Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kucing (Felis catus) adalah hewan karnivora pemakan daging dan termasuk
golongan mamalia yaitu hewan melahirkan dan menyusui. Kucing banyak dijadikan
hewan peliharaan karena ukurannya yang kecil, lucu, dan tidak begitu berbahaya bagi
manusia. Kucing memiliki panjang tubuh sekitar 50-60 cm, berat tubuh pada betina 2 – 4
kg dan jantan 3 – 6 kg, serta lama hidup berkisar 10 – 20 tahun. (Dionesia & Yohanes,
2021)
Sistem urinari adalah sistem organ dalam tubuh yang terdiri dari ginjal, vesica
urinaria, ureter dan urethra. Organ-organ tersebut berperan dalam produksi dan ekskresi
urin. Organ utama dari sistem ini adalah ginjal yang memfiltrasi darah dan memproduksi
urin sedangkan organ lainnya hanyalah struktur tambahan untuk menyimpan dan
mengalirkan urin. Sistem urinari memiliki tiga fungsi yaitu: metabolisme, hormonal dan
ekskresi. Sistem urinari bertanggung jawab dalam filtrasi kotoran dalam darah dan dalam
produksi maupun sekresi urin. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu sistem urinari
bagian atas dan bagian bawah. Sistem urinari bagian atas hanya terdiri dari ginjal
sedangkan sistem urinari bagian bawah disusun oleh ureter, vesica urinaria (gall bladder)
dan urethra.
Gangguan pada sistem urinary merupakan salah satu dari berbagai masalah yang
dapat terjadi pada hewan kesayangan, terutama kucing. Urolithiasis, gagal ginjal, infeksi
saluran kencing merupakan contoh gangguan pada sistem perkencingan yang kerap
menjadi masalah pada kucing. Infeksi pada saluran urinaria dapat terbagi atas dua, yaitu
infeksi saluran perkencingan bagian atas (upper urinary tract) yang meliputi ginjal
(pyelonephritis) dan infeksi saluran perkencingan bagian bawah (lower urinary tract)
yang meliputi vesika urinaria/VU (cystitis), uretra (urethritis), dan prostat (prostatitis)
pada jantan. Infeksi pada saluran urinaria dapat disebabkan oleh bakteri, kapang/fungi,
virus, dan parasit. Infeksi bakteri sering ditemukan pada kasus cystitis. (Baiq Deby Aprila
Riesta, I Wayan Batan. 2020)
Pencegahan dini yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan pada system
urinary adalah dengan memperbaiki diet kucing, menjaga kebersihan kandang, dan
mengubah cara pemeliharaan kucing. Terapi untuk gangguan pada saluran urinaria
seperti urolithiasis dapat dilakukan katerisasi sehingga terjadi pengeluaran urin dan
kristal pada VU, pemberian obat kolinergik seperti bethanechol dianjurkan untuk
mengencangkan otot-otot vesika urinaria yang mengendur. Pemberian antibiotik juga
diperlukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi sekunder serta analgesik
yang mengandung fenazopiridin untuk mengurangi rasa nyeri pada hewan namun tidak
dapat digunakan karena obat ini bersifat toksik terhadap kucing. (Baiq Deby Aprila
Riesta, I Wayan Batan. 2020)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem urinasi pada kucing jantan ?
2. Bagaimana pemeriksaan yg dapat dilakukan pada sistem urinasi kucing jantan ?
3. Apa saja penyakit yg sering terjadi pada sistem urinasi kucing jantan ?
4. Bagaimana mencegah penyakit pada sistem urinasi kucing jantan dan menjaga hewan
tetap sehat ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana system urinary pada
kucing, pemeriksaan, dan pencegahan penyakit/gangguan system urinary pada kucing.
D. Manfaat
Diharapkan dari makalah ini dapat memberikan informasi pada masyarakat
mengenaik system urinary pada kucing dan meningkatkan wawasan dalam penanganan
gangguan system urinary khususnya pada kucing.

Baiq Deby Aprila Riesta, I Wayan Batan. (2020). Laporan Kasus: Cystitis Hemoragika dan
Urolithiasis pada Kucing Lokal Jantan Peliharaan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana. pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637

Dionesia Atrisa Mogi, Yohanes T.R.M.R Simarmata. (2021). Studi Kasus: Penanganan
Ankilostomiasis Pada Kucing Lokal. Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Nusa Cendana

Anda mungkin juga menyukai