Anda di halaman 1dari 11

KLASIFIKASI AVES AKUATIK

Burung pantai dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah shorebird atau waders.
Pada umumnya, burung pantai diartikan sebagai sekelompok burung air yang secara ekologis
bergantung pada lahan basah pantai untuk mencari makan atau berkembang biak, berukuran
kecil sampai sedang dengan berbagai bentuk dan ukuran paruh yang sesuai dengan
keperluannya untuk mencari dan memakan mangsa, melakukan kegiatan migrasi ataupun
tidak (Howes, dkk., 2003: 2-3).
Burung air merupakan salah satu kelompok dan kelas burung yang menggunakan
kakinya untuk berenang atau mempunyai kaki yang panjang untuk berjalan di air yang
memungkinkan mereka untuk mencari makanan di lingkungan air. Burung air cenderung
dikategorikan ke dalam tiga kelompok sekalipun batasnya tidak terlalu tajam yaitu:
1. Burung pantai. Burung pantai yang terdiri dari sub ordo yaitu Charadiiformes. Burung
pantai memiliki ukuran berkitar antara 15 cm sampai 58 cm, warna bulu cokelat, putih,
dan hitam, dan memiliki kaki dan paruh yang halus. Meskipun begitu, morfologik pada
burung-burung pantai akan tampak bermacam-macam. Bentuk tubuh burung pantai lebih
terpola menyelaraskan jenis pakan. Ada sejumlah jenis burung pantai yang memiliki
ukuran paruh yang sangat panjang dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, digunakan
dengan baik untuk menjadikan pakan berupa cacing di lubang yang lebih dalam. Menurut
(Howes, dkk., 2003) jenis-jenis burung pantai tergolong ke dalam 12 suku yaitu:
Scolopacidae, Charadriidae, Jacanidae, Rostratulidae, Dromadidae Haematopodidae,
Ibidorhynchidae, Burhinidae, Glareolidae, Pluvianellidae Thinocoridae, Recurvirostridae.
2. Burung laut (marine birds) yang mencari makan di laut lepas dan kembali ke darat untuk
berkembang biak di pulau karang pantai. Ordo burung laut yaitu pricelariiformes,
pelecaniformes, dan spheniciformes.
3. Burung air tawar. Kedua adalah kelompok yang terutama mengandalkan air tawar sebagai
sumber makanan dan cenderung membuat sarang dekat sumber makanannya. Ordo
burung air tawar yakni Gaviivormes, Podicipediformes, Ciconiiformes (berukuran besar
dan bentuknya bervariasi diantaranya bangau blekok, ibis dan flamingo), Anseriformes
(contohnya itik, bebek, angsa).

Gambar 1. Klasifikasi burung akuatik

Tidak ada pembagian taxonomi yang jelas diantara burung laut, pantai, dan air tawar
yang memisahkan mereka secara ekologis, masing-masing dari berbagai ordo burung aquatik
dikelompokkan berdasarkan kategori yang paling sesuai dengan anggotanya. Tiga kategori
yaitu burung pantai dan air tawar adalah burung yang sering berada di darat sedangkan
burung laut lebih banyak menghabiskan waktu di air, contohnya adalah penguin.

MORFOLOGI AVES LAUT


Ciri Ciri Umum Aves
Sebagai suatu kelompok hewan, burung telah berevolusi menjadi berbagai ukuran. Menurut
Irnaningtyas (2016) secara umum aves memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut yaitu:
a) Ukuran tubuh bervariasi terdiri bagian kepala leher, badan, ekor
b) Mulutnya pun berparuh yang tersusun atas zat tanduk tidak memiiki gigi dan lidah yang
tidak dapat dijulurkan
c) Mata berkembang baik memiliki kelompak mata, membrana niktitans dan kelenjar air
mata, pada umumnya mata terdapat dibagian sisi pada kepala
d) Selain itu aves memiliki sepasang kaki untuk berjalan, bertengger, berenang, mencakar,
memegang makanan dan mencengkeram mangsa
e) Memiliki sayap untuk terbang. Kecepatan terbang berkisar antara 30-75 km/jam. Penguin
menggunakannya untuk berenang.
f) Aves bernapas dengan paru-paru berhubungan dengan pundi-pundi udara sebagai alat
pernapasan tambahan
g) Aves memiliki alat suara siring yang terdapat di percabagan
h) Aves bersifat homoiosterm karena mempertahankan suhu tubuhnya dengan bulu-bulu,
suhu tubuh aves berkisar 40,5-42 oC
i) Aves bersifat ovivar dan fertilasi terjadi secara internal.

Morfologi Umum Aves laut


Aves atau burung merupakan satu-satunya hewan vertebrata berbulu (Scott, 2010). Dengan
mengetahui ciri-ciri morfologi, maka dapat mempermudah identifikasi suatu jenis burung.
Karakter morfologi burung dapat dibedakan atas: paruh, kepala, leher, badan, sayap, tungkai
dan ekor (Pratiwi, 2013). Menurut Tamam (2016) bagian-bagian utama dari morfologi pada
kelas aves dibedakan atas beberapa bagian, yaitu:
1. Kepala (Caput)
Kepala aves terdapat beberapa organ antara lain sebagai berikut (Tamam, 2016):
a) Lubang hidung atau nares, terletak di paruh bagian atas
b) Sera (cere) adalah pangkal paruh atas yang tidak berbulu, tempat terdapatnya lubang
hidung yang berupa tonjolan kulit
c) Mata yang dikelilingi oleh kulit berbulu halus.
d) Membrana niktitans di sudut mata yang dapat ditarik hingga menutupi mata
e) Lubang telinga atau porus akustikus eksternus, tidak ada daun telinga terletak
dorsokaudal mata dan di dalam ada membrana timpani
f) Paruh (rostrum), terdiri atas bagian bawah dan atas, bahan pembentuknya berupa
tanduk.
Gambar 2. Morfologi bagian kepala aves

Bentuk paruh burung merupakan karakteristik dari kehidupan spesies burung. Fungsi
utamanya adalah untuk makan, untuk membangun sarang, dan untuk mempertahankan
diri (Corbeil dan Archambault, 2009). Bentuk paruh burung yang beragam membuat
burung dapat hidup berdampingan tanpa adanya persaingan yang besar terhadap makanan
(Scott, 2010). Kerangka bertulang paruh atas dan bawah adalah lapisan bertanduk seperti
ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap rahang berasal dari beberapa plat terpisah
kemudian bersambung Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang
bawah. Paruh memberi banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan,
membuat sarang dan menjilati bulu. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan
hidupnya (Sukiya, 2001). Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi sebagai
paruh (Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas dan mandibula pada
ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk
dan pada kelompok burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit,
pada kulit terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk yang
ringan, fleksibel, dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten (Maskoeri,
1984).

Gambar 3. Bentuk-bentuk paruh aves

2. Badan (Truncus)
Badan berbentuk lonjong ditutupi bulu-bulu yang bermacam-macam dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Aves memilik pertukaran zat yang cepat
karena terbang memerlukan banyak energi. Suhu tubuhnya tinggi dan tetap sehingga
kebutuhan makanannya banyak (Darmawan, 2006).
3. Ekor (cauda)
Menurut Tamam (2016) ekor aves memiliki bulu-bulu yang berperan sebagai kemudi.
Pengertian ekor adalah bulu-bulu ekor (Rectriches). Panjang pendeknya rectriches pada
tepi posterior ekor berbeda-beda dan memiliki ciri yang spesifik.
4. Ekstremitas
Ektremitas atau anggota gerak pada kelas aves terdiri beberapa bagian yaitu (Tamam,
2016):
a) Ekstremitas kranialis atau membrum superior merupakan sayap yang ditutupi bulu.
b) Ekstremitas kaudalis atau membrum inferior sebagai kaki, bagian atas tertutup bulu
dan bawah tertutup sisik. berikut adalah ciri-ciri kaki aves. Ciri-ciri sisik kaki aves
sebagai berikut ini : a) Scutellata adalah apabila sisik tersusun saling menutup. b)
Reticullata adalah bila sisik tidak teratur. c) Serrata apabila bila sisik pada tepi
posterior tersusun berigi.rigi. d) Boated adalah bila tarsusus tidak bersisik.
c) Ciri-ciri jari aves yaitu : a) Rata (datar): hallux (jari pertama) melekat pada ujung
tarsus seperti jari jari yang lain. b) Terangkat: hallux (jari pertama) melekat pada
bagian yang lebih tinggi di atas perlekatan jari-jari yang lain.
d) Ciri-ciri cakar aves yaitu : a) Runcing: cakar melengkung dan runcing b) Obtuse:
cakar agak melengkung, ujung tumpul
e) Tipe kaki pada aves laut: Pada umumnya burung air memiliki jari-jari kaki lurus,
berselaput dan berfungsi sebagai dayung atau sebagian berkaki panjang, semua
burung laut mempunyai selaput pada jari-jarinya,begitu pula dengan sebagian burung
air tawar dan burung pantai, pola alternatif kaki yang memanjang umumnya
beradaptasi untuk mencari makan di perairan yang dangkal seperti burung bangau,
kadang-kadang ada sedikit selaput diantara jari-jarinya
5. Struktur Bulu (Penutup Tubuh)
Bulu merupakan struktur khusus kelas aves. Secara filogenik bulu diduga berasal dari
rpidermal. Secara embriologis bulu bermula dari papilla dermal. Poros utama bulu disebut
shaft (tangkai), bagian dekat shaft disebut calamus. Merupakan sebuah lingkaran dan
tidak memiliki jaringan, sisa shaft disebut rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Baris-baris barbule yang berdekatan saling bersambungan ujung dan sisi bawah tiap
barbule memiliki filamen kecil yang disebut barbicels berfungsi menahan barbula yang
saling bersambungan. Ada bebrapa burng bulunya baru lengkap setelah pertumbuhan
bulu kedua, yang muncul ada bagian dorsal shaft dan persimpangan rachis-calamus. Bulu
tambahan ini disebut aftershaft tetapi burung tidak memilikinya (Sukiya, 2001). Bagian
bagian bulu burung dapat dilihat pada gambar:
Gambar 4. Struktur bagian bulu aves

Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot daging, bulu yang
merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai
pembungkus tubuh sangat resisten. Pada mulanya bulu sebagai papil dermis yang
selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu melekuk ke dalam tepinya
sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang
epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu yang
mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai
pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan (Jasin, Maskoeri, 1984).
Menurut Maskoeri (1984), berdasarkan susunan anatomi bulu dapat lihat pada gambar
dan dibagi menjadi sebagai berikut:
1) Filoplumae, bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus.
2) Plumulae, berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan
detail.
3) Plumae, Bulu yang sempurna.
Menurut Maskoeri (1984), susunan plumae terdiri dari:
 Shaff (tangkai), yaitu poros utama bulu.
 Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
 Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga
di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
 Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-
cabang lateral dari rachis. Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen
kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling
bersambungan.
Gambar 5. Perbedaan plumae, plumule, dan fitoplume

Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada
ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut
neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut Maskoeri (1984),
menurut letaknya, bulu Aves dibedakan menjadi: 1) Tectrices, bulu yang menutupi badan.
2) Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi. 3) Remiges, bulu pada sayap 4) Parapterum, bulu yang menutupi daerah
bahu. 5) Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari. 6) Semi plumae adalah
kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu luar. Bistle adalah
bulu perasa berupa shaff yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala
burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga flycatchers. Bristle yang menutupi
lubang hidung terdapat pada burung pelatuk (Jasin, Maskoeri: 1984).
6. Suara Burung
Menurut Kurniawan dan Arifianto (2017) aves memiliki kemampuan dalam
bersosialisasi dengan sesama jenisnya baik pada saat berburu maupun kegiatan lainnya
seperti mencari pasangan. Terdapat berbagai cara bagi hewan untuk berkomunikasi
dengan individu lainnya seperti dengan cara kontak fisik untuk mempertahankan
wilayahnya maupun dengan bersuara. Burung, cenderung menggunakan komunikasi
suara dibandingkan dengan kontak fisik untuk mempertahankan wilayah. Suara pada
burung terbagi atas dua jenis yaitu suara nyanyian dan suara panggilan.
Suara nyanyian pada umumnya memiliki struktur yang lebih rumit dan berperan
untuk menjaga dan mempertahankan daerah teritori dan menarik lawan jenis, khususnya
dilakukan oleh para pejantan diawal musim kawin. Sedangkan suara panggilan umumnya
memiliki struktur lebih sederhana daripada suara nyanyian dan memiliki fungsi yang
bervariasi seperti memanggil keluarga dan peringatan akan adanya ancaman. Selain itu,
suara burung juga dapat memberikan informasi mengenai identitas dari burung tersebut.
Tingkat nada dan kelantangan dari suara burung sangat unik diantara jenis hewan. Suara
burung dapat memberitahukan jenis kelamin, anak dan pasangan. (Kurniawan dan
Arifianto, 2017)

MORFOLOGI BURUNG LAUT


Burung laut adalah jenis burung yang mencari makanan di laut lepas dan
menghabiskan sebagian besar waktunya (ketika tidak berkembang biak di darat) di laut.
Burung laut memerlukan waktu yang relatif lama untuk menjadi dewasa dan berkembang
biak; beberapa jenis bahkan belum mulai berbiak hingga berusia sepuluh tahun. Sebagai
kompensasinya, burung laut berumur panjang, dengan tingkat kematian alami burung dewasa
yang rendah. Berdasarkan sifat-sifat ini, kenaikan tingkat kematian burung tidak terjadi
secara alami, namun campur tangan manusia, akan berpotensi merusak kelangsungan hidup
populasinya. Bahkan sekecil apapun gangguan manusia dapat mengakibatkan penurunan
populasi (Ocean Tuna Commission: 2011).
Beberapa jenis Carinatae beradaptasi penuh dengan kehidupan laut, jarang pergi ke
darat kecuali untuk berkembang biak. Ciri khas burung laut termasuk pinguin, berkembang
biak secara berkelompok di daerah pantai yang terpencil atau pulau – pulau kecil di mana
mereka dapat membuat sarang dengan tenang, bebas dari predator. Dalam kelompok ini
terdapat ordo yang merupakan burung laut sejati yaitu Ordo Procellariiformes (Tubinares),
ordo yang cenderung secara progresif menjadi burung air tawar yaitu ordo Pelecaniformes,
dan ordo yang terdiri atas pinguin yang sangat di vergen yaitu Sphenisciformes .
Procellariiformes terdiri atas burung Albatros, shearwater, storm- petrel, dan diving-
petrel dan semuanya merupakan burung laut sejati. Mempunyai hidung tabung yang unik
yang terletak sepanjang mandibula yang terpisah atau bersatu membentuk tabung tunggal,
karena itulah ordo ini dinamai pila Tubinares yang berarti: Hidung Tabung.
Pelecaniformes jarang berada di laut. Dua dari tiga sub ordo hanya mempunyai satu
famili yang benar-benar burung laut, yaitu “tropic – birds” dan “frigate – birds”. Sub ordo
ketiga terdiri atas satu burung laut sejati yaitu “gannets”, sedangkan Cormorant dan pelikan
mewakili burung laut dan burung air tawar. Famili keempat yaitu “darter” hanya ditemukan
di perairan darat. Pelecaniformes memiliki ciri khas yaitu satu-satunya burung yang jari
kakinya berselaput penuh yang mempersatukan jari belakang dengan tiga jari depan.
Burung yang sangat khusus sebagai burung laut adalah pinguin. Sphenisciformes
yang kadang-kadang dianggap sebagai super ordo terpisah. Spheniscae atau Impenhes berarti
“Tanpa Bulu Terbang”. Tungkai muka bermodifikasi menjadi seperti dayung pipih dan tak
dapat di lipat. Mereka dapat berenang cepat mencari makanan berupa ikan atau kerang di
darat mereka berjalan agak tegak melintasi lapisan es membeku atau meluncur dengan
perutnya.
Burung laut tak dapat menghindar dari penyerapan garam dari air laut yang bertolak
belakang dengan masalah fisiologi untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Banyak
burung laut mengatasi masalah ini dengan modifikasi kelenjar lacrimal untuk mengeluarkan
kelebihan garam melalui lubang hidung.
MORFOLOGI 3 ORDO BURUNG LAUT
 Ordo Precellariiformes
1. Anggotanya bervariasi ukurannya dari yang kecil (storm-petrels sampai yang sangat
besar (albatross). Merupakan burung laut sejati yang naik ke darat hanya untuk
berkembang biak.
2. Plumage didominasi warna hitam, putih kelabu, atau coklat tua.
3. Paruh kuat, agak melengkung dan terdiri atas keeping-keping zat tanduk, membentuk
hidung tabung yang terpisah atau bersatu. Lubang hidung albatros tidak bersatu
menjadi satu saluran dan jelas terlihat sebagai dua bukaan yang terpisah pada kedua
sisi paruh.
Gambar 6. Paruh albatross

4. Kaki pendek dan letaknya di tengah. Kaki mempunyai tiga jari berselaput. Hallux
vestigial atau tidak ada.
5. Albatros adalah burung besar dengan sayap yang sangat panjang dibandingkan
dengan panjang tubuhnya.
6. Sayap panjang dan lancip, kuat untuk terbang jauh, tetapi storm – petrels mempunyai
sayap pendek dan agak membulat.
7. Albatros membuat sarang dengan mencakar-cakar tanah, anggota lainnya dengan
membuat lubang untuk sarangnya. Semuanya berkembang biak secara berkoloni dan
bertelur hanya sebutir yang relatif besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
8. Anak – anaknya altricial (lemah & rentan mati saat masih bayi, sehingga
membutuhkan asuhan dari induk)
9. Contoh spesies dari ordo ini yaitu Albatros Kelana (Diomedea exulans), Albatros
Amsterdam (Diomedea amsterdamensis), Albatros Hitam (Phoebetria fusca), Albatros
Kepala Abu-abu (Thalassarche chrysostoma), Petrel Raksasa Selatan (Macronectes
giganteus), Penggunting-laut Hitam (Puffinus griseus), dll.

Gambar 7. Kenampakan burung albatros

 Ordo Sphenisciformes
1. Termasuk kelompok penguin
2. Berukuran kecil hingga sangat besar yang naik ke darat hanya untuk berkembang
biak.
3. Tidak dapat terbang.
4. Plumage hitam di atas, putih di sebelah bawah kadang-kadang ada yang berbeda
warna di leher atau di bagian kepala pada beberapa spesies.
5. Bulu – bulu kecil mengkilap dan sangat rapat.
6. Paruh pendek dan tebal hingga agak panjang melengkung dan lancip.
7. Kaki pendek, kuat dan letaknya sangat posterior sehingga dapat berdiri tegak. Tiga
jari muka berselaput dan hallux tereduksi
8. Sayap bermodifikasi menjadi dayung. Mampu berenang dengan baik
9. Sarang di atas tanah atau dalam lubang. Biasanya bertelur 2 butir berwarna hijau
muda. Pada Aptenodytes tidak Ada sarang, bertelur hanya satu butir dan dibawa pada
kakinya
10. Anaknya altricial
11. Anggotanya hidup di belahan bumi selatan di bagian yang lebih dingin, meskipun ada
species yang ditemukan di p. Galapagos Contoh: Pygocelis, Eudyptes Aptenodytes,
Spheniscus

Gambar 8. Kenampakan pinguin

 Ordo Pelicaniformes
1. Anggotanya berukuran besar hingga sangat besar
2. Hidup di perairan laut maupun tawar
3. Plumage bervariasi, tetapi ketiga famili umumnya didominasi oleh warna hitam yang
lainnya berwarna sama dengan sayap hitam
4. Paruh besar hingga sangat besar tetapi setiap famili memiliki bentuk paruh yang
berbeda
5. Kaki pendek dan letaknya agak ke belakang, empat jari disatukan oleh selaput, Hallux
juga dipersatukan oleh selaput jari yang tidak terdapat pada burung akuatik lainnya.
6. Sayap panjang dan lancip, kuat untuk terbang.
7. Palatum desmognathous
8. Sarang berukuran besar terbuat dari ranting pepohonan dibuat di atas pohon. Beberapa
diantaranya membuat sarang di atas tanah. Bertelur 1 butir berwarna biru pucat.
9. Anak-anaknya altricial. Waktu menetas tidak berbulu atau berbulu, cenderung di asuh
oleh kedua induknya.
10. Contoh : Pelicanus sp (pelican), Palacrocorax sp (cormoran)

Gambar 9. Kenampakan burung pelikan


DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B., Pustaka, A. K., & Tradisional, P. (2004). Kajian Pustaka Dan Kerangka Teori. 2,
11–27.
MacKinnon, J., Phillipps, K., & Van Balen, B. (2010). Burung-burung di Sumatera, Jawa,
Bali dan Kalimantan. Burung Indonesia. Bogor.
Persebaran, P., Pantai, B., Waktu, A., & Penelitian, T. (2015). Pola Persebaran
Burung
Pantai di Wonorejo, Surabaya sebagai Kawasan. 4(1), 15–18.
Pranoto, E. A., Susetyorini, R. E., & Prihanta, W. (2015). Identifikasi burung di Kepulauan
Kai Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015 Program
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Malang, 21(2010), 762–773.
Tambunan, M. F., Nurdjali, B., & Siahaan, S. (2016). Identifikasi Jenis-jenis Burung Pantai
Yang Bermigrasi di Tanjung Bunga Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya.
Hutan Lestari, 4(4), 394–400.
Gitayana, awing, dkk. 2011. Seri Buku Informasi Dan Potensi Burung Air Taman Nasional
Alas Purwo. Balai Taman Nasional Alas Purwo. Diakses pada 23 April 2023 melalui
https://tnalaspurwo.org/buku-informasi-dan-potensi-burung-air-tnap.php

Ocean Tuna Commission (IOTC) dan Loka Penelitian Perikanan Tuna. 2011. Kartu
Identifikasi Burung Laut Untuk kapal perikanan yang beroperasi di Samudra Hindia. Food &
Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Diakses pada 23 April 2023 melalui
https://www.fao.org/publications/en/

Corbeil, Jean-Claude. & Archambault, Ariane. (2009). Animal Kingdom. Singapore: QA


International.

Scott, Graham. (2010). Essential Ornithology. New York: Oxford University Press.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Kurniawan N, Arifianto A. 2017. Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi. UB Press.


Malang.

Darmawan, M. P. (2006). Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di


Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pratiwi, D.A dkk. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tamam, B. (2016, Februari). Ciri dan Struktur Morfologi (Topografi) Kelas Aves. Di akses
laman web tanggal 23 April 2023 dari Generasi Biologi:
http://www.generasibiologi.com/2017/06/ciri-struktur-morfologi-topografi-aves-burung.html.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya:
Surabaya.

Howes, J., Bakewell, D. & Yus Rusila Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands
International-Indonesian Programme. Bogor.

Burung pantai dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah shorebird atau waders.
Pada umumnya, burung pantai diartikan sebagai sekelompok burung air yang secara
ekologis bergantung pada lahan basah pantai untuk mencari makan atau berkembang
biak, berukuran kecil sampai sedang dengan berbagai bentuk dan ukuran paruh yang
sesuai dengan keperluannya untuk mencari dan memakan mangsa, melakukan kegiatan
migrasi ataupun tidak (Howes, dkk., 2003 : 2-3)

Anda mungkin juga menyukai