Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan dengan judul Sistem Periodik Unsur yang bertujuan
untuk mempelajari daya oksidasi halogen terhadap ion besi (II) dan daya
pereduksi terhadap ion besi (III). Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metode analisa kualitatif yaitu dengan mengamati kereaktifan logam alkali
dan alkali tanah terhadap air dan perubahan yang terjadi setelah direaksikan
dengan ion besi (II) dan ion besi (III). Hasil yang didapatkan dari percobaan ini
adalah terjadinya reaksi hebat berupa ledakan saat logam alkali bersinggungan
dengan air. Namun pada logam Mg jika direaksikan dengan air harus berbentuk
senyawa MgO agar dapat dibentuk basa Mg(OH)2. Kesimpulan dari percobaan ini
adalah logam alkali lebih reaktif daripada logam alkali tanah.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem periodik adalah suatu tabel yang berisikan identitas unsur-unsur
yang disusun secara berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan
kemiripan sifat-sifat unsurnya. Usaha pengelompokkan unsur-unsur berdasarkan
kesamaannya dilakukan agar unsur-unsur tersebut mudah untuk dipelajari.
Perkembangan sistem periodik klasik dimulai pada tahap pengelompokkan logam
dan non logam. Ketika ilmu kimia lahir, para ilmuwan Arab dan Persia membagi
unsur-unsur menjadi dua kelomok, yaitu lugham (logam) dan laysa lugham (non
logam). Pengelompokkan unsur-unsur pada tahap ini berlangsung hingga abad ke19.
Dimitri Ivannovich Mendeleyeev tahun 1869 menyusun sistem periodik
unsur dengan cara menempatkan unsur-unsur ke dalam bentuk lajur vertikal (yang
memiliki sifat mirip) dan lajur horizontal (berdasarkan kenaikkan massa atom
relatifnya). Sayangnya sistem ini menempatkan beberapa unsur tidak sesuai
dengan kenaikkan massa atom relatifnya, dan juga masih banyak unsur yang
belum dikenal. Keunggulan Teori Periodik Mendeleyeev ini adalah ia berani
mengosongkan beberapa tempat dengan keyakinan bahwa masih ada unsur yang
belum dikenal.
Perkembangan sistem periodik modern dimulai pada tahun 1914 oleh
Henry G. J Mooseley. Menurut Mooseley, urutan unsur dalam tabel periodik
sesuai dengan kenaikkan nomor atom. Ia juga menemukan kesalahan dalam tebel
periodik Mendeleyeev, yaitu pada unsur yang terbalik letaknya.
Sistem periodik modern dikenal juga dengan sistem periodik bentuk
panjang yang disusun berdasarkan kenaikkan nomor atom dan kemiripan sifat
unsurnya. Jumlah golongan dalam sistem periodik ada 8 dan ditandai dengan
angka romawi. Ada 2 golongan besar dalam sistem periodik, yaitu golongan A
(golongan utama, IA-VIIIA) dan golongan B (golongan transisi yang terletak
antara golongan IIA dan IIIA

1.2 Tujuan Pecobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari daya
oksidasi halogen terhadap ion besi (II) dan daya pereduksi terhadap ion besi (III).
1.3 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah pratikan dapat mempelajari
daya oksidasi halogen terhadap ion besi (II) dan daya pereduksi terhadap ion besi
(III).

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dimitri Ivannovich Mendeleyeev tahun 1869 menyusun sistem periodik
unsur dengan cara menempatkan unsur-unsur ke dalam bentuk lajur vertikal (yang
memiliki sifat mirip) dan lajur horizontal (berdasarkan kenaikkan massa atom
relatifnya). Lajur vertikal disebut golongan, dan lajur horizontal disebut periode.
Sayangnya sistem ini menepatkam beberapa unsur tidak sesuai dengan kenaikkan
massa atom relatifnya, dan juga masih banyak unsur yang belum dikenal.
Keunggulan Teori Periodik Mendeleyeev ini adalah ia berani mengosongkan
beberapa tempat dengan keyakinan bahwa masih ada unsur yang belum dikenal
(James E. Brady, 1990).
Perkembangan sistem periodik modern dimulai pada tahun 1914 oleh
Henry G. J Mooseley. Mooseley menemukan bahwa urutan unsur dalam tabel
periodik sesuia dengan kenaikkan nomor atom. Ia menemukan kesalahan dalam
tebel periodik Mendeleyeev, yaitu pada unsur yang letaknya terbalik. Contohnya
pada penemuan Telurium dan Iodin yang tidak sesuai dengan kenaikkan massa
atom relatifnya (Sukardjo, 1998).
Sistem periodik modern dikenal juga dengan sistem periodik bentuk
panjang yang disusun berdasarkan kenaikkan nomor atom dan kemiripan sifat
unsurnya. Jumlah golongan dalam sistem periodik ada 8 dan ditandai dengan
angka romawi. Ada 2 golongan besar dalam sistem periodik, yaitu golongan A
(golongan utama, IA-VIIIA) dan gol ongan B (golongan transisi yang terletak
antara golongan IIA dan IIIA). Nama-nama golongan pada unsure golongan A:
Golongan IA = Golangan Alkali, Golongan IIA = Golongan Alkali Tanah,
Golongan IIIA = Golongan Boron, Golongan IVA = Golongan Karbon, Golongan
VA = Golongan Nitrogen, Golongan VIA = Golongan Oksigen, Golongan VIIA =
Golongan Halogen, dan Golongan VIIIA = Golongan Gas Mulia(Chang,
Raymond. 2004).
Logam-logam Alkali memiliki beberapa sifat antara lain: semuanya lunak,
tampak mengkilat, dan mudah dipotong. Jika logam-logam tersebut dibiarkan di
udara terbuka maka permukaannya akan menjadi kusam, karna logam,-logam

mudah bereaksi dengan air dan oksigen. Dua buah golongan unsur logam transisi
luar diberi nama Golongan Lantanida dan Actinida. Berdasarkan konfigurasi
elektronnya, unsur tersebut didefenisikan sebagai: unsur-unsur yang valensinya
menempati subkulit s dan f (Surakiti. 1989).
Unsur golongan IIA disebut Logam Alkali Tanah karna oksidanya bersifat
basa (alkalis) dan senyawanya banyak terdapat pada kerak bumi. Unsur-unsur
tersebut bersifat logam karna cendrung melepaskan elektron. Kulit terluar yang
disebut valensi tidak akan pernah lebih dari delapan elektron didalamnya (David
E. Goldbero. 2007)
Biasanya logam-logam alkali ini disimpan dalam minyak tanah. Logamlogam Alkali Tanah memiliki sifat: semuanya berwarna putih kecuali berilium,
mudah dipotong, dan nampak mengkilat jika dipotong, serta cepat kusam jika
terkena udara, namun reaktivitasnya terhadap udara berbeda-beda. Berilium dapat
bereaksi dengan air dingin secara lambat dan semakin cepat bila panas. Namun
logam-logam alkali tanah yang lain sangat cepat bereaksi dengan air dingin,
menghasilkan gas-gas hydrogen dan hidoksid serta menghasilkan banyak panas
(Ralph, Petrucei 1987).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas
kimia (gelas beaker), pipet tetes, pembakar spritus, sampan kertas dan erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan FeCl3 0,1M,
larutan PP 0,1M, larutan CuSO4 0,1M, larutan AgNO3 0,1M, Larutan HgCl2 0,1M,
larutan Pb(NO3)2 0,1M, logam Na dan logam Mg.
3.2 Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan
Tabel 3.2.1 Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan.
Berat
Titik
Titik
No
Bahan
Molekul
Didih
Leleh
.
(gr/mol)
(OC)
(OC)
1.
FeCl3 0,1M
162,2
315
306
2.
PP 0,1M
42,08
-53
260
3.
CuSO4 0,1M
159,6
150
110
4.
AgNO3 0,1M
168,87
444
212
5.
HgCl2 0,1M
271,52
304
276
6. Pb(NO3)2 0,1M
331,2
1751
270
7.
Logam Na
22,989
883
97,72
8.
Logam Mg
24,305
1091
650

Tinjauan
Keamanan
Berbahaya
Berbahaya
Berbahaya
Berbahaya
Berbahaya
Sangat beracun
Berbahaya
Mudah terbakar

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Logam Alkali
Air
`

dimasukkan kedalam gelas beaker


diatasnya diletakkan sampan kertas
dimasukkan logam Na kedalam sampan kertas
diamati perubahan yang terjadi
dimasukkan kedalam 6 tabung reaksi
ditambahkan 3 tetes larutan PP kedalam tabung 1
ditambahkan 2 mL larutan CuSO4 kedalam tabung 2
ditambahkan 3 mL larutan AgNO3 kedalam tabung 3
ditambahkan 2 mL larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung 4
ditambahkan 2 mL larutan FeCl3 kedalam tabung 5
ditambahkan 2 mL larutan HgCl2 kedalam tabung 6
Hasil

3.3.2 Logam Alkali Tanah


Air
diisikan kedalam gelas beaker secukupnya
dimasukkan logam Mg kedalam gelas beaker
didiamkan selama 5 menit
diamati perubahan yang terjadi
Hasil

MgO
dimasukkan kedalam air
dibagi kedalam 6 tabung reaksi
ditambahkan 3 tetes larutan PP kedalam tabung 1
ditambahkan 2 mL larutan CuSO4 kedalam tabung 2
ditambahkan 3 mL larutan AgNO3 kedalam tabung 3
ditambahkan 2 mL larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung 4
ditambahkan 2 mL larutan FeCl3 kedalam tabung 5
ditambahkan 2 mL larutan HgCl2 kedalam tabung 6
Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Sukardjo. 2010. Kimia untuk Univertas. Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar:Konsep-konsep inti jilid 1.Terjemahan dari
Chemistry 10th Edition, oleh Martoprawiro, Abdilkadir M., Erlangga, Jakarta.
Petruci, Ralph. 2008. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2.
Terjemahan dari General Chemistry, oleh Achmadi Suminar, Erlangga, Jakarta.
David, Goldbero E. 2006. Kimia untuk Pemula. Ikatan. Terjemahan dari Shaum`s
Easy Outlines Begining, oleh Affandy, Sherly , Erlangga, Jakarta.
Surakiti. 1989. Kimia dasar I. ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai