Burung pantai dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah shorebird atau waders.
Pada umumnya, burung pantai diartikan sebagai sekelompok burung air yang secara ekologis
bergantung pada lahan basah pantai untuk mencari makan atau berkembang biak, berukuran
kecil sampai sedang dengan berbagai bentuk dan ukuran paruh yang sesuai dengan
keperluannya untuk mencari dan memakan mangsa, melakukan kegiatan migrasi ataupun
tidak (Howes, dkk., 2003: 2-3).
Burung air merupakan salah satu kelompok dan kelas burung yang menggunakan
kakinya untuk berenang atau mempunyai kaki yang panjang untuk berjalan di air yang
memungkinkan mereka untuk mencari makanan di lingkungan air. Burung air cenderung
dikategorikan ke dalam tiga kelompok sekalipun batasnya tidak terlalu tajam yaitu:
1. Burung pantai. Burung pantai yang terdiri dari sub ordo yaitu Charadiiformes. Burung
pantai memiliki ukuran berkitar antara 15 cm sampai 58 cm, warna bulu cokelat, putih,
dan hitam, dan memiliki kaki dan paruh yang halus. Meskipun begitu, morfologik pada
burung-burung pantai akan tampak bermacam-macam. Bentuk tubuh burung pantai lebih
terpola menyelaraskan jenis pakan. Ada sejumlah jenis burung pantai yang memiliki
ukuran paruh yang sangat panjang dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, digunakan
dengan baik untuk menjadikan pakan berupa cacing di lubang yang lebih dalam. Menurut
(Howes, dkk., 2003) jenis-jenis burung pantai tergolong ke dalam 12 suku yaitu:
Scolopacidae, Charadriidae, Jacanidae, Rostratulidae, Dromadidae Haematopodidae,
Ibidorhynchidae, Burhinidae, Glareolidae, Pluvianellidae Thinocoridae, Recurvirostridae.
2. Burung laut (marine birds) yang mencari makan di laut lepas dan kembali ke darat untuk
berkembang biak di pulau karang pantai. Ordo burung laut yaitu pricelariiformes,
pelecaniformes, dan spheniciformes.
3. Burung air tawar. Kedua adalah kelompok yang terutama mengandalkan air tawar sebagai
sumber makanan dan cenderung membuat sarang dekat sumber makanannya. Ordo
burung air tawar yakni Gaviivormes, Podicipediformes, Ciconiiformes (berukuran besar
dan bentuknya bervariasi diantaranya bangau blekok, ibis dan flamingo), Anseriformes
(contohnya itik, bebek, angsa).
Tidak ada pembagian taxonomi yang jelas diantara burung laut, pantai, dan air tawar
yang memisahkan mereka secara ekologis, masing-masing dari berbagai ordo burung aquatik
dikelompokkan berdasarkan kategori yang paling sesuai dengan anggotanya. Tiga kategori
yaitu burung pantai dan air tawar adalah burung yang sering berada di darat sedangkan
burung laut lebih banyak menghabiskan waktu di air, contohnya adalah penguin.
Bentuk paruh burung merupakan karakteristik dari kehidupan spesies burung. Fungsi
utamanya adalah untuk makan, untuk membangun sarang, dan untuk mempertahankan
diri (Corbeil dan Archambault, 2009). Bentuk paruh burung yang beragam membuat
burung dapat hidup berdampingan tanpa adanya persaingan yang besar terhadap makanan
(Scott, 2010). Kerangka bertulang paruh atas dan bawah adalah lapisan bertanduk seperti
ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang berasal dari beberapa plat terpisah
kemudian bersambung Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang
bawah. Paruh memberi banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan,
membuat sarang dan menjilati bulu. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan
hidupnya (Sukiya, 2001). Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi sebagai
paruh (Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas dan mandibula pada
ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk
dan pada kelompok burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit,
pada kulit terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk yang
ringan, fleksibel, dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten (Maskoeri,
1984).
2. Badan (Truncus)
Badan berbentuk lonjong ditutupi bulu-bulu yang bermacam-macam dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Aves memilik pertukaran zat yang cepat
karena terbang memerlukan banyak energi. Suhu tubuhnya tinggi dan tetap sehingga
kebutuhan makanannya banyak (Darmawan, 2006).
3. Ekor (cauda)
Menurut Tamam (2016) ekor aves memiliki bulu-bulu yang berperan sebagai kemudi.
Pengertian ekor adalah bulu-bulu ekor (Rectriches). Panjang pendeknya rectriches pada
tepi posterior ekor berbeda-beda dan memiliki ciri yang spesifik.
4. Ekstremitas
Ektremitas atau anggota gerak pada kelas aves terdiri beberapa bagian yaitu (Tamam,
2016):
a) Ekstremitas kranialis atau membrum superior merupakan sayap yang ditutupi bulu.
b) Ekstremitas kaudalis atau membrum inferior sebagai kaki, bagian atas tertutup bulu
dan bawah tertutup sisik. berikut adalah ciri-ciri kaki aves. Ciri-ciri sisik kaki aves
sebagai berikut ini : a) Scutellata adalah apabila sisik tersusun saling menutup. b)
Reticullata adalah bila sisik tidak teratur. c) Serrata apabila bila sisik pada tepi
posterior tersusun berigi.rigi. d) Boated adalah bila tarsusus tidak bersisik.
c) Ciri-ciri jari aves yaitu : a) Rata (datar): hallux (jari pertama) melekat pada ujung
tarsus seperti jari jari yang lain. b) Terangkat: hallux (jari pertama) melekat pada
bagian yang lebih tinggi di atas perlekatan jari-jari yang lain.
d) Ciri-ciri cakar aves yaitu : a) Runcing: cakar melengkung dan runcing b) Obtuse:
cakar agak melengkung, ujung tumpul
e) Tipe kaki pada aves laut: Pada umumnya burung air memiliki jari-jari kaki lurus,
berselaput dan berfungsi sebagai dayung atau sebagian berkaki panjang, semua
burung laut mempunyai selaput pada jari-jarinya,begitu pula dengan sebagian burung
air tawar dan burung pantai, pola alternatif kaki yang memanjang umumnya
beradaptasi untuk mencari makan di perairan yang dangkal seperti burung bangau,
kadang-kadang ada sedikit selaput diantara jari-jarinya
5. Struktur Bulu (Penutup Tubuh)
Bulu merupakan struktur khusus kelas aves. Secara filogenik bulu diduga berasal dari
rpidermal. Secara embriologis bulu bermula dari papilla dermal. Poros utama bulu disebut
shaft (tangkai), bagian dekat shaft disebut calamus. Merupakan sebuah lingkaran dan
tidak memiliki jaringan, sisa shaft disebut rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Baris-baris barbule yang berdekatan saling bersambungan ujung dan sisi bawah tiap
barbule memiliki filamen kecil yang disebut barbicels berfungsi menahan barbula yang
saling bersambungan. Ada bebrapa burng bulunya baru lengkap setelah pertumbuhan
bulu kedua, yang muncul ada bagian dorsal shaft dan persimpangan rachis-calamus. Bulu
tambahan ini disebut aftershaft tetapi burung tidak memilikinya (Sukiya, 2001). Bagian
bagian bulu burung dapat dilihat pada gambar:
Gambar 4. Struktur bagian bulu aves
Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot daging, bulu yang
merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai
pembungkus tubuh sangat resisten. Pada mulanya bulu sebagai papil dermis yang
selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu melekuk ke dalam tepinya
sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang
epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu yang
mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai
pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan (Jasin, Maskoeri, 1984).
Menurut Maskoeri (1984), berdasarkan susunan anatomi bulu dapat lihat pada gambar
dan dibagi menjadi sebagai berikut:
1) Filoplumae, bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus.
2) Plumulae, berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan
detail.
3) Plumae, Bulu yang sempurna.
Menurut Maskoeri (1984), susunan plumae terdiri dari:
Shaff (tangkai), yaitu poros utama bulu.
Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga
di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-
cabang lateral dari rachis. Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen
kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling
bersambungan.
Gambar 5. Perbedaan plumae, plumule, dan fitoplume
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada
ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut
neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut Maskoeri (1984),
menurut letaknya, bulu Aves dibedakan menjadi: 1) Tectrices, bulu yang menutupi badan.
2) Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi. 3) Remiges, bulu pada sayap 4) Parapterum, bulu yang menutupi daerah
bahu. 5) Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari. 6) Semi plumae adalah
kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu luar. Bistle adalah
bulu perasa berupa shaff yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala
burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga flycatchers. Bristle yang menutupi
lubang hidung terdapat pada burung pelatuk (Jasin, Maskoeri: 1984).
6. Suara Burung
Menurut Kurniawan dan Arifianto (2017) aves memiliki kemampuan dalam
bersosialisasi dengan sesama jenisnya baik pada saat berburu maupun kegiatan lainnya
seperti mencari pasangan. Terdapat berbagai cara bagi hewan untuk berkomunikasi
dengan individu lainnya seperti dengan cara kontak fisik untuk mempertahankan
wilayahnya maupun dengan bersuara. Burung, cenderung menggunakan komunikasi
suara dibandingkan dengan kontak fisik untuk mempertahankan wilayah. Suara pada
burung terbagi atas dua jenis yaitu suara nyanyian dan suara panggilan.
Suara nyanyian pada umumnya memiliki struktur yang lebih rumit dan berperan
untuk menjaga dan mempertahankan daerah teritori dan menarik lawan jenis, khususnya
dilakukan oleh para pejantan diawal musim kawin. Sedangkan suara panggilan umumnya
memiliki struktur lebih sederhana daripada suara nyanyian dan memiliki fungsi yang
bervariasi seperti memanggil keluarga dan peringatan akan adanya ancaman. Selain itu,
suara burung juga dapat memberikan informasi mengenai identitas dari burung tersebut.
Tingkat nada dan kelantangan dari suara burung sangat unik diantara jenis hewan. Suara
burung dapat memberitahukan jenis kelamin, anak dan pasangan. (Kurniawan dan
Arifianto, 2017)
4. Kaki pendek dan letaknya di tengah. Kaki mempunyai tiga jari berselaput. Hallux
vestigial atau tidak ada.
5. Albatros adalah burung besar dengan sayap yang sangat panjang dibandingkan
dengan panjang tubuhnya.
6. Sayap panjang dan lancip, kuat untuk terbang jauh, tetapi storm – petrels mempunyai
sayap pendek dan agak membulat.
7. Albatros membuat sarang dengan mencakar-cakar tanah, anggota lainnya dengan
membuat lubang untuk sarangnya. Semuanya berkembang biak secara berkoloni dan
bertelur hanya sebutir yang relatif besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
8. Anak – anaknya altricial (lemah & rentan mati saat masih bayi, sehingga
membutuhkan asuhan dari induk)
9. Contoh spesies dari ordo ini yaitu Albatros Kelana (Diomedea exulans), Albatros
Amsterdam (Diomedea amsterdamensis), Albatros Hitam (Phoebetria fusca), Albatros
Kepala Abu-abu (Thalassarche chrysostoma), Petrel Raksasa Selatan (Macronectes
giganteus), Penggunting-laut Hitam (Puffinus griseus), dll.
Ordo Sphenisciformes
1. Termasuk kelompok penguin
2. Berukuran kecil hingga sangat besar yang naik ke darat hanya untuk berkembang
biak.
3. Tidak dapat terbang.
4. Plumage hitam di atas, putih di sebelah bawah kadang-kadang ada yang berbeda
warna di leher atau di bagian kepala pada beberapa spesies.
5. Bulu – bulu kecil mengkilap dan sangat rapat.
6. Paruh pendek dan tebal hingga agak panjang melengkung dan lancip.
7. Kaki pendek, kuat dan letaknya sangat posterior sehingga dapat berdiri tegak. Tiga
jari muka berselaput dan hallux tereduksi
8. Sayap bermodifikasi menjadi dayung. Mampu berenang dengan baik
9. Sarang di atas tanah atau dalam lubang. Biasanya bertelur 2 butir berwarna hijau
muda. Pada Aptenodytes tidak Ada sarang, bertelur hanya satu butir dan dibawa pada
kakinya
10. Anaknya altricial
11. Anggotanya hidup di belahan bumi selatan di bagian yang lebih dingin, meskipun ada
species yang ditemukan di p. Galapagos Contoh: Pygocelis, Eudyptes Aptenodytes,
Spheniscus
Ordo Pelicaniformes
1. Anggotanya berukuran besar hingga sangat besar
2. Hidup di perairan laut maupun tawar
3. Plumage bervariasi, tetapi ketiga famili umumnya didominasi oleh warna hitam yang
lainnya berwarna sama dengan sayap hitam
4. Paruh besar hingga sangat besar tetapi setiap famili memiliki bentuk paruh yang
berbeda
5. Kaki pendek dan letaknya agak ke belakang, empat jari disatukan oleh selaput, Hallux
juga dipersatukan oleh selaput jari yang tidak terdapat pada burung akuatik lainnya.
6. Sayap panjang dan lancip, kuat untuk terbang.
7. Palatum desmognathous
8. Sarang berukuran besar terbuat dari ranting pepohonan dibuat di atas pohon. Beberapa
diantaranya membuat sarang di atas tanah. Bertelur 1 butir berwarna biru pucat.
9. Anak-anaknya altricial. Waktu menetas tidak berbulu atau berbulu, cenderung di asuh
oleh kedua induknya.
10. Contoh : Pelicanus sp (pelican), Palacrocorax sp (cormoran)
Ocean Tuna Commission (IOTC) dan Loka Penelitian Perikanan Tuna. 2011. Kartu
Identifikasi Burung Laut Untuk kapal perikanan yang beroperasi di Samudra Hindia. Food &
Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Diakses pada 23 April 2023 melalui
https://www.fao.org/publications/en/
Scott, Graham. (2010). Essential Ornithology. New York: Oxford University Press.
Pratiwi, D.A dkk. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tamam, B. (2016, Februari). Ciri dan Struktur Morfologi (Topografi) Kelas Aves. Di akses
laman web tanggal 23 April 2023 dari Generasi Biologi:
http://www.generasibiologi.com/2017/06/ciri-struktur-morfologi-topografi-aves-burung.html.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya:
Surabaya.
Howes, J., Bakewell, D. & Yus Rusila Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands
International-Indonesian Programme. Bogor.
Burung pantai dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah shorebird atau waders.
Pada umumnya, burung pantai diartikan sebagai sekelompok burung air yang secara
ekologis bergantung pada lahan basah pantai untuk mencari makan atau berkembang
biak, berukuran kecil sampai sedang dengan berbagai bentuk dan ukuran paruh yang
sesuai dengan keperluannya untuk mencari dan memakan mangsa, melakukan kegiatan
migrasi ataupun tidak (Howes, dkk., 2003 : 2-3)