Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang dicirikan adanya

kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya;

adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Nama Mamalia berasal

dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mammae. Selain itu

ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari

pengaruh panas maupun dingin. Suhu tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini

disebut homoioterm. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh

(keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain

misalnya kelenjar bau dan kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah

heterodont, thecodont, dan diphyodont (Berry, 1984)

Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan

hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai. Secara

filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang

monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau

marsupial) (Corbet et.al. 1992)

Karakteristik sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada

beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga

terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil;

karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga

dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung. Monotremata tidak memilki

puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata memenuhi

syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Perlu diketahui bahwa taksonomi yang
sering digunakan belakangan ini sering menekankan pada kesamaan nenek moyang;

diagnosa karakteristik sangat berguna dalam identifikasi asal-usul suatu makhluk. Jika

ada salah satu anggota Cetacea ternyata tidak memiliki karakteristik mamalia, maka ia

akan tetap dianggap sebagai mamalia karena nenek moyangnya sama dengan mamalia

lainnya. Mamalia memiiki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang

(dentari) di setiap sisi rahang bawah (Jasin, 1992)

Secara umum ciri-ciri dari mamalia adalah banyak memiliki kelenjar, yaitu

kelenjar keringat, kelenjar bau dan kelenjar mamae, memiliki rambut, melahirkan anak,

gigi umumnya heterodont, terdiri dari dua set gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanent,

mempunyai daun telinga, rangkanya mengalami penyederhanaan, mempunyai cerebrae-

cortex yang telah mengalami pengembangan, serta mempunyai anus dan bukan kloaka

(Alikodra, 2002).

Mammalia terdiri dari dua sub kelas yaitu Sub kelas Prototheria dan Sub kelas

Theria. Sub kelas Prototheria yang paling primtif memiliki satu ordo yaitu Monotermata

(Platypus) yang hidup di air dan echidna pemakan serangga . Sub kelas Theria terdiri

dari dua infrakelas yaitu Metatheria yang melahirkan bayi lemah dan dipelihara didalam

kantong induknya samoai dapat berjalan dan Infar kelas Eutheria dianmakan Mammalia

berplasenta sebab plasenta adalah suatu organ yang menyempurnakan pertukaran

fisiologis antara induk dan fetus (Roger, 1985).

Mengetahui ciri-ciri dari jenis mamalia merupakan suatu hal yang penting dalam

upaya pengenalan masingmasing jenis. Praktikum mamalia ini bertujuan agar

mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam pengenalan jenis dan teknik teknik

dalam melakukan penelitian tentang hewan mamalia dilapangan. Beberapa jenis spesies

yang ditemukan dapat langsung diketahui namanya hanya dengan mengamati

penampangan luarnya. Lebih jauh,dalam suatu pengamatan perlu diketahui hal hal
seperti : warna, morfologi wajah, hidung, seks, kategori usia, formula gigi, jumlah jari

jari kaki depan dan belakang, dan jumlah kelenjar mamae. Beberapa spesies lainnya,

untuk mengidentifikasi sampai tingkat spesies (tingkat yang kita inginkan), memerlukan

data tambahan yaitu data pengukuran terhadap anggota tubuhnya, seperti panjang

kepala-tubuh(head and body length), panjang tungkai depan dan belakang, berat tubuh

dan panjang total (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2009).

Pemanfaatan waktu aktivitas, hewan pada kelas Mammalia juga dibagi menjadi

mammalia diurnal dan mammalia nokturnal. Mammalia diurnal merupakan jenis-jenis

mammalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari, seperti orangutan, rusa,

dan beberapa jenis bajing. Mammalia nokturnal merupakan jenis-jenis mammalia yang

melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari hingga menjelang pagi hari, seperti

kelelawar, tenggalung malaya, serta musang. Selain itu, terdapat juga jenis-jenis yang

beraktivitas sepanjang hari seperti babi hutan (Van, 1979).

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilaksanakan praktikum yang mana

dilakukan pengamatan dan pengenalan dengan seksama. Untuk mendukung pengetahuan

tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi dari berbagai parameter

morfologi dari bentuk tubuh mamalia. Dengan melihat morfologinya kita dapat

mengelompokkan mamalia. Praktikum kali ini dilatarbelakangi oleh kurangnya

pengetahuan praktikan tentang mekanisme pengidentifikasian pada berbagai parameter

morfologi dari bentuk tubuh mamalia.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum sistematika hewan vertebrata kelas mamalia untuk

mengamati dan membandingkan karakteristik dari masing-masing jenis mamalia

dengan pengukuran dan perhitungan terhadap struktur tubuh mamalia tersebut serta

membuat kunci determinasi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan (termasuk dalam

kelas ini adalah: tikus, kelelawar, kucing kera, ikan paus, kuda, kijang, manusia dan lain-

lain). Hampir semua tubuhnya tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau sedikit

dan berdarah panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar

mamae pada hewan betina untuk menyusui anaknya yang masih muda. Tubuhnya

diisolasi oleh pembungkus (bulu/rambut dan sub cutan yang berlemak). Warna rambut

tergantung pada butir- butir pigmen yang terdapat dalam cortex (hitam, coklat, merah,

dan kuning). Warna biru disebabkan karena kombinasi efek pigmen dan gejala

interferensi sinar dari cortexcuticula (Jasin, 1992).

Rustaman (1994), menyatakan bahwa ciri khas dari kelas mammalia adalah

menyusui anaknya dan mempunyai rambut. Kebanyakan hewan menyusui adalah hewan

darat, walaupun ada pula yang hampir sepanjang hidupnya terdapat dalam air. Hewan

menyusui biasanya berdarah panas, biasanya mempunyai dua pasang anggota badan,

yaitu dua pasang kaki, atau sepasang kaki dan sepasang sayap, atau sepasang kaki dan

sepasang tangan. Pada ujung-ujung jarinya mungkin terdapat kuku, telapak (tracak), atau

cakar. Ukuran tubuh hewan menyusui beraneka ragam. Suhu yang yang amat dingin di

dekat kutub maupun yang amat panas gurun pasir tidak merupakan halangan bagi

beberapa macam hewan menyusui.

Walker (1999), menyatakan bahwa mammalia ada yang hidup di darat, di air,

atau di pohon-pohon. Pada umumnya vivipar, jumlah anak satu kali melahirkan satu

ekor, ada pula yang 3 sampai 8 ekor. Melahirkan anak melalui vagina. Perkembangan
embrio didalam rahim merupakan ciri khas mammalia. Banyak pula mammalia yang

mempunyai misai atau kumis (rambut-rambut kaku di atas bibir).

Mamalia umumnya mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan memiliki

kisaran suhu tubuh sekitar 36o-38o C untuk sebagian besar mamalia. Mempertahankan

suhu dalam kisaran yang sempit ini memerlukan kemampuan untuk secara ketat

menyeimbangkan laju produksi panas metabolisme dengan laju kehilangan panas atau

perolehan panas dari lingkungan luarnya. Laju produksi panas dapat ditingkatkan

melalui satu atau dua cara: dengan meningkatkan kontraksi otot (dengan cara bergerak

atau menggigil) atau dengan kerja hormone yang meningkatkan laju metabolisme dan

produksi panas disebut termogenesis tanpa menggigil (nonshivering thermogenesis)

(Radiopoetra, 1996).

Beberapa karakter mammalia antara lain adalah kulit ditutupi oleh rambut,

memiliki kelenjar minyak (sebaceous), kelenjar susu menghasilkan air susu untuk

makan anak. Gigi heterodont yang terdiri dari incisivus, canius, premolar, molar.Jantung

terdiri dari empat ruang, otak mulai berkembang dengan baik, memiliki telinga luar

kecuali pada mammalia air. Sebagian yolk, serta kebanyakan jenisnya bersifat vivipar

(melahirkan anak) (Djuhanda, 1983).

Sebagian besar tubuh mamalia memiliki bagian utama yaitu caput

(kepala), truncus (badan), cauda (ekor) dan extrimitasliberae (alat gerak). Pada bagian

caput terdapat auriculae (telinga), porusacusticusexterna, organon visus, nares (lubang

hidung), fibrisae dan rima oris. Auricularae telah berkembang dengan sempurna

memiliki daun telinga yang membantu untuk proses pendengaran. Organon visusnya

terdapat palpebra superior (pelupuk mata atas) dan inferior (pelupuk mata bawah), selain

itu juga terdapat plicasemilunaris yang terletak di sudut mata sebelah medial. Rima oris
dibatasi oleh labium superius, serta terdapat palantumdurum (langit-langit keras) dan

palantummolle (langit-langit lunak) (Radiopoetra, 1996).

Ordo rodentia termasuk golongan binatang yang terkecil diantaramammalia yang

lain. Tikus dan mencit merupakan binatang yang sangat langka dijumpai dan hanya

dapat ditemukan pada malam hari. Hewan ini sangatlah lincah karena badannya yang

sangat kecil (Alikodra, 2002).Salah satu famili dari ordo rodentia ini yaitu famili

muridae dan famili sciuridae. Famili muridae memiliki rambut yang lebih halus pada

bagian badan, sedangkan pada bagian ekor memiliki rambut yang kasar dan jarang.

Famili muridae dominan di sebagian kawasan di dunia, di mana famili ini memiliki 730

jenis dalam 150 genera dan 5 subfamili. Sekitar 150 jenis diantaranya dapat ditemukan

di Indonesia. Sedangkan famili sciuridae memiliki karakteristik mata besar, telinga

bervariasi, ekor biasanya pendek dan berambut, bersifat diurnal dan herbivors.

Contoh: lariscusinsignis (Carters, 1978).

Ordo Lagomorpha hewan ini umumnya memiliki kaki depan yang lebih panjang

dari kaki belakang, berjari 5 dan bercakar, gigi seri dapat tumbuh terus. Ekornya sangat

tereduksi/tidak ada sama sekali, gerakan hanya lateral, makanannya adalah tumbuhan.

Ordo Lagomorpha contohnya adalah kelinci (Leporussp). Lagomorha mempunyai dua

famili yang masih hidup 11 genera dan 65 spesies. (Nowak, 1983).

Ordo Carnivora merupakan hewan pemakan daging yang hidup terrestrial,

kakinya berjari 5, kadang-kadang 4 dan bercakar. Taringnya kuat dan tajam,

gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di seluruh dunia kecuali pulau-pulau

tertentu yang terletak di tengah samudera. Famili prionodontidae berbulu panjang,

berekor panjang, kaki pendek, bercakar dan berkerabat dekat dengan felidae. Famili

felidae juga merupakan bangsa karnivora. Daun telinga kebanyakan berbentuk segitiga
dan tegak. Taring jelas dan besar karena semua anggotanya adalah pemakan daging

(Suyanto, 2002).

Ordo Chiroptera, merupakan mammalia yang dapat terbang dengan kedua kaki

depan yang berkembang menjadi sayap. Kelelawar merupakan golongan binatang

menyusui yang paling primitif. Kelelawar adalah nocturnal artinya mereka aktif pada

malam hari dan untuk tidur pada siang hari, karena mereka harus berburu makanan.

Ketika kelelawar terbang, mereka mengeluarkan suara-suara tinggi. Suara-suara ini

terlalu tinggi untuk dapat ditangkap oleh telinga manusia. Gema suara ini dipantulkan

kembali ke kembali ke kelelawar dengan penerbangannya. Kelelawar dapat mengetahui

apakah gema itu datang dari rintangan atau dari tempat jauh dan dapat mengubah

arahnya untuk dapat menghindari dari benturan rintangan. Kelelawar memiliki peranan

yang penting dalam ekosistem antara lain sebagai pengontrol serangga, penyerbukan

bunga dan penyebar biji-bijian serta penghasil guanum yang dapat dimanfaatkan untuk

pupuk (Jenkins, 2002).

Ordo primata merupakan ordo yang menempati kasta tertinggi dalam kelas

mamalia. Untuk ordo Primata meliputi Kera (Wau-wau, Siamang, Mawas), Monyet

(Macaque dan monyet-monyet daun), Tersier dan Loris. Kera dan Monyet bersifat

Diurnal, sedangkan Tersier dan Loris bersifat Nokturnal. Kelompok kelima yang

kadang-kadang terdaftar dalam ordo Primata yaitu Kesturi pohon pemakan serangga

yang bersifat Nokturnal. Mawas yang pada prinsipnya hidup menyendiri, hampir

merupakan satwa liar arboreal total (hidup di atas tajuk-tajuk pohon) dan menggunakan

daerah-daerah penghunian yang tumpang tindih (Alikodra, 2002).


III. METODE DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Identifikasi Morfologi, Klasifikasi dan Kunci Determinasi kelas mamalia ini
dilaksanakan pada hari Minggu, 26 November 2017, Jam 13.30 WIB di Laboratorium
Pendidikan IV, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah penggaris, kamera, worksheet, sarung tangan dan

alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu Felis catus,

Mesocricetus auratus, Mus musculus, Cynepterus brachyatis, Hipposideros larvatus,

Callosiurus notatus, Oryctologus cuniculus dan Cavia sp

3.3 Cara Kerja


Pada praktikum ini dilakukan pengukuran dan pengamatan dengan parameter yang

digunakan yaitu panjang total (PT), Panjang ekor (PE), panjang badan (PB), panjang

kaki belakang (KB), panjang telinga (PT), panjang lengan bawah (LB), panjang sayap

(PS) bagi chiroptera, warna rambut, rumus gigi, jenis dan jenis kelamin.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Mamalia Non-Volans

C4.1.1 Callosciurus notatus Gray, 1867

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia
Gambar 1. Callosciurus notatus
Famili : Sciuridae

Genus : Callosciurus

Species : Callosciurus notatus

Vern name : Bajing loncat

Sumber : IUCN, 2017

Status : Least concern

Pada pengamatan yang telah dilakukan pada Callosciurus notatus (bajing) didapatkan

panjang total (PT) 250 mm, panjang badan (PB) 180 mm, panjang ekor

(PE) 230 mm, panjang lengan (PL) 90 mm, panjang kaki belakang (PKB) 90 mm,

panjang telinga (Ptel) 40 mm dan warna tubuh hitam dan cokelat.

Panjang badannya adalah 160-218 mm dan panjang ekornya mencapai 120-210

mm. Berat badannya dapat mencapai 292 gram. Tubuh bagian atas berwarna kelabu

gelap dengan ujung bulu berwarna terang. Umumnya terdapat bintk-bintik halus

kecoklatan. Bagian bawah tubuhnya dari gelap sampai terang, tetapi selalu kemerahan

atau jingga dan tidak pernah abu-abu. Salah satu sub spesies memepunyai tunkai kaki

bagian bawah berwarna keabu-abuan. Bagian sisi pada rusuk berwarna coklat
kemerahan pucat dan hitam. Bajing kelapa aktif pada siang hari atau durnal, sebagian

besar aktif pada pagi hari dan menjelang senja. Bergerak dan makan di pepohonan kecil.

Makanan meliputi berbagai buah dan serangga terutama semut. Bajing ini dapat hidup

dan berkembang biak di hutan monokultur. Dapat ditemukan hingga ketinggian 1600

mdpl. Sarang berentuk bulat dan terletak di ujung batang yang tinggi. Berbiak sepanjang

tahun dengan jumlah anak 1-4 tiap kelahiran. Bajing ini umumny soliter namun terkadng

ditemukan berada dalam kelompok kecil (Berry, 1984).

4.1.2 Cavia sp Linnnaeus, 1758

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Caviidae
Gambar 2. Cavia sp
Genus : Cavia

Species : Cavia sp

Vern name : Marmut

Sumber : IUCN, 2017

Status : Least concern

Pada pengamatan yang telah dilakukan pada Cavia sp (marmut) didapatkan panjang total

(PT) 115 mm, panjang badan (PB) 80 mm, panjang ekor tidak ada, panjang lengan (PL)

20 mm, panjang kaki belakang (PKB) 30 mm, panjang telinga (Ptel) 16 mm dan warna

tubuh cokelat, putih dan sedikit corak hitam di kepala.

Marmut adalah binatang pengerat yang termasuk dalam keluarga bajing. Marmut

merupakan hewan peliharaan yang bersarang di dalam tanah dan melakukan hibernasi
selama musim dingin. Hewan dengan tubuh kecil dan memiliki rambut yang beragam,

ada yang polos, albino, dua warna, tiga warna, dan berbagai jenis lainnya. Seperti halnya

kelinci, marmut pun memiliki potensi untuk dipelihara sebagai hewan kesayangan

maupun untuk konsumsi. Bahkan saat ini, marmut banyak dibudidayakan oleh

masyarakat (Nowak, 1983).

4.1.1 Felis catus Linnaeus, 1758

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Carnivora
Gambar 3. Felis catus jantan
Famili : Felide

Genus : Felis

Species : Felis catus

Vername : Kucing Rumah

Sumber : IUCN, 2017 Gambar 4. Felis catus betina


Status : Least concern

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Felis catus jantan

memiliki Panjang Total (PT) 500 mm, Panjang Badan (PB) 320 mm, Panjang Ekor

(PE) 160 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 110 mm, Panjang Telinga (PTel) 60 mm,

dan Panjang Lengan (PL) 160 mm dan memiliki warna putih dengan corak abu-abu

gelap dengan mata hitam. Sedangkan Felis catus betina memiliki Panjang Total (PT)

400 mm, Panjang Badan (PB) 250 mm, Panjang Ekor (PE) 60 mm, Panjang Kaki

Belakang (PKB) 110 mm, Panjang Telinga (PTel) 70 mm , dan Panjang Lengan (PL)

155 mm dan memiliki warna putih dengan sedikit corak abu-abu.


Menurut Radiopoetro (1996), Felis domesticus memiliki ciri-ciri gigi seri yang

tidak terlalu berkembang baik, dan memiliki gigi taring yang kuat dan tajam. Pada

rahang bawah disebut carnacial atau suctorial. Sedangkan dua gigi geraham yang

belakang sebagai gigi penghancur, memiliki jari-jari yang berjumlah lima. Pada

ujungnya memiliki cakar yang tajam.

Felis catus memiliki rambut yang bervariasi. Variasi warna rambut ini

dikendalikan oleh pigmen melanin yang memproduksi warna hitam pada rambut. Ada

dua warna dasar yang disebut warna dominan pada kucing yaitu hitam dan merah.

Warna pada semua kucing berhubungan dengan ke-dua warna ini. Akan tetapi, kadang

warna kucing rumah berubah karena dua warna ini tertutupi atau ekspresike-dua warna

ini yang tidak sempurna. Warna hitam yang tidak terekspresi sempurna akan menjadi

abu-abu. Warna merah yang tidak terekspresi sempurna akan menjadi kekuningan.

Warna dominan hitam dan merah yang berkombinasi pada satu anakan, akan menjadi

tortoiseshell (Farida, 2011).

4.1.2 4.1.3 Mesocrisetus auratus Linnaeus, 1758

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mammalia

Ordo : Rodentia
Gambar 5. Mesocricetus auratus
Familia : Cricetidae

Genus : Mesocricetus

Species : Mesocricetus auratus

Vername : Hamster
Sumber : IUCN, 2017

Status : Vulnarable

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Mesocricetus

auratus memiliki Panjang Total (PT) 140 mm, Panjang Badan (PB) 100 mm, Panjang

Ekor (PE) 5 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 10 mm, Panjang Telinga (PTel) 10 mm,

dan Panjang Lengan (PL) 20 mm dan memiliki warna hitam putih.

Hal ini didukung dengan literatur bahwa hamster adalah binatang sejenis hewan

pengerat, terdapat berbagai jenis di dunia dan hampir ada di tiap Negara. Hamster

memiliki badan yang gemuk, dengan ekor yang lebih pendek daripada badannya dan

memiliki telinga yang berrambut, kaki yang lebar, pendek dan pendek gemuk. Hamster

memiliki rambut yang tebal dan panjang, dan rambutnya memiliki berbagai warna

tergantung spesies hamster tersebut, contohnya hitam, abu-abu, putih, cokelat, kuning,

dan merah. Bagian bawah hamster berwarna putih sampai abu-abu dan hitam (Nowak,

1983).

4.1.3 Mus musculus Linnaeus, 1758

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia
Gambar 6. Mus musculus
Famili : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

Vername : Mencit

Sumber : IUCN, 2017


Status : Least concern

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Mus musculus

memiliki Panjang Total (PT) 180 mm, Panjang Badan (PB) 80 mm, Panjang Ekor (PE)

100 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 15 mm, Panjang Telinga (PTel) 10 mm, dan

Panjang Lengan (PL) 15 mm dan memiliki warna putih dan mata merah.

Hal ini didukung dengan literatur bahwa Mus musculus memiliki berat sekitar

10-21 gram. Memiliki hidung yang runcing, badan yang kecil, panjang tubuh 6-10 cm,

panjang seluruhnya 7-11 cm. Telinga tegak berukuran 15 mm. Gigi seri terdapat pada

rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang. Gigi seri ini secara tepat akan tumbuh

memanjang sehingga merupakan alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai

taring dan graham (premolar). Mencit mencapai umur dewasa sangat cepat (42 hari),

masa kebuntingannya sangat pendek (19-21hari) dan berulang-ulang dengan jumlah

anak yang banyak pada setiap kebuntingan (Sukiya, 2001).

4.1.4 Oryctolagus cuniculus Miller, 1900

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Legomorpha Gambar 7. Oryctolagus cuniculus


Famili : Leporidae Jantan

Genus : Oryctolagus

Species : Oryctolagus cuniculus

Vername : Kelinci

Sumber :IUCN, 2017


Gambar 8. Oryctolagus cuniculus4.1.4
Betina
Status : Least concern
Oryctolagus cuniculus
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan

diperoleh hasil bahwa Oryctolagus cuniculus jantan memiliki Panjang Total (PT) 200

mm, Panjang Badan (PB) 120 mm, Panjang Ekor (PE) 20 mm, Panjang Kaki Belakang

(PKB) 70 mm, Panjang Telinga (PTel) 60 mm , dan Panjang Lengan (PL) 80 mm dan

memiliki warna putih dengan corak hitam. Sedangkan Oryctolagus cuniculus betina

memiliki Panjang Total (PT) 200 mm, Panjang Badan (PB) 120 mm, Panjang Ekor (PE)

20 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 75 mm, Panjang Telinga (PTel) 65 mm , dan

Panjang Lengan (PL) 70 mm dan memiliki warna cokelat.

Oryctolagus cuniculus memiliki empat gigi seri (dua di atas dan dua di bawah)

yang tumbuh terus menerus sepanjang hidupnya, dan dua pasang gigi di bagian atas

belakang gigi seri. Kelinci mempunyai telinga panjang, kaki belakang besar dan pendek,

ekor berbulu halus. Kelinci bergerak dengan melompat-lompat menggunakan kaki

panjang dan belakang yang kuat.Untuk melakukan gerakan cepat, kaki belakang kelinci

memiliki padding bulu tebal untuk meredam shock saat melompat cepat.Jari-jari kaki

panjang dan berselaput untuk menjaga dari penyebaran selain sebagai hewan

pelompat. Mantel umumnya keabu-abuan, dengan hitam dan cokelat (dan kadang-

kadang merah).Bagian bawah tubuh adalah abu-abu pucat dan bagian bawah ekor

berwarna putih (Ramadhani, 2006).

4.2 Mamalia Volans

4.2.1 Cynopterus brachyotis Mller, 1838

Klasifikasi

Kindom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Chiroptera Gambar 9. Cynopterus brachyotis


Famili : Pteropodidae

Genus :Cynopterus

Spesies :Cynopterus brachyotis

Vername : Kalelawar buah

Sumber : IUCN, 2017

Status : Least concern

Pada pengamatan yang telah dilakukan pada Cynopterus brachyotis panjang total (PTot)

70 mm, panjang telinga (PT) 13 mm, lebar badan (LB) 8 mm, panjang ekor (E) 5 mm,

panjang kaki belakang (KB) 45 mm, cakar pada jari kedua (CJK. 2) 5 mm tragus (T)

tidak ada, antitagus (AT) ada, warna cokelat dengan sedikit oranye pada bahu.

Cynopterus brachyotis hidup dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri dari

satu jantan dan sampai lima betina dan anak-anak mereka. Meskipun kelompok-

kelompok ini dipertahankan sepanjang tahun, betina sering bergerak di antara kelompok

yang berbeda, dan dapat menghabiskan waktu sendirian bersarang antara meninggalkan

satu kelompok dan bergabung dengan yang lain. Mereka bertengger di pohon dan mulut

gua, dipohon pisang. Mereka berkembang biak sepanjang tahun, tetapimelahirkan anak

dua kali setahun yaitu antara bulan Februari dan Maret dan antara Juli dan Agustus

(Kunz, 2003).

Kelelawar buah berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah antara 5565

mm, ekor 810 mm, dan telinga 1416 mm. Berat tubuhnya antara 2132 gram.

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga

tua lebih terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada hewan betina. Anakan

berwarna lebih abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap

biasanya bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang (Suyanto, 2002).
V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat kita ambil kesimpulan bahwa:

1. Callosciurus notatus (bajing) memiliki warna tubuh hitam dan kecokelatan

2. Cavia sp (marmut) memiliki warna tubuh cokelat dengan warna dikepala dan

leher putih dengan sedikit corak hitam

3. Felis catus berjenis kelamin jantan memiliki warna dorsal hitam keabu-abuan,

warna ventral putih dan warna tubuh hitam putih keabu-abuan. Sedangkan Felis

catus betina memiliki warna putih dengan corak hitam keabu-abuan.

4. Mesocricetus auratus memilki warna kepala hitam dengan sedikit corak putih

warna dorsal putih denga seikit corak hitam dan warna ventral putih

5. Mus musculus memiliki warna dorsal putih, warna ventral putih dan warna tubuh

putih.

6. Oryctolagus cuniculus berjenis kelamin jantan, warna dorsal hitam, warna

ventral putih dan warna tubuhhitam dengan sedikit corak putih.Sedangkan

Oryctolagus cuniculus betina memiliki warna cokelat.

7. Chinopterus brakeotis memiliki warna tubuh cokelat pada seluruh tubuhnya

dengan sedikit oranye pada bahu

5.2 Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih memahami tentang materi yang

akan dipraktikumkan serta diharapkan lebih berhati-hati dalam melakukan pengamatan

dan diharapkan pada praktikan untuk menggunakan sarung tangan kain atau kulit yang

tebal agar terhindar dari gigitan hewan yang menembus kulit.


KUNCI DETERMINASI

1. a. Tidak memiliki sayap untuk terbang ................................. 2

b. Memiliki sayap untuk terbang .......................................... Cynopterus brachyotis

2. a. Ukuran lebih besar umumnya ........................................... 3

b. Ukuran betina tidak lebih besar umumnya ....................... 4

3. a. Memiliki telinga panjang ................................................. Oryctolagus cuniculus

b. Memiliki telinga pendek ................................................... 5

4. a. Memiliki hidung runcing................................................... Mus musculus

b. Tidak memiliki hidung runcing......................................... Mesocricetus auratus

5. a. Memiliki premolar ............................................................ Felis catus

b. Tidak memiliki premolar .................................................. 7

6. a. Mempunyai ekor tebal, panjang dan kasar ........................ Callosciurus notatus

b. Tidak mempunyai ekor tebal, panjang dan kasar .............. Cavia sp


DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, Soerianegara I. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Fakultas Kehutanan

IPB. Bogor.

Berry, RJ & rgren, G. 1984. The Encyclopedia of Mammals . New York.

Berry, RJ & rgren, G. 1984. The Encyclopedia of Mammals . New York.

Carters, V.W. 1978. Mammalia Darat Indonesia. Edisi Bahasa Indonesia.

Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992, The Mammals of the Indomalayan Region : a

systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press.

Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Bandung :

Armico.

Farida, W. S. 2011. Perilaku Harian Induk Landak Raya (Hystrix brachyura Linnaeus,

1758) Pada Masa Menyusui. Fauna Indonesia 10 (1) : 9-12.

Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. CV Sinar Wijaya.Surabaya.

Jenkins, B. 2002. Learning mammalia. Dominant Publisher and Distribotors.

Kehutanan IPB : Bogor.

Jenkins, B. 2002. Learning mammalia. Dominant Publisher and Distribotors. Kehutanan

IPB : Bogor.

Kunz, P. 2003. Introduction to rodents. Pp. 255-265 in Anderson, S. and J. K. Jones, Jr.

(eds). Ordersand Families of Recent Mammals of the World. John Wileyand Sons,

N.Y.

Nowak, R.M and J.L Pardiso. 1983. Walkers Mamals of the World. The jhonshopkins

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga.


Ramadhani, D. 2006. Studi Hubungan Keanekaragaman Burung dengan Lansekap

Taman Kota Bandung. Jurusan Biologi: Universitat Padjajaran. Yogyakarta.

Rogers, E. 1985. Looking at Vertebrata a pratical guide to Vertebrata Adaptation.

Longman Singapore Publishing. Singapore.

Rustaman, L. 1994. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai Darussalam.

Prima Central. Jakarta.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Fakultas MIPA Universitas Negri

Suyanto, Heru. 2002. Budidaya Hewan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tim Taksonomi Hewan Vertebrata. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan

Vertebrata. Universitas Andalas. Padang. University press baltimoreand London

Van, F. 1979. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di

Daerah Tropis . Jakarta: UI Press

Veevers dan Carter.1978. Mamalia Darat Indonesia,Edisi Bahasa Indonesia. PT.


Intermasa : Jakarta.
Walker, G. 1999. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai