Definisi spektrofotometri
Prinsip spektrofotometer
Metode kerja
C8H9NO2
Bm : 151, 16 g/mol
Struktur
paracetamol
1
KAFEIN
C8H10N4O2
Bm : 194,19 g/mol
Struktur kafein
2
Suatu instrumen untuk mengukur transmitan/absorbansi suatu
Spektofotometer
sampel sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap
sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
3
• Suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
Spektofotometer
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna
pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor foto
tube.
• Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah
panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu
daerah :
UV (200–380 nm)
visible (380–700 nm)
inframerah (700–3000 nm)
(Khopkar,1990).
4
Alat Bahan
Spatula
5
Metode kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Kafein 100 ppm
Sebelum ditepatkan, larutan dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak
terjadi penambahan volume
Sebelum ditepatkan, larutan dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak
terjadi penambahan volume
8
Metode kerja
5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
9
Metode kerja
6. Penentuan Nilai Koefisien Absorptivitas Molar
Larutan standar kafein 10 ppm dibuat dari larutan baku kafein 100 ppm yang dilarutkan
dalam 10 mL metanol:akuades (1,5 : 8,5)
Larutan standar parasetamol 10 ppm dibuat dari larutan baku parasetamol 100 ppm yang
dilarutkan dalam 10 mL methanol : akuades (1,5 : 8,5)
Sebelum ditepatkan, larutan dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak
terjadi penambahan volume, kemudian larutan dihomogenkan. 11
Metode kerja
8. Penentuan kadar sampel
Larutan sampel pengenceran 80 kali dan 100 kali dibaca absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis Double Beam pada panjang gelombang optimum.
Penentuan kadar parasetamol dan kafein pada sampel menggunakan persamaan 1 dan 2 :
A273= kafein 273 Ckafein + paracetamol 273 Cparacetamol (1)
A244= kafein 244 Ckafein + paracetamol 244 Cparacetamol (2)
Keterangan :
A: Absorbansi larutan
: Absortivitas molar (L/mg cm)
b: Tebal kuvet (cm)
c: Konsentrasi larutan yang diukur (mg/L)
12
HASIL
1. Data kurva baku
0 0 0 0
6 0.3327 6 0.323
8 0.426 8 0.458
10 0.535 10 0.571
12 0.6157 12 0.724
14 0.708 14 0.864
13
Kurva hubungan absorbansi dan konsentrasi larutan standar paracetamol
1
0.9 0.864
0.8 0.724
0.7
y = 0,0709x + 0,0174
R² = 0,9974
Absorbansi
0.571
0.6
0.5 0.458
absorbansi
0.4 0.323
Linear (absorbansi)
0.3
0.2
0.1
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (mg/L)
14
Kurva hubungan absorbansi dan konsentrasi larutan standar kafein
0.8
0.708
0.7
0.6157
0.6
y = 0,0506x + 0,0144
0.535
R² = 0,997
Absorbansi
0.5
0.426
0.4
0.3327 absorbansi
0.3 Linear (absorbansi)
0.2
0.1
0
0
-1 1 3 5 7 9 11 13 15
Konsentrasi (mg/L)
15
2. Kadar Sampel
Absorbansi sampel
Absorbansi
Pengenceran sampel
273 nm 244 nm
80 kali 0.248 0.7845
100 kali 0.19 0.6185
16
2. Kadar Sampel
17
• Penetapan kadar kafein dan parasetamol sediaan obat multikomponen dapat
dilakukan dengan metode titrimetri dan metode HPLC.
• Kelebihan menggunakan metode titrimetri yakni biaya yang digunakan relatif
murah, namun kekurangannya memerlukan waktu analisis yang lama dan kurang
sensitif untuk penentuan zat yang kadarnya kecil.
• Kelebihan metode HPLC memiliki sensitifitas analisis yang tinggi namun
memerlukan biaya yang relatif mahal
• Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, spektrofotometer UV-Vis dapat
digunakan untuk menetukan kadar campuran suatu zat dengan metode simultan.
Prinsip analisisnya dengan regresi berganda (multivariate regression) melalui
perhitungan operasi matris dengan pengamatan pada beberapa panjang gelombang
atau panjang gelombang berganda (multiple wavelengths)
18
Panjang gelombang maks dari kafein dan paracetamol
• Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana asam pada panjang
gelombang 245 nm (Roth dan Blaschke, 1985).
• Panjang gelombang maksimum kafein adalah 273 nm.
• Namun panjang gelombang maksimum yang terukur adalah 267,5 nm. Hal ini
disebabkan karena tidak samanya konsentrasi yang dipilih untuk penentuan
panjang gelombang maksimum.
• Penentuan parasetamol dan kafein dalam sediaan obat multikomponen
menggunakan spektrofotometri UV-Vis secara simultan. Standar parasetamol dan
kafein dilarutkan dalam pelarut methanol : aquades (1,5 : 8,5). Larutan standar
dibaca serapan maksimumnya pada rentang panjang gelombang 220 nm - 280 nm.
Dapat diketahui bahwa serapan maksimum parasetamol 244 nm dengan absorbansi
0,868 dan untuk kafein 273 nm dengan absorbansi 0,553.
19
Spectra Overlay Paracetamol dan Kafein
20
Kurva baku dr sampel linearitas
• Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis mampu memperoleh
hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran
konsentrasi tertentu.
• Penentuan linearitas standar kafein menggunakan larutan standar kafein dengan
konsentrasi 6, 8, 10, 12, 14 ppm diukur pada panjang gelombang 273 nm dengan
persamaan regresi linear larutan standar kafein diperoleh yaitu Y = 0,0506x
+0,0144, nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,9984
• Penentuan linearitas standar parasetamol menggunakan larutan standar
parasetamol dengan konsentrasi 4, 6, 8, 10, 12 ppm pada panjang gelombang 244
nm persamaan regreasi linearnya yaitu, y = 0,0709 x+0,0174 dengan koefisien
korelasi (R) adalah 0,9986
21
Nilai LOD dan LOQ
• LOD ( limit deteksi) • LOQ (limit kuantisasi)
Konsentrasi terendah dari analit dalam sampel Konsentrasi terendah dari analit yang masih
yang dapat terdeteksi. dapat ditentukan dan memenuhi kriteria
Nilai batas yang dibolehkan untuk akurasi akurasi dan presisi limit, kuantisasi ini biasa
kurang dari 5% sedangkan untuk presisi batas disebut limit pelaporan (limit of reporting).
yang dibolehkan yaitu apabila nilai Nilai limit kuantisasi (LOQ) untuk standar
RSD(standar deviasi relatif) lebih kecil dari baku kafein sebesar 3,0233 mg/L dan untuk
nilai 2/3 (CV). standar baku parasetamol yaitu 2,1633
Nilai Limit deteksi (LOD) digunakan sebagai mg/L.
parameter uji batas terkecil yang dimiliki oleh • Hasil yang diperoleh tergolong baik karena nilai
instrument. nya lebih kecil dari konsentrasi sampel yakni
93,75mg/L dan 888,02 mg/L
Nilai limit deteksi (LOD) yang diperoleh pada
pengujian ini untuk standar kafein sebesar
0,9069 mg/L dan standar baku parasetamol
sebesar 0,6490 mg/L
22
Penentuan kadar parasetamol dan kafein secara simultan
• Analisis kuantitatif /analisis multikomponen secara spektrofotometri dapat dilakukan
teknik serapan individual atau persamaan simultan.
• Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tanpa
harus dipisahkan lebih dahulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang maksimum
yang tidak berimpit. Absorpsi larutan sampel atau campurannya pada panjang gelombang
pengukuran merupakan jumlah absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya.
• Jika profil kurva serapan masing-masing komponen saling tumpah tindih keseluruhan
maka dapat digunakan teknik persamaan simultan.
23
• Analisis campuran multikomponen yang digunakan pada pengujian ini menggunakan
sampel obat yang mengandung 500 mg parasetamol dan 65 mg kafein pertablet.
• Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar kafein maupun parasetamol tidak sesuai
dengan kadar yang tertera pada kemasan yakni 83,33 mg/100 mg untuk parasetamol dan
10,83 mg/100 mg untuk kafein.
• Kadar zat aktif parasetamol hasil pengujian tidak sesuai dengan kadar zat aktif dalam
sediaan obat menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110%.
• Hal ini dapat terjadi dikarenakan pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan
zat aktif dalam sampel. Selain itu, pengenceran larutan sampel juga berpengaruh terhadap
kadar yang diperoleh, semakin besar pengenceran maka semakin kecil pula kadar yang
dihasilkan.
24
Penentuan kadar parasetamol dan kafein secara konvensional
• Kadar parasetamol dan kafein yang diperoleh dengan metode konvensional nilainya
sangat kecil jika dibandingkan dengan kadar yang diperloeh menggunakan metode
simultan begitu juga dengan kadar pada kemasan sampel yakni 83,33 mg/100 mg untuk
parasetamol dan 10,83 mg/100 mg untuk kafein.
25
• Kadar parasetamol dalam sampel dengan pengenceran 80 kali dan 100 kali
berturut-turut sebesar 88,80 mg/100 mg dan 87,75 mg/100 mg.
• Kadar kafein dalam sampel dengan pengenceran 80 kali dan 100 kali berturut-
turut sebesar 9,37 mg/100 mg dan 8,26 mg/100 mg.
• Kadar yang diperoleh pada pengujian tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada
kemasan yang seharusnya 83,33 mg/100 mg untuk parasetamol dan 10,83 mg/100
mg untuk kafein. Kadar parasetamol dan kafein yang diperoleh menggunakan
metode konvesinal sangat kecil.
• Oleh karena itu, untuk pengujian kadar zat dalam sediaan multikomponen
disarankan menggunakan metode simultan, menggunakan pelarut yang sesuai dan
mengetahui % recovery untuk keakuratan hasil.
26
Remember…
Safety First!