Oleh:
Nama : Rizal M Ramdhan
NRP : 193020186
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 19 November 2021
Asisten : Vanni Sochi Putra Mulyadi
Vt DFIF = 6,55mL
K = 0,1
Vblanko = 1,2mL
Jawab :
𝑉0 𝑥 𝐾 5 𝑚𝑙 𝑥 0,1
F DFID = = = 0,0935
(Vt−Vb) (6,55 mL−1,2 mL)
100
× (7,20 − 1,2) × 0,0935 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 10
5
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya labu ukur untuk membuat dan
mengencerkan larutan, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam skala tetesan,
erlenmeyer untuk menampung larutan asam askorbat pada saat proses titrasi,
buret sebagai penampung titran, serta klem serta statif digunakan untuk
menyangga buret. Bahan yang digunakan adalah larutan HPO₃ untuk mengatur
suasana menjadi asam, larutan DFIF sebagai titran dan oksidator yang akan
direduksi oleh asam askorbat, sampel sebagai bahan yang akan dianalisis, dan
asam askorbat digunakan sebagai reduktor. Perlakuan yang dilakukan
diantaranya pembuatan larutan B untuk mengencerkan larutan A yang memiliki
konsentrasi tinggi, penentuan kadar DFIF sebagai faktor koreksi dan titrasi
untuk mengetahui kadar vitamin C.
Jenis- jenis vitamin berdasarkan pelarutnya yaitu air dan lemak. Vitamin
yang larut lemak diantaranya A, D, E, dan K yang diangkut ke hati melalui system
limfe sebagai bagian dari lipoprotein dan disimpan di berbagai jaringan tubuh dan
biasanya tidak dikeluarkan melalui urine serta absorpsinya membutuhkan cairan
empedu dan pancreas. Sedangkan vitamin larut air diantaranya vitamin C dan
vitamin B kompleks. Sebagian besar vitamin larut air merupakan komponen
system enzim yang banyak terlibat dalam membantu metabolisme energy.
Vitamin larut air biasanya tidak disimpan dalam tubuh dan dikeluarkan melalui
urine dalam jumlah kecil. Oleh karena itu perlu konsumsi setiap hari untuk
mencegah kekurangan yang mengganggu fungsi normal tubuh. (Almatsier,2004)
Sifat dari vitamin C yaitu mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
molekul C₆H₈O₆. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 - 192°C.
Bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai
berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam khloroform, eter, dan benzene.
Dengan logam membentuk garam. Vitamin C mudah teroksidasi lebih lebih
apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat, sinar, dan suhu tinggi
(Sudarmadji, 2010).
Autoindikator adalah suatu zat yang dapat bertindak sebagai reagen juga
dapat bertindak sebagai indikator yang memberitahu TAT. Contohnya K₂Cr₂O₂,
KMnO₄, dan DFIF (Khopkar, 1999).
HPO₃ merupakan asam lemah sehingga dapat digantikan oleh asam lemah
lainnya. Contohnya yaitu Asam Asetat Glasial (Underwood, 2002).
Blanko merupakan larutan yang tidak berisi analit. larutan blanko biasanya
digunakan untuk kalibrasi yang fungsinya sebagai larutan pembanding (Harjadi,
1993).
Fungsi dari nilai k yaitu untuk mengetahui vitamin /mL (mg). Sedangkan
fungsi faktor DFIF yaitu untuk titrasi distandarisasi dengan larutan vitamin C
standar sehingga bisa dijadikan faktor koreksi dalam perhitungan kadar vitamin C
pada sampel (Techinamuti, 2018).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar vitamin C pada sampel
D (Nutrisari Jeruk) dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C yang didapatkan
sebesar 114,36mg Vitamin C/100gram bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Diketahui :
10𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = 100𝑝𝑝𝑚
0,1𝐿
Deret Standar
Jawab :
a = 1,0183
b = -5,4739
R² = 0,9824
𝑦𝑚𝑎𝑥 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦𝑚𝑎𝑥 = 0,673
𝑦𝑚𝑖𝑛 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦𝑚𝑖𝑛 = 1,0183
o Sampel D
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
0,991 = 1,0183 + (−5,4739)(𝑥)
0,991− 1,0183
𝑥 =
−5,4739
𝑥 = 0,0049 𝑚𝑔
𝑥 = 0,005 𝑚𝑔
Grafik
0,6
0,4
y = -5,4739x + 1,0183
0,2
R² = 0,9824
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07
Konsentrasi
Kadar Vitamin C
𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 × 𝐹𝑃
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = × 100
𝑊𝑠 × 1000
25
0,005 ×
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 5 × 100
5 × 1000
PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam penentuan kadar vitamin C metode
spektrofotometri adalah HPO3 sebagai pengatur suasana asam, larutan DFIF
sebagai oksidator (direduksi oleh asam askorbat), Sampel D You C 1000
Orange yang memiliki kandungan asam askorbat sebagai reduktor. Lalu alat
yang digunakan dalam penentuan kadar vitamin C metode spektrofotometri
antara lain labu ukur sebagai wadah untuk membuat larutan standar dan larutan
deret standar, kuvet untuk wadah sampel saat analisis menggunakan
spektrofotometer, dan spektrofotometer berfungsi sebagai alat yang
memancarkan cahaya unuk mengukur kadar vit C dalam sampel (dalam
absorban). Sedangkan perlakuan yang diberikan dalam penentuan kadar vitamin
C metode spektrofotometri antara lain penambahan HPO3 sebagai pembuat
suasana asam, pembuatan deret standar untuk mengukur absorban deret standar,
serta pengukuran absorban sesegera mungkin karena menghindari warna yang
semakin pudar karena DFIF yang sudah direduksi oleh asam askorbat
Pereduksi atau disebut juga reduktor adalah zat yang dapat mereduksi
menyebabkan zat lain mengalami reaksi reduksi, jadi reduktor adalah zat yang
mengalami oksidasi (reaksi kenaikan bilangan oksidasi). Sedangkan,
oksidatoradalah zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks.
Sehingga oksidator adalah zat yang mengalami reduksi (Wismono, 2007).
Part per million atau ppm adalah satuan konsentrasi yang dinyatakan
dalam satuan mg/Kg atau mg/liter. digunakan untuk menunjukan kandungan suatu
senyawa dalam larutan (Chang, 2004).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada penentuan kadar vitamin C dengan
metode spektrofotometri pada sampel D (You C 1000 Orange) dapat
disimpulkan bahwa Kadar vitamin C yang didapatkan sebesar 0,0005%
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1999. SNI 01-6019-1999 Sari Buah Jeruk.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
N I₂ = 0,0112 N
BE Vitamin C = 88,065
Ws = 5gram
Jawab :
𝑉 𝐼₂ × 𝑁 𝐼₂ × 𝐵𝐸 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 =
𝑊𝑠
5,13 × 0,0112 × 88,065 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 =
5
PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan pada analisis penentuan kadar vitamin C metode
iodimetri antara lain I2 sebagai larutan baku standar dan oksidator, amylum
sebagai indicator spesifik, dan sampel sebagai bahan yang dianalisis. Lalu alat
yang digunakan pada analisis penentuan kadar vitamin C metode iodimetri
antara lain statif sebagai penyangga buret, buret sebagai wadah Larutan baku
primer dan alat untuk melakukan titrasi, dan Erlenmeyer sebagai wadah Larutan
Baku Primer. Sedangkan Perlakuan yang diberikan pada penentuan kadar
vitamin C metode iodimetri antara lain titrasi dilakukan duplo bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang konstan dan pemberian indikator amilum agar
memudahkan dalam melihat TAT.
Metode alternatif dari Iodimetri yaitu dengan metode DFIF dan metode
spektrofotometri (Sudarmadji, 2010).
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan penentuan kadar Vitamin C dengan metode
iodimetri dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada sampel D (Buah Vita
Juice Orange) sebesar 101,20 mg vitamin C/ 100gram bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1999. SNI 01-6019-1999 Sari Buah Jeruk.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
20 November 2021.
Oleh:
Nama : Rizal M Ramdhan
NRP : 193020186
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 19 November 2021
Asisten : Vanni Sochi Putra Mulyadi
A665 = 0,622
Jawab :
PEMBAHASAN
Fungsi alat diantaranya mortar dan alu untuk menghancurkan sampel,
spatula untuk mengambil sampel, botol timbang sebagai wadah untuk
menimbang sampel, neraca untuk menimbang sampel, erlenmeyer sebagai
tempat mengekstraksi klorofil pada sampel, pipet seukuran untuk mengambil
alkohol 96%, plastik karbon untuk melindungi erlenmeyer dan labu ukur agar
klorofil tidak rusak, labu ukur untuk menampung dan melarutkan hasil ekstraksi
klorofil, batang pengaduk untuk membantu memindahkan sampel, corong
untuk membantu memindahkan ekstraksi klorofil kedalam labu ukur, pipet tetes
untuk menandabataskan, kuvet untuk mengukur absorbansi klorofil pada
sampel menggunakan spekrofotometer. Spektrofotometer digunakan untuk
mengukur absorbansi sampel. Bahan yang digunakan yaitu sampel untuk di
analisis kandungan klorofilnya. Alkohol 96% untuk mengekstrak klorofil pada
sampel dan parafin untuk menutup erlenmeyer agar alkohol tidak menguap.
Perlakuan yang dilakukan yaitu mengekstrakan klorofil dengan cara mengocok
erlenmeyer yang berisikan sampel dan alkohol 96% dan tidak terkena sinar
matahari agar klorofil tidak teroksidasi atau rusak.
Klofil merupakan zat berwarna, zat warna hijau yang terdapat dalam daun
dan permukaanya batang yaitu didalam spongi dibawah kutikula. Klorofil terdapat
dalam organ sel yang di namakan kloroplas pada umumnya klorofil yang banyak
terdapat dalam tanaman adalah klorofil A dan B dalam daun perbandingan 3:1.
(Muchtadi, 2011).
Klorofil di dalam daun relatif stabil terhadap cahaya karena klorofil dalam
daun masih berikatan dengan protein, serta energi dari cahaya matahari akan
mengubah karbondioksida dan air dari udara dan tanah menjadi gula sehingga
klorofil di daun akan tetap stabil (Winarno, 1992).
Perbedaan klorofil a dan b terletak pada gugusan yang terikat pada atom C
nomor 3. Pada klorofil a gugusan yang terikat adalah metil sedangkan pada
klorofil b gugus yang terikat adalah formaldehid(CHO). Senyawa fitol merupakan
poliisopren yang ujung molekulnya berbentuk cincin. (Muchtadi,2016). Selain itu
pada panjang gelombang maksimum klorofil a dalam pelarut dietil eter 661 nm
sedangkan klorofil b 644 nm (Winarno.2004).
Angka 20 dan 6,1 itu berasal dari rumus dinterman dan demais, dimana itu
merupakan suatu ketetapan (Wintermans, 1965). Angka 20,0 dan 6,1 itu sudah
ketetapan dimana angka 20,0 akan dikalikan dengan 649 nm yaitu klorofil a dan
6,1 akan dikalikan dengan 665 nm yaitu klorofil b. (Winarno, 1992)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar klorofil dengan metode
spektrofotometri pada sampel D (Daun Singkong) dapat disimpulkan bahwa
kadar klorofil yang terkandung sebanyak 10,95 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. (2007). Klorofil. Lampung: Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia
Organik Universitas Lampung.
Oleh:
Nama : Rizal M Ramdhan
NRP : 193020186
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 19 November 2021
Asisten : Vanni Sochi Putra Mulyadi
Sampel: Pu Tao
Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Alkohol Metode Destilasi
Jawab :
[37,683] − [12,658]
𝐵𝐽 =
[38,241] − [12,658]
𝐵𝐽 = 0,9782
PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan pada analisis penentuan kadar alkohol antara lain
air, sebagai pembanding berat jenis, alkohol berfungsi untuk membilas
piknometer, serta sampel sebagai bahan yang diuji. Lalu alat alat yang
digunakan pada analisis kadar alkohol antara lain piknometer untuk tempat
mengukur volume serta menimbang air dan sampel. erlenmeyer berfungsi
sebagai tempat penampung hasil destilasi, rangkaian destilasi seperti labu
destilasi untuk menampung sampel, kondensor untuk proses kondensasi, dan
lainnya untuk menunjang proses destilasi seperti batu didih untuk mempercepat
pemanasan. Sedangkan perlakuan yang diberikan pada analisis kadar alkohol
antara lain pembilasan piknometer dengan alkohol bertujuan untuk
membersihkan piknometer dari pengotor/ kontaminan. Penempatan piknometer
di lemari pengering untuk mengeringkan piknometer dari alkohol, lalu
penempatan piknometer dalam eksikator untuk memastikan bahwa piknometer
benar benar kering karena silica gel dapat mengikat uap air yang masih tersisa,
pengisian aquaades hingga meluap bertujuan untuk memastikan bahwa volume
yang didapat tidak kurang dari 25 mL, dan destilasi berfungsi untuk
memisahkan alkohol dari sampel dengan memanfaakan perbedaan titik didih
dari alkohol dan aquades.
Sifat Alkohol yaitu zat yang memiliki titik didih relative tinggi
dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon yang jumlah atom karbonnya sama.
Hal ini disebabkan oleh adanya gaya antarmolekul dan adanya ikatan hidrogen
antarmolekul alkohol akibat gugus hidroksil yang polar (Gylbert, 2015).
Produk olahan pangan yang mengandung alkohol adalah tape, ketan, brem,
durian, kandunga rhum pada kue, liqour pada coklat/permen, kandunganang chiu
pada penyedap rasa (Najiha, 2014).
Pengaruh berat jenis terhadap kadar alkohol/etanol yaitu jika berat jenis
larutan etanol semakin kecil, maka kadar etanol didalam larutan tersebut semakin
besar. Karena etanol berat jenisnya lebih kecil dibandingkan dengan air. Semakin
kecil berat jenis maka kadar etanol semakin besar (Underwood, 1992).
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis
atau densitas fluida. Bagian dari pikno ialah tutup pikno yang berfungsi untuk
mempertahankan suhu lubang atau gelas untuk mengukur volume cairan yang
dimasukkan. Cara menggunakan pikno yaitu melihat volume piknometer (terdapat
25 mL dan 50 mL), timbang pikno kosong lalu masukkan fluida yang akan diukur
massa jenisnya, tutup piknometer, lalu hitung massa fluida yang dimasukkan
dengan cara diselisihkan, massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong
(Brady, 1999).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar alkohol dengan metode
destilasi pada sampel D (Pu Tao) dapat disimpulkan bahwa kadar alkohol yang
dimiliki sampel D berdasarkan Tabel Hubungan BJ dengan Persen (%) alkohol
yaitu sebesar 17,28%.
DAFTAR PUSTAKA
Arisma, Y. d. (2019). Optimalisasi Metode Penentuan Kadar Etanol dan
Metanol pada Minuman Keras Oplosan Menggunakan Kromatigrafi
Gas (KG). Skripsi.
Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Hendrawati, Tri Yuni dkk. 2018. Pemetaan Bahan Baku dan Analisis
Teknoekonomi Bioetanol dari Singkong (Manihot utilissima) di
Indonesia. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta diakses melalui
http://www.jurnal.umj.ac.id pada 20 November 2021
Marjoko, A. d. (2011). Daya Terima dan Kadar Alkohol Pada Tape Kulit
Singkong Berdasarkan Variasi Jumlah Ragi. Jurnal Pangan dan Gizi,
2(2), 47-58.
Najiha, A. d. (2014). Alkohol (Arak dan Etanol) dalam Makanan Halal. 9(1),
40-51.
Vini, yulianti. 2019. Penentuan Kadar Alkohol dalam Sampel Makanan dan
minuman. Bandung: Uin Sunan Gunung Jati diakses melalui
http://www.digilib.uinsgd.ac.id diakses pada 20 November 2021