Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas Hukum-hukum dasar kimia.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum dasar kimia. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwadi dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Kekekalan Massa?
2. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Perbandingan Tetap?
3. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Kelipatan Perbandingan?
4. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Perbandingan
5. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Avogadro?
6. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Boyle?
7. Bagaimana proses ditemukannya Hukum Gas Ideal?
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam system tertutup, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi kimia
adalah tetap
v
bahwa bila zat terbakar atau membentuk oksida, maka dari zat itu akan keluar apa
yang disebut flogiston, sehingga massa oksida zat itu lebih ringan dari zat itu
sendiri. Pengamatan Lavosier menunjukan bahwa massa oksida logam lebih besar
daripada massa logamnya.
Berdasarkan kenyataan ini Lavosier menunjukan adanya suatu zat di udara
yang berupa gas yang dapat membentuk oksida dengan logam-logam. Zat tersebut
disebut sebagai OKSIGEN yang berarti membentuk oksida.
Contoh
Magnesium + Oksigen = Magnesium oksida
4,8 gram 3,2 gram 8,0 gram
Berikut ini contoh reaksi kimia yang berkaitan dengan Hukum Kekekalan Massa
(Hukum Lavoiser) :
Tabel 1. Massa zat-zat pereaksi dan hasil reaksi
No Pereaksi I Pereaksi II Hasil Reaksi
vi
Perbandingan massa unsur-unsur yang membentuk senyawa
tertentu yang murni, adalah tetap
Apabila dua buah unsur direaksikan dan salah satu diantaranya dalam jumlah
yang berlebihan, maka jumlah unsur yang berlebihan dari yang diperlukan untuk
membentuk senyawa, tidak akan bereaksi.
1 8 9 0
2 8 9 1 gram hidrogen
1 9 9 1 gram oksigen
2 16 18 0
vii
Senyawa Non Stoikiometrik
viii
Nitrogen monoksida 0,875 1,00 1,875
ix
hidrogen dan oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata perbandingan
volume hidrogen dan oksigen yang terbentuk 2 : 1. Pada tahun 1808 Joseph
Louis Gay-Lussac (1778-1850) berhasil mengukur volume uap air yang
terbentuk, sehingga dipeoleh perbandingan volue hidrogen : oksigen : uap
air = 2 : 1 : 2
Gas hidrogen +gas oksigen uap air
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)
Perbandingan tersebut berupa bilangan bulat berupa bilangan bulat
sederhana. Berdasrkan hasil percobaan ini, Gay-Lussac menyimpulkan
bahwa :
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas yang bereaksi
dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan
bulat sederhana.
x
Silberberg, 2000). Mari kita lihat bagaimana hipotesis Avogadro dapat
menjelaskan hukum perbandingan volume dan sekaligus dapat menentukan
rumus molekul berbagai unsur dan senyawa.
Contoh : Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperature dan
tekanan tetap, dimana 35 liter oksigen beratnya 40 gram (Mr C4H10 = 58; Ar O
= 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29/54 = 0,5 mol
Mol O2 = 40/32 = 1,25 mol
½ mol C4H10 = 0,5/1,25 x 35 = 14 liter
1. Sejarah Penemuan Hukum Avogadro
Untuk menjelaskan hukum Gay-Lussac maka pada tahun 1811
Amadeo Avogadro (1776-1956) dari Italia mengajukan yang kemudian di
sebut teori avogadro. Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu
reaksi merupakan bilangan sederhana? Banyak ahli termasuk Dalton dan
Gay Lussac gagal menjelaskan hukum perbandingan volume yang
ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena ia
menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik). Pada
tahun 1811, Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac.
Menurut Avogadro, partikel unsur tidak selalu berupa atom tunggal
(monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik).
Para ahli fisika abad ke-19 tidak memiliki pengetahuan mengenai
masa molekul atau atom dan ukurannya sampai pergantian abad ke-20,
setelah penemuan elektron oleh ahli fisika Amerika, Robert Andrews
Millikan, yang menentukan dengan hati-hati muatannya. Penentuan ini,
akhirnya, menunjukkan angka avogadro tersebut secara akurat, bahwa
jumlah molekul dalam jumlah bahan yang sama beratnya sama dengan
molekulnya.
2. Penjelasan Hukum Avogadro
Hukum ini ditemukan oleh Amadeo Avogadro pada tahun 1811.
Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa dua sampel gas ideal dengan
volume, suhu, dan tekanan yang sama, maka akan mengandung molekul
yang jumlahnya sama. Contohnya adalah, ketika hidrogen dan nitrogen
dengan volume yang sama mengandung jumlah molekul yang sama ketika
xi
mereka berada pada suhu dan tekanan yang sama. Avogadro menyebut
partikel sebagai molekul.
Untuk suatu massa dari gas ideal, volume dan mol gas secara langsung
akan proporsional jika suhu dan tekanannya konstan. Persamaan tersebut
dapat ditulis sebagai berikut:
atau
Dimana:
a. V adalah volume gas
b. n adalah jumlah zat dari gas (dalam satuan mol)
c. k adalah konstanta yang sama dengan RT/P, di mana R adalah
konstanta gas universal, T adalah suhu Kelvin, dan P adalah tekanan.
Sebagai suhu dan tekanan yang konstan, RT/P juga konstan dan
disebut sebagai k. Ini berasal dari hukum gas ideal.
Hukum ini menjelaskan bagaimana dalam kondisi suhu, tekanan, dan
volume gas yang sama pasti mengandung jumlah molekul yang sama.
Untuk membandingkan substansi yang sama di bawah dua set yang
kondisinya berbeda, hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana:
a. V adalah volume gas
b. n adalah jumlah zat gas
c. k adalah konstanta
Ketetapan yang paling terlihat dari hukum Avogadro adalah pada
konstanta gas ideal memiliki nilai yang sama untuk semua jenis gas. Yang
dirumuskan sebagai berikut:
xii
Dimana:
a. p adalah tekanan gas
b. T adalah temperatur gas dalam Kelvin
Satu mol adalah jumlah zat yang mangandung partikel (atom,
molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan
nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Jumlah atom yang terdapat dalam 12
gram karbon-12 sebanyak 6,02×1023 atom C-12. Tetapan ini disebut tetapan
Avogadro. Tetapan Avogadro (L) = 6,02×1023 partikel/mol. Tetapan
avogadro adalah jumlah molekul yang terdapat dalam satu mol atau berat
gram molekul dari bahan apapun.
xiii
Pada tahun 1661 Boyle menghidupkan kembali ajaran Demokritos. Ia
mengungkapkandalam bukunya yang berjudul The Sceptical Chymist (Ahli
Kimia Yang Sangsi). Dalam bukunya itu Boyle menyerang ajaran Aristoteles dan
Paracelsus. Ia mencela Aristoteles yangmemandang benda dari segi forma dan
kualitas. Boyle menyatakan bahwa semua bendaterdiri dari atom, Adanya zat
yang beraneka ragam disebabkan karena jumlah atom,kedudukan atom, gerak
atom, dan susunan atom. Karena jasa Boyle, ilmu fisika dan kimia diluruskan ke
jalur yang benar.
P1.V1 = P2.V2
Contoh :
1 mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5 atm 1 mol gas
H2 dengan volume 30 liter. Pada temperatur yang sama dengan CO2, berapa
tekananya?
Jawab: Dik : P1 = 1,5 atm
V1 = 10 liter
V2 = 30 liter
Dit : P2
Peny : P1.V1 = P2.V2
1.5 x 10 = P2 x 30
P2 = 0,5 atm
2.7 Hukum Gas Ideal (1834)
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan
membahas hubungan antaravolume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal
maupun dalam gas nyata, dan teorikinetik molekular gas, dan tidak secara
langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang perubahan fisika, dan reaksi
kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur
molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku
gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan
sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
xiv
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak
diwadahi,volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan
menjadi tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas
akanmengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas.
Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya
berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan
memenuhi ruang tidak peduliberapapunsuhunya. Yang akan berubah adalah
tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer,
sedangkan alat pengukur tekanan atmosfer adalah barometer yang diciptakan
oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan =
gaya/luas. Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2 , dan satuan
tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering
digunakanuntuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia. Fakta bahwa
volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad XVII oleh
Torricelli dan filsuf/saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamati
bahwa dengan mengenakan tekanandengan sejumlah volume tertentu merkuri,
volume gas, yang terjebak dalam tabung gelasyang tertutup di salah satu
ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan
lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada
waktu itu, dania mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan
mengembang. Setelah iamelakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan
xv
persamaan untuk menggambarkanhubungan antara volume V dan tekanan P gas.
Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = K (suatu tetapan)
V = RTn/P
atau
PV = nRT
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas
ideal atau lebih sederhana persamaan gas ideal. Nilai R bila n = 1 disebut dengan
konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R
beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R =
8,2056 x 10−2 dm3 atm mol−1 K −1 . Kini, nilai R = 8,3145 J mol−1 K −1 lebih sering
digunakan.
PV = n.R.T
Keterangan: V = Volume
P = Tekanan
n = mol
R = Konstanta (0,082)
T = Temperatur
Contoh:
Hitung volume 1 mol gas pada keadaan standar (0◦C pada tekanan 1 atm = 273
K)
xvi
Jawab : PV = n.R.T
1 x V = 1 x 0,082 x 273
V = 22,4
xvii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Hukum- hukum dasar kimia seperti yang dibahas di atas mempunyai peranan
yang penting dalam ilmu kimia yaitu sebagai pondasi atau dasar dari segala
penghitungan rumuskimia yang kita gunakan sehari-hari. Hukum–hukum
tersebut antara lain; Hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap,
hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume, hukum
kesamaan gas, hukum boyle dan hukum gas ideal.
2. Hukum kekalan massa dikemukakan oleh Antonie Lavoiser pada tahun 1789
menyatakan bahwa Massa sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Dengan
kata lain, hukumini menyatakan bahwa dalam reaksi kimia, suatu materi tidak
dapat diciptakan ataupun dimusnahkan.
3. Hukum perbandingan tetap dikemukan oleh Joseph Proust pada tahun 1799,
(Joseph Louis Proust, 1754-1826) menyatakan bahwa Perbandingan massa
unsur-unsur dalam senyawa adalah selalu tetap walaupun berasal dari daerah
yang berbeda dan dibentuk dengancara yang berbeda. Dengan kata lain setiap
sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
4. Hukum perbandingan berganda dikemukakan oleh John Dalton (1766–1844)
menyatakan bahwa “Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa,
maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan
jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah
dan tetap.”
5. Hukum Perbandingan Volume yang dikemukakan oleh Gay Lussac
menyatakan bahwa “Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama,
perbandingan volume gas-gas pereaksi dengan gas-gas hasil reaksi merupakan
bilangan bulat dan sederhana”. Dengan kata lain “Pada kondisi temperatur dan
tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas sama dengan perbandingan
koefisien dalam reaksi yang sama”
6. Hukum kesamaan gas yang dikemukakan oleh Amedeo Avogrado menyatakan
bahwa “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang
sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Pernyataan ini dapat
dirumuskan dengan P1V1=P2V2.
xviii
7. Hukum Boyle adalah hukum gas yang dikemukakan oleh Boyle menyatakan
bahwa bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik
dengan tekananya. Pernyataan diatas dapat dirumuskan dengan P = 1/V
sedangkan V = 1/P
8. Hukum gas ideal (1834) merupakan penggabungan antara hukum boyle dan
hukumGay Lussac. Sehingga kedua hukum tersebut dapat dirumuskan V =
RTn/P atau PV = nRT dengan keterangan V menyatakan Volume, P
menyatakan Tekanan, n menyatakan mol, R menyatakan Konstanta (0,082),
dan T menyatakan Temperatur.
xix
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : Penerbit dan percetakan Universitas Sumatra
Utara
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar dan Konsep– Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Erlanga
Program Studi Pendidikan Kimia. 2009. Sejarah Kimia Bahan Ajar. Lampung :
Universitas Lampung
Purwoko, Agus Abhr. 2006. Kimia Dasar Jilid I. Mataram : Mataram University Press
Urip, Kalteng. 2012. ”Ringkasan Hukum– Hukum Dasar dalam Kimia” diunduh 30
September 2018, dari http://urip.wordpress.com/2012/10/22/ringkasan-
hukum-hukum-dasar-dalam-kimia/
Utami, Budi. 2011. “Hukum-hukum Dasar Kimia (Hipotesis Avogadro) dan Konsep
Mol” diunduh 30 September 2018, dari http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/hukum-hukum-dasar-kimia-hipotesis-
avogadro-dan-konsep-mol/.
xx