Anda di halaman 1dari 18

Antihistamin

KELOMPOK 4
ANGGOTA :
AMALIA SHALDA 1608109010001
FENNY RAHMADHANY 1608109010003
VIANITA APRIANI 1608109010010
Agenda Style
01 Pengertian antihistamin

Mekanisme kerja
02 antihistamin

03 Metode konvensional

04 Metode modern (KCKT)


Pengertian Antihistamin

• Antihistamin adalah zat-zat


yang dapat mengurangi atau
menghalangi efek histamin
terhadap tubuh dengan jalan
memblok reseptor –histamin
(penghambatan saingan).
Struktur histamin :
Mekanisme
antihistamin
Histamin dapat menimbulkan efek bika berinteraksi dengan reseptor
histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3. Interaksi histamin dengan reseptor
H1 menyebabkan interaksi oto polos usus dan bronki, meningkatkan
permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan
dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga
menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma
protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di
blok oleh antagonis-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan
sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di
sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan
sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh
antagonis H2. Reseptor H3 adalah resptor histamin yabg baru di ketemukan pada
tahun 1987 oleh arrange dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf aringan
otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin,
mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3.
Metode konvensional Deksklorfeniramin Maleat

Ditimbang saksama lebih kurang


01 400 mg zat yang telah dikeringkan
40% 80% 60% 50%
•Dilarutkan dalam 50 mL asam asetat
02 glasial p
•Ditambahkan 1 tetes kristal violet LP

03 Dititrasi dengan asam perklorat


0,1 N hingga warna hijau

Tiap mL asam perklorat 0,1 N


04
setara dengan 19,54 mg
deksklorfeniramin maleat
Penetapan kadar
deksametason dan
deksklorfeniramin
maleat pada sediaan
sirup menggunakan
metode KCKT
(JURNAL ACUAN)
Penetapan Kadar Deksametason dan Deksklorfeniramin
Maleat

Metode KCKT fase Fase gerak : air :


balik dengan asetonitril (65/35
kolom C18 v/v)

Laju alir 1,0 Panjang gelombang


mL/menit pengamatan : 241
nm
Persiapan Alat
dan Bahan
Bahan-bahan : asetonitril, metanol, aquabidestilata,
asam asetat glasial, deksametason, deksklorfeniramin
maleat, Sirup Dextaco (PT. Berlico), Sirup Dextamine
(PT. Phapros), sirupus simplex, propilenglikol,
nipagin dan pewarna.
01

Alat-alat : satu unit alat KCKT yang terdiri dari


pompa, UV/Vis detektor, kolom C18, penyuntik
mikroliter (100μl) dan wadah fase gerak. Membran
02
filter, spektrofotometer ultraviolet, ultrasonic
cleaner, neraca analitik, kuvet, mortir dan stamper,
gelas beker, gelas ukur, pipet ukur, pipet volume,
pipet tetes dan alat-alat lainnya yang diperlukan
dalam penyiapan sampel dan larutan.
Pembuatan larutan induk
2 4 5
1
3 5. Pembuatan Seri Larutan Baku
Campuran Deksametason dan
Deksklorfeniramin Maleat.
Larutan induk deksametason 500
1 Pembuatan Stok Larutan 3. Pembuatan Stok 4. Pembuatan Larutan bpj dan larutan induk
2. Pembuatan Larutan
Baku Deksametason 500 Larutan Baku Baku Tunggal deksklorfeniramin maleat 1000
Baku Tunggal
bpj. Deksklorfeniramin Maleat Deksklorfeniramin bpj masing-masing dipipet
Deksametason
Kedalam labu ukur 50 mL 1000 bpj Maleat. 0,25:0,5 mL, 0.5:1,0 mL,
Larutan baku
dimasukkan 25 mg Kedalam labu ukur 25 mL Larutan baku 0,75:1,5 mL, 1,0:2,0 mL,
deksametason 500 bpj
deksametason dilarutkan dimasukkan 25 mg deksk deksklorfeniramin maleat 1,25:2,5 mL, 1,5:3,0 mL,
dipipet 1,0 mL
dengan 10,0 mL campuran lorfeniramin maleat dan 1000 bpj dipipet 2,0 mL 1,75:3,5 mL dan masing-masing
kemudian masing-
kemudian masing-masing
pelarut disonifikasi selama masing dimasukkan ke dilarutkan dengan 10,0 dimasukan ke dalam labu ukur
dimasukan ke dalam labu
10 menit, diencerkan dalam labu ukur 100mL mL pelarut, disonifikasi 100mL kemudian diencerkan
ukur 100mL dan
dengan pelarut hingga batas dan diencerkan dengan selama 10 menit dengan pelarut sampai tanda
tanda sehingga diperoleh kemudian diencerkan diencerkan dengan batas, sehingga diperoleh seri
pelaruts ampai tanda
larutan baku deksametason dengan pelaruthingga pelarutsampai tandabatas, konsentrasi campuran
batas, sehingga
dengan konsentrasi 500 bpj batas tanda sehingga sehingga diperoleh seri deksametason :
diperoleh seri larutan
diperoleh larutan baku larutan baku deksklorfeniramin maleat 1,25:5
baku deksametason
deksklorfeniramin maleat deksklorfeniramin maleat bpj, 2,5:10 bpj, 3,75:15 bpj, 5:20
dengan konsentrasi 5
dengan konsentrasi 1000 dengan konsentrasi 20 bpj, 6,25:25 bpj, 7,5:30 bpj dan
bpj
bpj bpj. 8,75:35 bpj.
Penentuan Panjang Gelombang

Panjang gelombang ditentukan dari larutan baku tunggal


deksametason dengan konsentrasi 5 bpj, larutan baku
tunggal deksklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 20
bpj, dan larutan baku campuran deksametason dan
deksklorfeniramin maleat 5:20 bpj masing-masing diukur
dengan spektrofotometer UV-Vis, kemudian dilihat kurva
serapannya pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Nilai
panjang gelombang maksimum dipilih untuk analisis.
Uji Kesesuaian Sistem (UKS)
Uji Kesesuaian Sistem (UKS)

Larutan baku campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat 5:20 bpj


disaring dengan membran filter0,2 μm, kemudian filtratnya diinjeksikan ke sistem
KCKT model Shimadzu, dengan kolom 18 (3,9 mm x 150 mm) ukuran partikel
5µm, volume penyuntikan 20 µL, teknik elusi gradient, panjang gelombang 254
nm, pelarut asam asetat glasial 1%-asetonitril (65:35) dan fase gerak air-asetonitril
(70:30), laju alir 1,0 mL/menit. Pada uji kesesuaian sistem terdapat parameter
yang harus dipenuhi meliputi N ≥2000, tailing factor ≤ 2, k’ ≥ 2, resolusi ≥ 1,5, dan
%RSD (Relative Standard Deviation) dari 6 kali penginjekan ≤ 2%.
Validasi Metode Analisis
2. Uji batas deteksi dan batas kuantisasi
2 Larutan baku campuran yang mengandung deksametason 5 bpj dan
deksklorfeniramin maleat 20 bpj disuntikkan 20 μL sebanyak enam
kali, kemudian dihitung batas deteksi (BD) dan batas kuantisasi (BK)
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan .
Uji Linearitas 3. Penetapan kadar sampel
1. Disaring seri larutan baku campuran
3 sebanyak 5mL (deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2
deksametason : deksklorfeniramin mg), dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, dilarutkan dengan
maleat1,25:5 bpj, 2,5:10 bpj, 3,75:15 pelarut dan diaduk hingga homogen. Larutan sampel disaring dengan
bpj, 5:20 bpj, 6,25:25 bpj, 7,5:30 bpj dan
8,75:35 bpj dengan membran filter0,2
μm,
1 membran filter 0,2 μm, filtratnya diinjeksikan ke sistem KCKT dengan
volume penyuntikan 20 μL.
.
4. Uji akurasi
2. filtratnya masing-masing diinjeksikan ke 4 Akurasi dilakukan dengan metode simulasi dengan cara
sistem KCKT dengan volume
penyuntikan 20 μL, deteksi dilakukan menambahkan sejumLah tertentu zat aktif ke dalam formulasi
plasebo. Sirup simulasi yang terdiri dari plasebo, baku
pada panjang gelombang 254 nm.
deksametason dan baku deksklorfeniramin maleat pada
3. diplotkan antara konsentrasi larutan konsentrasi 80%, 100%, dan 120% dari kadar yang yaitu 0,5 mg
dengan luas Area Under Curve (AUC), deksametason dan 2 mg deksklorfeniramin maleat.
sehingga didapat kurva larutan induk
deksametason dan deksklorfeniramin 5. Uji presisi
maleat. Kemudian dihitung koefisien
korelasi dari persamaan garis regresi 5 Uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relatif
tersebut Standar Deviasi) dengan rumus: % RSD=SD/X . 100%

.
1. Penentuan Panjang
Gelombang Maksimum
Hasil dan
Pembahasan

Spektrofotometer ultraviolet-visibel.
Panjang gelombang ditentukan dari
larutan baku tunggal deksametason
dengan konsentrasi 5 bpj, larutan baku
tunggal deksklorfeniramin maleat 20
bpj, dan larutan baku campuran
deksametason-deksklorfeniramin
maleat 5 bpj : 20 bpj dalam pelarut
metanol:air (1:1).
2. Uji Kesesuaian
Sistem (UKS)
Dimana USP merekomendasikan untuk
melakukan UKS sebanyak enam kali dengan
syarat kelulusan RSD dari luas area seluruh
hasil pengujian tidak lebih dari 2% dengan
nilai N, resolusi, Tailing factor, dan k’
memenuhi syarat. Senyawa yang disuntikkan
ke dalam KCKT adalah larutan baku
campuran yang mengandung deksametason
dan deksklorfeniramin maleat 5:20 bpj.
3. Validasi
m e t o d e
analisis
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji
Linearitas
Dari percobaan dibuat larutan baku dalam bpj dengan
perbandingan deksametason dan deksklorfeniramin
maleat berturut-turut (2,5:10), (3,5:14), (4,5:18),
(5,5:22), (6,5:26), (7,5:30) bpj. Untuk deksametason
diperoleh persamaan y=47594x+267,05 dengan r =
0,9992 sedangkan deksklorfeniramin maleat didapatkan
persamaan y = 3465,9x – 23,9 dengan r = 0,9996.
Syarat suatu metode dikatakan baik apabila koefisien
korelasinya (r) lebih dari 0,995. Berdasarkan syarat
tersebut maka hasil uji linearitas deksametason dan
deksklorfeniramin maleat memenuhi parameter uji
linearitas.
c. Uji akurasi
Lanjutan Uji perolehan kembali dilakukan dengan membuat sampel
simulasi dengan baku deksametason dan deksklorfeniramin
maleat pada konsentrasi 80%, 100%, dan 120% dari kadar
b. Uji batas deteksi yang tertera pada label. Kadar yang tertera pada label
sebesar 0,5 mg deksametason dan 2 mg deksklorfeniramin
dan batas kuantitasi maleat. Hasil uji akurasi diperoleh data untuk deksametason
nilai persen perolehan kembali sebesar 97,54%, 99, 84%,
Hasil perhitungan batas deteksi dan 100,77%, sedangkan untuk deksklorfeniramin maleat
deksametason sebesar 0,2068 bpj nilai persen perolehan kembali sebesar 99,1%, 100,0%, dan
dan batas kuantitasi sebesar 100,5%. Dari hasil tersebut memenuhi persyaratan akurasi
0,6894 bpj sedangkan untuk yaitu nilai persen perolehan kembali diantara 97 - 103 %
deksklorfeniramin maleat memiliki dan menunjukkan presisi yang baik dengan nilai koefisien
batas deteksi sebesar 0,5922 bpj variasi tidak melebihi 2 % (Harmita, 2006).
dan batas kuantitasi sebesar
1,9740 bpj. Hasil perhitungan batas
deteksi (BD) dan batas kuantitasi e. Penetapan kadar
(BK).
sampel
diperoleh tiap 5 mL sampel batch 1 dan batch 2 secara
berturut-turut mengandung kadar deksametason
sebesar 103,383% dan 102,626% sedangkan
d. Uji presisi deksklorfeniramin maleat sebesar 102,454% dan
99,349%. Nilai kadar yang diperoleh memenuhi
Hasil dari perhitungan presisi untuk persyaratan yang tertera pada farmakope edisi V yaitu
deksametason dan deksklorfeniramin maleat deksametason dan deksklorfeniramin maleat berada
sebesar 0,4874 % dan 0,1424% pada rentang 90,0–110,0%
KESIMPULAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan 2
batch sampel yang beredar dipasaran,
deksametason mengandung kadar sebesar
1 103,383% dan 102,626% sedangkan
deksklorfeniramin maleat sebesar 102,454% dan
99,349% memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan didalam farmakope edisi V dimana
keduanya berada pada rentang 90,0-110,0%.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode


2 kromatografi cair kinerja tinggi untuk penetapan kadar
deksametason dan deksklorfeniramin maleat secara
simultan pada sediaan sirup merupakan metode yang
baik digunakan dan dapat menghasilkan ketelitian dan
ketepatan yang baik.
Thank You
Any questions???

Anda mungkin juga menyukai