PENDAHULUAN
1
yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat
tanduk (Harris, 1992).
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai
terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi.
Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka
menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak
pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir
pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-
masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya
(Campbell, 2005).
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan
bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau
daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang
memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang
keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar
untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap
nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar
pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk
berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya (Djuhanda,
1982).
2
1.11 Bagaimanakah sistem koordinasi pada Aves?
1.12 Bagaimanakah sistem hormon pada Aves?
1.3 Tujuan
1.1 Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi pada Aves
1.2 Untuk mengetahui sistem termoregulasi pada Aves
1.3 Untuk mengetahui sistem gerak pada Aves
1.4 Untuk mengetahui sistem muscular pada Aves
1.5 Untuk mengetahui sistem pencernaan pada Aves
1.6 Untuk mengetahui sistem pernapasan pada Aves
1.7 Untuk mengetahui sistem sirkulasi pada Aves
1.8 Untuk mengetahui sistem ekskresi pada Aves
1.9 Untuk mengetahui sistem reproduksi pada Aves
1.10 Untuk mengetahui sistem integument pada Aves
1.11 Untuk mengetahui sistem koordinasi pada Aves
1.12 Untuk mengetahui sistem hormon pada Aves
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
zat tanduk, pada bagian atas mandibula terdapat dua lubang hidung, mata
berukuran besar berukuran lateral, masing-masing dilengkapi dengan kelopak atas
dan bawah, dibawahnya terdapat membran nikatin yang dapat bebas digerakan
menutupi mata. Di belakang mata aga ke bawah terdapat lubang telinga, yang
tersembunyi di balik bulu, dan struktur khas di kepala yaitu jengger median dan
gelambir lateral, dan dikaki terap taji dan taji ini hanya ditemukan pada ayam,
merak, dan beberapa burung tertentu, dan di bagian bawah ekor terdapat anus.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian
epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Tubuh dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya
panjang, truncus (badan) dan cauda (ekor). Sepasang extrimitas anterior
merupakan Ala (sayap) yang terlipat seperti huruf Z pada tubuh waktu tidak
terbang. Extremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian
bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostum (paruh) yang
terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian
dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi
oleh pembungkus selaput zat tanduk.
Pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada sebelah
dalam dan nares externa sebelah luar). Organon visus relatif besar dan terletak
sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada sudut medial
terdapat membrana nicitan yang dapat ditarik menutup mata. Di belakang dan di
bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi di bawah bulu
khusus di bawah ekor.
5
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi: Filoplumae, Bulu-bulu kecil
mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan
halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping
dan beberapa barbulae di puncak. Plumulae, Berbentuk berbentuk hamper sama
dengan filoplumae dengan perbedaan detail Plumae, Bulu yang sempurna.
Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari: Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu, Calamus,
yaitu tangkai pangkal bulu, rachis yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu
bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki
jaringan. Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan
cabang-cabang lateral dari rachis. Lubang pada pangkal calamus disebut
umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus
superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah
dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
Tectrices, bulu yang menutupi badan. Rectrices, bulu yang berada pada pangkal
ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi. Remiges, bulu pada
sayap
Macam – macam bentuk paruh dan kaki pada aves
Setiap jenis unggas atau burung makanannya berbeda-beda. Ada yang berupa
cairan madu (nektar), biji-bijian, atau daging. Oleh karena itu, bentuk paruh setiap
jenis burung juga berbeda-beda. Perbedaan makanan ini.
6
2) Burung elang mempunyai paruh kuat, tajam, dan melengkung bagian ujungnya.
Paruh seperti ini sesuai untuk mencabik mangsanya.
3) Bebek mempunyai paruh yang berbentuk seperti sudu. Bentuk paruh seperti ini
sesuai untuk mencari makanan di tempat becek, berlumpur, atau di air.
7
4) Burung pelatuk mempunyai paruh yang panjang, kuat, dan runcing. Paruh
burung pelatuk untuk mencari serangga yang bersembunyi di kulit pohon, dalam
lubang pohon, atau pada batang pohon yang lapuk.
Selain bentuk paruh, kaki pada berbagai burung juga mempunyai bentuk
8
bermacam-macam. Berbagai bentuk kaki burung merupakan salah satu bentuk
penyesuaian terhadap cara memperoleh makanan.
a. Kaki burung kakak tua untuk memanjat. Selain itu, juga untuk memegang
makanan.
c. Burung elang mempunyai kaki kuat dengan kuku tajam. Kaki ini untuk
mencengkeram,mangsanya
9
d. Burung pipit mempunyai kaki langsing untuk bertengger.
10
f. Burung pelatuk pandai memanjat karena bentuk kakinya sesuai untuk
memanjat.
Eksoskeleton
11
Yang termasuk eksoskeleton antara lain ialah bulu, sisik-sisik pada kaki dan kuku
(falcula).
12
Gambar Plumae pada Aves (Gallus-gallus domesticus) (Sumber:
Radiopoetro, 1991)
2. Fitoplumae fungsinya belum jelas. Tumbuh di seluruh tubuh tetapi
jaraknya sangat jarang
a
b
)
13
d
c )
)
Gambar tengkorak kepala burung dari dorsal (a), ventral (b), posterior (c),
tengkorak burung muda sebelum terjadi fusi (d). An = angular, Ar = artikular, Bo
= basioksipital, Bs = basispenoid, D = dentary, Eo = oksipital, F = frontal, J =
jugal, L = lakrimal, Ls = laterospenoid, M = maksila, N = nasal, Ops = opistotik,
P = parietal, Pa = preartikular, Pal = palatin, Pm = premaksila, Po = postorbital, Ps
= Parasfenoid, Pt = pterigoid, Q = quadrate, Qj = quadratojugal, Sa = sarangular,
So = supraoksipital, Sq = squamosal, V = vomer (Sumber: Sukiya, 2005)
Tulang aves besar dan mengandung lubang berisi udara berkaitan dengan
sistem pernapasan. Tulang tengkorak, sebagian besar saling menyatu. Bagian
tulang tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama disebut kondilus
oksipitalis. Rahang bagian bawah dan atas memanjang sebagai penopang paruh.
Gigi seluruhnya lenyap pada burung modern. Rahang bawah terdiri atas 5 tulang
dan bersambung dengan tulang dengan alat quadrat yang dapat bergerak.
1. Vertebrae
Tersusun dalam columna vertebralis. Vertebrae cervicalis ke arah caudal
dilanjutkan dengan vertebrae thoracalis. Pada setiap vertebra thoracalis melekat
sepasang costae thoracalis, dimana setiap costae thoracalis terbagi ke dalam 2
bagian, yaitu:
14
b. Pars vertebralis, bagian costa yang bersendi pada columna
vertebralis.
Pada pars vertebralis ada suatu tonjolan yang mencuat ke caudo-dorsal yang
berguna untuk memperkuat dinding thorax, dan disebut: processus uncinatus.
Tulang iga burung bentuknya rata, dan semuanya (selain iga pertama dan terakhir)
membentuk processus uncinatus yang saling terhubung dengan tulang iga
berikutnya. Processus uncinatus berfungsi untuk memperkuat torax dan perlekatan
otot.
15
Setelah vertebrae thoracalis dilanjutkan ke caudal oleh 12 vertebrae yang bersatu,
dan disebut Synsacrum. Sinsacrum adalah bagian lumbar, sakrum, dan anterior
kaudal, dan bersatu dengan pelvik.
Terdiri dari 1 vertebra thoracalis yang terakhir, ditambah dengan 5-6 vertebrae
lumbales, ditambah dengan 2 vertebrae sacrales, ditambah 5 vertebrae caudalis. 6
vertebrae caudalis berikutnya sudah tumbuh melekat satu dengan yang lain.
Kemudian 4 vertebra caudalis yang terakhir juga bersatu membentuk tulang yang
2. Sternum
Sternum mempunyai suatu crista medialis yang disebut: “Carina sterni”.
Sternum atau tulang dada sangat rata dan lebar sehingga memberi permukaan
cukup untuk perlekatan otot-otot yang digunakan untuk terbang. Semua jenis
burung, kecuali ratitae (burung yang tidak dapat terbang), adalah carinatae
artinya burung yang mempunyai carina sterni tempat letaknya otot-otot untuk
terbang (pectoralis mayor dan pectoralis minor).
16
3. Cingulum membri anterioris (gelang bahu), terdiri dari tiga tulang yang
membatasi suatu lubang yang disebut foramen triosseum dan bersama-sama
berfungsi sebagai katrol pengangkat sayap. Ketiga tulang ini antara lain:
a. Furcula tunggal, membentuk huruf V dan menempel pada coracoid.
Ujungnya berhubungan dengan sternum melalui perantaraan
ligamentum. Furkula merupakan klavikula yang menyatu.
b. Coracoid, pendek, kuat, dan bersendi pada sudut muka sternum.
c. Scapula, berjumlah sepasang, panjang, ramping, dan ujungnya
mengarah ke caudal dan keseluruhannya menempel pada coracoid.
d. Cingulum membri posterioris (gelang pinggul)
Terdiri dari tulang-tulang: os illium, os ischium, os pubis.
17
Gambar Skeleton Membri Anterioris Liberi: pada Columba
1. Femur
2. Patella ialah tulang lutut yang berukuran kecil
3. Tibiotarsus, ialah persatuan dari 2 tulang, ialah: tibia dengan
tarsalia.
4. Fibula, ialah tulang betis: biasanya sangat kecil dan pendek.
5. Tarso metatarsus, ialah persatuan antara 2 tulang yaitu Tarso
dengan metatarsalia.
18
6. Phalanges, ialah tulang-tulang jari. Di sini jari-jarinya sebanyak
4 buah. Jari yang masih ada: jari ke I, II, III, dan ke IV, masing-
masing mempunyai 1 buah falcula.
Sistem otot burung berbeda dalam banyak hal dari kebanyakan vertebrata
daratan lain. Otot-otot leher dan rahang menunjukkan banyak spesialisasi yang
dikaitkan dengan kebiasaan makan, fungsi paruh dan mobilitas gerakan leher.
Vertebra di bagian tubuh burung banyak yang menyatu, sehingga menyebabkan
adanya pengurangan otot di bagian dorsal. Otot perut pada burung juga kurang
berkembang, sedangkan otot sayap ekstrinsik terutama otot pectoralis mayor,
menunjukkan perkembangan sangat baik terutama pada burung-burung yang
dapat terbang.
19
b) Musculus Pectoralis minor, berfungsi untuk menurunkan sayap, dan baru
tampak bila musculus Pectoralis major diangkat.
Gambar Sistem Otot Burung Parkit, ketika sayap dibentangkan (Sumber: Sukiya,
2005)
20
kedua sayap dan kaki secara umum cenderung terpusat dekat tubuh dan masuk
secara distal menurut panjangnya urat otot. Tulang kering burung tersusun dari
tendon-tendon di sekitar tarsometatarsus. Otot yang sangat penting pada burung
pemakan ikan adalah fleksor (pelentur) yang memungkinkan jari kaki menangkap
ikan-ikan kecil.
21
Proses Pencernaan Burung adalah pada bagian depan mulut burung
terdapat paruh untuk mengambil makanan. Dalam rongga mulut terdapat lidah
yang kecil, kaku, tebal, dan runcing serta dilapisi oleh zat kitin. Burung tidak
memiliki gigi, sehingga makanan yang masuk ke dalam mulutnya tidak
dikunyah, tetapi langsung dilanjutkan menuju kerongkongan. Tembolok
adalah pelebaran ujung bawah kerongkongan dan berbentuk seperti kantung.
Fungsi tembolok adalah untuk menyimpan makanan sementara. Setelah
melalui tembolok, kemudian makanan akan didorong menuju lambung
kelenjar yang memiliki dinding yang tipis serta menghasilkan banyak enzim
pencernaan untuk mencerna makanan secara kimiawi. Beberapa enzim yang
dihasilkan yaitu asam lambung (HCl), mukus, dan enzim pencernaan seperti
pepsin yang disekresikan oleh sel khusus yang terdapat di dalam lambung.
Setelah melalui lambung kelenjar, makanan kemudian akan memasuki
lambung pengunyah (lambung otot atau empedal). Lambung pengunyah ini
fungsinya hampir sama seperti lambung manusia yaitu untuk membolak balik
makanan agar mudah hancur sehingga pencernaan di lambung pengunyah ini
disebut dengan pencernaan mekanik . Lambung pengunyah burung pemakan
biji-bijian sering terdapat batu-batu kecil atau pasir yang berguna untuk
membantu proses pencernaan.
Makanan kemudian akan memasuki usus kecil untuk dicerna dan diserap
sari makanannya. Ukuran dan struktur usus berbeda-beda, bergantung kepada
jenis makanan yang dimakan oleh burung. Burung pemakan daging
(karnivora) memiliki usus yang lebih pendek dan strukturnya sederhana.
Burung pemakan tumbuhan (herbivora) mempunyai usus yang lebih panjang
dan strukturnya lebih kompleks dibandingkan dengan burung pemakan
daging.
Di dalam usus halus terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas. Enzim lain juga berupa empedu
yang dihasilkan oleh hati yang berfungsi untuk memecah lemak yang
berstruktur rumit menjadi lebih sederhana sehingga mudah diserap. Sari-sari
makanan tersebut kemudian akan diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di
22
usus halus. Selanjutnya, sari-sari makanan diedarkan ke seluruh tubuh oleh
darah.
Sisa-sisa makanan yang tidak bisa diserap kemudian akan masuk ke dalam
usus besar untuk dijadikan feses. Feses tersebut kemudian akan menuju
rektum dan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka merupakan muara tiga
saluran, yaitu saluran pencernaan, saluran urine, dan saluran kelamin
.
2.6 SISTEM PERNAPASAN
Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari
udara oleh organismehidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme
yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan,
karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sistem respirasi pada unggas (ayam)
terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice box),
bronchi, bronchiale dan bermuara di alveoli.Sistem respirasi burung tidak
memiliki diafragma, melainkan, udara berpindah dan keluar dari sistem
pernapasan melalui perubahan tekanan pada kantung udara. Otot yang berada
di dada menyebabkan sternum yang akan mendorong ke luar. Hal ini
mengakibatkan tekanan negatif di udara kantung, sehingga udara memasuki
sistem pernapasan. Respirasi berfungsi menyediakan permukaan untuk
pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah, sebagai jalur untuk keluar
masuknya udara dari luar ke paru-paru, melindungi permukaan respirasi dari
dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan lingkungan yang
merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari
patogen dan sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara,
menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya.
Saluran Pernafasan pada Burung:
Lubang hidung > Trakea > Bronkus > Paru-paru
1. Lubang Hidung.
Letak dipangkal paruh di sebelah atas langit-langit rongga mulut.
2. Trakea
23
Mengalami penebalan tulang rawan. Pangkal trakea terdapat siring suara
Siring bergetar dipengaruhi oleh otot.
- Otot sternotrakealis > otot yang menghubungkan tulang dada dengan
trakea.
- Otot siringialis > otot yang menghubungkan siring dengan trakea
bagian dalam. Trakea mengalami percabangan menjadi 2 bronkus.
3. Bronkus
Bronkus terdiri dari:
- Bronkus primer.
- Bronkus Sekunder (meso bronkus), terdiri dari :
Trakea melanjut sebagai dua buah bronki pada siring (alat suara). Paru-
paru dilengkapi dengan kantung-kantung udara (ada 9 buah, 4 berpasangan,
dan 1 median). Aves bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan
kantong udara (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan
sayap Kantong udara terdapat pada:
a. Pangkal leher (servikal)
b. Ruang dada bagian depan (toraks anterior)
c. Antar tulang selangka (korakoid)
d. Ruang dada bagian belakang (toraks posterior)
e. Rongga perut (saccus abdominalis)
f. Ketiak (saccus axillaris)
24
kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen
pada bagian itu masuk ke paru-paru.
25
a. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini
membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot – otot
pektoralis menuju jantung.
b. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah
dari bagian bawah tubuh ke jantung.
c. Pembuluh balik yang datang dari paru – paru (pulmo) kanan dan paru –
paru kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
Pada aves, vena porta renalis sudah lebih tereduksi lagi. Pada banggsa
burung terdapat vena koksigeo mesenterika yang tunggal terletak
medioventral dan dianggap homolog dengan vena abdominalis. Vena porta,
yaitu vena dari suatu organ tubuh sebelum menuju ke jantung mampir dulu ke
suatu organ.
26
2. Darah vena dari seluruh tubuh akan mengalir ke atrium kanan,
kemudian ventrikel kanan
3. Dari ventrikel kanan darah dipompa maenuju paru-paru melalui arteri
pulmonalis.
4. Dari paru-paru darah menuju ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
5. Dari atrium kiri darah akan mengalir ke ventrikel kiri untuk dipompa
melalui aorta menuju ke bagian-bagian tubuh.
6. Darah dari kapiler jaringan tubuh akan dialirkan lagi ke atrium kanan
jantung.
Alat ekskresi pada burung terdiri dari ginjal (metanefros), paru-paru dan
kulit. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna coklat. Saluran ekskresi
terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir
usus (kloaka). Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam.
Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar
melalui nares (lubang hidung). Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit,
tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar
minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.
27
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen.
Pada saat masih muda, duktus deferen bagian distal yang sangat
panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Di
Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi
membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus
ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil
kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada
hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
c. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi
dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati
sperma dan menuju ke ductus deferens.
d. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada hewan muda tampak halus,
sedang pada hewan tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal
menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.
2. Reproduksi betina terdiri dari :
a. Ovarium. Ovarium yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di
bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri,
bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh
mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior
adalah infundibulum yang punya bagian terbuka yang mengarah ke
rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di
posteriornya dapat magnum yang berfungsi mensekresikan albumin,
selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan
luar. Uterus atau shell gland mempunyai fungsi untuk menghasilkan
cangkang kapur.
c. Vagina. Selama reproduksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12
cm). disini kultikula ditimbunpada kerabang untuk mengisi sebagian
pori-pori kerabang. Secra normal, telur tinggal di dalam vagina selama
beberapa menit, tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa
jam.
28
Pembentukan telur pada aves. Telur pada unggas mengandung banyak
zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada masa
penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari
sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia. Bertelur
sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas mengandung makanan untuk
perkembangan embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio
sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu
lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan
lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984).
a. Ovarium
Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua
ovidak. Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat
menetas yang tinggal hanya ovarium dan ovidak bagian kiri. Sebelum
produksi telur ovarium terisi penuh oleh folikel yang mengandung ova.
Beberapa ova cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata, sedangkan
yang lainnya harus menggunakan mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat
pada setiap hewan betina. Saat dewasa ova menjadi kuning telur yang
berukuran penuh dan berperan penting untuk produksi telur selama hewan
hidup.
b. Yolk / Kuning telur
Kuning telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan
sumber bahan pakan bagi sel kecil (blastoderm) dan selanjutnya digunakan
oleh embrio untuk menunjang pertumbuhannya.
Apabila unggas telah mencapai dewasa, ovariumnya dan ovidaknya
mengalami perubahan-perubahan sekitar selama 11 hari sebelum bertelur
pertama, yaitu kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating
hormone (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium
yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone,
testosterone. Sementara ukuran ovidak bertambah besar sehingga
memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang,
kalsium karbonat kerabang, dan kultikula.
29
Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang
diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua
hari kemudian, yolk ke dua mulai berkembang, dan seterusnya sampai
pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses
pekembangan. Setiap yolk menjadi dewasa membutuhkan wkatu 10-11
hari. Pada awalnya penimbunan bahan yolk sangat lambat dan warnanya
terang. Akhirnya, ovum mencapai diameter 6mm. pada saat
pertumbuhannya mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah
sekitar 4 mm setiap hari. Selama periode yang singkat sekitar 7 hari
sebelum ovulasi 95-99%, material yolk ditambahkan. (Suprijatna, 2008).
Kuning telur atau yolk terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25
sampai 150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan
yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan
berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa
terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada
dalam bentuk lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971).
Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur
berasal dari hati atas rangsangan hormon estrogen. Kemudian diangkut
oleh darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium aves
mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari
ukuran mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang
lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan
ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran
folikuler, yang menempelkannya pada ovari. Membran ini memiliki suatu
bagian yang terlihat hanya sedikit mengandung pembuluh darah. Bagian
atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek
dan melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan
disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak,
sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu
karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang
menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur (James Blakely
dan David, 1985).
30
2.10 SISTEM INTEGUMEN
Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari
kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis
menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat
resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup
bulu itu melekuk kedalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang
mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan susunanan atomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni:
a. Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek
halus (hair feather);
b. Plumulae, berbentuk hampir sebagai filo plumae dengan perbedaan detail
(down feathers);
c. Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).
Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi:
a. Tectrices, yang menutupi badan.
b. Reetrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena
berfungsi sebagai kemudi.
c. Remiges, yang terdapat pada sayap dan di bagian atas :
- Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan
secara metacarpal pada metacapalia.
- Remiges secundariae yang melekatnya secara cubital padaradiol ulna.
- Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
- Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibujari).
31
2.11 SISTEM KOORDINASI
1. ORGAN INDERA
Lidah pada umumnya tak dapat dijulurkan. Mata mempunyai
kelopak mata, membrane niktitans (selaput tidur), dan kelenjar air
mata. Tak ada daun telinga, terdapat membrane timpani (selaput
pendengar) di bagian dalam lubang telinga luar. Lubang hidung satu
pasang dengan indera pencium yang kurang baik.pemilihan makanan
dengan organ perasa yang berada di sisi lidah dan langit-langit.
2. SISTEM SARAF
Sistem saraf pada aves terjadi berhubungan dengan alat indera yang
digunakan pada aves dimana alat indera pada aves memiliki ciri khas atau
terdapat perbedaan tersendiri meliputi:
a. Indera Penglihatan
Aves memiliki indera penglihatan yang sangat tajam. Penglihatan
terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi pada berbagai
jarak.
b. Indera Peraba
Kulit Burung memiliki saraf sensorik seperti pada mamalia yang dapat
mendeteksi panas, dingin, tekanan, dan sakit. Saraf sensorik ini dapat
ditemukan pada bulu yang digunakan untuk terbang dan memiliki
peranan yang sangat penting.
c. Indera pendengaran
Telinga aves dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian luar, tengah dan
dalam. Pada sebagian besar burung, bulu-bulu khusus menutupi
bukaan telinga untuk meminimalisir guncangan. Sedangkan ada koklea
yang berfungsi mentransmisikan getaran kepada saraf pendengaran.
d. Indera pengecap
32
Tunas pengecap terletak pada bagian belakang pada lidah dan dinding
faring. Jumlah dari tunas pengecap aves lebih sedikit dibandingkan
mamalia. Aves dapat merasakan rasa manis, asin, asam dan pahit.
33
b. Saraf tulang belakang
Aves memiliki ruas tulang belakan yang berwarna abu-abu yang
terletak disepanjang tubuhnya dan membentuk saraf tulang
belakang yang merupakan sistem koordinasi dan berfungsi sebagai
pengantar pesan dan informasi ke otak.
Pada saat burung memutuskan untuk bergerak, saraf tulang
belakang mengirimkan pesanke otak kemudian ke otot yang
berhubungan dengan pergerakan itu dan menghasilkan gerakan.
2. Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi adalah lanjutan dari neuron yang bertugas membawa
impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Berdasarkan cara
kerjanya sistem araf tepi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Sistem saraf sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan
yang dilakukan secara sadar atau di bawah koordinasi saraf pusat
atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan
menjadi 2 yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf
tulang belakang (spinal),
b. Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan
masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf
otonom dapat dibagi atas:
1. Sistem saraf simpatik
Mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulng belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek. Contohnya
memperlambat denyut jantung, memperkecil pupil, dll.
2. Sistem saraf [arasimpatik
34
Mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion
menempel pada oragan yang dibantu. Contohnya mempercepat
denyut jantung, memperbesar pupil, dll.
1. SISTEM IMUN
Sistem kekebalan adalah suatu sistem pertahanan yang dilakukan oleh
sistem limfoid dengan menghasilkan antibodi. Zat antibodi berfungsi sebagai
pertahanan tubuh secara alami untuk melawan substansi asing yang masuk ke
dalam tubuh seperti infeksi bakteri, virus, jamur, dan lainnya. Sistem
kekebalan tubuh aves sudah terbentuk saat masih kecil. Sekitar 70% dari
sistem tersebut terbentuk pada minggu pertama masa periode pamanasan.
Karena itu, masa periode pemanasan (brooding period) menentukan
keberhasilan tingkat pembentukan sistem kekebalan tubuh pada aves.
35
kekebalan ini disebut dengan Cell-mediated Immunity atau Cellular
immunity.
b. B-system (bursal system)
Selain T-cell, pada aves muda terdapat juga lymphocytes (B-cell)
yang diproduksi oleh organ bursa fabricius, yaitu kelenjar kecil yang
terletak di dekat kloaka. Sistem kekebalan tubuh ini dikenal dengan
istilah B-system yang bertanggung jawab untuk memproduksi antibodi
aves muda. Pada kenyataannya, B-system ini menghasilkan 700 kali
lebih banyak antibodi dibandingkan dengan T-system pada aves muda
yang baru berumur sekitar satu minggu. Antibodi yang dihasilkan oleh
bursa fabricius kemudian masuk ke dalam sistem jaringan darah dan
berguna untuk pertahanan tubuh aves dari infeksi penyakit. B-system
juga berfungsi sebagai limfosit untuk memproduksi sel-sel yang
berperan sebagai sel memori (memory cells). Sel-sel ini berkembang
dengan cepat sehingga T-cells bila “merekam” atau mengingat bentuk
respon kekebalan dan mempercepat pengulangan respon tersebut.
Secara alami, aves yang baru menetas mempunyai kekebalan tubuh induk
(maternal antibody) yang diperoleh dari induknya langsung. Kekebalan ini disebut
juga parental immunity atau keebalan pasif (passive immunity). Kekebalan induk
ini diperoleh akibat adanya reaksi antibodi terhadap penyakit atau vaksin yang
masuk ke dalam tubuh induk. Kekbalan dari induk tersebut berguna untuk
melindungi aves yang baru menetas dari berbagai macam infeksi penyakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
36
dunia, sekitar 1.500 jenis diantaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis
burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.Diperkirakan burung
berkembang dari sejenis reptile dimasa lalu yang memendek cakar depannya dan
tumbuh bulu-bulu yang khusus dibadannya. Pada awalnya, sayap primitif yang
merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bias melayang dari
suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Burung masa kini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis primitif. Bulu-bulunya, terutama sayap, telah
tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun demikian rupa sehingga mampu
menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat ditengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara
di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh
membesar dan memipih sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat.
Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk. Burung
berperan dalam proses penyerbukan beberapa jenis tumbuhan.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna maka kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat
menambah pengetahuan kita dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Daftar pustaka
Pough, F. H., C. M. Janis, dan J. B. Heiser. 2002. Vertebrate Life. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
37