Anda di halaman 1dari 23

Penetapan Kadar Zat Aktif dalam Sediaan Tablet

Campuran Parasetamol-Kafein menggunakan


Spektrofotometri Derivatif UV-Vis
Nada Fadhilah
260110150160
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, Sumedang

Abstrak
Dilihat dari strukturnya, parasetamol memiliki gugus
kromofor dan auksokrom yang dapat menyerap radiasi sehingga
dapat dilakukan analisis dengan metode spektrofotometri, tetapi
kendala yang dialami ialah terjadinya tumpang tindih spektra
karena kedua zat (parasetamol dan kafein) memiliki serapan
maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan sehingga
memerlukan proses pemisahan. Dengan menggunakan
spektrofotometri derivatif, dapat dilakukan analisis campuran
tanpa dilakukan pemisahan terlebih dahulu. Metode yang
dilakukan ialah pembuatan larutan stok, penentuan zero
crossing, pembuatan kurva baku, kemudian preparasi sample
untuk penentuan kadarnya. Penentuan kadar parasetamol
dilakukan terhadap zero crossing kafein, begitupun sebaliknya.
Zero crossing parasetamol berada pada panjang gelombang 225
nm dan zero crossing kafein ialah pada panjang galombang 249
nm. Kadar parasetamol di dalam campuran tersebut ialah
105,48% dan kadar kafein sebesar -225,05%.

Kata kunci : Parasetamol, Spektrofotometri Derivatif, Zero


Crossing, Kadar.

Abstract
Seen from its structure, paracetamol has a chromophore
and auksochrom group which can absorb radiation so that it can
be analyzed by spectrophotometric method, but the problem is
the overlapping of spectra because both substances
(paracetamol and caffeine) have maximum absorption at
adjacent wavelengths so it requires separation process. By using
derivative spectrophotometry, mixed analysis can be done
without separation. Method is done by making stock solution,
determining zero crossing, making standard curve, then sample
preparation for determination of levels. Determination of levels
of paracetamol carried out with the zero crossing of caffeine, and
otherwise. Zero crossing paracetamol is at 225 nm wavelength
and the caffeine zero crossing is at 249 nm wavelength. The
levels of paracetamol in the mixture were 105.48% and caffeine
levels of -225.05%.

Keyword : Paracetamol, Derivative Spectrophotometry, Zero


Crossing, Levels.

PENDAHULUAN melakukan pemisahan


Spektrofotometri terlebih dahulu
derivatif ultraviolet walaupun dengan
(UV) merupakan panjang gelombang
perkembangan dari yang berdekatan
spektrofotometri UV (Nurhidayah, 2007).
konvensional. metode Metode
ini dapat digunakan spektrofotometri
untuk menganalisis derivatif memiliki
campuran beberapa beberapa kelebihan
zat secara langsung antara lain, dapat
tanpa harus memilih puncak yang
tajam diantara Tur. selanjutnya
spektrum yang lebah,
dn A dn
meningkatkan resolusi = .b.c
d n d n
dari spektrum yang Rumus diatas sesuai
tumpang tindih, dengan hukum
mereduksi pengaruh lambert beer yang
dan gangguan seperti menyatakan bahwa
penghamburan, konsentrasi analit
matriks /serapan berhubungan secara
senyawa lain (Owen, linier dengan serapan
1996). pada panjang
Untuk menangani gelombang tertentu
masalah overlapping (Yanti, 2006).
dalam penentuan Pada
kadar dilakukan spektrofotometri
derivatif spektrum konvensional,
dengan menggunakan spektrum serapan
fungsi matematika merupakan plot
yaitu dengan memplot serapan (A) terhadap
slope dari serapan panjang gelombang
dengan nilai panjang (). Pada metode
gelombang (Skujins, derivatif, plot A
1986). Rumus yang terhadap ini
digunakan ialah: ditransformasikan
Spektrum pertama menjadi plot dA/d
A = . untuk derivatif
b. c pertama dan d2A/d2
Turunan pertama terhadap untuk
dA d derivatif kedua dan
= .b .c
d d seterusnya (Connors,
1982). Penentuan zero praktikum kali ini ialah
crossing dilakukan gelas kimia, kertas
dengan cara membuat perkamen, labu ukur,
semua larutan yang mortir, neraca analitik,
dibutuhkan terlebih pipet tetes, pipet
dahulu, kemudian volume, spatel,
dibuat kurva serapan spektrofotometer UV-
derivat pertama dari Vis dan stamper.
larutan-larutan yang Bahan-bahan
telah dibuat. Kurva yang digunakan ialah
serapan derivat HCl 0,1 N sebagai
pertama dari berbagai pelarut, kafein,
konsentrasi ditumpang parasetamol dan
tindihkan untuk sample tablet
masing-masing larutan parasetamol.
zat. Dari spektra Prosedur yang
derivat tersebut pertama kali dilakukan
ditentukan zero ialah pembuatan
crossing parasetamol larutan stok
oleh panjang parasetamol dan
gelombang yang kafein dengan
memiliki serapan nol konsentrasi 1000 ppm
(Naid, Kasim dan yang dilakukan dengan
Pakaya, 2011) cara menimbang
begitupun untuk parasetamol sebanyak
kafein. 100 mg kemudian
melarutkan ke dalam
METODE 100 ml HCl 01 N,
Alat yang begitu pun untuk
digunakan pada kafein.
Prosedur baku parasetamol :
selanjutnya ialah kafein dengan
penentuan zero perbandingan 10 : 10,
crossing parasetamol 20 : 10, 30 : 10. 40 :
dan kafein yang 10 dan 50 : 10.
dilakukan dengan cara Dilakukan juga
mengencerkan larutan pembuatan larutan
stok 1000 ppm baku kafein dengan
menjadi HCl 0,1 N cara membuat variasi
menjadi 10 ml 20 konsentrasi larutan
ppm, kemudian baku kafein :
memasukkan larutan parasetamol dengan
baku 20 ppm ke dalam perbandingan 10 : 10,
kuvet, lalu membuat 20 : 10, 30 : 10. 40 :
spektrum absorbansi 10 dan 50 : 10. Lalu
pada rentang 200-350 setiap konsentrasi
nm, setelah itu pada masing-masing
menurunkan spektrum larutan baku dilihat
absorbansi hingga spektrum
ditemukan nilai absorbansinya pada
dimana respon rentang 200-350 nm,
instrumen = 0. kemudian absorbansi
setelah dari tiap konsentrasi
penentuan zero diturunkan hingga
crossing, kemudian derivat dimana
dilakukan pembuatan ditemukan zero
kurva baku crossing kafein (pada
parasetamol dengan kurva baku
cara membuat variasi parasetamol) dan
konsentrasi larutan zero crossing
parasetamol (pada tersebut hingga halus,
kurva baku kafein), kemudian menimbang
setelah itu respon serbuk sebanyak 100
instrumen terhadap mg dan melarutkannya
larutan baku dilihat dengan 40 ml HCl 0,1
pada zero crossing N di dalam labu ukur,
kafein (pada kurva selanjutnya mengocok
baku parasetamol) dan larutan secara konstan
parasetamol (pada hingga homogen lalu
kurva baku kafein), dilakukan sentrifugasi,
kemudian membuat kemudian di add HCl
kurva baku respon 0,1 N hingga 100 ml,
instrumen terhadap setelah itu dilakukan
konsentrasi, membuat pengenceran hingga
persamaan garis dan konsentrasi sampel
menentukan nila R2 menjadi 20 ppm
dari kurva baku yang (awalnya 1000 ppm),
telah dibuat. kemudian
Prosedur yang memasukkan sampel
terakhir ialah preparasi ke dalam kuvet untuk
sampel untuk dilakukan pembacaan
menentukan kadarnya. absorbansi oleh
Preparasi sampel instrumen. Absorbansi
dilakukan dengan cara parasetamol dibaca
menimbang 20 tablet pada zero crossing
secara seksama, kafein, begitu pun
menggerus tablet sebaliknya.

HASIL
Tabel 1. Pembuatan HCl 0,1 N
NO. PERLAKUAN HASIL
1. Diambil sebanyak 2,1 mL HCl Didapat 2,1 mL HCl 37% dalam
37%, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
labu ukur 250 mL
2. Ditambahkan aquades ke dalam Didapatkan larutan HCl 0,1 N
labu ukur hingga tanda batas sebanyak 250 mL
kemudian dikocok hingga
tercampur

Tabel 2. Pembuatan Larutan Stok Parasetamol 500 ppm


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Ditimbang sebanyak 50 mg Didapat parasetamol sebanyak 50
parasetamol mg
2. Dimasukkan 50 mg parasetamol Didapat parasetamol di dalam labu
ke dalam labu ukur 100 ml ukur 100 ml
3. Ditambahkan HCl ke dalam labu Didapat larutan stok parasetamol
ukur hingga tanda batas lalu dengan konsentrasi 500 ppm
dikocok hingga parasetamol larut sebanyak 100 ml

Tabel 3. Pembuatan Larutan Stok Kafein 500 ppm

NO. PERLAKUAN HASIL


1. Ditimbang sebanyak 50 mg kafein Didapat kafein sebanyak 50 mg
2. Dimasukkan 50 mg kafein ke Didapat kafein di dalam labu ukur
dalam labu ukur 100 ml 100 ml
3. Ditambahkan HCl ke dalam labu Didapat larutan stok kafein dengan
ukur hingga tanda batas lalu konsentrasi 500 ppm sebanyak 100
dikocok hingga kafein larut ml

Tabel 4. Pembuatan Larutan Stok Parasetamol 100 ppm


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Diambil sebanyak 5 ml larutan Didapat 5 ml larutan stok
stok parasetamol 500 ppm, lalu parasetamol 500 ppm dalam labu
dimasukkan ke dalam labu ukur ukur 250 ml
25 ml
2. Ditambahkan HCl ke dalam labu Didapat larutan stok parasetamol
ukur hingga tanda batas, 100 ppm sebanyak 25 ml
kemudian dikocok hingga tanda
batas

Tabel 5. Pembuatan Larutan Stok Kafein 100 ppm


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Diambil sebanyak 5 ml larutan Didapat 5 ml larutan stok kafein
stok kafein 500 ppm, lalu 500 ppm dalam labu ukur 250 ml
dimasukkan ke dalam labu ukur
25 ml
2. Ditambahkan HCl ke dalam labu Didapat larutan stok kafein 100
ukur hingga tanda batas kemudian ppm sebanyak 25 ml
dikocok.

Tabel 6. Penentuan Zero-Crossing Parasetamol


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Diambil sebanyak 0,4 ml larutan Didapat larutan baku parasetamol
stok parasetamol 500 ppm, lalu dengan konsentrasi 20 ppm
dimasukkan ke dalam labu ukur
10 ml dan di ad HCl 0,1N hingga
tanda batas
2. Dimasukkan larutan baku Didapat larutan baku parasetamol
parasetamol ke dalam kuvet di dalam kuvet
3. Dibuat spektrum absorbansi pada Didapat spektrum absorbansi
rentang 200-350 nm parasetamol.
4. Diturunkan spektrum absorbansi Didapat zero-crossing pct :
225 nm = 0
hingga diperoleh nilai dimana
249 nm = - 0,0088
respon instrument = 0

Tabel 7. Penentuan Zero-Crossing Kafein


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Diambil sebanyak 0,4 ml larutan Didapat larutan baku kafein dengan
stok kafein 500 ppm, lalu konsentrasi 20 ppm
dimasukkan ke dalam labu ukur
10 ml dan di ad HCl 0,1N hingga
tanda batas
2. Dimasukkan larutan baku kafein Didapat larutan baku kafein di
ke dalam kuvet dalam kuvet
3. Dibuat spektrum absorbansi pada Didapat spektrum absorbansi kafein
rentang 200-350 nm
4. Diturunkan spektrum absorbansi Didapat zero-crossing kafein :
225 nm = - 0,0009
hingga diperoleh nilai dimana
249 nm = 0,0097
respon instrument = 0

Tabel 8. Pembuatan Kurva Baku Parasetamol


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Dibuat 10 ml larutan baku Didapat 10 ml larutan baku
parasetamol dengan berbagai parasetamol dengan variasi
variasi konsentrasi parasetamol : konsentrasi parasetamol : kafein,
kafein 50:10, 40:10, 30:10, 20:10, 10:10
2. Dimasukkan larutan baku kafein Didapat larutan baku kafein di
ke dalam kuvet dalam kuvet
3. Dibuat 7pectrum absorbansi pada Didapat spektrum absorbansi
tiap variasi konsentrasi pada 200- parasetamol:kafein dalam berbagai
350 nm konsentrasi
4. Diturunkan 7pectrum absorbansi Didapat zero-crossing kaf : 249 nm
pada tiap variasi konsentrasi
hingga diperoleh derivate
ditemukan zero-crossing kaf
5. Dilihat respon instrument terhadap Konsentrasi Absorbansi
larutan baku pada zero-crossing kaf 50 : 10 0,0551
40 : 10 0,0398
30 : 10 0,020
20 : 10 0,0049
10 : 10 - 0,0099
6. Dibuat Kurva Baku respon Didapat R2 = 0,9973
instrument terhadap konsentrasi

Tabel 9. Pembuatan Kurva Baku Kafein


NO. PERLAKUAN HASIL
1. Dibuat 10 ml larutan baku kafein Didapat 10 ml larutan baku
dengan berbagai variasi parasetamol dengan variasi
konsentrasi kafein : parasetamol konsentrasi kafein : parasetamol,
50:10, 40:10, 30:10, 20:10, 10:10
2. Dimasukkan larutan baku kafein : Didapat larutan baku kafein :
parasetamol ke dalam kuvet parasetamol di dalam kuvet
3. Dibuat 7pectrum absorbansi pada Didapat 7pectrum absorbansi
tiap variasi konsentrasi pada 200- kafein : parasetamol dalam
350 nm berbagai konsentrasi
4. Diturunkan 7pectrum absorbansi Didapat zero-crossing pct : 225 nm
pada tiap variasi konsentrasi
hingga diperoleh derivate
ditemukan zero-crossing pct
5. Dilihat respon instrument Konsentrasi Absorbansi
terhadap larutan baku pada zero- 50 : 10 0,0153
40 : 10 0,0086
crossing parasetamol
30 : 10 0,005
20 : 10 0,0008
10 : 10 - 0,0035
6. Dibuat Kurva Baku respon Didapat R2 = 0,9878
instrument terhadap konsentrasi

Tabel 10. Preparasi Sampel

NO. PERLAKUAN HASIL


1. Ditimbang 20 sampel tablet satu Didapatkan:
per satu lalu digerus - Berat total 20 tablet : 10,228 gram.
- Berat rata-rata tablet : 0,5114 gram.
menggunakan mortir dan stamper
hingga halus.
2. Ditimbang serbuk sampel Didapatkan sampel tablet dalam 50
sebanyak 100 mg di ad 50 mL mL HCl 0,1 N.
HCl 0,1 N dalam labu ukur.
3. Larutan disonikasi hingga serbuk Sampel larut dalam HCL 0,1 N.
larut.
4. Ad larutan sampel yang telah Didapatkan larutan sampel
disonikasi dengan HCl 0,1 N konsentrasi 1000 ppm.
hingga 10 mL.
3. Diambil 0,5 mL larutan sampel Didapatkan larutan sampel
konsentrasi 1000 ppm lalu di ad konsentrasi 50 ppm.
10 mL HCl 0,1 N.
4. Diambil 4 mL larutan sampel Didapatkan larutan sampel
konsentrasi 50 ppm lalu di ad 10 konsentrasi 20 ppm.
mL HCl 0,1 N.

Tabel 11. Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol dan Kafein

NO. PERLAKUAN HASIL


1. Larutan sampel 20 ppm Didapatkan larutan sampel 20 ppm
dimasukkan ke dalam kuvet dan dalam kuvet.
dilihat spektrum absorbansinya
dengan menderivatisasi.
2. Spektrum absorbansi diturunkan Didapatkan nilai absorbansi PCT
hingga derivat dimana ditemukan pada zero crossing kafein :
zero crossing kafein lalu dicatat nilai 225 nm = 0,0140
respon instrumennya. 249 nm = - 0,0107
3. Nilai respon instrumen Didapatkan persamaan kurva baku
dimasukkan ke dalam persamaan parasetamol y = 0,0016x 0,0272
kurva baku parasetamol.
4. Dihitung kadar parasetamol dalam Didapatkan kadar parasetamol dalam
sampel sampel sebesar 105,48%.
5. Spektrum absorbansi diturunkan Didapatkan nilai absorbansi kafein
hingga derivat dimana ditemukan pada zero crossing PCT :
zero crossing PCT lalu dicatat nilai 225 nm = - 0,0106
respon instrumennya. 249 nm = - 0,0107
6. Nilai respon instrumen Didapatkan persamaan kurva baku
dimasukkan ke dalam persamaan kafein y = 0,0005x 0,0084
kurva baku kafein.
7. Dihitung kadarkafein dalam Didapatkan kadar kafein
sampel dalamsampel sebesar - 225%.

Grafik Kurva Baku Kafein

Grafik 1. Kurva Baku Kafein

C (Konsentrasi) Y (Absorbansi)
50 0,0153
40 0,0086
30 0,005
20 0,0008
10 -0,0035

Grafik Kurva Baku Parasetamol


Grafik 2. Kurva Baku Parasetamol

Kurva Baku Parasetamol


0.06
f(x) = 0x - 0.03
0.04
R = 1
Absorbansi Y
0.02 Linear (Y)

0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
-0.02
Konsentrasi

C (Konsentrasi) Y (Absorbansi)
50 0,0551
40 0,0398
30 0,0202
20 0,0049
10 -0,0096

PERHITUNGAN = 0.4403 kg =
Pengenceran HCl 37% 440.3 gram
a 1000
x
Mr ml
a = 37% x 1.19 kg/l
440.3 V1 = 5 mL
x
36.5
diambil 5 ml larutan
1000 stok PCT 1000 ppm
x valensi
100 dan larutan kafein 1
= 12.06 N ml dan di ad 10 ml
HCl 0.1 N
12.06 x V1 = 0.1 x HCl 0.1 N.
500 b. Parasetamol 40 ppm
50
V1 = = (40:10)
12,06
100 x V1 = 40 x 10
4.14 ml V1 = 4 mL diambil

Zero Crossing 4 ml larutan stok

Parasetamol dan PCT 100 ppm dan

Kafein (20 ppm) larutan kafein 1 ml


500 x V1 = 20 x 10 dan di ad 10 ml HCl
200
V1 = = 0.4 mL 0.1 N.
500
diambil larutan stok c. Parasetamol 30 ppm
0.4 ml di ad 10 ml HCl (30:10)
100 x V1 = 30 x 10
0.1 N
V1 = 3 mL
Kurva Baku PCT & diambil 3 ml larutan
Kafein stok PCT 100 ppm
Pengenceran awal dan larutan kafein 1
500 x V1 = 100 x 25
V1 = 5 mL diambil ml dan di ad 10 ml
larutan stok sebanyak 5 HCl 0.1 N.
ml dan di ad 25 ml HCl d. Parasetamol 20 ppm
0.1 N (20:10)
100 x V1 = 30 x 10
Pembuatan Kurva V1 = 3 mL
Baku Parasetamol diambil 2 ml larutan
a. Parasetamol 50 ppm
stok PCT 100 ppm
(50:10)
100 x V1 = 50 x 10 dan larutan kafein 1
ml dan di ad 10 ml c. Kafein 30 ppm
HCl 0.1 N. (30:10)
100 x V1 = 30 x 10
e. Parasetamol 10 ppm V1 = 3 mL diambil
(10:10) 3 ml larutan stok
100 x V1 = 10 x 10
Kafein 100 ppm dan
V1 = 1 mL
larutan PCT 1 ml dan
diambil 1 ml larutan
di ad 10 ml HCl 0.1
stok PCT 100 ppm
N.
dan larutan kafein 1
ml dan di ad 10 ml d. Kafein 20 ppm
HCl 0.1 N. (20:10)
100 x V1 = 30 x 10
Pembuatan Kurva V1 = 3 mL diambil
Baku Kafein 2 ml larutan stok
a. Kafein 50 ppm Kafein 100 ppm dan
(50:10) larutan PCT 1 ml dan
100 x V1 = 50 x 10
V1 = 5 mL diambil di ad 10 ml HCl 0.1
5 ml larutan stok N.
Kafein 100 ppm dan e. Kafein 10 ppm
larutan PCT 1 ml dan (10:10)
di ad 10 ml HCl 0.1 100 x V1 = 10 x 10
V1 = 1 mL diambil
N.
1 ml larutan stok
b. Kafein 40 ppm Kafein 100 ppm dan
(40:10) larutan PCT 1 ml dan
100 x V1 = 40 x 10
V1 = 4 mL diambil di ad 10 ml HCl 0.1
4 ml larutan stok N.
Kafein 100 ppm dan Pengenceran Larutan
larutan PCT 1 ml dan
Sampel
di ad 10 ml HCl 0.1 a. Larutan sampel
N. 1000 ppm
Dilarutkan 100 mg
Bobot tablet rata-rata
serbuk sampel dalam
100 mL HCl 0,1 N = 511,43 mg

dalam labu ukur. Konsentrasi

b. Pengenceran 1000 parasetamol dalam

ppm 50 ppm 1000 ppm


V1 . N1 = V2 . N2 1000
=
V1 . 1000 = 10 . 50 20
V1 = 0,5 mL
x
larutan sampel ad 10 10.3125
mL HCl 0,1 N. x = 515.625 ppm

c. Pengenceran 50 ppm Berat (mg) dalam

20 ppm 1000 ppm


V1 . N1 = V2 . N2 1000
V1 . 50 = 10. 20 515.625 ppm
V1 = 4 mL
100
larutan sampel ad 10 =
x
mL HCl 0,1 N. x =
51.5625 mg
Perhitungan Kadar
Parasetamol Berat (mg) per tablet
Persamaan kurva baku 100 mg
=
511.43 mg
parasetamol :
y = 0,0016x 0,0272 51.5625 mg
zero-crossing kafein : 249
x
nm X = 263.706
=
mg
-0,0107
Kadar parasetamol
Y = 0,0016x 0,0272
dalam 1 tablet
-0,0107= 0,0016x
263.706 mg
x
0,0272 511.43 mg
0,0165
X = 100% = 51.56%
0,0016
= 10,3125
Kadar parasetamol
g/mL
dibanding etiket
263.706 mg 22 mg x 511,43 mg
= x =112,5146 mg
250 mg 100 mg sampel
100%
Kadar kafein dalam 1
= 105.4824%
tablet
Perhitungan Kadar 112,5146 mg
x 100 =22
511,43 mg
Kafein
Persamaan kurva baku
Kadar kafein
parasetamol :
y = 0,0005x 0,0084 dibandingkan dengan
zero-crossing parasetamol : etiket
225 nm 112,5146 mg
x 100
= 50 mg
-0,0106 225,03
Y = 0,0005x
PEMBAHASAN
0,0084 Kali ini dilakukan
-0,0106= 0,0005x
praktikum dengan
0,0084
0,0022 tujuan untuk
X =
0,0005
memahami cara
= -4,4
menghitung kadar zat
g/mL
aktif dalam senyawa
Bobot tablet rata-rata
campuran dan juga
= 511,43 mg
untuk mengetahui cara
Konsentrasi kafein menentukan zero
dalam 1000 ppm crossing dari suatu
1000 ppm
spektrum. Metode
x 4,4 p p=220 ppm
20 ppm
yang digunakan pada
Berat (mg) kafein praktikum kali ini ialah
dalam 1000 ppm spektrofotometri UV-
220 ppm x 100 mg
=22m g
1000 ppm Vis.
Spektroskopi adalah
Berat (mg) kafein
salah satu teknik analisis
dalam 1 tablet
fisiko-kimia yang
mengamati tentang interaksi tunggal, misalnya
atom atau molekul dengan alkana. Eksitasi
radiasi elektromagnetik elektron (-*)
(REM). Spektrofotometri diberikan oleh ikatan
ultraviolet adalah salah satu rangkap dua dan tiga,
teknik analisis spektroskopi juga terjadi pada
yang memakai sumber daerah ultraviolet jauh.
radiasi elektromagnetik Eksitasi elektron (n-*)
ultraviolet dekat (190-380 terjadi pada gugus
nm) dengan memakai karbonil (dimetil keton
instrument spektrofotometer dan asetaldehid) yang
(Mulja dan Suharman, terjadi pada daerah
1995). ultraviolet jauh (Mulja
Apabila suatu dan Suharman, 1995).
molekul dikenai radiasi Suatu molekul dapat
elektromagnetik maka menyerap radiasi
akan terjadi eksitasi ke elektromagnetik jika
tingkat energi yang memiliki kromofor, yaitu
lebih tinggi yang gugus penyerap dalam
dikenal sebagai orbital molekul. Molekul yang
elektron antibonding. mengandung kromofor
Ada empat tipe transisi disebut kromogen. Pada
elektronik yang senyawa organik dikenal
mungkin terjadi yaitu pula gugus auksokrom, yaitu
-*, n-*, n-*, dan - gugus yang tidak menyerap
*. Eksitasi elektron (- radiasi namun bila terikat
*) memberikan energi bersama kromofor dapat
yang terbesar dan meningkatkan penyerapan
terjadi pada daerah oleh kromofor atau
ultraviolet jauh yang mengubah panjang
diberikan oleh ikatan gelombang serapan
maksimum (Christian, tidak lebih dari 101 %
2004). C8H9NO2 dihitung
terhadap zat anhidrat.
Tablet parasetamol
mengandung tidak
Gambar 1. Struktur kurang dari 90 % dan
Parasetamol
tidak lebih dari 110 %
Dilihat dari
C8H9NO2 dari jumlah
struktur kimianya,
yang tertera pada
parasetamol memiliki
etiket. Kafein
gugus gugus kromofor
mengandung tidak
(-CO) dan auksokrom
kurang dari 98,5 % dan
(-OH). Begitu juga
tidak lebih dari 101 %
dengan kafein. Dilihat
C8H10N4O2 dihitung
dari struktur kimianya,
terhadap zat anhidrat.
kafein memiliki gugus
Tablet kafein
kromofor (-CO).
mengandung tidak
kurang dari 90 % dan
tidak lebih dari 110 %
C8H10N4O2 dari jumlah
yang tertera pada
Gambar 2. Struktur Kimia etiket (Depkes RI,
Kafein 1995).
Itulah alasan mengapa Alasan lainnya
analisis dilakukan yakni karena serapan
dengan menggunakan maksimum
metode parasetamol dan
spektrofotometri UV- kafein berada pada
Vis. Parasetamol panjang gelombang
mengandung tidak yang berdekatan yakni
kurang dari 98 % dan
249 dan 272 nm. Hal kafein ialah y = 0,0005x
tersebut 0,0084 dengan nilai R2 =
menyebabkan 0,0878.
terjadinya tumpang Penentuan kadar
tindih spektrum secara senyawa dilakukan
total. Spektrum yang terhadap zero
tumpang tindih crossing nya.
menyebabkan Penentuan zero
kesulitan dalam crossing dilakukan
penetapan kadar dengan cara membuat
kedua senyawa ini. kurva serapan derivat
Metode pertama kemudian
spektrofotometri UV- menurunkan spektrum
Vis tertentu dapat absorbansinya hingga
digunakan untuk ditemukan nilai
meningkatkan dimana respon
pemecahan puncak instrumen = 0.
yang saling tumpang Penentuan kadar
tindih (Naid, Kasim dan parasetamol
Pakaya, 2011). menggunakan zero
Sebelum crossing kafein
dilakukan penentuan sedangkan penentuan
kadar, terlebih dahulu kadar kafein dilakukan
dibuat persamaan terhadap zero
kurva baku dari kedua crossing parasetamol.
senyawa. Persamaan Hal tersebut dilakukan
kurva baku agar ketika dilakukan
parasetamol ialah y = penentuan kadar dari
0,0016x 0,0272 dengan salah satu senyawa,
nilai R2 = 0,997 dan senyawa yang lainnya
persamaan kurva baku tidak terbaca (tidak
memberikan 105,48 % dan kafein
absorbansi /absorbansi sebesar -225,05 %.
= 0). zero crossing Dapat menentukan
parasetamol ialah zero crossing
pada panjang parasetamol dan
gelombang 225 nm kafein derivat pertama
dan zero crossing zero crossing
kafein berada pada parasetamol adalah
panjang gelombang 225 nm dan kafein
249 nm. Kadar yang ialah 249 nm.
diperoleh ialah
parasetamol sebesar DAFTAR PUSTAKA
105,48 % dan kafein Christian, G. D. 2004.
sebesar -225 %. Nilai Analytical
tersebut belum sesuai Chemistry, 6th ed,
dengan literatur, hal 456. USA: John
tersebut dapat Willey & Sons, Inc.
disebabkan oleh Connors, K. A. 1982. A
kesalahan-kesalahan Textbook of
pada saat melakukan Pharmaceutical
prosedur percobaan. Analysis, 3rd ed.
New York: Willey.
SIMPULAN Depkes RI. 1995.
Dapat memahami Farmakope
cara menghitung kadar Indonesia ed.IV.
zat aktif dalam Jakarta: Depkes RI.
senyawa campuran Mulja, M. dan
dimana kadar yang Suharman. 1995.
didapatkan ialah Analisis
parasetamol sebesar Instrumental.
Surabaya: Spectroscopy.
Airlangga Waldbronn:
University Press. Hewlett-Packard.
Naid, T., S. Kasim dan Skujins, S. 1986.
M. Pakaya. 2011. Applications of UV-
Penetapan Kadar Visible Derivative
Parasetamol dalam Spectrophotometry
Tablet Kombinasi . Stenhaus trasse:
Parasetamol Varian AG.
dengan Kofein Travallali, H. dan
secara Salam, M. 2009.
Spektrofotometri Simultaneous
Ultraviolet-Sinar Determination of
Tampak. Majalah Caffeine and
Farmasi dan Paracetamol by
Farmakologi, vol. Zero Crossing
15, no. 2, hal. 77- Second Derivative
82, Juli 2011. Spectrophotometry
Nurhidayati, L. 2007. in Pharmaceutical
Spektrofotometri Preparations.
Derivatif dan Asian-Journal of
Aplkasinya dalam Chemistry, 21 (3),
Bidang Farmasi. pp. 1949-1956.
Jurnal Ilmu Yanti, N. 2006. Metode
Kefarmasian Cepat Kuantifikasi
Indonesia, vol. 5, Terfedin dalam
93-99. Sediaan Farmasi
Owen, T. 1996. secara
Fundamentals of Spektrofotometri
UV-Visible Derivatif
Ultraviolet. 197.pdf (diakses
Available at pada 24 April
https://core.ca.uk/d 2017).
ownload/pdf/32372

Anda mungkin juga menyukai