KIMIA DASAR
“STOIKIOMETRI”
Disusun Oleh :
Kelompok 4
2. Rindiani (2108060018)
6. Ramlah (2108060022)
FAKULTAS KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
petunjuk, bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
Makalah ini tersusun dari berbagai sumber reverensi baik dari media cetak
maupun internet. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah yang sudah penulis kerjakan masih sangat
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik, saran serta pendapat dari Ibu Baiq Repika
Nurul Furqon, M.Si yang bersifat membangun selalu penulis harapkan dengan tujuan supaya
tugas-tugas yang selanjutnya dapat penulis kerjakan dengan lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada Ibu Baiq Repika Nurul Furqon,
M.Si yang telah memberi bimbingan dan arahan hingga tersusunnya makalah ini. Apabila ada
salah kata penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga apa yang ditulis
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
A. Kesimpulan..............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa air adalah salah satu senyawa paling sederhana dan
paling dijumpai serta paling penting. Bangsa Yunani kuno menganggap air adalah salah satu
dari empat unsur penyusun segala sesuatu (disamping, tanah, udara, dan air). Bagian terkecil
dari air adalah molekul air.
Stoikiometri berhubungan dengan hubungan kuantitatif antar unsur dalam satu senyawa
dan antar zat dalam suatu reaksi. Istilah otu berasal dari Yunani, yaitu dari kata Stoucheion,
yang berarti unsur dan metrain yang berarti mengukur. Dasar dari semua hitungan
stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan massa molekul. Oleh karena itu,
stoikiometri akan dimulai dengan membahas upaya para ahli dalam penentuan massa atom
dan massa molekul.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Hukum-Hukum Dasar Kimia?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Stoikiometri?
3. Bagaimana Konsep Massa Atom Relatif (Ar)?
4. Bagaimana Kosep Molekul Relatif (Mr)?
5. Bagaimana Stoikiometri Dalam Larutan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar kimia
2. Mengetahui lebih mendalam tentang stoikiometri yang kita temukan dalam
kehidupan
1
BAB II
PEMBAHASAN STOIKIOMETRI
Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari materi yang
meliputi susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi.
Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah melahirkan hukum-hukum
dasar kimia yang menunjukkan hubungan kuantitatif atau yang disebut stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahas Yunani, yaitu stoicheon yeng berarti unsur dan metrain yang
berarti mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Hukum-hukum kimia dasar tersebut
adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda,
dan hukum perbandingan volume. Hukum-hukum kimia dasar itu merupakan pijakan kita
dalam mempelajari dan mengembangkan kimia selanjutnya.
Persamaan reaksi harus disetarakan dengan cara menuliskan koefisien di depan rumus
zat dan zat hasil reaksinya. Penulisan persamaan reaksi harus menyatakan hubungan
kuantitatif antara zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
Hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia pertama kali dikemukakan oleh Antonie
Laurent Lavoisier (1743-1794), yaitu :
“Dalam setiap reaksi kimia jumlah massa zat-zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi
adalah sama”.
Contoh Soal:
Diketahui sebuah reaksi antara gas nitrogen dan hidrogen sebagai berikut.
Gas nitrogen dengan massa 10gram bereaksi sempurna dengan gas hidrogen dengan massa
sejumlah X. Reaksi tersebut kemudian menghasilkan amonia dengan massa 18gram.
Berapakah massa gas hidrogen pada awal reaksi?
Pembahasan:
Hukum perbandingan tetap dikemukakan oleh Joseph Proust pada tahun 1799, yaitu:
“Perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap, sekali pun dibuat
dengan cara yang berbeda”.
Contoh Soal :
Diketahui, besi (Fe) dan belerang (S) yang menyusun senyawa besi sulfida (FeS)
memiliki perbandingan massa sebanyak 7:4. Diperlukan 28gram besi (Fe) untuk menyusun
senyawa besi sulfida (FeS) tanpa ada sisa reaktan, maka hitunglah massa belerang (S) yang
diperlukan?.
Pembahasan :
Massa belerang (S) = (Belerang (S) : Besi (Fe)) x Massa besi (Fe)
Massa (S) = (4:7) x 28 gram
Massa (S) = 4 x 4 gram
3
Massa (S) = 16gram.
Jadi, massa belerang yang diperlukan untuk menyusun senyawa besi sulfida (FeS)
tersebut adalah 16gram.
Hukum perbandingan berganda dikemukakan oleh John Dalton pada tahun 1804,
yaitu:
“ Apabila dua unsur dapat membentuk atau menyusun lebih dari satu senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu dalam senyawa-senyawanya tersebut merupakan
bilangan bulat sederhana jika massa unsur yang lainnya dibuat tetap”.
Contoh Soal :
Dua buah senyawa oksida nitrogen (NxOy) yang tersusun atas unsur oksigen dan
nitrogen dengan komposisi sebagai berikut :
Pembahasan :
Untuk menentukan perbandingan massa oksigen pada kedua senyawa tersebut, cukup
melihat massa oksigen yang diketahui. Karena massa nitrogennya sudah sama.
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut :
16gr : 48gr
1 : 3
Jadi, perbandingan massa oksigen pada senyawa I dan II adalah 1:3.
4
Hukum perbandingan volume dikemukakan oleh Joseph Louis Gay Lussac (1788-
1850), yaitu :
“Volume gas-gas yang bereaksi dan gas-gas hasil reaksi, bila diukur pada suhu dan
tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan yang bulat dan sederhana”.
Contoh Soal :
Tentukan banyaknya volume gas hidrogen yang bereaksi dengan 16liter gas oksigen
dan menghasilkan uap air.
Pembahasan :
Bilangan avogadro adalah jumlah partikel yang menyatakan 1 mol suatu zat. Nilainya
sebesar 6,02 x 1023/mol.
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah partikel yang sama pula”.
5
Rumus : V/n = Konstan
V1/n1 = V2/n2
Keterangan :
V = Volume gas (m3)
n = Banyaknya mol di dalam suatu gas (mol)
Contoh Soal :
Pada tekanan dan suhu yang sama, diketahui sebuah persamaan reaksi seperti berikut :
Tentukan berapa perbandingan jumlah volume gas yang terlibat dalam reaksi tersebut!.
Pembahasan :
2 : 3 = 2
b). Dikarenakan perbandingan jumlah volume dam mol suatu gas pada tekanan dan suhu
yang sama bersifat sama pula, maka
2 : 3 = 2
Jadi, perbandingan jumlah volume gas yang terlibat dalam reaksi tersebut sama dengan
perbandingan jumlah molnya.
B. Jenis-Jenis Stoikiometri
1. Stoikiometri Reaksi
Stoikiometri reaksi adalah membahas tentang hubungan kuantitatif antara zat yang
terlibat dalam suatu reaksi. Stoikiometri reaksi sering digunakan untuk menyetarakan
persamaan reaksi.
6
2. Stoikiometri Komposisi
3. Stoikiometri Gas
Stoikiometri gas adalah jenis stoikiometri yang berkaitan dengan reaksi kimia yang
melibatkan gas, dimana gas pada suhu, tekanan dan volume tertentu dianggap sebagai
gas ideal.
Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa rata-rata suatu atom unsur
terhadap 1/12 massa satu atom isotop C-12. Isotop atom 12 sma (1 sma = 1,6605655 x 10-23).
Secara matematis, rumus massa atom relatif adalah sebagai berikut.
Massaatom rata−rata X
Ar X = 1
massa atomC−12
12
Contoh Soal :
Jika diketahui massa 1 atom oksigen adalah 2,70 x 10-23 g. Berapakah massa atom relatif atom
O jika massa atom karbon adalah 1,99 x 10-23 g?
Pembahasan :
Massa 1atom O
Ar O = 1
massa1 atom C−12
12
2,70 x 10−23
= 1 x 1,99 x 10−23
12 ¿
¿
= 16,283
Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-rata isotop tersebut. Sebagai
contoh, di alam terdapat 35Cl dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl :
Massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul
senyawa terhadap 1/12 massa satu atom isotop C-12.
Secara matematis, untuk mencari massa molekul relatif (Mr) adalah sebagai berikut.
Contoh Soal :
Hitunglah nilai yang terkandung dalam massa molekul relatif (Mr) dari senyawa Ca(OH)2 (Ar
Ca=40, O=16, H=1)?.
Pembahasan :
1 atom Ca
2 atom O
2 atom H
Mr Ca(OH)2 = (1 x Ar Ca) + (2 x Ar O) + (2 x Ar H)
Mr Ca(OH)2 = 40 + 32 + 2
Mr Ca(OH)2 = 74
Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan jumlah atom unsur yang
membentuk suatu senyawa. Rumus empiris dari suatu senyawa dicari perbandingan mol yang
paling sederhana atau bisa dikatakan perbandingan mol yang tidak dapat disederhanakan lagi.
Contoh : Senyawa Asam Karbonat dilambangkan dengan rumus kimia C6H8O6 terdiri dari 6
atom karbon, 8 atom hidrogen dan 6 atom oksigen. Perbandingan jumlah atom dari masing-
masing unsur adalah C : H : O = 6 : 8 : 6. Perbandingan ini dapat disederhanakan lagi, yaitu
dibagi dengan 2 sehingga dapat perbandingan baru C : H : O = 3 : 4 : 3. Perbandingannya
sudah tidak dapat disederhanakan lagi. Dengan demikian, rumus empirisnya adalah : C3H4O3.
B. Rumus Molekul
Rumus molekul adalah rumus menyatakan jumlah atom unsur yang sesungguhnya
dari suatu senyawa. Rumus molekul menyatakan n kelipatan dari rumus empiris. Contoh :
Jika diketahui rumus empiris suatu senyawa C3H4O3 dan massa molekul relatif adalah 176.
Jawab: Rumus Empiris : C3H4O3 , Mr C3H4O3 =88 , Mr Molekul = 176.
n =Mr Molekul/ Mr C3H4O3 , n =176 /88 , n =2. Jadi rumus molekulnya (C3H4O3 ) = C6H8O6.
4. Molaritas
Molaritas adalah salah satu ukuran kelarutan yang menyatakan jumlah mol suatu
zat per volume larutan. Molaritas ini dilambangkan dengan huruf “M” dengan satuannya
molar atau M yang setara dengan mol/liter.
n
Rumus : M =
V
Keterangan :
M : molaritas zat (mol / liter atau molar)
n : mol suatu zat ( mol )
V : volume larutan ( L )
Untuk mendapatkan nilai mol, menghitungnya terlebih dahulu. Caranya dengan membagi
antara gram dengan massa molekul relatif zat.
gram
Rumus : n =
Mr
Keterangan :
n : mol suatu zat ( mol )
gram : massa suatu zat ( g )
Mr : massa molekul relatif suatu zat ( gram/mol )
Contoh Soal :
Suatu larutan urea (Co(NH2)2) berukuran 0,25liter dilarutkan dalam air sebanyak 3gram.
Massa molekul relatifnya sebesar 60gram/mol. Hitunglah molaritas dari zat tersebut!.
Pembahasan :
Reaksi kimia adalah reaksi perubahan dari zat pereaksi (reaktan) menjadi zat hasil
reaksi (produk). Reaksi kimia terdiri dari reaksi pembakaran, pembentukan, penguraian dan
penetralan. Reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh jenis reaktan maupun produknya.
Persamaan hubungan kuantitatif antara reaktan dan produk disebut sebagai persamaan reaksi.
Contoh : N2 + 3H2 → 2NH3
10
Suatu reaksi kimia dikatakan setara jika jumlah atom zat pereaksi ( reaktan ) sama
dengan jumlah atom zat hasil reaksi ( produk ). Penyetaraan reaksi dapat dilakukan dengan
menyamakan jumlah atom antara reaktan dan produk, contohnya sebagai berikut.
H2 + O2 → H2O
Hasil Penyetaraan :
2H2 + O2 → 2H2O
Senyawa kimia identik dengan rumus-rumus kimia yang dinyatakan dengan unsur-
unsur tertentu, setiap unsur memiliki massa berbeda-beda. Untuk menghitung persentase
massa unsur, gunakan persamaan berikut :
Contoh Soal :
Diketahui massa atom relatif ( Ar ) dari H = 1, C = 2, O = 16. Tentukan persentase massa
unsur C dalam senyawa glukosa ( C6H12O6)!
Pembahasan :
6 x Ar C
% massa unsur C = × 100%
Mr C 6 H 12 O 6
6 x 12
= × 100%
180
= 40%
Jadi, persentase massa unsur C di dalam glukosa adalah 40%.
Volume molar menunjukkan volume 1 mol gas pada suhu dan tekanan tertentu.
Pada kondisi standar ( suhu 0°C dan tekanan 1 atm), volume molar gas bernilai 22,4L. Secara
sistematis, dirumuskan sebagai berikut :
Contoh Soal :
Pembahasan :
Pada kondisi STP ( standar ), volume molar gas O2 dirumuskan sebagai berikut.
= 2 x 22,4L
= 44,8L
Jadi, volume molar O2 pada kondisi STP adalah 44,8L.
P.V = n. R . T
12
Keterangan:
P : tekanan gas ( atm )
V : volume gas ( L )
n : mol gas ( mol )
R : 0,082L atm/mol K
T : suhu mutlak (K)
Contoh Soal :
Hitung volume 14 gram gas nitrogen yang memiliki temperatur 25 celcius dengan tekanan
0,75 atm.
Diketahui :
P = 0,75 atm
m = 14 gram
Mr Nitrogen = 28 T
= 25 + 273 = 298K
Pembahasan :
m
n=
Mr
14
n= = 0,5 mol
28
Mencari Volume Gas Ideal Nitrogen
P.V = n . R . T
nRT
V=
P
( 0,5 mol ) x ( 0,082 L atm mol−1 K−1 ) x ( 298 )
V=
0,75 atm
V = 16,3liter
Jadi, volume gas ideal nitrogen adalah 16,3liter.
13
1. Pereaksi Pembatas
Pereaksi pembatas adalah pereaksi yang terdapat dalam jumlah relatif kecil (dalam
hubungan stoikiometrisnya). Pereaksi pembatas akan lebih habis bereaksi, sedang pereaksi-
pereaksi yang lain akan meninggalkan sisa.
Contoh Soal :
Jika 8gram metana dibakar dengan 16gram gas oksigen menurut reaksi berikut ini.
Tentukan senyawa yang menjadi pereaksi pembatas! (Ar C = 12, O = 16, dan H = 1)
Pembahasan :
gram 8 gr
Mol CH4 = = = 0,5 mol
Mr 16 gr /mol
Massa molekul relatif O2
Mr O2 = 2 x 16 = 32
gram 16 gr
Jumlah mol O2 = = = 0,5 mol
Mr 32 gr /mol
14
Selanjutnya, bagi mol reaktan dengan koefisien masing – masing. Koefisien dilihat
dari persamaan reaksi yang sudah setara, yaitu, terlihat bahwa koefisien CH4 = 1 dan
koefisien O2 = 2, sehingga diperoleh :
0,5
CH4 = = 0,5
1
0,5
O2 = = 0,25
2
Dari hasil perhitungan diatas, nilai yang lebih kecil adalah 0,25 sehingga yang
menjadi pereaksi pembatasnya adalah O2.
2. Fraksi Mol
Contoh Soal :
Sebuah larutan terdiri dari 3 mol zat A, 3 mol zat B, dan 4 mol zat C. Hitung fraksi mol dari
masing-masing zat tersebut!.
15
Pembahasan :
nA 3
XA = = = 0,3
nA+ nB+nC 3+3+4
nB 3
XB = = = 0,3
nA+ nB+nC 3+3+4
nC 4
XC = = = 0,4
nA+ nB+nC 3+3+4
XA + XB + XC = 1
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Brady, E.J. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, Raymond . 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Keenan, C. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Ompu, Marlan . 2002. Kimia SPMB. Bandung : Yrama Widya.
Syukri, S . 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB.
http : //www.google.co.id/stoikiometri ( diakses pada tanggal 20 september 2021 )
18