1. PENDAHULUAN
Perkembangan obat pada saat menjadi sudah banyak bentuk dan
persediaanya sehingga obat penggunaan obat telah mengalami banyak
peningkatan. Kombinasi obat dapat memberikan potensi dan reaksi yang semakin
meningkat untuk dapat memberikan keringanan pada rasa sakit dengan cepat dan
efek samping yang lebih rendah [1]. Hal ini menjadikan kombinasi obat seperti
parasetamol
99
1. PENDAHULUAN obat dapat memberikan potensi dan reaksi yang
2. semakin meningkat untuk dapat memberikan
Perkembangan obat pada saat menjadi keringanan pada rasa sakit dengan cepat dan
sudah banyak bentuk dan persediaanya efek samping yang lebih rendah [1]. Hal ini
sehingga obat penggunaan obat telah menjadikan kombinasi obat seperti parasetamol
mengalami banyak peningkatan. Kombinasi
100
ISSN 2302-
7274
101
ISSN 2302-
7274
versus data konsentrasi larusan seri. Nilai r kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap
mendekati 1, berarti parameter linieritas fasa diam sehingga terjadi perbedaan waktu
terpenuhi. perpindahan setiap komponen dalam campuran
LOD dan LOQ [4].
Langkah pertama yang dilakukan
Untuk LOD dan LOQ, kadar adalah membuat larutan standar internal asam
sebenarnya dari larutan seri disubstitusi ke benzoate dengan metanol. Penggunaan standar
dalam persamaan regresi linier sehingga internal dalam preparasi sampel yang rumit dan
diperoleh nilai y”. Simpangan baku residualnya panjang diperlukan untuk mengkoreksi sampel
ditentukan lalu dihitung nilai LOD dan LOQ. yang hilang selama preparasi [5]. Langkah
Apabila LOD lebih kecil dari kadar sampel berikutnya yaitu pembuatan larutan A berupa
maka sampel dapat terdeteksi, apabila nilai campuran Metanol : asam asetat glasial 95:5.
LOQ lebih kecil dari kadar sampel maka Larutan A digunakan sebagai pelarut untuk
sampel dapat dikuantifikasi. melarutkan sampel dan pembuatan larutan seri
berbagai konsentrasi serta sebagai pelarut pada
Akurasi pembuatan larutan uji. Penggunaan campuran
Nilai perolehan kembali kadar pelarut Metanol : Asam Asetat Glasial di
parasetamol dan kafein terhadap kadar pada dasarkan pada perbedaan kepolaran senyawa
kemasan diperoleh dengan menggunakan 3 parasetamol dan kafein. Campuran pelarut
konsentrasi berbeda dengan 3 kali replikasi (80 Metanol : Asam asetat Glasial bersifat polar
ppm, 100 ppm, 120 ppm). Data AUC yang sehingga mampu melarutkan kafein dan
parasetamol [6].
diperoleh disubstitusi ke dalam persamaan
Larutan stok parasetamol dan kafein
regresi linier dan persentase perolehan kembali
dengan konsentrasi 0,25 mg/mL dimana larutan
dapat dihitung, stok adalah larutan yang mengandung satu atau
lebih komponen media yang konsentrasinya
Presisi lebih tinggi dari konsentrasi larutan lain yang
Tiga konsentrasi berbeda dengan 3 kali akan dibuat [7]. Setelah pembuatan larutan stok
replikasi (80 ppm, 100 ppm, 120 ppm) dilanjutkan dengan pembuatan larutan standar
digunakan untuk mencari data presisi. Data parasetamol dan kafein (0,1 mg/mL.). Langkah
AUC yang diperoleh disubstitusi ke dalam berikutnya yaitu pembuatan larutan seri
persamaan regresi linier, diperoleh nilai kadar parasetamol dan kafein dengan variasi
uji. Nilai SD dan RSD dihitung dan apabila konsentrasi yang digunakan untuk parasetamol
nilai RSD <2% maka metode yang digunakan secara berturutturut adalah 60: 70 : 80 : 90 dan
valid. 100 ppm. Sementara untuk standar kafein
berturut turut adalah 5 : 10 : 15 : 20 dan 25
ppm.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan fase gerak campuran
Berdasarkan hasil penelitian yang metanol: asam asetat: air (28:3:69) tersebut
dilakukan dalam menentukan kadar didasarkan pada kondisi kromatografi yang
parasetamol dan kafein dalam sampel obat dipilih yaitu kromatografi partisi fase terbalik,
dengan instrumen HPLC. Sampel obat yang karena kedua senyawa analit bersifat polar
digunakan adalah jenis obat sakit kepala yaitu sehingga untuk mengelusinya dengan cepat
panadol. Adapun prinsip dasar dari HPLC digunakan fase gerak yang polar sesuai dengan
(High Performance Liquid Chromatography) kepolaran kedua senyawa analit, serta
yaitu pemisahan analit dalam kolom menggunakan kolom C-18 yang bersifat non
kromatografi berdasarkan kepolarannya pada polar agar kedua analit dapat terpisah akibat
aliran fase gerak yang membawa campuran perbedaaan interaksi tiap analit dengan fase
analit melalui fase diam dimana pemisahan diam [8].
komponen-komponen terjadi karena perbedaan
102
ISSN 2302-
7274
14000
12000 A y = 20,857x - 12575
10000 R² = 0,9976
AU 8000
C 6000
4000
2000
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
C (ppm)
900 B
800
700 y = 2,114x + 524
AU R² = 0,9986
600
C 500
400
300
200
100
0
0 50 100 150 200 250
C (ppm)
Larutan uji Parasetamol Kafein dengan atau minimal 6 penetapan pada konsentrasi uji
konsentrasi 80, 100 dan 120 ppm. Larutan uji 100%) [10].
adalah larutan yang diperlakukan sama dengan Sampel yang digunakan adalah sediaan
larutan sampel yang konsentrasinya telah farmasi berupa obat sakit kepala yaitu Panadol.
diketahui sebelumnya [9]. Replikasi larutan uji Pelarut yang digunakan merupakan campuran
sebanyak 3 kali digunakan untuk validasi metanol : asam asetat glasial 95:5 yang
metode presisi dan akurasi. Dokumen ICH merupakan pelarut polar. Pemilihan campuran
merekomendasikan bahwa akurasi ditetapkan pelarut metanol : asam asetat glasial 95:5
dengan menggunakan minimal 9 penetapan diharapkan mampu melarutkan parasetamol dan
meliputi 3 tingkat konsentrasi berbeda yang kafein yang bersifat polar [6].
telah ditetapkan (misalnya 3 konsentrasi dan 3 Larutan fase gerak berupa metanol :
replikasi untuk masing-masing konsentrasi) dan asam asetat glasial : aquadest (28:3:69)
repetabilitas (Presisi) ditentukan dengan difiltrasi melalui membran. Diatur suhu kolom
menggunakan minimal 9 penetapan meliputi menjadi 45 ± 1°C, kemudian sebanyak 10 μL
suatu rentang konsentrasi khusus untuk fase gerak diinjeksi melalui selang pelarut ke
prosedur (misalnya 3 konsentrasi dan 3 dalam alat yang kecepatan alirnya sudah diatur
replikasi untuk masing-masing konsentrasi, 2 mL/menit. Fase gerak yang berupa metanol :
103
ISSN 2302-
7274
asam asetat glasial : aquadest (28:3:69) akan tujuan penggunaannya. Validasi yang
secara otomatis di-degassing dalam instrument dilakukan pada praktikum ini adalah linieritas,
(USP, 2009). Pengaturan suhu kolom menjadi presisi, akurasi, LOD dan LOQ [10]
45 ± 1°C bertujuan untuk membantu proses
pemisahan analit. Kecepatan laju alir 2 Linearitas
mL/menit bertujuan agar fase gerak lebih cepat Linieritas diperoleh dari data AUC dan
menuju kolom serta agar analit lebih cepat konsentrasi seri masing-masing sampel yakni
terpisahkan karena sampel yang diinjeksikan parasetamol dan kafein. Berdasarkan data yang
sedikit sehingga waktu yang perlukan relative diperoleh, kurva baku larutan seri parasetamol
2
singkat [11]. Analisis senyawa dilakukan diperoleh R = 0,9976 dengan persamaan
dengan penginjeksian larutan seri pada panjang regresi yang diperoleh adalah y = 20.857x –
gelombang 200-300 nm. Penginjeksian 12575 . Sedangkan kurva baku larutan seri
2
dilakukan dari konsentrasi terendah hingga kafein diperoleh R = 0,9986, dengan
konsentrasi tertinggi. Hal ini dilakukan agar persamaan regresi yang diperoleh adalah y =
tidak mempengaruhi hasil kromatogram yang 2.114x + 524.
diperoleh dimana apabila penginjeksian
dilakukan dari konsentrasi tinggi ke rendah LOD dan LOQ
ditakutkan akan tersisa larutan dengan Untuk validasi metode LOD dan LOQ
konsentrasi tinggi pada larutan dengan diperoleh nilai batas deteksi (26.7489 ng/10µL)
konsentrasi rendah sehingga hasil dan batas kuantifikasi (89,1628 ng/10µL) dan
kromatogramnya menghasilkan puncak yang Kadar larutan sampel parasetamol 998,226
tinggi [12]. ng/10µL karena kadar sampel parasetamol
Kolom yang digunakan dalam melebihi nilai batas deteksi sehingga sampel
percobaan ini adalah kolom yang berisi fasa parasetamol dapat dideteksi namun tidak dapat
diam C-18 dengan panjang 15 cm yang bersifat dikuantifikasi. Untuk sampel kafein nilai batas
nonpolar dan merupakan hasil reaksi antara deteksi (172,3503 ng/10µL) dan batas
silika dengan alkilklorosilana dimana gugus kuantifikasi (574,5012 ng/10µL) dan Kadar
alkilnya (R) adalah n-oktadesil. Fasa diam larutan sampel kafein 17,265 ng/10µL karena
tersebut terikat pada fasa pendukung yaitu kadar sampel kafein tidak melebihi nilai batas
silika. Dalam hal ini, fasa diam lebih nonpolar deteksi dan kuantifikasi maka sampel kafein
dari fasa geraknya sehingga mode yang tidak dapat dideteksi dan dikuantifikasi.
digunakan adalah mode fasa terbalik. HPLC Penetapan kadar parasetamol dan kafein
fasa terbalik ini baik untuk memisahkan diperoleh kadar %b/b parasetamol 36,676 %
campuran komponen-komponen yang bersifat b/b dengan nilai %recovery 100.0176% dan
polar seperti parasetamol dan kafein. fasa diam kadar %b/b kafein 0,632 % b/b dengan nilai %
yang digunakan dalam HPLC harus tahan recovery 97.4295% Kadar yang diperoleh
terhadap tekanan tinggi, karena apabila sesuai dengan rentang yang tertera pada
digunakan struktur dengan pori yang besar akan monografi dimana kadar parasetamol dalam
mudah rusak. Hal ini disebabkan menurunnya tablet mengandung 95,0% dan tidak lebih dari
permeabilitas akibat tekanan tinggi. Sementara 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dan
proses elusi yang digunakan adalah isokratik. tablet Kofein mengandung C8H10N4O2 tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
Mode isokratik dilakukan pada temperatur tetap
(Kemenkes RI, 2014).
dan komposisi fasa geraknya tetap selama
pengukuran berlangsung [9]. Detektor yang
Akurasi dan Presisi
digunakan pada praktikum kali ini adalah Berdasarkan data yang diperoleh, nilai
photodiode-array (PDA) dengan berbagai RSD larutan uji parasetamol adalah 0,4437%
keistimewaan. Detektor ini mampu memberika dan nilai RSD larutan uji kafein 2.8959%.
kumpulan kromatogram secara simultan pada Karena nilai RSD larutan uji parasetamol < 2%
panjang gelombang yang berbeda dalam sekali maka validasi metode parameter presisi valid.
prose (single run) [12]. Langkah selanjutnya Sedangkan pada kafein nilai RSD > 2% maka
yaitu melakukan validasi metode. Validasi validasi metode parameter presisi tidak valid.
metode suatu prosedur analisis adalah proses Untuk validasi presisi diperoleh rata-rata %
yang ditetapkan melalui kajian laboratorium recovery larutan uji parasetamol adalah
bahwa karakteristik kinerja prosedur tersebut 100.0176% dan rata-rata % recovery larutan uji
telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
104
ISSN 2302-
7274
menunjukan konsentrasi sampel tersebut tidak edition. 490. Florida: Harcourt Brace
dapat dideteksi dan dikuantifikasi karena College Publishers.
konsentrasi terendah untuk dapat dikuantifikasi [9] Watson, 1999, Pharmaceutical Analysis,
dan dideteksi melebihi konsentrasi larutan 98, 238, Churchill Livingstone, London.
sampel. Sehingga tidak dapat mendeteksi dan [10] Kemenkes RI. 2014. Farmakope
menguantifikasi kafein dalam sampel . Indonesia. Edisi V. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
5. DAFTAR PUSTAKA [11] Hendayana, Sumar.2006.Kimia Pemisahan
[1] Chaudhary, J., Jain A., and Saini, V. 2011. Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Simultaneous Estimation of Modern. Bandung : Remaja Rosdakarya
Multicomponent Formulations by UV- Offset.
Visible Spectroscopy: An Overview. [12] Day, R. A. dan A. L. Underwood. 1980.
International Research Journal of Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Pharmacy. 2(12), 81-83 Penerbit Erlangga.
[2] Weston, A., and R.P. Brown.1997.HPLC
and CE Principles and Practic. USA :
Academic Press.
105