Anda di halaman 1dari 6

VERIFIKASI METODE ANALISIS KADAR KAFEIN

DALAM OBAT SAKIT KEPALA MEREK B


Robby Hadi Syahputra
Program Studi Kimia Analisis Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Padang
Jalan Limau Manis, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25176
robbyhadisyahputra10@gmail.com

ABSTRAK

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan metode standar analisis yang digunakan untuk
pemisahan komponen di dalam sampel berdasarkan kepolarannya. Tujuan penelitian dilakukan untuk
memverifikasi metode analisis kadar kafein dalam sampel. Kondisi optimum dalam penelitian ini menggunakan
kolom C18 dan air : metanol (60:40) sebagai fasa gerak. Detektor yang digunakan dengan panjang gelombang
275 nm. Hasil penetapan kadar kafein dalam sediaan dengan 3 kali pengulangan yaitu 98,15%. Kadar kafein
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi VI yaitu tablet mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kadar kafein dalam mg didapatkan sebesar 49,5728
mg. Dimana kadar kafein dalam mg pada etiket obat sakit kepala merek B yaitu 50 mg. Hasil uji linearitas
kafein masing-masing standar memenuhi syarat dan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,9991 dengan
persamaan regresi linear y = 20869,3 + 63477,54 (x). Hasil uji batas deteksi kafein diperoleh nilai sebesar
0,00011 mg/L. Sedangkan batas kuantitasi kafein diperoleh nilai sebesar 0,00037 mg/L. Hasil uji presisi
memenuhi syarat dan diperoleh nilai %RSD kafein 2,41%. Hasil uji akurasi memenuhi syarat dan diperoleh nilai
persentase perolehan kembali kafein sebesar 109,62 %. Metode analisis yang digunakan pada penelitian
dinyatakan cocok untuk dilakukan pengujian kadar kafein dalam obat secara rutin di laboratorium.

Kata kunci: kafein, obat sakit kepala, verifikasi, linearitas, batas deteksi, batas kuantitasi, presisi, akurasi,
KCKT.

ABSTRACT

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) is a standard analytical method used for assaying
pharmaceutical preparations. The purpose of this study was to verify the caffeine content in the sample based on
the Indonesian Pharmacopoeia VI edition. In this study, using column C18 and water : methanol (60:40) as the
mobile phase. The detector used with a wavelength of 275 nm. The result of determination of caffeine content in
tablet with 3 repetitions is 98.15%. The caffeine content meets the requirements of the Indonesian
Pharmacopoeia edition VI, namely the tablet contains not less than 90.0% umtil 110.0% of the amount stated on
the label. The caffeine in mg was 49.5728 mg. Where the caffeine content in mg in Combination Drugs brand B
is 50 mg. The caffeine linearity test of each standard met the requirements and the correlation coefficient value
was 0.9991 with the linear regression equation y = 20869.3 + 63477.54 (x). The results of the caffeine detection
limit test obtained a value of 0.00011 mg/L. While the limit of caffeine quantitation obtained a value of 0.00037
mg/L. The results of the precision test met the requirements and the %RSD value of caffeine was 2.41%. The
results of the accuracy test met the requirements and the percentage value of recovery was 109.62%. The
method used in the analysis is declared suitable for testing caffeine levels in laboratory.

Keywords: caffeine, medicine for headache, verification, linearity, limit of detection, limit of quantitation,
precision, accuracy, HPLC.

PENDAHULUAN vasokontriktif guna untuk mengobati nyeri kepala.


Karena terjadi efek potensiasi, maka dosis masing-
Obat sakit kepala yang banayak beredar di masing komponennya diturunkan sehingga efek
pasaran merupakan obat kombinasi dari dua atau samping dapat dikurangi (Nerdy, 2011). Selain itu
lebih zat aktif. Kombinasi obat dalam suatu sediaan kafein juga dapat mempercepat proses penyerapan
memberikan potensi dan aksi obat yang makin parasetamol pada syaraf sehingga meningkatkan
meningkat sehingga mampu meringankan sakit kinerja obat. Hal ini sangat menguntungkan karena
dengan lebih cepat serta efek samping lebih sedikit dapat mengurangi dosis parasetamol pada obat sakit
(Yulyarti, 2018). Kafein sering dikombinasikan kepala. Kombinasi obat dalam sediaan
dengan parasetamol pada obat sakit kepala untuk multikomponen perlu diimbangi dengan peningkatan
memperkuat efek analgetikanya melalui mekanisme pengawasan mutu, agar obat yang beredar tersebut
dapat dijamin keamanan dan khasiatnya. Menurut Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Sampel yang digunakan pada analisis ini adalah
Kesehatan pada pasal 105 ayat 1 dinyatakan bahwa obat sakit kepala merek B. Tablet mengandung 600
sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku mg parasetamol dan 50 mg kafein. Tablet dibeli di
obat harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia apotek yang berbeda, namun dengan kode produksi
atau buku standar lainnya. Salah satu parameter obat yang sama. Tujuannya supaya memperoleh sampel
tersebut dikatakan memenuhi standar apabila kadar yang representatif. Teknik pengambilan sampel yang
zat aktif yang terkandung didalamnya sesuai etiket dilakukan yaitu quartering. Sebanyak 20 tablet
agar dapat memberikan efek yang diinginkan. ditimbang dengan teliti menggunakan neraca analitik.
Pemastian mutu obat merupakan aspek yang Berat 20 tablet yang tertimbang adalah 14,9680 gram.
penting untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu Kemudian diserbuk haluskan dengan lumpang dan
obat. Banyaknya obat-obatan yang beredar di alu. Arsip sampel merupakan sampel cadangan yang
masyarakat perlu diimbangi dengan peningkatan memiliki sifat yang sama dengan sampel analisa dan
pengawasan mutu obat. Salah satu metode untuk digunakan apabila terjadi pengulangan analisis,
melakukan pengawasan mutu obat adalah KCKT. sehimgga tidak perlu melakukan sampling ulang.
Pemilihan metode KCKT untuk tujuan pengawasan
mutu dari sediaan yang mengandung parasetamol dan Preparasi Sampel
kafein karena waktu analisis cepat, daya pisah baik, Menurut Farmakope Indonesia edisi VI,
peka, pemilihan kolom dan eluen sangat bervariasi, dtimbang tablet obat kombinasi merek B tidak kurang
kolom dapat dipakai kembali, dapat digunakan untuk dari 20 tablet dan ditentukan berat rata-rata.
menganalisis molekul besar dan kecil, cuplikan Kemudian serbuk haluskan tidak kurang dari 20
mudah diperoleh kembali, detektor tidak merusak tablet. Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet
komponen zat yang dianalisis, dapat digunakan untuk setara dengan 300 mg kafein. Menurut Nhan dan Phu
menghitung sampel dengan kadar yang sangat rendah. kafein diekstraksi dalam air, dengan cara serbuk
Berdasarkan kepolarannya kafein agak sukar larut sampel dimasukkan ke dalam erlemeyer 250 ml
dalam metanol dan air (Ditjen POM, 2014). dilarutkan dengan aquabidest sampai 200 mL dan
Dalam penelitian ini, penulis tertarik melakukan ditempatkan di atas penangas air (100° C). Ekstraksi
verifikasi metode analisis kadar kafein dalam obat dilakukan selama setengah jam. Kemudian larutan
kombinasi sesuai dengan keadaan dan peralatan yang didinginkan, volume dipertahankan hingga 200 ml
terdapat di laboratorium. Hasil yang diperoleh dari dan disaring melalui kertas saring Whatmann 41. Satu
penetapan kadar kafein yang dilakukan merupakan mL filtrat dipipet ke dalam labu ukur 10 ml bersih dan
suatu metode analisa yang pernah dilakukan oleh diencerkan dengan methanol grade KCKT. Sampel
peneliti sebelumnya yaitu Nhan dan Phu pada tahun yang telah disiapkan kemudian disaring melalui
2012. Sehingga perlu dilakukan verifikasi untuk mikrofilter 0,2μm dan dimasukkan ke dalam vial
mengkaji ulang bahwa prosedur dapat diterapkan untuk dianalisis dengan KCKT.
secara objektif, mampu memberikan hasil yang dapat
dipercaya dan dikembangkan untuk dapat Preparasi Standar
diaplikasikan dan dijadikan acuan dalam pengujian.
Parameter analisis pada uji verifikasi antara lain Timbang 10 mg standar Kafein murni untuk
akurasi, presisi, selektivitas, linieritas, batas deteksi membuat larutan induk kafein dengan kadar 100 mg/L
(LOD), batas kuantitasi (LOQ), ketahanan dan sebanyak 100 mL menggunakan larutan pengencer air
ketangguhan metode uji, dan estimasi ketidakpastian : metanol grade KCKT (60:40), Buatlah larutan
pengukuran (Harmita, 2004). standar kafein dengan kadar 5,10, 15, 20, dan 25 mg/L
di dalam labu ukur 10 mL untuk masing-masing
METODELOGI PENELITIAN larutan dan paskan dengan menggunakan larutan
pengencer air : metanol grade KCKT (60:40). Setiap
Jadwal dan Tempat Penelitian larutan standar di saring dengan microfilter dengan
Penelitian,dilaksanakan pada tanggal 11 ukuran 0,45 µm ke dalam botol vial, kemudian beri
Oktober–13 Oktober 2021 di Laboratorium Instrumen label. Larutan standar yang sudah disaring siap untuk
SMK-SMAK Padang. dianalisis.

Alat dan Bahan Kurva Kalibrasi dann Uji Linearitas


Pengkondisian instrument KCKT dilakukan Berdasarkan data dari pengukuran deret standar
dengan cara mengalirkan fase gerak melalui membran kafein, maka dapat dibuat kurva kalibrasi standar
filter. Fase gerak yang digunakan adalah air : metanol kafein dengan menentukan persamaan regresi linear
(60:40) kecepatan alir 1 mL/menit dengan kolom C18, dan koefesien korelasi (r). Selain itu juga dapat
temperatur kolom 45 ± 1oC. Sedangkan detektor yang dilakukan uji linearitas dengan membandingkan nilai r
digunakan adalah detector UV 275 nm dan hitung dengan nilai r pearson.
seperangkat alat-alat gelas dan non gelas.
Uji Batas Deteksi (LOD) dan Uji Batas Kuantitasi kromatografi berdasarkan kepolarannya pada aliran
(LOQ) fase gerak yang membawa campuran analit melalui
Berdasarkan data dari pengukuran deret standar fase diam dimana pemisahan komponen-komponen
kafein, maka dapat dilakukan uji batas deteksi (LOD) terjadi karena perbedaan kekuatan interaksi antara
dan uji batas kuantitasi (LOQ) dengan rumus: solut-solut terhadap fasa diam sehingga terjadi
Batas Deteksi perbedaan waktu perpindahan setiap komponen dalam
campuran.
Batas Kuantitasi Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu
ditentukan kondisi analisis yang optimum. Penentuan
Penentuan Kadar Kafein kondisi optimum ini terdiri dari pemilihan komposisi
Penentuan kadar (mg/L) kafein dalam sampel fase gerak dan laju alir yang digunakan. Sebagai
dengan menggunkan rumus persamaan korelasi langkah awal, pengujian ini dilakukan dengan
regresi. Penentuan kadar kafein dalam mili gram (mg) menginjeksikan standar kafein konsentrasi 5 mg/L.
dan dalam persen (%) dapat ditentukan dengan Volume penyuntikan pada sistem KCKT sebanyak 10
menggunakan rumus: µL. Sistem elusi yang digunakan adalah isokratik,
Kadar tablet x Berat tablet
dimana yang dimaksud isokratik adalah sistem elusi
dengan komposisi fase gerak tetap selama analisis.
%Kadar x % BPFI Pengujian dilakukan menggunakan kolom C18
dengan fase gerak campuran metanol dan air. Setelah
Uji Presisi didapatkan hasil yang baik pada standar, kondisi yang
Sampel presisi diperlakukan sama dengan digunakan kemudian diterapkan pada metode
persiapan sampel dan diukur sebanyak 7 kali penetapan kadar kafein dan verifikasi metode.
pengukuran. Tentukan kadar (mg/L) kafein pada
sampel presisi dengan cara yang sama dengan Penentuan Kadar Kafein dalam Sediaan Tablet
perhitungan kadar sampel analisis. Tentukan dan Penetapan kadar dilakukan dengan diinjeksikan
bandingkan nilai % RSD (Rasio Standar Deviasi) dan pada sistem KCKT dengan perbandingan fese gerak
CV Horwitz dengan rumus: (air : metanol) 60:40, laju alir 1 mL/menit dan suhu
40ºC. Pengujian dilakukan dengan 3 kali
%RSD =
pengulangan. Didapatkan rata-rata kadar kafein dalam
x miligram per Liter yang terukur pada alat KCKT yaitu
sebesar 9,9357 mg/L. Sedangkan kadar kafein dalam
CV Horwitz = 2 1 - (0,5 × Log c)
miligram didapatkan sebesar 49,5728mg. Berdasarkan
kadar yang didapatkan, dapat dinyatakan kadar yang
Uji Akurasi diperoleh dalam miligram cukup dekat dengan kadar
Penentuan akurasi dilakukan dengan cara kafein yang tertera pada etiket Obat sakit kepala
penambahan 0.2 mL standar kafein 15 mg/L (spike) merek B. Hasil penetapan kadar kafein dalam sediaan
ke dalam labu ukur 10 mL, selanjutnya volume pada tablet dapat dilihat pada Tabel 4.3. Data tersebut
labu dipaskan dengan larutan sampel presisi. menunjukkan kadar kafein dalam sediaan tablet yang
Tentukan kadar (mg/L) kafein pada sampel akurasi diperoleh dari beberapa industri farmasi yaitu
(sampel + spike) dan kadar spike tanpa penambahan 98,15%. Kadar kafein memenuhi persyaratan
sampel dengan cara yang sama dengan perhitungan Farmakope Indonesia edisi VI yaitu tablet
kadar sampel analisis. Hitung persentase (%) mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
perolehan kembali dari masing-masing pengulangan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
sampel dengan rumus : (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
%Perolehan kembali
Verifikasi Metode Analisis Kadar Kafein Metode
Nilai target KCKT

Setelah diperoleh % Recovery pada masing-masing 1. Pembutan Kurva Kalibrasi dan Uji Linearitas
pengulangan sampel, kemudian bandingkan dengan Dari data linearitas Kafein didapat persamaan
ketentuan keberterimaan akurasi. regresi linear y = 20869,3 + 63477,54 (x) dengan
koefesien korelasi (r) sebesar 0,9991. Pengujian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan untuk mengukur seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara konsentrasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan suatu zat (x) dengan respon yang diberikan (y). Kurva
dalam menentukan kadar kafein dalam sampel obat kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan nilai
dengan instrumen KCKT (Kromatografi Cair Kinerja persamaan regresi yang digunakan untuk menetukan
Tinggi). Sampel obat yang digunakan adalah jenis kadar sampel. Koefisien korelasi digunakan untuk
obat sakit kepala merek B. Adapun prinsip dasar dari menentukan adanya hubungan yang linier antara
KCKT yaitu pemisahan analit dalam kolom
kadar dan luas area. Hubungan yang sempurna apabila dinyatakan bahwa nilai koefisien korelasi (0,9991) ≥
koefisien korelasi mendekati satu. nilai koefisien korelasi pearson (0,878). Uji linearitas
Koefisien korelasi yang diperoleh masih dalam untuk verifikasi metode penetapan kadar kafein
batas penerimaan nilai koefisien korelasi (r) yaitu menghasilkan nilai korelasi yang linear, sehingga
0,9991. Untuk syarat verifikasi uji linearitas, nilai menunjukkan bahwa metode yang digunakan untuk
koefisien korelasi pearson pada rentang 95% dengan konsentrasi yang diukur adalah baik.
derajat kebebasan 4 yaitu 0,878. Oleh karena itu

Kurva Kalibrasi Standar


Kafein
Luas Area
2000000
1500000
1000000
500000 y = 63478x + 20869
r = 0,9991
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi
(mg/L)
2. Uji Batas Deteksi (LOD) dan Uji Batas Kriteria uji presisi ditentukan berdasarkan nilai %
Kuantitasi (LOQ) Rasio Standar Deviasi (% RSD), dimana uji presisi
Pengujian batas deteksi bertujuan untuk dikatakan baik jika nilai % RSD ≤ nilai perolehan CV
mengetahui jumlah terkecil dari suatu analit yang Horwitz. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
masih dapat dideteksi dan masih memberikan respon diperoleh nilai %RSD sebesar 2,41% dan nilai CV
yang signifikan dibandingkan dengan blangko, Horwitz sebesar 11,2673. Hasil uji presisi yang
sementara pengujian batas kuantitasi bertujuan untuk diperoleh telah memenuhi syarat CV Horwitz.
mengetahui jumlah terkecil dari suatu analit yang Semakin kecil nilai %RSD yang didapatkan dari hasil
masih dapat dikuantifikasi. Perhitungan batas deteksi pengujian, menunjukkan bahwa ketersebaran hasil
dan batas kuantitasi menggunakan kadar larutan individu yang dilakukan secara berulang dari
standar kafein dari sistem KCKT yang digunakan. campuran yang homogen adalah baik.
Dari perhitungan yang dilakukan, diperoleh batas
deteksi kafein sebesar 0,00011 mg/L. Hasil tersebut 4. Uji Akurasi
menunjuk konsentrasi terkecil yang mampu dideteksi Uji akurasi bertujuan untuk mengetahui
dan masih memberikan respon yang signifikan kedekatan hasil secara teoritis dengan hasil yang
terhadap alat KCKT. Sedangkan batas kuantitasi diperoleh dari pengukuran (Harmita, 2004). Pengujian
kafein yang diperoleh sebesar 0,00037 mg/L. Nilai ini dihitung derajat kedekatan antara kadar hasil
tersebut merupakan nilai terkecil yang masih analisis dan kadar yang sebenarnya dengan
memenuhi kriteria secara cermat dan seksama dalam menggunakan rumus % perolehan kembali (%
pengujian kafein dengan metode KCKT. Hasil recovery). Metode yang digunakan pada uji akurasi
tersebut menunjukkan bahwa metode ini dapat ini adalah metode penambahan baku (Standard
digunakan untuk analisis kafein dengan konsentrasi addition method), dimana dibuat sampel dengan cara
diatas 0,00037 mg/L. Berdasarkan hasil yang menambahkan sejumlah standar kafein 15 mg/L
didapatkan dapat disimpulkan bahwa alat KCKT yang sebesar 2% ke dalam sampel presisi. Diambil dari
digunakan untuk analisis sangat sensitif. standar tengah karena nilai kadar yang digunakan
mewakili nilai dari batas terkecil, batas tengah dan
3. Uji Presisi batas tertinggi dari kadar yang telah dianjurkan dalam
Uji presisi bertujuan untuk mengetahui derajat rentang presentase akurasi.
kedekatan antara hasil pengujian secara individual, Dari hasil pengujian akurasi sebanyak 7 kali
yang diukur melalui ketersebaran hasil individu yang replikasi diperoleh persentase perolehan kembali
ditentukan secara berulang dari campuran yang kafein secara keseluruhan sebasar 109,62 %, Hasil
homogen pada kondisi analisis yang sama (Harmita, yang didapatkan telah memenuhi syarat keberterimaan
2004). Uji presisi dilakukan pada sampel yang diukur akurasi yaitu 80%-110% (Harmita, 2014).
sebanyak 7 kali pengulangan. Berdasarkan %perolehan kembali yang diperoleh,
Pengujian ini diukur secara repeatability, dimana menunjukkan bahwa derajat kedekatan hasil analisis
uji presisi dilakukan secara berulang oleh analis yang dengan kadar yang sebenarnya baik.
sama pada kondisi dan interval waktu yang sama.
Kadar sampel yang digunakan sebesar 300 mg.
PENUTUP KEPUSTAKAAN

Kesimpulan Cairns. 2014. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC.


Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan pada verifikasi metode analisis kadar kafein Chaudhary, J., Jain A., and Saini, V. 2011.
dalam obat sakit kepala merek B dengan metode Simultaneous Estimation of Multicomponent
KCKT dapat disimpulkan bahwa: Formulations by UVVisible Spectroscopy:
1. Kondisi optimum untuk penetapan kadar An Overview. International Research Journal
kafein dengan KCKT menggunakan kolom of Pharmacy. 2(12), 81-83.
C18 dengan komposisi fase gerak air : metanol
grade KCKT (60:40), laju alir 1 mL/menit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2020.
sistem elusi isokratik dan panjang gelombang Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta :
275 nm Departemen Kesehatan.
2. Kadar kafein dalam sediaan tablet dalam
Gandjar dan Rohman. 2014. Analisis Kimia Farmasi.
miligram didapatkan sebesar 49,5728 mg.
Jakarta: Pustaka Pelajar.
Kadar yang didapatkan mendekati nilai kadar
yang tertera pada etiket obat sakit kepala Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksana Verifikasi Metode
merek B yaitu 50 mg per tablet. dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu
3. Persentase kadar kafein dalam sediaan tablet Kefarmasian. 1(3), 117-135.
sebesar 98,15%. Kadar yang didapatkan
memenuhi persyaratan kadar suatu sediaan Tambunan, Julianti, Ika. 2021. Modifikasi Metode
tablet berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)
VI yaitu sebesar 90% - 110% Pada Analisis Parasetamol, Propifenazon
4. Hasil uji linearitas kafein masing-masing Dan Kafein Dalam Sediaan Farmasi. Medan
standar memenuhi syarat dan diperoleh nilai : USU Press
koefisien korelasi sebesar 0,9991 dengan
persamaan regresi linear y = 20869,3 + Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. Informasi Spesialit
63477,54 (x) Obat Indonesia. Jakarta : PT ISFI.
5. Hasil uji batas deteksi kafein diperoleh nilai
sebesar 0,00011 mg/L. Sedangkan batas Mulja, Suharman. 2015. Analisis Instrumental.
kuantitasi kafein diperoleh nilai sebesar Surabaya : Universitas Airlangga Press.
0,00037 mg/L
6. Hasil uji presisi memenuhi syarat Mutschler. Ernst. 2015. Dinamika Obat. Terjemahan
keberterimaan yaitu %RSD ≤ CV Horwitz dan Mathilda B. Widiantoro dan Anna Setia
diperoleh nilai CV Horwitz sebesar 11,2673 Ranti. Bandun: ITB.
nilai %RSD 2,41%
7. Hasil uji akurasi memenuhi syarat Naid, Tadjuddin dkk. 2011. Penetapan Kadar
keberterimaan % perolehan kembali yaitu Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi
80%-110% dan diperoleh nilai %perolehan dengan Spektrofotometri UV-Vis. Majalah
kembali sebesar 109,62 %. Farmasi dan Farmakologi. 15(2), 77-82.

Nhan P. P. Phu N.T. 2012. Effect of Time and Water


Dari data kadar kafein yang diperoleh dapat
Temperature on Caffeine Extraction from
disimpulkan bahwa tablet obat sakit kepala merek B
yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar kafein coffee. Pakistan Journal of Nutrition. 11(2),
sesuai dengan Farmakpe Indonesia edisi VI. Metode 100-103.
yang digunakan pada penelitian merupakan metode
Nurhalimah, Rani. 2015. Penetapan Kadar
yang sama dari penelitian yang pernah dilakukan
Parasetamol dan Kafein dalam Tablet
Nhan dan Phu (2012). Berdasarkan data uji linearitas,
Kombinasi dengan Metode KCKT. Majalah
batas deteksi (LOD), batas kuantitasi (LOQ), presisi,
Ilmu Kefarmasian. 1(3), 114-103.
dan akurasi maka metoda yang digunakan dinyatakan
cocok untuk dilakukan pengujian kadar kafein dalam Riyanto. 2015. Validasi & Verifikasi Metode Uji:
obat secara rutin di laboratorium. Sesuai dengan ISO/IEC 17025 Laboratorium
Pengujian dan Kalibrasi. Yogyakarta:
Saran Deepublish.
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan
diatas, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya Sastrohamidjojo, H. 2011. Spektroskopi . Yogyakarta
untuk melakukan penelitian dengan metode yang : ITB Press.
sama, karena metode yang digunakan diinyatakan
telah terverifikasi dan layak untuk digunakan pada Setiawan, Budi dan Dwi Purnomo. 2012. Verifikasi
pengujian kadar kafein dalam obat. Metode HPLC Untuk Analisis Sulfit Pada
Pembuatan Kandidat SRM Na2ZRO3. Pusat Cetakan III. Jakarta: PT Elex Media
Teknologi Akselerator dan Proses Bahan- Komputindo.
BATAN: Yogyakarta.
Vichare, Vijaya dkk. 2010. Simultaneous
Snyder, Lloyd R, dkk. 2010. Practical HPLC Method Spectrophotometric determination of
Development. Second Edition: California. Paracetamol and Caffeine in Tablet
Formulaion. International Journal of
Sudjadi. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IX. PharmTech Research (IJPRIF).2(4), 2512-
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2516.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-
Obat Penting. Edisi VI.

Anda mungkin juga menyukai