Anda di halaman 1dari 29

Review Perbandingan

Polimer Larut Air Dalam


Suatu Sediaan
Anggota :
Siti Rokhayah 172210101042
Asstried Fauziyah Dewinta 172210101091
Khoiriyah Haifa Husnun 172210101104
Novia Paramitha 172210101105
Shifwatu Dzakiyyah 172210101137
Triana Ardila Sari 172210101138
Kristia Cesaria Destianti 172210101149
Ema Prastiwi Refayani 172210101157
PERBANDINGAN KEMAMPUAN POLIMER
HPMC DENGAN GOM ARAB DALAM
MENINGKATKAN KECEPATAN DISOLUSI
TABLET KARBAMAZEPIN
Pendahuluan
• Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi.
• Salah satu obat yang mempunyai kelarutan yang kecil adalah
karbamazepin. Karbamazepin merupakan obat yang mirip
dengan antikonvulsan derivat hidantoin.
• Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif
dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi
• Peran utama polimer adalah untuk mendukung daya kohesif dari
ikatan partikel-partikel padat agar mudah dikempa menjadi
tablet, selain itu juga ntuk menaikkan kekerasan tablet dan
menurunkan friabilitas tablet
• Polimer alam yang dipakai adalah gom arab dan HPMC
Metode Penelitian
Formulasi
Bahan F0 F1 F2 F3 F4
Karbamazepin 40% 40% 40% 40% 40%

Aerosil 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%


Avicel pH-101 20% 20% 20% 20% 20%

Amilum solan qs qs qs Qs qs

Mucilago amyli Qs qs qs Qs qs
10%
HPMC - 5% 10% - -
Gom arab - - 5% 10%
Prosedur Penelitian
Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Bantu
• Pemeriksaan zat aktif meliputi : pemerian, kelarutan,
identifikasi dan susut pengeringan.
• Pemeriksaan zat tambahan meliputi : pemerian, kelarutan,
dan identifikasi.
Pembuatan penyalutan serbuk karbamazepin
• Dilarutkan HPMC atau Gom arab dengan aquadest di dalam
erlemeyer, kemudian tambahkan karbamazepin yang sudah
digerus, setelah itu di aduk sampai terbenuk massa yang
kental. Kemudian lakukan proses spray drying, sehingga
dihasilkan serbuk karbamazepin yang tersalut.
Evaluasi Serbuk Salut Karbamazepin
• Spektroskopi FT-IR
Uji dilakukan dengan menggunakan metode cakram KBr pada panjang
gelombang 3500 – 400 cm-1
• Scanning Electron Microscopy (SEM)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui morfologi dari permukaan serbuk halus
karbamazepin yang diamati dengan perbesaran tertentu.
• Differential Thermal Analysis (DTA)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui suhu dimana suatu struktur kristal atau
ikatan kimia berubah, perhitungan kinetik energi, enthalpi energi dan lain-
lain
Pembuatan Granul Karbamazepin
• Serbuk salut karbamazepin yang telah dilapisi dengan polimer ,
kemudian dibuat granul dengan metoda granulasi basah dengan
menggunakan amilum solani sebagai pengisi dan mucilago
amyli 10% sebagai pengikat.
• Mucilago amyli dibuat dengan cara dipanaskan dengan aquadest
sampai terbentuk larutan suspensi yang jernih dan mudah
dituang, kemudian serbuk salut karbamazepin dicampur dengan
avicel pH-101 masukan kedalam satu lumpang.
• Masukan mucilago sedikitdemi sedikit sampai terbentuk massa
yang bisa dikepal. Kemudian diayak dengan ayakan mesh 40,
selanjutnya granul dikeringkan pada suhu 40 - 60˚ C. Setelah
kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan (Syamsuni, 2006).
Evaluasi Granul
Penetapan Bulk Density
a. Penentuan bobot jenis nyata
b. Penentuan bobot jenis mampat
c. Faktor hausner
d. Kompresibilitas
e. Porositas
f. Penentuan bobot jenis benar
g. Laju alir dan sudut longsor
h. Penetapan kandungan air
i. Distribusi ukuran partikel
Pembuatan Tablet
• Pencampuran dengan aerosil
Penambahan aerosil ditujukan sebagai pelincir untuk kemudian
dilakukan uji daya serap air.
• Uji daya penyerapan air
1 gram granul aerosil diletakkan diatas corong Hirsch secara merata,
kemudian jumlah air yang diserap tiap selang yang terbaca pada skala
dalam waktu tertentu dicatat
• Pencetakan tablet
Pencetakan tablet dilakukan dengan bobot masing – masing tablet
sebesar 600 mg menggunakan mesin pencetak tablet
Evaluasi Tablet
• Keseragaman bobot tablet
Uji ini dilakukan dengan menimbang 20 tablet kemudian dihitung rerata tablet
• Keseragaman ukuran tablet
Uji ini dilakukan terhadap 10 tablet menggunakan alat mikrometer atau jangka sorong
• Kekerasan tablet
Uji ini dilakukan dengan mengambil 10 tablet secara acak, kemudian diperiksa
kekerasannya menggunakan alat penguji kekerasan tablet dengan cara memutar alat
hingga tablet pecah, kemudian catat skala yang ditunjukkan pada saat tablet pecah.
• Kerapuhan tablet
Uji ini dilakukan dengan menimbang 20 tablet dan dimasukkan ke dalam alat pengukur
kerapuhan tablet, kemudian alat diputar sebanyak 100 putaran. Setelah itu tablet
dikeluarkan dan ditimbang kembai
• Waktu hancur
Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat desintegration tester, tiap tabung pada alat
diisi satu tablet . Selama alat dijalankan sediakan stopwatch untuk mengetahui waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan uji waktu hancur
Penetapan Kadar Karbamazepin
• Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan induk dibuat dengan melarutkan 100 mg karbamazepin dengan etanol
95% dalam labu ukur 100 ml. Serapan pada panjang gelombang 200-400 nm
diukur menggunakan spektrofotometer UV
• Pembuatan kurva kalibrasi
Dari larutan induk, dibuat larutan kerja dengan konsentrasi 6,8,10,12,14, dan 16
ppm, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 284,5 nm menggunakan
spektrofotometer UV
• Penetapan kadar
Diambil 20 tablet secara acak, ditimbang dan ditentukan reratanya. Tablet digerus
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukuur dan dilarutkan dengan etanol.
Serapan panjang gelombang diukur dengan spektrofotometer. Replikasi sebanyak
3 kali.
Uji profil disolusi tablet karbamazepin serta kinetika
pelepasannya
• Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan induk dibuat dengan melarutkan 100 mg karbamazepin
dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan dengan lauril
sulfat p 1%. Kemudian pipet larutan induk sebanyak 1 ml
dalam labu ukur 50 ml dan tambahkan lauril sulfat p 1%.
Selanjutnya dipipet lagi 5 ml dalam labu ukur 1 ml. Serapan
dengan panjang gelombang 200-400 nm diukur menggunakan
spektrofotometer UV
• Pembuatan kurva kalibrasi
Dari larutan induk, dibuat larutan kerja dengan konsentrasi
4,6,8,10,12, dan 14 ppm, kemudian diukur serapan pada panjang
gelombang 287,5 nm menggunakan spektrofotometer UV
• Penentuan kadar terdisolusi
Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan metoda keranjang
pada kecepatan 100 rpm. Labu diisi dengan 900 ml medium
disolusi aquadest bebas CO2 yang mengandung natrium lauril
sulfat p 1% pada suhu 37oC ± 0,2oC. Pada menit ke 5, 10, 15, 30,
45, dan 60, pipet larutan sebanyak 5 ml. Replikasi sebanyak tiga
kali
Hasil Penelitian
Evaluasi DTA

Evaluasi FTIR
Hasil Uji Disolusi
Pembahasan
• Pada spektrum inframerah serbuk karbamazepin murni terlihat adanya
gugus fungsi pada bilangan gelombang 3400 – 3100 cm-1 . Pada serbuk
salut karbamazepn tidak terlihat adanya gugus fungsi baru yang terbentuk
hanya terjadi perubahan panjang gugus fungsinya. Ini mengindikasikan
bahwa tidak terbentuk gugus fungsi baru pada serbuk salut karbamazepin.
• Pada serbuk salut karbamazepin dengan polimer HPMC terbentuk dua
puncak endotermik.
• Pada termogram TGA terjadi perubahan bobot molekul, terlihat dari
turunnya termogram TGA pada hasil
• Pada formula 2 tablet karbazepim terjadi kecepatan peningkatan disolusi
dikarenakan HPMC mempunyai kosetrasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan formula 1. Tetapi tidak bagi formula 3 dan formula 4 yang memakai
polimer gom arab, yang laju disolusinya rendah.
Kesimpulan
• Kosentrasi polimer (HPMC dan Gom arab) mempengaruhi
kemampuan disolusi tablet karbamazepin.
• Dari data disolusi pada menit ke 60 bahwa tablet formula 2 yang
mempunyai hasil disolusi yang lebih tinggi yaitu sebesar 134,7133%
dibandingkan formula 0 yaitu 78,0966%, formula 1 yaitu 106,82,33,
formula 3 yaitu 85,06 dan formula 4 yaitu 81,116 %.
PERBANDINGAN PELEPASAN
PROPRANOLOL HIDROKLORIDA DARI
MATRIKS KITOSAN, ETIL SELULOSA (EC)
DAN HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA
(HPMC)
Abstrak
• Kitosan merupakan biopolimer polikatonik, membentuk gel dalam
lingkungan asam, digunakan sebagai matriks hidrofilik dalam sistem
pengiriman obat pelepasan terkontrol. Granul dibuat dengan metode
granulasi basah, yaitu kitosan, hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan etil
selulosa (EC).
• Laju pelepasan propranolol HCl dari matriks ditentukan dengan
menggunakan alat disolusi tipe I dengan putaran pengadukan 50 rpm
dalam media asam pH 1,2 dan media basa pH 7,5 selama 8 jam. Sampel
diambil pada waktu tertentu dan sampel dianalisis dengan
spektrofotometer.
• Hasil penelitian menunjukkan pelepasan propranolol hidroklorida dari
matriks kitosan paling lambat dibandingkan dengan matriks lainnya.
Pendahuluan
Sediaan lepas terkendali semakin disukai karena beberapa faktor, antara lain
dapat menghasilkan efek terapetik dalam jangka panjang, penggunaan obat
yang lebih efisien, memperkecil efek samping akibat fluktuasi kadar obat
dalam plasma serta mengurangi frekuensi pemberian obat. Kitosan
merupakan aminopolisakarida hasil deasetilasi kitin, yaitu suatu polisakarida
alam terbesar kedua setelah selulosa. Polimer turunan selulosa seperti
hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dan etil selulosa (EC) telah banyak
digunakan dalam sediaan lepas terkendali baik dalam bentuk matriks
maupun mikrokapsul.
Alat : Bahan :
• Neraca analitik • Kitosan
• Sieve analyzer • propranolol hidroklorida
• bulk-tapped density • hidroksipropil metilselulosa
• Flowmeter • etil selulosa
• moisture balance • laktosa
• alat uji disolusi • amilum jagung
• Spektrofotometer UV-Vis • aquadest
• pH meter • larutan asam klorida
• alat gelas • natrium klorida
• kalium dihidrogen fosfat
• natrium hidroksida
Cara Kerja
B. Karakterisasi Matriks Granul
A. Pembuatan Matriks Granul
a. Indeks Kompresibilitas
Propranolol HCl (12,6 g) dicampur granul ditimbang (m) dan dimasukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian diukur volumenya (V1). Rumus : BJ bulk = m/V1
homogen dengan bahan matriks (82,1 g)
Gelas ukur yang berisi sampel kemudian diketuk-ketukan sebanyak 300
kali dengan menggunakan Bulk-Tapped Density Tester
Pasta pati 10 % tambahkan sebagai
Diukur volume (V2). Rumus : BJ mampat = m/V2
pengikat ke dalam campuran obat-matriks
sampai terbentuk massa lembab Indeks kompresibilitas = [(bj mampat – bj bulk) / bj mampat] x
100 %
Kemudian massa tersebut diayak dengan b. Waktu alir
ayakan mesh 14, dan dikeringkan dalam bahan ditimbang dan dimasukkan ke dalam corong, lalu
oven pada suhu 50˚C diratakan

Alat dinyalakan dan waktu yang diperlukan untuk seluruh


Setelah kering granul diayak kembali massa tablet untuk mengalir melalui corong dicatat
dengan ayakan mesh 20
Laju alir dinyatakan dalam gram/detik
c. Kadar Air d. Uji Disolusi
Ditimbang granul yang ekuivalen dengan 24 mg propranolol
Di atur parameter suhu dan mode pada alat HCl dan dimasukkan ke dalam keranjang

Di letakkan wadah pemanas lalu di tara dilakukan dalam medium asam pH 1,2 selama 2 jam pada suhu
37˚C ± 0,5˚C dengan kecepatan pengadukan 50 rpm
granul dimasukkan ke dalam wadah dan ditentukan kadar
airnya pada suhu 105˚C Pengambilan sampel dilakukan pada jam ke 0,25, 0,5, 1 dan 2
dengan volume 5 ml
Dihentikan pemanasan jika telah tercapai tiga kali bobot
konstan dan layar pada alat akan menampilkan persentase Setelah 2 jam, uji disolusi dilanjutkan pada medium basa pH
kadar air dari sampel. 7,5 selama 6 jam

Pengambilan sampel dilakukan pada jam ke 4, 6, dan 8

Setiap kali pengambilan sampel, volume medium diganti


dengan larutan medium yang baru dengan volume dan suhu
yang sama

Volume medium disolusi yang digunakan 900 ml

Masing-masing sampel (cuplikan) yang diperoleh ditentukan


serapannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 290 nm.
Hasil
• Granul dengan bahan matriks kitosan berwarna kuning pucat, granul
dengan bahan matriks HPMC berwarna putih kekuningan, sedangkan
granul dengan bahan matriks etil selulosa dan laktosa berwarna
putih.
• Pelepasan propranolol HCl pada akhir jam ke-8 dari matriks kitosan
adalah sebesar 88,38 % sedangkan dari matriks HPMC, etil selulosa
dan laktosa adalah sebesar 103,39 %, 100,39 % dan 103,10 %.
Gambar
Pembahasan
• Sediaan matriks granul propranolol HCl dibuat dalam empat
formula dengan variasi bahan matriks yang digunakan yaitu
kitosan, HPMC, laktosa, dan etil selulosa.
• Hasil pengukuran laju alir baik dengan metode indeks
kompresibilitas maupun flowmeter menunjukkan granul kitosan
memiliki sifat alir yang buruk, granul etil selulosa dan granul
laktosa memiliki sifat alir yang baik, sedangkan granul HPMC
memiliki sifat alir yang baik sekali.
• Dari hasil uji disolusi yang dilakukan, granul dengan bahan
matriks kitosan dan HPMC melepaskan obat secara perlahan-
lahan, tetapi pelepasan obat dari matriks kitosan lebih lambat
daripada matriks HPMC. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kitosan
sebagai bahan matriks memiliki pelepasan yang lebih lambat
daripada HPMC. Granul dengan matriks etil selulosa langsung
melepaskan obat dalam jumlah yang besar di awal waktu disolusi
dan tidak berbeda jauh dengan granul laktosa.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa
kitosan memiliki kemampuan sebagai matriks dalam sediaan granul
lepas terkendali propranolol hidroklorida. Kecepatan pelepasan
propranolol HCl dari matriks kitosan lebih lambat dibandingkan
dengan matriks HPMC dan etil selulosa. Jumlah propranolol HCl yang
dilepaskan setelah uji disolusi 8 jam dari matriks kitosan, HPMC dan EC
secara berturut-turut adalah sebesar 88,38 %, 103,39 % dan 100,39 %.
Pelepasan propranolol HCl dari matriks kitosan mengikuti kinetika
pelepasan model Higuchi.

Anda mungkin juga menyukai