Anda di halaman 1dari 20

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling
tinggi di dunia. Indonesia memiliki sekitar 10% jenis tumbuhan berbunga yang ada
di dunia, 12% mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung serta 25% jenis ikan.
Tingginya keanekaragaman hayati tersebut sangat dipengaruhi oleh posisi Indonesia
yang berada di wilayah tropis serta terletak diantara dua wilayah biogeografi yaitu
Indo Malaya dan Australian. Aves atau burung merupakan salah satu kekayaan
hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan pakan, tempat bersarang merupakan
faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal. Burung
hampir dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu
kekayaan satwa Indonesia.
Jenis hewan bertulang belakang memiliki banyak ragam jenis didunia ini
salah satunya di Indonesia. Hewan bertulang belakang atau yang lebih dikenal
dengan vertebrata. Vertebrata merupakan istilah yang berasal dari organ-organ
notokorda yang diganti dengan ruas-ruas kartilago. Vertebrata memiliki rahang dua
pasang, sepasang mata dan sepasang telinga, penutup tubuh berupa kulit bersisik dan
berlendir, bersisik kering dan keras, serta berbulu sampai dengan kulit tertutup
rambut. Jenis kelaminnya terpisah, tetapi ada juga yang hermaprodit, fertilisasinya
internal dan eksternal, ovipar, vivipar dan ovovivipar. Semua vertebrata memiliki
tulang dalam tubuh dan dua pusat anggota tubuh (Djuhanda, 1982).
Aves merupakan kelompok terbesar dari subfilum vetebrata (Windharti, Y,
dkk 2013). Indonesia menduduki peringkat keempat negara-negara yang kaya akan
jenis burung dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan jumlah jenis
burung endemik. Di Indonesia dijumpai 1.539 jenis burung atau 17% dari jumlah
seluruh jenis burung di dunia yang berjumlah 9.052 jenis dan 381 jenis 4%
merupakan jenis endemik yang secara alami hanya dijumpai di Indonesia
(Sudjatnika, 1995 dalam Miranda. T, 2013). Burung atau Aves adalah anggota
kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap
(Mangi dkk, 2013). Burung dapat dijumpai di berbagai tipe habitat terutama kondisi
yang mendukung kelangsungan hidupnya. Burung merupakan hewan yang mampu
hidup di setiap habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub (MacKinnon, 1990).
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi bulu (asal epidermal),
sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat
terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi dari anggota gerak
anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. (Pada
fosil Pterodactyla = reptilian dan Chiroptera = mammalia terbang, sayap berasal
dari elemen-elemen tubuh distal). Kaki pada aves digunakan untuk berjalan,
bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital) (Brotowidjoyo, 1989).

1
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi
untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-
bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun
rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan
memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya
menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun
tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih,
sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang,
digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk (Campbell et al, 2012).
Aves merupakan salah satu kelas hewan vertebrata yang memiliki bentuk tubuh
yang khas sehingga dengan bentuk tubuh tersebut kelompok hewan ini terbukti
sangat berhasil dalam penyebarannya memperbanyak habitat di permukaan bumi.
Kelas aves terbagi menjadi dua subkelas yaitu archeonithes dan neonithes yang
terdiri dari 32 ordo dan 174 famili. Kata aves berasal dari bahasa latin dipakai nama
kelas, sedangkan ornis dari kata yunani dipakai dalam ornithology berarti ilmu
yang mempelajari burung-burung. Aves merupakan hewan yang paling dikenal orang
karena dilihat dimana-mana, aktif pada saat siang hari dan ada juga pada malam hari
serta unik, karena memiliki bulu sebagi penutup tubuh. Dengan bulu ini tubuh dapat
mengatur suhu tubuhnya dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu aves
mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya tarik mata
dan telinga manusia, banyak diantaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi,
sebahagian merupakan bahan makanan, sumber protein dan beberapa diantaranya di
ternakkan (Yatim, 1987).
Praktikum ini dilatarbelakangi karena kurangnya pengetahuan praktikan tentang
anatomi eksternal maupun anatomi internal dari aves, karena anatomi external dan
internal pada aves lebih maju jika dibandingkan dengan kelas reptilia. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengamatan secara langsung menggunakan Burung Streptopelia
chinensis sebagai objek pengamatan. Streptopelia chinensis dipilih karena
keberadaannya cukup banyak dan mudah didapatkan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui, mengamati, mengidentifikasi,
dan memahami morfologi dan anatomi pada reptilia dengan bahan yang digunakan
yaitu Streptopelia chinensis.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Aves memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya bulu yang menutupi


tubuhnya, anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota
gerak belakang teradaptasi untuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkai
terdapat sisik, rahang bawah tidak mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi
paruh, jantung terdiri dari empat ruang, mempunyai kantong udara atau kantong
yang berperan dalam membantu sistem pernapasan terutama pada saat terbang,
berkembang biak dengan bertelur. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mengenali kelas aves ini di antaranya yaitu menentukan ukuran dapat dilakukn
dengan membandingkan ukuran burung yang telah dikenal umumya, bentuk burung
tersebut gemuk, langsing, sayap pendek dan membulat atau panjang dan meruncing,
dan cara yang tidak kalah pentingnya dalam mengidentifikasi burung adalah dengan
mengenali suaranya (Yatim , 1987).
Kelas aves memiliki kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang
mendahuluinya dalam hal: Tubuh mempunyai penutup yang bersifat isolasi. Darah
vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi pada jantung. Pengaturan
suhu tubuh. Rata-rata metabolisme aves tinggi. Mempunyai kemampuan untuk
terbang. Suaranya berkembang dengan baik. Menjaga anaknya dengan baik dengan
cara khusus. Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves
bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu
itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan
lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk
dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun
rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan
mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Morfologi umum dari aves menurut Radiopoetro (1991) yaitu tubuh terdiri
atas caput, collum (cervix), truncus dan cauda. Ukuran pada caput relatif kecil, pada
caput terdapat rostrum (paruh) yang dibentuk oleh maxilla dan mandibula. Nares
terletak pada bagian lateral rostrum bagian atas. Cera, ialah suatu tonjolan kulit yang
lunak pada basis rostrum bagian atas. Organon visus dikelilingi oleh kulit yang
berbulu, padanya antara lain terdapat iris yang berwarna kuning atau jingga kemerah-
merahan. Juga terdapat pupil yang relative besar dibandingkan dengan besarnya
mata. Sedangkan membrane nictitans terdapat pada sudut medial mata. Porus
acusticus-externus (lubang telinga luar), terletak disebelah dorso caudal mata
membrana tympani terdapat disebelah dalamnya dan berguna untuk menangkap
getaran suara. Collum (cerviks) panjang, mudah digerakkan ke berbagai arah, collum

3
ini diselubungi oleh bulu. Truncus diselubungi oleh bulu. Cauda pendek sekali dan
bias dikenal dengan uropygium. Bulu-bulu yang menutupi cauda ini disebut retrices.
Pada uropygium bagian dorsal terdapat kelenjar minyak yang disebut glandula
uropygialis yang berfungsi untuk meminyaki bulu-bulu. Pergerakan terutama
dijalankan oleh sayap dan kaki. Dapat ditambahkan bahwa cauda berfungsi sebaga
pengemudi dan sebagai suatu permukaan untuk penyokong pada waktu terbang,
walaupun tidak dipergunakan langsung sebagai pendorong. Pada burung yang
kakinya panjang dengan digiti pendek, tibiotarsi dan tarsometatarsi kurang lebih
harus mempunyai panjang yang sama untuk mempertahankan keseimbangan.
Pada prinsipnya sehubungan dengan cara bergeraknya pada berbagai spesies
burung tidak sama maka modifikasi yang terjadi pada skeleton dan elemen-elemen
musculus pada berbagai spesies juga tidak sama. Modifikasi yang terjadi ini terutama
terhadap bentuknya, ukrannya dan sudut-sudutnya. Skeleton dibedakan atas
exoskeleton dan endoskeleton. Yang termasuk exoskeleton antara lain ialah bulu,
sisik-sisik pada kaki dan kuku (falcula). Bulu berfungsi untuk melindungi badan
terhadap cuaca yang tidak cocok dan berfungsi juga untuk terbang. Oleh karena itu
bulu pada aves mempunyai bentuk tersendiri dibandingkan dengan bulu-bulu pada
vertebrata lainnya. Bulu pada aves berfungsi untuk terbang. Fungsi lainnya untuk
melindungi tubuhnya terhadap cuaca yang tidak cocok. Oleh karena itu, bulu pada
aves mempunyai bentuk tersendiri dibandingkan dengan bulu-bulu pada avertebarata
lainnya. Menurut susunan anatominya, bulu dibedakan menjadi plumae,
plumulae dan filoplumae (tumbuh di seluruh tubuh dengan jarak yang sangat
jarang). Plumae terdiri atas calamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior
dan vexillum. Calamus yaitu tangkai bulu berbentuk memanjang dengan rongga
didalamnya. Menurut letaknya, yaitu remiges (bulu yang terdapat pada daerah
sayap), rectrices (bulu pada ekor), tetrices (bulu lainnya menutupi badan,
dan parapterium (bulu yang terdapat di daerah bahu antara badan dan sayap) dan
menurut umurnya, yaitu neoptyle dan beleoptyle. Neoptyle setelah gugur digantikan
oleh teleoptyle. Yang terasuk endoskeleton adalah vertebrae (ruas tulang belakang),
costae, sternum (tulang dada),cingulum membri anterioris (gelang bahu), cingulum
membri posteorioris (gelang pinggul), skeleton membri anterioris liberi (tulang
sayap / skeleton pada extrimitas anterior) dan skeleton membri posterioris liberi
(skeleton pada extrimitas posterior) (Radiopoetro, 1991).
Otot daging extrimitas berkembang menjadi besar, berhubung aktivitas gerak
yang cepat. Gerak sayap pada waktu terbang dilakukan oleh musculus pectoralis
yang terdapat pada dada, berupa otot daging putih. Dibedakan atas: musculus
pectoralis mayor yang terletak di sebelah luar, dan muscullus pectoralis minor yang
terletak sebelah dalam. Kedua ujung otot dada terikat di carina atau sterni, sedang
ujung lain terikat pada kepala humerus dari sayap di sebelah ventro lateral (Jasin,
1992). Otot daging dari femur (extrimitas posterior) pada prinsipnya untuk lari dan
menangkap. Otot pada kaki bawah pada telapak kaki adalah sedikit, sebagai
penyesuaian menghindari banyaknya panas yang hilang pada bagian yang tidak

4
berbulu. Gerak dari jari kaki dilakukan oleh tendon otot daging yang bersambung
dengan otot sebelah atasnya (Jasin, 1992).
Tractus digestivus terdiri atas paruh, covum oris; yang di dalamnya terdapat
lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk. Sebagai lanjutannya
adalah pharynx yang pendek, kemudian sophagus yang panjang dan beberapa
burung terjadi perluasan yang disebut crop, sebagai tempat penimbunan bahan
makanan sementara dan pelunakan. Dari crop masuk saluran yang sering disebut
gizard. Proventriculus menghasilkan cairan lambung (asam) sedangkan ventriculus
berdinding tebal berlapis jaringan epitel yang keras sebelah dalam yang
menghasilkan sekresi. Di dalam gizard sering terdapat batu kerikil yang berfungsi
membantu penggilingan makanan. Oleh karena itu beberapa jenis burung sengaja
menelan batu kerikil, sebagai pengganti tugas gigi yang tidak dimiliki oleh burung.
Dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian halus dan
bagian akhir adalah rectum dan kemudian cloaca dan yang terakhir adalah anus.
Pada intestinum terdapat rumbai-rumbai sebagai caecum yang merupakan saluran
buntu. Di sebelah dorsal cloaca terdapat suatu bursa fabricii pada hewan yang masih
muda. Fungsi yang sebenarnya belum diketahui, hanya yang jelas penting untuk
determinasi. Hepar sebagai salah satu kelenjar pencernaan relatif besar, bewarna
merah coklat dengan beberapa lobi. Pada beberapa aves memiliki vesica fellea
sebagai penampung billus. Pada burung merpati vesica fellea tidak ada. Glandul
pancreaticus biasanya memiliki tiga saluran yang menyalurkan sekresinya ke
intestinum. Sehubungan dengan makanan, terjadi adaptasi paruh (Jasin, 1992).
Sistem respirasi aves termodifikasi untuk dapat menamung oksigen ketika
terbang. Aves membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sangat banyak dariada kelas
lain. Pada aves, aliran udara hanya satu arau, udara baru datang pada ujung yang satu
dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lain. Aves bernapas dengan
paru-paru yang berkaitan dengan kantung udara (saccus pneumaticus) yang
menyebar sampai ke leher, perut, dan sayap. Kantung udara terdapat pada pangkal
leher (saccus servicalis), di median atau antara coracoids (saccus interclavicularis)
yang berhubungan dengan kedua pulmo, pada rongga dada depan (saccus thoracalis
anterior), pada rongga dada belakang (saccus thoracalis posterior), diantara lipatan
intestinum (saccus abdominalis), dan pada daerah ketiak (saccus axillaris) yaitu
saccus yang dibentuk oleh penonjolan sisi dari saccus interclavicularis (Radiopoetro,
1991). Saccus pneumaticus berfungsi untuk membantu pernapasan, mempertahankan
suhu badan oleh pengaruh keadaan luar dan membantu memperkeras suara
(Radiopoetro, 1991). Sistem respirasi aves terdiri atas trakea yang melanjut sebagai
dua buah bronchi pada syrinx (alat suara). Aru-paru dilengkapi dengan kantung
udara yang terdapat sembilan buah, dengan empat berpasangan dan satu median.
Fase aktif respirasi adalah ekspirasi dan fase inspirasinya yaitu inhalasi
(Brotowidjoyo, 1989).
Jantung terdiri dari 4 ruang, terbagi menjadi 2 atrium dan 2 ventriculus.
Menurut Radiopoetro (1991) kedua atrium dan kedua ventriculus tersebut masing-

5
masing telah mempunyai septum atriorum dan septum ventriculorum yang sempurna.
Ventriculus terpisah secara sempurna, sehingga sirkulasi pulmoner terpisah dari
sirkulasi sistemik. Sistem perederan darah tipikal pada burung, yaitu sama seperti
pada mamalia, bedanya pada burung lengkung aorta hanya satu buah dan terletak
disisi kanan sedangkan pada mamalia terletak disebelah kiri. Temperature tubuh
tinggi dan dipertahankan tetap (homoioterm) dengan bantuan bulu (Brotowidjoyo,
1989).
Pada sistem eksresi terdapat ren (ginjal) yang mempunyai bentuk yang khas.
Terdapat sepasang, kanan dan kiri. Masing-masing terdiri dari 3 lobi. Tipe ren adalah
metanephros kedalam ren terdapat banyak arteriae renalis. Dari ren akan keluar
saluran sekresi yang disebut ureter. Ureter berupa tubulus yang sempit dan bermuara
langsung ke dalam urodaeum. Disini tidak ada vesica urinaria (Radiopoetro, 1991).
Perkembangbiakan aves bersifat ovipar (bertelur). Organ genitalia pada aves jantan
terdiri dari sepasang testis yang berbentuk oval, terletak di sebelah ventral dari
lobus rens yang paling eranial, sepasang epididimis kecil terletak pada sisi dorsal
dari testis, berupa saluran yang dilalui spermatozoa dalam perjalanannya menuju
duktus deferens; sepasang duktus deferens; mesorchium (alat penggantung
testis). Mesorchium berjumlah sepasang yang merupakan lipatan dari
peritoneum. Pada betina, oviduct sebelah kanan ialah rudimeter sedang oviduct
sebelah kiri tumbuh dengan baik. Juga ovarium hanya terdapat di sebelah kiri saja.
Oviduct pada hewan muda lurus dan pada dewasa berkelok - kelok
Proctodeum (bagian kloaka yang paling ujung caudal) dari burung ditempelkan kuat-
kuat waktu kopulasi, sehingga sperma yang keluar pada saat ejakulasi langsung
masuk ke dalam proctodeum betina, yang kemudian menuju oviduk (Radiopoetro,
1991).

6
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Aves) ini dilaksanakan pada hari selasa, 12
September 2017, Jam 13.15 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Reptilia ini antara lain tissu
gulung, gunting bedah, bak bedah, jarum suntik, kapas, pinset, cutter, masker, sarung
tangan, jarum pentul, keranjang/kotak sepatu, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat
tulis. Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi aves ini adalah
sepasang S. chinensis dan kloroform.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum anatomi aves ini adalah pertama S. chinensis yang
akan dibedah sebelumnya dilumpuhkan terlebih dahulu dengan menyutikkannya
dengan kloroform sebanyak 0,2 ml atau dengan cara member kapas yang sudah
dibasahi dengan kloroform lalu diletakkan di nares externa nya. Sebelum dibedah, S.
chinensis dikuliti terlebih dahulu dari bagian kloaka sampai ujung mulut dan
dilanjutkan pada extremitas anterior dan posteriornya. Selanjutnya S. chinensis
dibedah dari bagian kloaka sampai bagian ujung mulut dengan menggunakan gunting
bedah, dilakukan dengan hati-hati agar bagian dalam organ tidak rusak. Kemudian isi
perut dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan pinset, dan organ-organ tersebut
diletakkan di atas kertas, direntangkan atau dipisahkan organ S. chinensis tersebut
satu-persatu agar mudah diteliti. Kemudian dilihat bagian masing-masing sistem
organnya dan dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ betinanya. Dan
terakhir organ S. chinensis tersebut digambar dalam buku gambar masing-masing.

7
BAB I V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Morfologi S. chinensis

1
3 2
4

6 5

Gambar 1. Morfologi S. chinensis 1. Rostrum, 2. Caput, 3. O. visus, 4. Cerviks, 5.


Truncus, 6. Extrimitas anterior, 7. Extrimitas posterior, 8. Cauda.
Hasil pengamatan morfologi S. chinensis pada gambar diatas, morfologi S. chinensis
terdiri dari caput, trunscus dan cauda. Pada caput terdapat organon visus sebagai alat
penglihatan dan ada pula membrane nictitans (selaput pada mata). Selanjutnya
diujung caput terdapat moncong/paruh yang runcing disebut rostrum, pada pangkal
rostrum terdapat nares (lubang hidung). Selanjutnya, dibawah caput terdapat cerviks
(leher) tempat melekatnya esophagus dan faring. Lalu ke bawah lagi terdapat truncus
(badan) dan cauda (ekor). Extrimitas anterior (alat gerak depan) termodifikasi
berupa sepasang sayap yang berbulu kemudian pada terdapat sepasang extrimitas
posterior (alat gerak bawah) berupa kaki dengan 3 digiti (jari). Tipe-tipe bulu
berdasarkan letaknya ada tetrices (bulu yang menutupi badan), retrices (bulu yang
menutupi ekor, remiges (bulu pada sayap), parapterum (bulu yang terdapat pada
bahu dan ala spuria (bulu kecil yang menempel pada ibu jari).
Morfologi umum dari aves menurut Radiopoetro (1991) yaitu tubuh terdiri
atas caput, collum (cervix), truncus dan cauda. Ukuran pada caput relatif kecil, pada
caput terdapat rostrum (paruh) yang dibentuk oleh maxilla dan mandibula. Nares
terletak pada bagian lateral rostrum bagian atas. Cera, ialah suatu tonjolan kulit yang
lunak pada basis rostrum bagian atas. Organon visus dikelilingi oleh kulit yang
berbulu, padanya antara lain terdapat iris yang berwarna kuning atau jingga kemerah-

8
merahan. Juga terdapat pupil yang relative besar dibandingkan dengan besarnya
mata. Sedangkan membrane nictitans terdapat pada sudut medial mata. Porus
acusticus-externus (lubang telinga luar), terletak disebelah dorso caudal mata
membrana tympani terdapat disebelah dalamnya dan berguna untuk menangkap
getaran suara. Collum (cerviks) panjang, mudah digerakkan ke berbagai arah, collum
ini diselubungi oleh bulu. Truncus diselubungi oleh bulu. Cauda pendek sekali dan
bias dikenal dengan uropygium. Bulu-bulu yang menutupi cauda ini disebut retrices.
Pada uropygium bagian dorsal terdapat kelenjar minyak yang disebut glandula
uropygialis yang berfungsi untuk meminyaki bulu-bulu. Pergerakan terutama
dijalankan oleh sayap dan kaki. Dapat ditambahkan bahwa cauda berfungsi sebaga
pengemudi dan sebagai suatu permukaan untuk penyokong pada waktu terbang,
walaupun tidak dipergunakan langsung sebagai pendorong. Pada burung yang
kakinya panjang dengan digiti pendek, tibiotarsi dan tarsometatarsi kurang lebih
harus mempunyai panjang yang sama untuk mempertahankan keseimbangan.
Menurut susunan anatominya, bulu dibedakan menjadi plumae,
plumulae dan filoplumae (tumbuh di seluruh tubuh dengan jarak yang sangat
jarang). Plumae terdiri atas calamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior
dan vexillum. Calamus yaitu tangkai bulu berbentuk memanjang dengan rongga
didalamnya. Menurut letaknya, yaitu remiges (bulu yang terdapat pada daerah
sayap), rectrices (bulu pada ekor), tetrices (bulu lainnya menutupi badan,
dan parapterium (bulu yang terdapat di daerah bahu antara badan dan sayap) dan
menurut umurnya, yaitu neoptyle dan beleoptyle. Neoptyle setelah gugur digantikan
oleh teleoptyle. Yang terasuk endoskeleton adalah vertebrae (ruas tulang belakang),
costae, sternum (tulang dada),cingulum membri anterioris (gelang bahu), cingulum
membri posteorioris (gelang pinggul), skeleton membri anterioris liberi (tulang
sayap / skeleton pada extrimitas anterior) dan skeleton membri posterioris liberi
(skeleton pada extrimitas posterior) (Radiopoetro, 1991).

9
4.2 Anatomi S. chinensis
4.2.1 Anatomi Sistem Organ

1
2
3
4

6
5 7
8
11 9
12

13 10

14

Gambar 2. Anatomi S. chinensis 1.Esophagus, 2. Faring , 3. Pulmo , 4. Inluvies, 5.


Cor , 6. Hepar , 7. Ventriculus, 8. Pancreas, 9. Intestinum tenue, 10.
Intestinum crassum, 11. Ovarium,12. Ren, 13. Oviduct, 14. Rectum.

a
b

Gambar 3. Anatomi Organ Reproduksi Jantan S. chinensis. a. testis, b. vas deferens,


c. ren, d. ureter.

10
Hasil yang didapatkan pada pengamatan anatomi organ S. chinensis adalah
esophagus, faring, pulmo, inluvies, cor, hepar, ventriculus, pancreas, intestinum
tenue, intestinum crassum, ovarium, ren, oviduct, rectum dan pada anatomi orga
reproduksi aves jantan adalah testis, vas deferens, ren dan ureter. Pada sistem
pencernaan, makanan masuk dari mulut berupa rostrum lalu melewati esophagus
kemudian makanan diolah di dalam inluvies (tembolok) sebagai tempat cadangan
makananan dan penghancuran biji-bijian, didalam inluvies terdapat batu kerikil atau
pasir yang berguna sebagai pengganti gigi pada aves agar mempermudah proses
penghancuran makanan. Setelah hancur, makanan kemudian turun ke ventriculus
atau juga disebut gizzard (kalang) diolah bersama kelenjar pencernaan berupa hepar,
pancreas dan limfa namun pada aves tidak memiliki vesica fellea (kantung empedu).
Kemudian makanan tersebut turun ke intestinum tenue lalu ke intestinum crassum
dan akhirnya bermuara melalui kloaka.
Sesuai dengan pernyataan Jasin (1992) Tractus digestivus terdiri atas paruh,
covum oris; yang di dalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh
lapisan zat tanduk. Sebagai lanjutannya adalah pharynx yang pendek, kemudian
sophagus yang panjang dan beberapa burung terjadi perluasan yang disebut crop,
sebagai tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan. Dari crop
masuk saluran yang sering disebut gizard. Proventriculus menghasilkan cairan
lambung (asam) sedangkan ventriculus berdinding tebal berlapis jaringan epitel yang
keras sebelah dalam yang menghasilkan sekresi. Di dalam gizard sering terdapat batu
kerikil yang berfungsi membantu penggilingan makanan. Oleh karena itu beberapa
jenis burung sengaja menelan batu kerikil, sebagai pengganti tugas gigi yang tidak
dimiliki oleh burung. Dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi
atas bagian halus dan bagian akhir adalah rectum dan kemudian cloaca dan yang
terakhir adalah anus. Pada intestinum terdapat rumbai-rumbai sebagai caecum yang
merupakan saluran buntu. Di sebelah dorsal cloaca terdapat suatu bursa fabricii pada
hewan yang masih muda. Fungsi yang sebenarnya belum diketahui, hanya yang jelas
penting untuk determinasi. Hepar sebagai salah satu kelenjar pencernaan relatif
besar, bewarna merah coklat dengan beberapa lobi. Pada beberapa aves memiliki
vesica fellea sebagai penampung billus. Pada burung merpati vesica fellea tidak ada.
Glandul pancreaticus biasanya memiliki tiga saluran yang menyalurkan sekresinya
ke intestinum. Sehubungan dengan makanan, terjadi adaptasi paruh.
Pada sistem respirasi, organnya terdiri atas nares (lubang hidung), faring
(tenggorokan) dan pulmo (paru-paru). Terdapat sepasang nostril di pangkal rostrum
sebagai lubang keluar masuknya udara lalu udara masuk melalui trachea atau faring
yang bersebelahan dengan esophagus. Kemudian udara masuk ke pulmo (paru-paru)
yang berwarna merah muda. Menurut Jasin (1992), alat respirasi terdiri atas nostril
yang terletak pada paruh, cavum nasalis, cavum oris, larynx yang tersusun atas
tulang rawan, terhubungkan denga cavum oris oleh rima glottis. Bagian daripada
larynx yang bercelah disebut glottis. Dari larynx saluran bersambung dengan trachea
sebagai pipa tersusun atas selang-gelang tulang rawan dan bercabang menjadi

11
bronchium dextrum, dan bronchium sinistrum. Tempat percabangan disebut
bifurcatio. Pada bagian caudal, terdapat suatu tulang rawan yang melintang dari
dorsal ke caudal yang disebut pessulus. Bagian ini menyokong suatu lipatan yang
berasal dari selaput lendir dan lipatan ini disebut membrane semilunaris.
Pada sistem sirkulasi terdapat cor (jantung) berwarna merah kehitaman yang
terdiri dari 4 ruang. Jantung aves lebih maju dibandingkan jantung reptilia karena
aves memliki jantung yang 2 atrium dan 2 ventrikelnya sempurna. Menurut Sukiya
(2001) ada pemisahan sempurna antara pembuluh darah vena dan arteri. Jantung
memiliki 4 ruang. Sistem aorta meninggalkna bilik kiri dan membawa darah ke
kepala dan seluruh tubuh melalui arkus aortikus kanan ke empat. Variasi jumlah
terjadi pada arteri karotis, walaupun umumnya burung mempunyai 2 karotisnya
menyatu membentuk saluran tunggal, sedangkan pada golongan lain mungkin
ukurannya mengecil sebelum menyatu dan pada burung Passerine hanya karotis
memiliki serambi kiri saja mamalia.
Pada sistem eksresi, terdapat sepasang ren (ginjal) yang terdiri dari 3 lobus
berbentu seperti kacang dan berwarna merah gelap. Dibawahnya terdapat ureter
yaitu berupa saluran tempat keluarnya sekresi dan tidak terdapat vesica urinaria.
Tipe ren pada aves adalah metanephros. Menurut Radiopoetro (1991) bahwa organ
uropoetia pada aves berupa ren yang mempunyai bentuk khas. Terdapat sepasang
kanan dan kiri. Masing-masing terdiri dari 3 lobi. Terjadi dari metanephros. Ke
dalam ren terdapat banyak arteriae renalis. Dari ren akan keluar saluran sekresi yang
disebut ureter. Ureter berupa tubulus yang sempit dan bermuara langsung ke dalam
urodaeum. Disini tidak ada vesica urinaria.
Pada sistem reproduksi betina terdapat ovarium yang terletak di tengah atas dan
diapit oleh ren. Berbentuk seperti bulatan putih kecil dan dibawahnya terdapat
saluran tempat keluarnya sel telur (oviduct). Dan pada jantan terdapat sepasang testis
berbentuk seperti bulatan berwarna putih melekat disebelah depan dari ren dengan
vas deferens sebagai salurannya. Sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1991)
Perkembangbiakan aves bersifat ovipar (bertelur). Organ genitalia pada aves jantan
terdiri dari sepasang testis yang berbentuk oval, terletak di sebelah ventral dari
lobus rens yang paling eranial, sepasang epididimis kecil terletak pada sisi dorsal
dari testis, berupa saluran yang dilalui spermatozoa dalam perjalanannya menuju
duktus deferens; sepasang duktus deferens; mesorchium (alat penggantung
testis). Mesorchium berjumlah sepasang yang merupakan lipatan dari
peritoneum. Pada betina, oviduct sebelah kanan ialah rudimeter sedang oviduct
sebelah kiri tumbuh dengan baik. Juga ovarium hanya terdapat di sebelah kiri saja.
Oviduct pada hewan muda lurus dan pada dewasa berkelok - kelok
Proctodeum (bagian kloaka yang paling ujung caudal) dari burung ditempelkan kuat-
kuat waktu kopulasi, sehingga sperma yang keluar pada saat ejakulasi langsung
masuk ke dalam proctodeum betina, yang kemudian menuju oviduk.

12
4.2.2 Anatomi Rangka

a
b

c
d
e

Gambar 4. Anatomi Rangka S. chinensis. a. cranium, b. vertebra servikal, c.


skeleton membri anterioris liberi, d. costae, e. sternum.

Pada kerangka S. chinensis terdapat cranium (tengkorak), vertebra servikal (tulang


leher), skeleton membri anterioris liberi, costae dan sternum. Menurut Radiopoetro
(1991) yang termasuk endoskeleton adalah vertebrae (ruas tulang belakang), costae,
sternum (tulang dada),cingulum membri anterioris (gelang bahu), cingulum membri
posteorioris (gelang pinggul), skeleton membri anterioris liberi (tulang sayap / skeleton
pada extrimitas anterior) dan skeleton membri posterioris liberi (skeleton pada extrimitas
posterior). Vertebrae tersusun dalam columna vertebralis. Vertebra di daerah cervix mudah
digerakkan, sedang di daerah badan sukar atau boleh dikatakan tidak dapat digerakkan.
Sternum mempunyai suatu crista medialis yang disebut carina sterni.
Fungsi carina sterni yaitu tempat melekatnya otot-otot untuk terbang. Pada Cingulum
membri anteoris (gelang bahu) terdapar furcula, coracoids dan scapula. Ketiga tulang
ini bersama-sama membatasi suatu lubang yang disebut foramen triosseum. Furcula
tunggal, membentuk huruf V. Ujungnya berhubungan dengan sternum dengan
perantaraan ligamentum. Furcula ini menempel pada coracoid. Coracoid bersendi
pada sudut muka sternum. Skeleton membri anteoris liberi adalah berupa sayap.
Skeletonnya mulai dari proximal ke distal berturut-turut adalah humerus (lengan
atas), radius, ulna, dan ossa carpalia.

13
4.2.3 Anatomi Sistem Otot

Gambar 5. Sistem otot pada S. chinensis

Pada sistem otot, Otot daging extrimitas berkembang menjadi besar, berhubung
aktivitas gerak yang cepat. Gerak sayap pada waktu terbang dilakukan oleh musculus
pectoralis yang terdapat pada dada, berupa otot daging putih. Dibedakan atas:
musculus pectoralis mayor yang terletak di sebelah luar, dan muscullus pectoralis
minor yang terletak sebelah dalam. Kedua ujung otot dada terikat di carina atau
sterni, sedang ujung lain terikat pada kepala humerus dari sayap di sebelah ventro
lateral (Jasin, 1992).
Musculus pectoralis major berfungsi unrtuk menutup sayap, berorigo pada
carnia sterni dan berinsertio pada facies ventralis humeri. Sedangkan musculus
pectoralis minor baru tampak bila musculus pectoralis major diangkat. Musculus ini
berorigo pada crania sterni, kemudian masuk ke dalam foramen triossesum yang
berinsertio pada facies dorsalis humeri. Fungsinya adalahh untuk menurunkan sayap
(Radiopoetro, 1991).

14
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kelas Aves dengan objek pengamatan S. chinensis didapatkan
beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. Tubuh terdiri atas 4 bagian, yaitu caput, cervix, truncus, dan cauda.
2. Karakter morfologi dari Streptopelia chinensis dari rostrum (paruh), nares
(lubang hidung), extremitas anterior (sayap), femur, Pes, digiti, flacula dan
Cauda.
3. Tubuh burung memiliki penutup tubuh berupa kulit yang ditumbuhi oleh
bulu-bulu yang berbeda bentuk dan ukurannya pada tiap-tiap bagiannya
seperti tetrices (bulu pada badan) retrices (bulu pada ekor) parapterum (bulu
pada bahu) dan remiges (bulu pada sayap).
4. S. chinensis memiliki paruh yang disesuaikan dengan makanannya berupa
bijian-bijian. Peruh rostrum terdiri atas maksila atau paruh bagian atas dan
mandibula atau paruh bagian bawah.
5. Sistem pencernaan pada S. chinensis yaitu esophagus, ingluvies, ventriculus,
pancreas, intestinum, rectum, dan berakhir pada kloaka.
6. Sistem pernapasan S. chinensis yaitu cavum oris, trachea, dan pulmo.
7. Sistem sirkulasi pada S. chinensis terdiri atas cor, dan pembuluh darah.
8. Sistem ekskresi pada S. chinensis terdiri atas ren dan ureter
9. Sistem reproduksi pada S. chinensis jantan terdapat sepasang testis dan pada
betina terdapat ovarium.
5.2 Saran
1. Sebaiknya lebih berhati-hati saat menggunakan kloroform, gunakan masker
dan sarung tangan.
2. Agar mampu memahami bagaimana anatomi dan sistem tubuh aves secara
umum, khususnya S. chinensis. Diharapkan untuk yang akan datang agar
mampu mengembangkan cara mengatasi kelangkaan berbagai jenis aves di
dunia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan I. Bandung: Armico.


Windharti Y, 2013. Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal Dalam Kawasan Cagar
Alam Mandor Kabupaten Landak. Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjungpura.
Miranda T. 2014. Klasifikasi Jenis Burung Di Cagar Alam Gunung Tinombala
Kecamatan Mapanga kabupataen Parigi Moutong. Fakultas Kehutanan.
Palu.
Mangi H. 2013. Asosiasi Burung Julang Sulawesi (Rhyticeros Cassidix) Dengan
Pohon Eboni (Diospyros Celebica Bakh) Di Cagar Alam Pangi Binangga
Desa Pangi Kabupaten Parigi Moutong. Fakultas Kehutanan. Palu.
Mackinnon, J., Philips, K., & Van Balen, B. 1998. Panduan Lapangan Burung-
Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-
LIPI. Bogor.
Brotowidjoyo, M.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A, Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jackson. 2012. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Yatim, W. 1987. Biologi Jilid II. Bandung:Tarsito.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Sinar Wijaya:
Surabaya.
Radiopoetro. 1991. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

16
LAMPIRAN. SUMBER PUSTAKA

Windharti, 2013

Mangi, 2013

17
Campbell, 2012

18
Brotowidjoyo, 1989

Radiopoetro, 1991

19
20

Anda mungkin juga menyukai