Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan mengambil peran penting dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa saat
ini. Akan tetapi berbagai upaya yang telah pemerintah lakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan belum menunjukkan hasil yang memuaskaan. Dari Laporan UNDP menunjukkan
angka Human Development Indeks (HDI) masyarakat Indonesia yang menjadi salah satu
indikator mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain di Asia.
Kondisi rendahnya mutu pendidikan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya
kurikulum yang diterapkan.
Kurikulum adalah jantung dari pendidikan. Keberhasilan pendidikan sedikit banyak
terletak pada keberhasilan kurikulum. Dalam hal ini kurikulum mulai dari perencanaan
sampai pelaksanaan dan penilaiannya, yang berperan dalam pengambilan keputusan
mengenai kurikulum itu sendiri. Untuk itu dalam rangka menjamin keberhasilan kurikulum
diperlukan pengelolaan yang tepat dan sistematis. Pengelolaan atau manajemen kurikulum
yang terkoordinasi dengan baik akan menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan intruksional kepepimpinan pembelajaran juga
diperlukan.
Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
kepala sekolah. Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam
bebagai organisasi/institusi, namun model kepemimpinan yang dipandang cocok untuk
diterapkan di sekolah adalah Instruksional leadership atau yang dikenal sebagai
kepemimpinan pembelajaran. Sebagai Instruksional leaderaship diharapkan kepala sekolah
memfokuskan kepemimpinannya untuk menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik
melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Instruksional leadership sangat cocok
diterapkan di sekolah, karena misi utama sekolah adalah mendidik semua siswa dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa
depan yang belum diketahui dan sarat dengan tantangan-tantangan yang harus dihadapi saat
ini. Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi harus memfokuskan
pada pembelajaran (learning-focused schools), yang meliputi kurikulum, proses belajar
mengajar, dan penilaian hasil belajar.

1
Dewasa ini, teknologi informasi semakin maju dan digunakan disegala bidang
apapun, salah satunya bidang pendidikan. Pendidikan berbasis IT harus sesuai dengan
kurikulum pendiidkan yang berlaku sesuai mata pelajaran masing-masing.. Terkadang dalam
penggunaan kurikulum berbasis IT salah digunakan oleh siswa-siswi tidak sesuai fungsi dan
komponennya, seperti membuka hal yang tidak penting melalui komputer atau internet pada
saat kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab ketidaksesuaian
fungsi dan komponen kurikulum pendidikan disertai dengan penggunaan IT yang disebabkan
guru dan siswa belum mengerti fungsi, komponen, dan implementasi IT dalam kaitannya
pada kurikulum pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dasar manajemen kurikulum?


2. Bagaimana peranan kepemimpinan instruksional dalam pendidikan?
3. Bagaimana peran IT dalam implementasi kurikulum ?

1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep dasar manajemen kurikulum.


2. Untuk mengetahui peranan kepemimpinan instruksional dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui peran IT dalam implementasi kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Manajemen Kurikulum


2.1.1 Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mencakup tujuan, isi dan
bahan pengajaran serta metoda yang digunakan sebagai bahan pengajaran yang akan
diselenggarakan dalam sebuah kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan
kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama
sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang
mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan
efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah
ditentukan sebelumnya.

2.1.2 Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum


Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah
sebagai berikut:
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat
diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan
rumusan tujuan manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya
agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3. Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal,
maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan
dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat
memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5. Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.

3
Adapun fungsi-fungsi dari manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, karena pemberdayaan
sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang
terencana.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang
maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas
dalam mencapai tujuan.
3. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan
positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
4. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum,
kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam
memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan
setempat.

2.2 Ruang lingkup Manajemen Kurikulum


Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada
umumnya telah mengenal bahwa kurikulum adalah suatu cabang dari disiplin ilmu
pendidikan yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Studi ini tidak hanya membahas
tentang dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang
dilaksanakan dalam pendidikan.
Ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
(1) manajemen perencanaan,
(2) manajemen pelaksanaan kurikulum,
(3) supervisi pelaksanaan kurikulum,
(4) pemantauan dan penilaian kurikulum,
(5) perbaikan kurikulum,
(6) desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
Sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu
sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahap, bergilir, dan
berkesinambungan. Oleh sebab itu, manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan
sistem. Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur
yang saling berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu
tujuan.

4
2.2.1 Manajemen Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan
menilai sampai mana perubahan-perubahan yang telah terjadi pada siswa.
5 hal yang mempengaruhi perencanaan dan pembuat keputusan :
 Filosofis
 Konten/materi
 Manajemen pembelajaran
 Pelatihan guru
 Sistem pembelajaran.
Perencanaan adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis
tingkat pembuatan keputusan. Sebagaimana pada umumnya rumusan model perencanaan
harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini
dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu
pengetahuan yang bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan
psikologi (dalam menentukan urutan materi pelajaran).
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan
sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber
biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem
pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh
materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah,
proyek-proyek yang perlu dikerjakan.

2.2.2 Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum


Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum berkenaan dengan semua
tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang
memungkinkan terlaksana. Manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum
dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas
material, personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulum dapat terlaksana.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua:

5
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh
kepala sekolah. Selain bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di
sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun
kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun
jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-
lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan
langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang
proses belajar mengajar, (2) pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang berada diluar
ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan
belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa
dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
Peran-peran penting pada manajemen pelaksanaan kurikulum adalah:
1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran
2. Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan Bersama
3. Kepala Departemen atau Wakil Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum

2.2.3 Supervisi Pelaksanaan Kurikulum


Supervisi atau pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan
data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu
tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan
kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya.
Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang
yang ahli menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari
perencanaan sampai mengevaluasinya.
Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh
informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah.
Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi
belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
2. Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan
kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas
terhadap atasan.

6
3. Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara
penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.
4. Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan
hasil penilaian.
5. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas
kemampuan lulusan.

2.2.4 Penilaian Kurikulum


Penilaian kurikulum atau evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem
manajemen. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data
untuk penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti.
Menurut R. Ibrahim (2004) model evaluasi kurikulum secara garis besar digolongkan ke
dalam empat rumpun model, yaitu :
 Measurement, evaluasi pada dasarnya adalah pengukur siswa untuk mengungkapkan
perbedaan individual maupun kelompok.
 Congruence, evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau
congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat
sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi.
 Illumination, evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai pelaksanaan program
karena pengaruh faktor lingkungan , kebaikan-kebaikan dan kelemahan program,
serta pengaruh program terhadap terhadap perkembangan hasil belajar.
 Educational System Evaluation, evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara
performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu
deskripsi dan judgement.

2.2.5 Perbaikan Kurikulum


Kurikulum tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa berubah dan
bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi
permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang
dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada

7
efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat
pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi,
seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa, serta masyarakat
sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain
itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum.
Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam
membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan,
yaitu:
(1) mengidentifikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
(4) memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5) merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,
(6) melakukan solusi percobaan,
(7) evaluasi.

2.2.6 Sentralisasi dan Desentralisasi Kurikulum


Menurut ekonomi manajemen sentralisasi adalah memusatkan semua wewenang
kepada sejumlah kecil manager atau yang berada di suatu puncak pada sebuah struktur
organisasi.
1. Sentralisasi Pendidikan
Indonesia sebagai negara berkembang dengan berbagai kesamaan ciri sosial budayanya,
juga mengikuti sistem sentralistik yang telah lama dikembangkan pada negara berkembang.
Konsekuensinya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia serba seragam, serba keputusan
dari atas, seperti kurikulum yang seragam tanpa melihat tingkat relevansinya baik kehidupan
anak dan lingkungannya.
Dengan adanya sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena yang
memprihatinkan seperti :
1. Totaliterisme penyelenggaraan pendidikan
2. Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi,
hingga model pengembangan sekolah dan pembelajaran.
3. Keseragaman pola pembudayaan masyarakat

8
4. Melemahnya kebudayaan daerah
5. Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.
Dengan demikian, sebagai dampak sistem pendidikan sentralistik, maka upaya
mewujudkan pendidikan yang dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki kebebasan
berpikir, mampu memecahkan masalah secara mandiri, bekerja dan hidup dalam kelompok
kreatif penuh inisiatif dan impati, memiliki keterampilan interpersonal yang memadai sebagai
bekal masyarakat, menjadi sangat sulit untuk di wujudkan.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan
kepada orang-orang pada level bawah (daerah). Kelebihan sistem ini adalah sebagian
keputusan dan kebijakan yang ada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa campur tangan
pemerintah pusat. Namun kekurangan dari sistem ini adalah pada daerah khusus, euforia yang
berlebihan dimana wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta
dipergunakan untuk mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi.

2. Desentralisasi Pendidikan
Sistem pendidikan yang sentralistik yang mematikan kemampuan berinovasi tentunya
tidak sesuai dengan pengembangan suatu masyarakat demokrasi terbuka. Oleh sebab itu,
desntralisasi pendidikan berarti lebih mendekatkan proses pendidikan kepada rakyat sebagai
pemilik pendidikan itu sendiri. Rakyat harus berpartisipasi di dalam pembentukan social
capital tersebut. Ikut sertanya rakyat di dalam penyelenggaraan pendidikan dalam suatu
masyarakat demokrasi berarti pula rakyat ikut membina lahirnya social capital dari suatu
bangsa.
Berdasarkan pengalaman, pelaksanaan disentralisasi yang tidak matang juga
melahirkan berbagai persoalan baru, diantaranya :
1. Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan antara daerah, antar sekolah antar
individu warga masyarakat.
2. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orang tua) menjadikan
jumlah anggaran belanja sekolah akan menurundari waktu sebelumnya,sehingga akan
menurunkan motivasi dan kreatifitas tenaga kependidikan di sekolahuntuk melakukan
pembaruan.
3. Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggaran di alokasikan untuk
menutup biaya administrasi, dan sisanya baru didistribusikan ke sekolah.
4. Kebijakan pemerintah daerah yang tidak memperioritaskan pendidikan, secara
kumulatif berpotensi akan menurunkan pendidikan.

9
5. Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahami sepenuhnya
permasalahan dan pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan
mutu pendidikan.
6. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam di karenakan perbedaan potensi
daerah yang berbeda-beda. Mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta
melahirkan kecemburuan sosial.
7. Terjadinya pemindahan borok-borok pengelolaan pendidikan dari pusat ke daerah.
Selain dampak negatif tentu saja desentralisasi pendidikan juga telah
membuktikan keberhasilan antara lain :
1. Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi dalam pengelolaan
pendidikan.
2. Mampu membangun partisifasi masyarakat sehingga melahirkan pendidikan yang
relevan, karena pendidikan benar-benar dari oleh dan untuk masyarakat.
3. Mampu menyelenggarakan pendidikan secara menfasilitasi proses belajar mengajar
yang kondusif, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas belajar siswa.

2.3 Intructional Leadership

2.3.1 Pengertian Intructional Leadership

Kepemimpinan instruksional secara umum didefinisikan sebagai pengelolaan


kurikulum dan pengajaran oleh kepala sekolah. Istilah ini muncul sebagai hasil penelitian
yang terkait dengan gerakan sekolah efektif tahun 1980-an, yang mengungkapkan bahwa
kunci untuk menjalankan sekolah yang sukses terletak pada peran kepala sekolah. Namun,
konsep kepemimpinan instruksional baru-baru ini mengulurkan untuk memasukkan model
yang lebih terdistribusi yang menekankan didistribusikan dan berbagi pemberdayaan antara
staf sekolah, misalnya didistribusikan kepemimpinan, kepemimpinan bersama, dan
kepemimpinan transformasional.

Menurut Hallinger (2011) kepemimpinan semacam ini bisa berasal dari beraneka
ragam sumber, termasuk kepala sekolah dan para penyelenggara sekolah lainnya, guru,
orangtua, dan siswa itu sendiri. Namun, sejak tahun 1980-an fokus utamanya terarah pada
kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional. Para pemimpin instruksional lazimnya
dipandang kuat dan mampu memberikan arahan, pembangun budaya, berorientasi tujuan,
baik pemimpin maupun orang yang memadukan kepakaran dengan Kharisma. Jalan menuju

10
perbaikan sekolah adalah melalui kepemimpinan instruksional kepala sekolah, sehingga
menyiapkan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin instruksional. Kepemimpinan
instruksional adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran oleh guru kepada
siswanya.

Tujuan intruksional dapat memfasilitasi pembelajaran agar mendapat peningkatan


prestasi belajar, kepuasan belajar, motivasi belajar, kesadaran belajar siswa. Dari proses
pemodelan seorang pemimpin harus mampu memberikan layanan yang optimal untuk
mengembangkan potensi-potensi siswa.

Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran menyarankan bahwa kepemimpinan


pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh:

(a) figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai pemimpin
pembelajaran,

(b) kultur pembelajaran yang dikembangkan melalui pembangunan komunitas belajar di


sekolah, dan

(c) sistem/struktur yang utuh dan benar. Perilaku kepala sekolah (pemimpin pembelajaran),
guru, dan karyawan berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan keefektifan
(effectiveness).

Siapapun yang ingin menjadi pemimpin pembelajaran harus memiliki 12 kompetensi sebagai
berikut:

(1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada
pembelajaran,

(2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum,

(3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas,

(4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya,

(5) membangun komunitas pembelajaran,

(6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional,

11
(7) melayani kegiatan siswa,

(8) melakukan perbaikan secara terus menerus,

(9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif,

(10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi
pengembangan pembelajaran,

(11) membangun teamwork yang kompak, dan

(12) menginspirasi dan memberi contoh.

2.3.2 Kontribusi Intruksional Kepemimpinan terhadap Hasil Belajar

Pengaruh Intruksional kepemimpinan tidak langsung bekerja pada proses


pembelajaran di kelas, namun dengan kepemimpinan pembelajaran akan terbangun iklim
akademik yang positif, komunikasi yang baik antar staf, perumusan tuntunan akademik yang
tinggi, tekad untuk mencapai tujuan sekolah.

A. Kepala Sekolah sebagai Manajer


Deddy dan Taty (2009) menyatakan bahwa fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan ialah menciptakan situasi belajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-
murid dapat belajar dengan baik. Wirawan (2013) menjelaskan bahwa kepala sekolah
merupakan seorang pemimpinan sekolah dan manajer sekolah atau administrator sekolah
(school manager atau school administrator).

Fungsi daripada kepala sekolah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menentukan visi, misi, dan strategi sekolah. Kepala sekolah dengan dibantu oleh guru dan
staf administrasi dan staf teknik sekolah menyusun visi, misi, dan rencana strategi sekolah.
a. Visi adalah apa yang diimpikan, yang ingin dicapai, apa yang ingin direalisasikan
oleh sekolah di masa yang akan datang;
b. Misi adalah apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan visi sekolah, untuk
mencapai visi sekolah harus melaksanakan proses pembelajaran, penelitian dan
pengabdian masyarakat;
c. Rencana strategi merupakan tujuan, sasaran dan aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan sekolah untuk merealisasi visi sekolah jangka waktu 3 sampai 5 tahun
mendatang.

12
2. Budaya organisasi sekolah, kepala sekolah harus mengembangkan budaya organisasi yang
menjadi pedoman dan panduan sikap dan perilaku semua civitas akademik sekolah.
3. Iklim yang kondusif, iklim organisasi adalah persepsi positif civitas akademik sekolah
mengenai apa yang terjadi secara rutin di dalam lingkungan sekolah.
4. Kurikulum, kepala sekolah harus memahami kurikulum dan mengembangkan terus-
menerus secara periodik.
5. Proses pembelajaran, sebagai pemimpin sekolah kepala sekolah harus mengembangkan
proses pembelajaran secara terus-menerus.
6. Mengembangkan fasilitas sekolah, kepala sekolah merencanakan dan melaksanakan
pengembangan fasilitas pendidikan serta mengalokasikan dana untuk itu.
7. Mengembangkan manajemen sekolah, kepala sekolah merupakan manajer puncak dasri
sekolah.
8. Peran manajerial, sebagai pemimpin dan manajer puncak sekolah, kepala sekolah
melaksanakan peran manajerial.
9. Mengembangan seumber daya manusia sekolah, salah satu tugas kepala sekolah adalah
memberdayakan guru, tenaga administrasi, dan tenaga teknis sekolah.

2.4 Peran IT dalam Implementasi Kurikulum

Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam,
dan melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan
teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk
kepentingan dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut maka perkembangan ilmu
pengetahuan selalu terkait dengan perkembangan teknologi, demikian pula sebaliknya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ciri eksponensial yaitu semakin
lama semakin cepat, karena hasil dari suatu tahap menjadi dasar dan alasan bagi tahap
selanjutnya.

Proses dan produk teknologi yang dihasilkan, tidak semuanya dapat dimanfaatkan dan
secara relevan dapat dimanfaatkan untuk pendidikan terutama untuk proses dan hasil
pembelajaran. Teknologi informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemprosesan data
seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanifulasi atau
menampilkan data dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama
komputer. Makna teknologi informasi tersebut belum menggambarkan secara langsung
kaitannya dengan sistem komunikasi, namum lebih pada pengolahan data dan informasi.

13
Sedangkan teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi
elektronika yang lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses
komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus
memenuhi kriteria komunikasi yang efektif.

Teknologi informasi dan komunikasi (tik) memilliki tiga fungsi utama yang berkaitan
dengan kurikulum, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini tik
digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran,
misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database,
membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan
sebagainya. (2) teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini
teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya
teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika,
manajemen informasi, ilmu komputer. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006
terdapat mata pelajaran tik sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua
kompetensinya. (3) teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran
(literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai
alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini
komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan
menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. Dalam hal ini posisi
teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator,
transmiter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi / TI memiliki tiga
kedudukan, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi.

A. Peran tambahan (suplemen)

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai


kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran melalui TI atau tidak.
Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran melalui TI. Sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun
materi pembelajaran melalui TI berperan sebagai suplemen, para dosen /guru tentunya akan
senantiasa mendorong, mengggugah, atau menganjurkan para peserta didiknya untuk
mengakses materi pembelajaran melalui ti yang telah disediakan.

B. Fungsi pelengkap (komplemen)

14
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran
melalui TI diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik
di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui TI diprogramkan
untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) yang bersifat enrichment atau remedial bagi
peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

C. Fungsi pengganti (substitusi)

Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model


kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya adalah untuk
membantu mempermudah para maasiswa mengelola kegiatan pembelajaran/ perkuliahannya
sehingga para mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan
perkuliahannya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran
yang dapat dipilih para mahasiswa, yaitu apakah mereka akan mengikuti kegiatan
pembelajaran yang disajikan secara (1) konvensional (tatap muka) saja, atau (2) sebagian
secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui
internet. Alternatif model pembelajaran manapun yang akan dipilih oleh para mahasiswa
tidak menjadi masalah dalam penilaian. Artinya, setiap mahasiswa yang mengikuti salah satu
model penyajian materi perkuliahan akan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama.
Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara
konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model
ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama.
Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu para mahasiswa untuk
mempercepat penyelesaian perkuliahannya. Para mahasiswa yang belajar pada lembaga
pendidikan konvensional tidak perlu terlalu khawatir lagi apabila tidak dapat menghadiri
kegiatan perkuliahan secara fisik karena berbenturan dengan kepentingan lain yang tidak
dapat ditinggalkan atau ditangguhkan. Apabila lembaga pendidikan konvensional tersebut
menyajikan materi pembelajaran yang dapat diakses para mahasiswa melalui internet, maka
mahasiswa dapat mempelajari materi perkuliahan yang terlewatkan tersebut melalui internet.
Dapat terjadi demikian karena para mahasiswa diberi kebebasan mengikuti kegiatan
perkuliahan yang sebagian disajikan secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet
(model pembelajaran kedua). Di samping itu, para mahasiswa juga dimungkinkan untuk tidak
sepenuhnya menghadiri kegiatan perkuliahan secara fisik. Sebagai penggantinya, para
mahasiswa belajar melalui internet (model pembelajaran ketiga).

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan
kurikulum yang sudah dirumuskan. Proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama
sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang
mendukungnya.Salah satunya peran kepala sekolah sebagai intructional leadership.
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/ menekankan pada
pembelajaran. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima
kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya.

Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam,
dan melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Proses dan produk
teknologi yang dihasilkan, tidak semuanya dapat dimanfaatkan dan secara relevan dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan terutama untuk proses dan hasil pembelajaran. Teknologi
informasi dan komunikasi (tik) memilliki tiga fungsi sebagai alat (tools), sebagai ilmu
pengetahuan, dan sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy) Sebagai bagian
dari pembelajaran, teknologi / TI memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen,
komplemen, dan substitusi.

16
DAFTAR PUSTAKA

D. S. G. Carter & M. Burger.(1994) Curriculum Management, Instructional Leadership and

New Information Technology, School Organisation: Formerly School Organisation,

14:2, 153-168

Deddy dan Taty. (2009). Manajemen pendidikan. Bandung :Alfabeta

McNeil, John D., 2006. Contemporary Curriculum In Thought and Action. Hoboken: John

Wiley & Sons, Inc.

Usman. Husaini. (2014). Manajemen. Surabaya. Bumi Aksara

Wiwaran. (2013) Kepemimpinan. Jakarta. Rajawali Pers

17

Anda mungkin juga menyukai