Nama : Ni Luh Ida Mareta Yanti

Nim :2123071003

Kelas : E (Denpasar)

FILSAFAT PENDIDIKAN

Pertanyaan :

Menurut pendapat Anda, mana yg lebih cocok untuk pembelajaran Etnosains antara
filsafat Perenialisme dengan Esensialisme? Jelaskan dengan contoh.

Jawaban :
Menurut pandangan saya terkait dengan proses pembelajaran Etnosains lebih cenderung cocok
menggunakan filsafat Esensialisme. Dimana jika pada filsafat Esensialisme ini tergolong
filsafat konservatif yang menolak trend progresif disekolah-sekolah yang nantinya dipandang
dapat merusak standar intelektual dan moral dari anak muda. Seperti contohnya pada aliran
filsafat ini menolak adanya tren yang ada saat ini yang digunakan dalam proses pembelajaran,
jadi filsafat ini hanya menggunakan hasil karya dimasa lalu atau hasil kajian budaya lokal
setempat yang dijadikan sebagai sumber pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang
ada saat ini. Serta pada filsafat Esensialisme ini fungsi utama sekolah yaitu sebagai tempat
warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. Aliran filsafat Essensialisme adalah suatu
aliran filsafat yang menginginkan manusia kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang
telah terbukti kebaikan-kebaikannya dalam kehidupan manusia. Menurut essensialisme nilai-
nilai tertanam dalam warisan budaya atau sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk
secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan
telah teruji dalam gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.

Aliran filsafat pendidikan Essensialisme ini menganggap nilai-nilai berbudi pekerti yang baik
itu terletak pada warisan-warisan budaya, yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi
kehidupan manusia. Filsafat Essensialisme merupakan filsafat pendidikan konservatif yang
dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-sekolah, para
essensialisme berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya
dan sejarah kepada generasi muda dimana pendidikan harus menanamkan nilai-nilai luhur yang
tertata jelas. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri yang berbeda
dengan pregresivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan,
toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme secara umum
menekankan pada pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari
keberadaan hakikat atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.

Contohnya : dalam roses pembelajaran guru sebagai pendidik dapat menggunakan atau dapat
memanfaatkan nilai-nilai budaya lokal yang ada guna untuk memahami materi dalam
pembelajaran yang ada disekolah yang dikaitkan dengan nilai budaya yang ada dimasyarakat.
Contohnya juga pada proses pembelajaran pelestarian lingkungan yang ada di desa tenganan
pegringsingan. Jadi dalam proses pembelajaran materi pelestarian lingkungan guru dapat
mengankat kearifan lokal desa tenganan dan juga kearifan lokal yang ada di sekitar sebagai
bahan dalam proses pembelajaran, hal tersebut juga dapat lebih memahami proses pemahaman
dari siswa mengingat sumber belajar yang ada telah tersedia disekitar lingkungan peserta didik.
Serta sumber-sumber pembelajaran bisa memanfaatkan bahan-bahan yang ada di daerah sekitar
tempat tinggal.
Berbeda halnya dengan filsafat perensialisme. Dalam hal pendidikan, perenialisme
memandang bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh
dan merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa kebenaran itu bersifat universal
dan konstan. Maka jalan untuk mencapainya adalah melatih intelek dandisiplin mental.
Pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam pembelajaran secara umum yang
mesti dimiliki manusia, yaitu:

• Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang
• Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran
• Kebenaran dapat ditemukan dalam karya – karya agung
• Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.