PENDAHULUAN
1
Dewasa ini, teknologi informasi semakin maju dan digunakan disegala bidang
apapun, salah satunya bidang pendidikan. Pendidikan berbasis IT harus sesuai dengan
kurikulum pendiidkan yang berlaku sesuai mata pelajaran masing-masing.. Terkadang dalam
penggunaan kurikulum berbasis IT salah digunakan oleh siswa-siswi tidak sesuai fungsi dan
komponennya, seperti membuka hal yang tidak penting melalui komputer atau internet pada
saat kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab ketidaksesuaian
fungsi dan komponen kurikulum pendidikan disertai dengan penggunaan IT yang disebabkan
guru dan siswa belum mengerti fungsi, komponen, dan implementasi IT dalam kaitannya
pada kurikulum pendidikan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Adapun fungsi-fungsi dari manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, karena pemberdayaan
sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang
terencana.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang
maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas
dalam mencapai tujuan.
3. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan
positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
4. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum,
kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam
memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan
setempat.
4
2.2.1 Manajemen Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan
menilai sampai mana perubahan-perubahan yang telah terjadi pada siswa.
5 hal yang mempengaruhi perencanaan dan pembuat keputusan :
Filosofis
Konten/materi
Manajemen pembelajaran
Pelatihan guru
Sistem pembelajaran.
Perencanaan adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis
tingkat pembuatan keputusan. Sebagaimana pada umumnya rumusan model perencanaan
harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini
dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu
pengetahuan yang bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan
psikologi (dalam menentukan urutan materi pelajaran).
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan
sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber
biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem
pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh
materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah,
proyek-proyek yang perlu dikerjakan.
5
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh
kepala sekolah. Selain bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di
sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun
kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun
jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-
lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan
langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang
proses belajar mengajar, (2) pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang berada diluar
ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan
belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa
dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
Peran-peran penting pada manajemen pelaksanaan kurikulum adalah:
1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran
2. Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan Bersama
3. Kepala Departemen atau Wakil Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum
6
3. Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara
penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.
4. Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan
hasil penilaian.
5. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas
kemampuan lulusan.
7
efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat
pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi,
seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa, serta masyarakat
sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain
itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum.
Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam
membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan,
yaitu:
(1) mengidentifikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
(4) memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5) merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,
(6) melakukan solusi percobaan,
(7) evaluasi.
8
4. Melemahnya kebudayaan daerah
5. Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.
Dengan demikian, sebagai dampak sistem pendidikan sentralistik, maka upaya
mewujudkan pendidikan yang dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki kebebasan
berpikir, mampu memecahkan masalah secara mandiri, bekerja dan hidup dalam kelompok
kreatif penuh inisiatif dan impati, memiliki keterampilan interpersonal yang memadai sebagai
bekal masyarakat, menjadi sangat sulit untuk di wujudkan.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan
kepada orang-orang pada level bawah (daerah). Kelebihan sistem ini adalah sebagian
keputusan dan kebijakan yang ada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa campur tangan
pemerintah pusat. Namun kekurangan dari sistem ini adalah pada daerah khusus, euforia yang
berlebihan dimana wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta
dipergunakan untuk mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi.
2. Desentralisasi Pendidikan
Sistem pendidikan yang sentralistik yang mematikan kemampuan berinovasi tentunya
tidak sesuai dengan pengembangan suatu masyarakat demokrasi terbuka. Oleh sebab itu,
desntralisasi pendidikan berarti lebih mendekatkan proses pendidikan kepada rakyat sebagai
pemilik pendidikan itu sendiri. Rakyat harus berpartisipasi di dalam pembentukan social
capital tersebut. Ikut sertanya rakyat di dalam penyelenggaraan pendidikan dalam suatu
masyarakat demokrasi berarti pula rakyat ikut membina lahirnya social capital dari suatu
bangsa.
Berdasarkan pengalaman, pelaksanaan disentralisasi yang tidak matang juga
melahirkan berbagai persoalan baru, diantaranya :
1. Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan antara daerah, antar sekolah antar
individu warga masyarakat.
2. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orang tua) menjadikan
jumlah anggaran belanja sekolah akan menurundari waktu sebelumnya,sehingga akan
menurunkan motivasi dan kreatifitas tenaga kependidikan di sekolahuntuk melakukan
pembaruan.
3. Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggaran di alokasikan untuk
menutup biaya administrasi, dan sisanya baru didistribusikan ke sekolah.
4. Kebijakan pemerintah daerah yang tidak memperioritaskan pendidikan, secara
kumulatif berpotensi akan menurunkan pendidikan.
9
5. Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahami sepenuhnya
permasalahan dan pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan
mutu pendidikan.
6. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam di karenakan perbedaan potensi
daerah yang berbeda-beda. Mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta
melahirkan kecemburuan sosial.
7. Terjadinya pemindahan borok-borok pengelolaan pendidikan dari pusat ke daerah.
Selain dampak negatif tentu saja desentralisasi pendidikan juga telah
membuktikan keberhasilan antara lain :
1. Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi dalam pengelolaan
pendidikan.
2. Mampu membangun partisifasi masyarakat sehingga melahirkan pendidikan yang
relevan, karena pendidikan benar-benar dari oleh dan untuk masyarakat.
3. Mampu menyelenggarakan pendidikan secara menfasilitasi proses belajar mengajar
yang kondusif, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas belajar siswa.
Menurut Hallinger (2011) kepemimpinan semacam ini bisa berasal dari beraneka
ragam sumber, termasuk kepala sekolah dan para penyelenggara sekolah lainnya, guru,
orangtua, dan siswa itu sendiri. Namun, sejak tahun 1980-an fokus utamanya terarah pada
kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional. Para pemimpin instruksional lazimnya
dipandang kuat dan mampu memberikan arahan, pembangun budaya, berorientasi tujuan,
baik pemimpin maupun orang yang memadukan kepakaran dengan Kharisma. Jalan menuju
10
perbaikan sekolah adalah melalui kepemimpinan instruksional kepala sekolah, sehingga
menyiapkan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin instruksional. Kepemimpinan
instruksional adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran oleh guru kepada
siswanya.
(a) figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai pemimpin
pembelajaran,
(c) sistem/struktur yang utuh dan benar. Perilaku kepala sekolah (pemimpin pembelajaran),
guru, dan karyawan berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan keefektifan
(effectiveness).
Siapapun yang ingin menjadi pemimpin pembelajaran harus memiliki 12 kompetensi sebagai
berikut:
(1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada
pembelajaran,
(3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas,
11
(7) melayani kegiatan siswa,
(10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi
pengembangan pembelajaran,
1. Menentukan visi, misi, dan strategi sekolah. Kepala sekolah dengan dibantu oleh guru dan
staf administrasi dan staf teknik sekolah menyusun visi, misi, dan rencana strategi sekolah.
a. Visi adalah apa yang diimpikan, yang ingin dicapai, apa yang ingin direalisasikan
oleh sekolah di masa yang akan datang;
b. Misi adalah apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan visi sekolah, untuk
mencapai visi sekolah harus melaksanakan proses pembelajaran, penelitian dan
pengabdian masyarakat;
c. Rencana strategi merupakan tujuan, sasaran dan aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan sekolah untuk merealisasi visi sekolah jangka waktu 3 sampai 5 tahun
mendatang.
12
2. Budaya organisasi sekolah, kepala sekolah harus mengembangkan budaya organisasi yang
menjadi pedoman dan panduan sikap dan perilaku semua civitas akademik sekolah.
3. Iklim yang kondusif, iklim organisasi adalah persepsi positif civitas akademik sekolah
mengenai apa yang terjadi secara rutin di dalam lingkungan sekolah.
4. Kurikulum, kepala sekolah harus memahami kurikulum dan mengembangkan terus-
menerus secara periodik.
5. Proses pembelajaran, sebagai pemimpin sekolah kepala sekolah harus mengembangkan
proses pembelajaran secara terus-menerus.
6. Mengembangkan fasilitas sekolah, kepala sekolah merencanakan dan melaksanakan
pengembangan fasilitas pendidikan serta mengalokasikan dana untuk itu.
7. Mengembangkan manajemen sekolah, kepala sekolah merupakan manajer puncak dasri
sekolah.
8. Peran manajerial, sebagai pemimpin dan manajer puncak sekolah, kepala sekolah
melaksanakan peran manajerial.
9. Mengembangan seumber daya manusia sekolah, salah satu tugas kepala sekolah adalah
memberdayakan guru, tenaga administrasi, dan tenaga teknis sekolah.
Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam,
dan melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan
teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk
kepentingan dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut maka perkembangan ilmu
pengetahuan selalu terkait dengan perkembangan teknologi, demikian pula sebaliknya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ciri eksponensial yaitu semakin
lama semakin cepat, karena hasil dari suatu tahap menjadi dasar dan alasan bagi tahap
selanjutnya.
Proses dan produk teknologi yang dihasilkan, tidak semuanya dapat dimanfaatkan dan
secara relevan dapat dimanfaatkan untuk pendidikan terutama untuk proses dan hasil
pembelajaran. Teknologi informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemprosesan data
seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanifulasi atau
menampilkan data dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama
komputer. Makna teknologi informasi tersebut belum menggambarkan secara langsung
kaitannya dengan sistem komunikasi, namum lebih pada pengolahan data dan informasi.
13
Sedangkan teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi
elektronika yang lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses
komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus
memenuhi kriteria komunikasi yang efektif.
Teknologi informasi dan komunikasi (tik) memilliki tiga fungsi utama yang berkaitan
dengan kurikulum, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini tik
digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran,
misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database,
membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan
sebagainya. (2) teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini
teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya
teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika,
manajemen informasi, ilmu komputer. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006
terdapat mata pelajaran tik sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua
kompetensinya. (3) teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran
(literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai
alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini
komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan
menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. Dalam hal ini posisi
teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator,
transmiter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi / TI memiliki tiga
kedudukan, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi.
14
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran
melalui TI diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik
di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui TI diprogramkan
untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi
peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan
kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama
sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang
mendukungnya.Salah satunya peran kepala sekolah sebagai intructional leadership.
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/ menekankan pada
pembelajaran. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima
kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya.
Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam,
dan melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Proses dan produk
teknologi yang dihasilkan, tidak semuanya dapat dimanfaatkan dan secara relevan dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan terutama untuk proses dan hasil pembelajaran. Teknologi
informasi dan komunikasi (tik) memilliki tiga fungsi sebagai alat (tools), sebagai ilmu
pengetahuan, dan sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy) Sebagai bagian
dari pembelajaran, teknologi / TI memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen,
komplemen, dan substitusi.
16
DAFTAR PUSTAKA
14:2, 153-168
McNeil, John D., 2006. Contemporary Curriculum In Thought and Action. Hoboken: John
17