Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian Aves (Burung)


Aves(Burung) adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai
Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil
mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800
– 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di
Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.

Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki ciri
umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-
satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, (jangan salah mamalia berambut, bukan
berbulu). Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut
adalah uraian singkat tentang kelas aves,

Evolusi Dan Morfologi Aves:


Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya
terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang
disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang
memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya,
sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan
untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu
ketinggian ke tempat yang lebih rendah.

Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang
jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu- bulunya, terutama di
sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga
bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap
hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya
rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya
tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat.
Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk. Kesemuanya itu
menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu
mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan
di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-
puncak pegunungan.

Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua
batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan
hidup dan makanan utamanya. Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda
warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau
daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat
untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan,
pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang
untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar
pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar
kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.(Admin, n.d.)
Tubuh Aves ditutupi oleh berbagai macam bulu yang terdiri atas zat keratin. Ada beberapa
macam jenis bulu pada Aves. Macam-macam bulu pada Aves adalah sebagai berikut:
 Bulu terbang, berfungsi untuk terbang. Bulu terbang terdiri dari bulu ekor dan bulu
sayap. Bulu ekor berfungsi sebagai kemudi
 Bulu kontur, berfungsi sebagai penutup tubuh dan membentuk tubuh menjadi
langsing
 Bulu halus, berfungsi untuk menghangatkan tubuh burung. Bulu ini biasanya
merupakan bulu pertama dari pada anak burung. Pada saat itu tumbuh menjadi
dewasa, bulu halus akan rontok kemudian akan diganti dengan bulu terbang dan
bulu kontur. Pada burung dewasa masih memiliki bulu halus yang terdapat
disekeliling ujung kaki.(Zaenuddin, n.d.)

B. Ciri-Ciri Umum pada Aves


Dari berbagai jenis spesies aves, maka perlunya anda mengenal secara umum ciri-ciri Aves
(Burung). Ciri-Ciri Aves (Burung) adalah sebagai berikut:
 Memiliki ukuran tubuh beragam. Tubuh aves terdiri dari kepala, leher, badan, dan
ekor
 Mulut berparuh yang tersusun dari zat tanduk, tidak memiliki gigi dan lidah yang
tidak dijulurkan. Bentuk paruh yang beragam sesuai dengan jenis makanannya.
 Memiliki mata yang berkembang baik dengan kelopak mata, membrana niktitans,
dan kelenjar air mata. Umumnya mata aves terdapat dibagian sisi kepala. Mata
burung hantu terletak berdampingan. Telinga yang tidak berdaun telinga dimana
bagian tengahnya terdapa osikula auditori. Aves memiliki sepasang lubang hidung.
 Aves mempunyai sepasang kaki yang digunakan untuk berjalan, bertengger,
berenang, mencakar-cakar rumah, memegang makanan, atau untuk menangkap dan
mencengkeram mangsa. Jumlah jari kaki 2,3, dan 4. Kulit kaki bagian bawah dan jari-
jarinya tersusun dari zat tanduk yang keras.
 Aves memiliki sayap untuk terbang. Kecepatan terbang sekitar 30-75 km/jam.
 Aves bernapas dengan paru-paru yang berhubungan dengan pundi-pundi udara
sebagai alat pernapasan tambahan. Pundi-pundi udara berupa kantong selaput yang
ringan, yaitu sepasang di leher, sebuah di antara tulang selangka yang bercabang-
cabang membentuk kantong udara pada lengan atas, sepasang di dada depan,
sepasang di dada belakang, dan sepasang di perut. Cadangan udara di dalam pundi-
pundi udara berguna untuk pernapasan pada saat terbang. Pundi-pundi udara akan
terisi udara kembali pada saat burung melayang tanpa mengepakkan sayapnya.
 Aves memiliki alat suara siring yang terdapat pada percabangan trakea.
 Sistem pernapasan Aves lengkap, meliputi mulut, esofagus (kerongkongan),
tembolok, lambung kelenjar, empedal berdinding tebal (lambung otot), usus halus,
usus besar, dan kloaka. Pada mulut terdapat kelenjar ludah. Di antara usus halus dan
usus besar, terdapat usus buntu (sekum). Aves memiliki pankreas, hati, dan empedu.
 Aves bersifat homoioterm karena mempertahankan suhu tubuhnya dengan bulu-
bulu (bulu sebagai isolator panas). Suhu tubuh sekitar 40,5°C-42°C.
 Memiliki peredaran darah ganda, artinya dalam satu kali peredaran darah ke seluruh
tubuh, darah melewati jantung dua kali.
 Alat ekskresi berupa ginjal metanefros dan tidak memiliki kandung kemih.
 Sistem saraf berupa otak, dengan serebrum dan lobus optikus yang berkembang
baik. Aves memiliki 12 pasang saraf kranial.
 Aves bersifat ovipar dan fertilisasi terjadi secara internal. Telur bercabang keras.
Aves betina memiliki satu ovarium (di sebelah kiri tubuh) dan beberapa spesies
mengerami telurnya.(Zaenuddin, n.d.)
C. STRUKTUR PADA SISTEM JARINGAN TUBUH HEWAN AVES
1. SISTEM RANGKA

a. Struktur rangka
Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang. Adaptasi tulang
burung adalah sebagai berikut :
Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan
mamalia. Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas, berguna
sebagai tempat pelekatan otot terbang yang luas. Tulang-tulang burung berongga
dan ringan.Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur bersilang.
Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang
pada tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika
burung terbang. Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang
padat,terutama ketika mengepakkan sayap pada saat terbang. Burung juga memiliki
tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan berubah fungsi
menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat melekatnya
otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.

b. Fungsi rangka
 Berikut fungsi rangka pada burung perkutut :
 Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
 Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
 Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
 Tulang hasta lengan. : Tulang sayap yang menghubungkan
 Tulang pengumpil lengan. : Tulang sayap yang menghubungkan
 Korakoid : Penghubung tulang dada.
 Tulang dada : Tempat melekatnya otoT untuk terbang.
 Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
 Pelvis : Penghubung tulang ekor.
 Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
 Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
 Tulang paha : Untuk persendian.

2. SISTEM PENCERNAAN
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-
buahan.
a. Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
Paruh : merupakan modifikasi dari gigi, yang berfungsi untuk mengambil makanan
Rongga mulut : terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga
mulut danTanduk.
Faring : berupa saluran pendek.
Esofagus : pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok,
berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat.

b. Lambung terdiri atas:


Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding
ototnya tipis.
c. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal.
Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama
makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s
teeth”.

d. Intestinum:
 terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
 Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
 Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas.

3. Sistem Pencernaan burung


Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil
makanan.Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu
menuju kerongkongan. Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang
disebut tembolok.Kemudian masuk ke lambung kelenjar.Disebut lambung kelenjar
karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang
berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi. Kemudian makan masuk menuju
lambung pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot-
otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan.Didalam hati,empedal sering
terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis.
Kemudian,makanan masuk menuju usus halus.

Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil
pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus
halus.Burung mem-punyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus.Usus
buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan
didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya
dikeluarkan melalui kloaka.

4. SISTEM PERNAFASAN
Unggas dalam hal ini mengambil contoh pada burung, burung mempunyai alat
pernafasan (pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-
paru burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus.

Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus


terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan
posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan
dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus. Paru-paru burung memiliki kurang/lebih
10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm. sepasang paru-
paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru burung memiliki
perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang mengisi daerah selangka
dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus, dan daerah leher.

Alat pernapasan yang terdiri atas:


1. Lubang hidung.
2. Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea. Trakea berupa pipa
dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun disepanjang
trakea.
3. Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot
sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi
untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang
menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga
siring terdapat selaput yang mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung
besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot
siringialis.
4. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
5. Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
6. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.

Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang
berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu
pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras
suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk
berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah.

Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara
masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara. Pada
waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang
dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar,
mengakibatkan udara keluar dari paru-paru.

Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan
oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya
terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana
mekanisme pernapasan pada burung. Pertukaran gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya
pada parabronkus yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru
burung berhubungan dengan sakus pneumatikus melalui perantara bronkus rekurens.
Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga
membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah
hilangnya panas badan yang terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk
mencegah kedinginan, serta mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung
perenang.

Perubahan massa jenis ini dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara.
Pernapasan burung dilakukan dengan dua macam, yaitu pada terbang dan tidak terbang.
Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga
tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada
membesar dan paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru menyebabkan
udara luar masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru
akan mengempis sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara
segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi sehingga
fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat berlangsung karena
tulang- tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk
otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara
diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke bawah.
Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut sehingga
terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru. Semakin tinggi terbang, burung harus
semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak oksigen.
Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit, sedangkan pada manusia
hanya 15-20 kali permenit. Untuk mempelajari peredaran darah pada aves, kita ambil
contoh peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai
pusat peredaran darah, dan pembuluh- pembuluh darah. Darah pada burung tersusun
oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti. Jantung burung berbentuk kerucut dan
terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berbdinding tipis
serta dua billik yang dindingnya lebih tebal.

Pembuluh-pebmuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik
kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri-arteri yang
memberi darah kebagian kepala, otot terbang, dan anggota depan; dan sebuah aorta
yang merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju kekanan (arkus aortikus yang
menuju kekiri mereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah
kanan dan membelok kearah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung).
Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri pulmonalis
(pembuluh nadi paru-paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.

Pembuluh balik atau vena dibedakan atas:


 Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa
darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju
jantung.
 Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari
bagian bawah tubuh ke jantung.
 Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri
serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
5. SISTEM EKSKRESI
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter
ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih
banyak dari pada mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap
1ml kubik jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung
ginjal ini membentuk lengkung henle kecil.

Air dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di dalam kloaka juga terjadi
reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang
sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang bercampur
feses. Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga
garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan
laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas
mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan
akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.

6. SISTEM SARAF
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada manusia dan hewan
menyusui. Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat
terdiri dari otak dan sumsum belakang. Otak burung juga terdiri atas empat bagian,otak
besar,otak tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan. Selain otak kecil maka otak besar
pada burung juga bisa tumbuh dengan baik. Otak besar burung berbeda dengan otak
besar pada manusia. Permukaan otak besar pada burung tidak berlipat-lipat,sehingga
jumlah neuron padda burung berkembang dengan membentuk dua
gelembung.Perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatanya.

Otak kecil pada burung mempunyai lipatan-lipatan yang memperluas permukaan


sehingga dapat menampung sejumlah neuron yang cukup banyak.Perkembangan Otak
kecil ini berguna bagi pengaturan keseimbangan burung di waktu terbang. Pada retina
mata burung ada dua macam sel indra penerima rangsang cahaya, yaitu sel batang dan
sel kerucut. Sel batang peka terhadap rangsang cahaya lemah sedangkan sel kerucut
peka terhadap cahaya yang kuat. Burung malam memiliki retina yang banyak
mengandung sel batang. Burung siang memiliki banyak sel kerucut. Lensa mata pada
burung mempunyai akomodasi yang baik.

7. SISTEM REPRODUKSI
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki
alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara
saling menempelkan kloaka.
a. Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin
ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa. Saluran
reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus
wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus
deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang
disebut glomere.
Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus
ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen
berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen.
Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.

b. Sistem Genitalia Betina.


Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri,
dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi, oviduk yang
berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan
pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian
anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga
selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah
magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan
membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan
cangkang kapur.

c. Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak
tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh
suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar
menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang
testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.

Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke
dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila
dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio
menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan
menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya
dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.

d. Fungsi bagian-bagian telur aves :


 Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
 Kuning telur –> cadangan makanan embrio
 Kalaza –> menjaga goncangan embrio
 Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
 Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio
 Amnion –> Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi
embrio dalam telur. Yang memiliki amnion telur adalah reptilia, unggas, dan
mamalia sehingga ketiga kelas ini disebut “amniota”. Amnion telur tidak
terdapat pada ikan dan amphibia, sehingga dua kelas ini disebut
“anamniota”.(Apa-itu.net, n.d.)
D. STRUKTUR BULU PADA TUBUH AVES
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh
tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal
yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada
tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput
epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus,
sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai
bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
 Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak
terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
 Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan
detail.
 Plumae, Bulu yang sempurna.
 Barbae
 Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels
yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.

Susunan plumae terdiri dari :


 Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
 Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
 Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di
dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
 Vexillum,yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang
lateral dari rachis.
 Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada
ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut
neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.

Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:


 Tectrices, bulu yang menutupi badan.
 Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi.
 Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal
pada metacarpalia.
 Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
 Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder
daerah siku.
 Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
 Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Warna Bulu

Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur
bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada
bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak
larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi
menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin
terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat
gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan. Butir-butir melanin
bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan
warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi
tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru
tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning
yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis
pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan
warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003).

Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning
telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah
yang disebut astasantin. Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah
akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga
dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya.

Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat
dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada
burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina
kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan
gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.

Aransemen Bulu

Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas
yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile.
Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar
tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:

capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus
ke pterilae berikutnya.
1. Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor
dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
2. Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi
ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang
sisi tubuh dan berakhir disekitar anus.
3. Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah
selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat
mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
4. Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas
ke belakang pada sisi pundak.
5. Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
6. Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan
sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap
disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
7. Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut
ke tubuh.
8. Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).

Pergantian Bulu

Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan
gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang
baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi
pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama
beberapa minggu).

Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri
betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi
sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian
bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.

Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada
beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada
saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah
bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical
(misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal
ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut:
 Juvenalplumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada
burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first
winter plumage.
 First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim
panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
 First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang
akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
 Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa
pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun
pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua
pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih
dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama
bulu masa kawin.

Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah
kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga
untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi
tidak menarik.

Fungsi Bulu
 Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-goyangkan bulu
mereka dalam cuaca dingin.
 Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan
melicinkan bulu-bulu mereka.
 Penutup tubuh.
 Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor memiliki
bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk mengemudi dan
mengerem.
 Untuk memperindah tubuh.
 Plumae berfungsi agar dapat terbang.
 Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
 Filoplumae Berfungsi sebagai sensor.
 Mengangkat tubuh burung di udara.
 Menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.
 Untuk melindungi kulit dari serangga.
 Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami.(Admin, n.d.)
E. Klasifikasi Aves (Burung)
Terdapat sekitar 8.600 spesies Aves yang masih hidup dan dikelompokkan /diklasifikasikan
ke dalam sekitar 28 ordo. Klasifikasi Aves adalah sebagai berikut:
 Casuariiformes (kasuari), contohnya emu (Dromaius novaehollandiae) dan kasuari
bergelambir ganda (Casuarius casuarius).
 Psittaciformes (burung nuri), contohnya betet kepala biru (Pionus menstruus) dan
kakatua berjambul (Cacatua galerita).
 Galliformes (unggas), contohnya ayam buras (Gallus domesticus) dan kalkun
(Meleagris gallopavo).
 Passeriformes (burung penyanyi), contohnya jalak bali (Leucopsar rothschildi) dan
beo (Gracula religiosa).
 Ciconiiformes (burung bangau), contohnya bangau (Mycteria leucocephala) dan
kuntul putih besar (Egretta alba).
 Strigiformes (burung hantu), memiliki bulu yang sangat halus, berekor pendek,
kepala besar dan bulat, mata besar mengarah ke depan yang dikelilingi piringan
wajahnya, paru berkait, cakarnya tajam, dan mencari makan pada malam hari.
Contohnya burung hantu hutan (Strix sp) dan Hantu sayap bundar (Urgolaux
dimorpha).
 Falconiformes (burung pemangsa), contohnya elang kepala botak (Heliacetus
leucocephalus), rajawali emas (Aquila chrisaetos) dan alap-alap (Microhierax
caerulescens)
 Columbiformes (burung merpati), contohnya burung dara mahkota elok (Goura
cristata) dan perkutuk (Geopelia striata).

F. Peranan Aves
Aves memiliki peranan dengan banyak keuntungan dalam manfaat bagi kehidupan manusia.
Peranan Aves adalah sebagai berikut:
 Sebagai bahan industri, misalnya bulu entok yang digunakan untuk membuat kok
(Shuttlecock) dan pengisi bantal. Bulu ayam untuk membuat kemoceng.
 Sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik.
 Predator alamiah, memangsa ulat dan serangga.
 Sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung yang
dapat dilatih dalam permainan sirkus.
 Telur dan dagingnya dapat dikonsumsi dan kaya akan protein. Sarang walet dapat
dibuat sop sarang burung.(Zaenuddin, n.d.)
REPTIL

A. Pengertian Reptil
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas
ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit
kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa
anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit
baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada
anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir
tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit
sekali kelenjar kulit (Zug, 1993). Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya
tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau
hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak
mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya
bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-
paru (Zug, 1993).

Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2
ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak
sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan
hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau
poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu
berjemur di bawah sinarmatahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada
dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang
terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka
dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia. (Zug,
1993). Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri
penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada
saat jouvenile, reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang
kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa.
Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar
atupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada
reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada
reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang
berubah menjadi lapisan transparan.

Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi
penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota
Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas
Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil
anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan
Lacertilia. Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara)
Testudinata / Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya:
Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator,
Senyulong, dan Caiman).

Reptil yaitu jenis hewan vertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang berdarah
dingin dan memiliki sisik di semua bagian tubuhnya. Hewan jenis yang satu ini juga termasuk
tetrapoda, yakni hewan yang memiliki empat kaki. Pada umumnya reptil ini berkembang
biak dengan cara bertelur, yang dimana telurnya akan diselubungi oleh suatu membran
amniotik. Keberadaan hewan reptil ini sangatlah mudah di temui, disetiap benua pasti
terdapat hewan reptil kecuali di benua atlantik.(BITAR, n.d.)

Anda mungkin juga menyukai