terbentuk.
Ikatan hidrogen memengaruhi titik didih suatu
senyawa. Semakin besar ikatan hidrogennya, semakin
tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada air (H2O),
terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya.
Akibatnya jumlah total ikatan hidrogennya lebih besar
daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki
ikatan hidrogen terbesar (karena paling tinggi
perbedaan elektronegativitasnya) sehingga titik didih
air lebih tinggi daripada asam florida.
Ikatan hidrogen yang terjadi antar molekul air, dimana
muatan parsial positif berasal dari atom H yang berasal
dari salah satu molekul air. Ikatan hidrogen dapat
terjadi inter molekul dan intra molekul. Jika ikatan
terjadi antara atom-atom dalam molekul yang sama
maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau
didalam molekul, seperti molekul H2O dengan molekul
H2O. Ikatan hidrogen, juga terbentuk pada pada antar
molekul seperti molekul NH3, CH3CH2OH dengan
molekul H2O, ikatan yang semacam ini disebut dengan
ikatan hidrogen intermolekul.
IKATAN / GAYA VAN DER WAALS

Gaya-gaya antarmolekul secara kolektif disebut juga


gaya van der Waals. Jadi, bisa dikatakan bahwa gaya
London, gaya dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol
terimbas, semuanya tergolong gaya van der Waals.
Namun demikian, ada kebiasaan untuk melakukan
pembedaan yang bertujuan untuk memperjelas gaya
antarmolekul dalam suatu zat berikut.
• Istilah gaya London atau gaya dispersi digunakan,
jika gaya antarmolekul itulah satu-satunya, yaitu
untuk zat-zat yang nonpolar. Misalnya untuk gas
mulia, hidrogen, dan nitrogen.
• Istilah gaya van der Waals digunakan untuk zat yang
mempunyai dipol-dipol selain gaya dipersi, misalnya
hidrogen klorida dan aseton.
GEOMETRI MOLEKUL

Geometri molekul berkaitan dengan susunan ruang


atom-atom dalam molekul. Molekul diatomik memiliki
geometri linear; Molekul triatomik dapat bergeometri
linear atau bengkok; Molekul tetraatomik bergeometri
planar (datar sebidang) atau piramida. Semakin banyak
atom penyusun molekul, semakin banyak pula
geometrinya.
Geometri molekul dapat ditentukan melalui percobaan.
Namun demikian, molekul-molekul sederhana dapat
diramalkan geometrinya berdasarkan pemahaman
tentang struktur elektron dalam molekul.
TEORI DOMAIN ELEKTRON

Teori domain elektron adalah suatu cara meramaikan


geometri molekul berdasarkan tolak-menolak elektron-
elektron pada kulit luar atom pusat. Domain elektron berarti
kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron,
dalam hal ini pada atom pusat. Jumlah domain elektron
ditentukan sebagai berikut.
• Satu pasangan elektron ikatan (PEI), baik ikatan tunggal,
rangkap, atau rangkap tiga, merupakan satu domain.
• Satu pasangan elektron bebas (PEB) merupakan satu
domain.
No. Senyawa Rumus Lewis Atom Pusat Jumlah
Domain
PEI PEB
Elektron

1. H 2O HOH 2 2 4
2. CO2 OCO 2 0 2
3. SO2 OSO 2 1 3
PRINSIP DASAR TEORI DOMAIN ELEKTRON

• Antara domain elektron pada kulit luar atom pusat


saling tolak-menolak, sehingga domain elektron
akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian
rupa sehingga tolak-menolak di antaranya menjadi
minimum.
• Pasangan elektron bebas mempunyai gaya tolak yang
sedikit lebih kuat daripada pasangan elektron ikatan.
Hal itu terjadi karena pasangan elektron bebas hanya
terikat pada satu atom sehingga gerakannya lebih
leluasa.
Perbedaan antara ikatan primer dan ikatan sekunder

No Ikatan Kimia Primer Ikatan Kimia Sekunder

1 Ikatan antar atom Ikatan antar molekul

Terjadi karena serah terima elektron atau pemakaian


2 Terjadi karena adanya dipol
bersama pasangan elektron

Ikatan ion dan ikatan kovalen polar dapat Kekuatan listrik yang dimiliki dipol lebih lemah
3
menghantarkan arus listrik dibanding kekuatan listrik ion

Terdiri dari Gaya Van der Waals, Gaya London, dan


4 Terdiri dari ikatan ion dan ikatan kovalen
Ikatan Hidrogen

Ikatan yang terbentuk lebih lemah dan mudah


5 Ikatan yang terbentuk lebih kuat
terputus
Teori ikatan valensi

Pada tahun 1927, teori ikatan valensi dikembangkan


atas dasar argumen bahwa sebuah ikatan kimia
terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan
menjaga dua inti atom bersama oleh karena efek
penurunan energi sistem. Pada tahun 1931, beranjak
dari teori ini, kimawan Linus Pauling mempublikasikan
jurnal ilmiah yang dianggap sebagai jurnal paling
penting dalam sejarah kimia: "On the Nature of the
Chemical Bond".
Dalam jurnal ini, berdasarkan hasil kerja Lewis dan teori
valensi ikatan Heitler dan London, dia mewakilkan enam
aturan pada ikatan elektron berpasangan:
1. Ikatan elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi
elektron tak-berpasangan pada masing-masing atom.
2. Spin-spin elektron haruslah saling berlawanan
3. Seketika dipasangkan, dua elektron tidak bisa
berpartisipasi lagi pada ikatan lainnya
4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu
persamaan gelombang untuk setiap atom.
5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang
paling rendah akan membentuk ikatan-ikatan yang paling
kuat.
6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat
bertumpang tindih paling banyaklah yang akan
membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan
cenderung berada pada arah orbital yang terkonsentrasi.
Teori orbital molekul

Teori orbital molekul (Bahasa Inggris: Molecular orbital


theory), disingkat MO. Dala teori ini menyebutkan
bahwa interaksi yang terjadi antara atom pusat dengan
ligan melibatkan interaksi elektrostatik dan interaksi
kovalen. Teori ini muncul untuk menyempurnakan teori
sebelumnya yaitu teori medan kristal.
Pada teori medan kristal menyebutkan bawa interaksi
yang terjadi antara atom pusat dengan ligan berupa
ineraksi elektrostatik saja. Padahal dari fakta
eksperimental ditemukan bahwa terdapat kompleks
dengan ligan netral namun stabil. Dan juga melakui
eksperimen resonansi spin ditemukan bahwa terdapat
pemakaian bersama sepasang elektron oleh loga dan
ligan. Hal ini berarti terdapat juga interaksi kovalen.
Teori ini meruapakan teori paling lengkap dari teori-
teori sebelumnya, namapun juga yang paling rumit.
Menggunakan kombinasi linear orbital-orbital atom
untuk membentuk orbital-orbital molekul. Semuanya
ini sering kali dibagi menjadi orbital ikat, orbital
antiikat, dan orbital bukan-ikatan. Orbital molekul
hanyalah sebuah orbital yang melibatkan beberapa inti
atom. Jika orbital ini merupakan tipe orbital yang
elektron-elektronnya memiliki lebih tinggi berada
di antara dua inti, maka orbital ini adalah orbital ikat
dan akan cenderung menjaga kedua inti bersama. Jika
elektron-elektron cenderung berada di orbital molekul
yang berada di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah
orbital antiikat dan akan melemahkan ikatan.
Perbandingan antara teori ikatan valensi dan teori orbital
molekul

Pada beberapa bidang, teori ikatan valensi lebih baik


daripada teori orbital molekul. Ketika diaplikasikan pada
molekul berelektron dua, H2, teori ikatan valensi, bahkan
dengan pendekatan Heitler-London yang paling sederhana,
memberikan pendekatan energi ikatan yang lebih dekat dan
representasi yang lebih akurat pada tingkah laku elektron
ketika ikatan kimia terbentuk dan terputus. Sebaliknya,
teori orbital molekul memprediksikan bahwa molekul
hidrogen akan berdisosiasi menjadi superposisi linear dari
hidrogen atom dan ion hidrogen positif dan negatif. Prediksi
ini tidak sesuai dengan gambaran fisik. Hal ini secara
sebagian menjelaskan mengapa kurva energi total terhadap
jarak antar atom pada metode ikatan valensi berada di atas
kurva yang menggunakan metode orbital molekul.
Konsep hibridisasi sangatlah berguna dan variabilitas
pada ikatan di kebanyakan senyawa organik sangatlah
rendah, menyebabkan teori ini masih menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kimia organik. Namun, hasil
kerja Friedrich Hund, Robert Mulliken, dan
Gerhard Herzberg menunjukkan bahwa teori orbital
molekul memberikan deskripsi yang lebih tepat pada
spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul.
Kekurangan teori ikatan valensi menjadi lebih jelas
pada molekul yang berhipervalensi (contohnya PF5)
ketika molekul ini dijelaskan tanpa menggunakan
orbital-orbital d yang sangat krusial dalam hibridisasi
ikatan yang diajukan oleh Pauling. Logam kompleks dan
senyawa yang kurang elektron (seperti diborana)
dijelaskan dengan sangat baik oleh teori orbital
molekul, walaupun penjelasan yang menggunakan teori
ikatan valensi juga telah dibuat.
Pada tahun 1930, dua metode ini saling bersaing sampai
disadari bahwa keduanya hanyalah merupakan pendekatan
pada teori yang lebih baik. Jika kita mengambil struktur
ikatan valensi yang sederhana dan menggabungkan semua
struktur kovalen dan ion yang dimungkinkan pada
sekelompok orbital atom, kita mendapatkan apa yang
disebut sebagai fungsi gelombang interaksi konfigurasi
penuh. Jika kita mengambil deskripsi orbital molekul
sederhana pada keadaan dasar dan mengkombinasikan fungsi
tersebut dengan fungsi-fungsi yang mendeskripsikan
keseluruhan kemungkinan keadaan tereksitasi yang
menggunakan orbital tak terisi dari sekelompok orbital atom
yang sama, kita juga mendapatkan fungsi gelombang
interaksi konfigurasi penuh. Terlihatlah bahwa pendekatan
orbital molekul yang sederhana terlalu menitikberatkan
pada struktur ion, sedangkan pendekatan teori valensi
ikatan yang sederhana terlalu sedikit menitikberatkan pada
struktur ion.
Sekarang kedua pendekatan tersebut dianggap sebagai
saling memenuhi, masing-masing memberikan
pandangannya sendiri terhadap masalah-masalah pada
ikatan kimia. Perhitungan modern pada kimia kuantum
biasanya dimulai dari (namun pada akhirnya menjauh)
pendekatan orbital molekul daripada pendekatan
ikatan valensi. Ini bukanlah karena pendekatan orbital
molekul lebih akurat dari pendekatan teori ikatan
valensi, melainkan karena pendekatan orbital molekul
lebih memudahkan untuk diubah menjadi perhitungan
numeris. Namun program-progam ikatan valensi yang
lebih baik juga tersedia.
Ikatan dalam rumus kimia

Bentuk atom-atom dan molekul-molekul yang 3 dimensi


sangatlah menyulitkan dalam menggunakan teknik tunggal
yang mengindikasikan orbital-orbital dan ikatan-ikatan.
Pada rumus molekul, ikatan kimia (orbital yang berikatan)
diindikasikan menggunakan beberapa metode yang bebeda.
Sebagai contoh, pada kimia organik, kimiawan biasanya
hanya peduli pada gugus fungsi molekul. Oleh karena itu,
rumus molekul etanol dapat ditulis secara konformasi, 3-
dimensi, 2-dimensi penuh (tanpa indikasi arah ikatan 3-
dimensi), 2-dimensi yang disingkat (CH3–CH2–OH),
memisahkan gugus fungsi dari bagian molekul lainnnya
(C2H5OH), atau hanya dengan konstituen atomnya saja
(C2H6O). Beberapa kimiawan juga menandai orbital-orbital
atom, sebagai contoh anion etena−4 yang dihipotesiskan
(\/C=C/\ −4) mengindikasikan kemungkinan pembentukan
ikatan.sehingga terjadi ikatan rangkap dua.
Ikatan kuat kimia

Ikatan-ikatan berikut adalah ikatan intramolekul yang


mengikat atom-atom bersama menjadi molekul. Dalam
pandangan yang sederhana dan terlokalisasikan, jumlah
elektron yang berpartisipasi dalam suatu ikatan
biasanya merupakan perkalian dari dua, empat, atau
enam. Jumlah yang berangka genap umumnya dijumpai
karena elektron akan memiliki keadaan energi yang
lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan yang
lebih canggih menunjukkan bahwa kekuatan ikatan
tidaklah selalu berupa angka bulat dan tergantung
pada distribusi elektron pada setiap atom yang terlibat
dalam sebuah ikatan.
Sebagai contohnya, karbon-karbon dalam senyawa
benzena dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5
dan dua atom dalam nitrogen monoksida NO
dihubungkan oleh ikatan 2,5. Keberadaan ikatan
rangkap empat juga diketahui dengan baik. Jenis-jenis
ikatan kuat bergantung pada perbedaan
elektronegativitas dan distribusi orbital elektron yang
tertarik pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan.
Semakin besar perbedaan elektronegativitasnya,
semakin besar elektron-elektron tersebut tertarik pada
atom yang berikat dan semakin bersifat ion pula ikatan
tersebut. Semakin kecil perbedaan
elektronegativitasnya, semakin bersifat kovalen ikatan
tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai