2023
Vitamin Waktu : 8:30-11:00
Biokimia Umum PJP : Rini Kurniasih S.Si
,M.Si
Asisten : Muhammad Marsha
Azzami Hasibuan S.Si
(G8501231019)
VITAMIN
Kelompok 1
Muhammad Zaidan Ahnaf B0401221120
Nicky Berliana Aulia Ichsan B0401221141
Putri Aisha B0401221144
Veterizana Angeline Fatem B0401221168
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2023
PENDAHULUAN
Zat organik kompleks yang diperlukan dalam jumlah kecil dan umumnya tidak dapat
diproduksi oleh tubuh adalah dikenal sebagai vitamin. Oleh karena itu, disarankan agar
makanan tertentu, terutama buah dan sayuran, dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
vitamin. Kelompok zat yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan termasuk
vitamin, dan masing-masing vitamin memiliki peran spesifik dalam tubuh. Penyimpanan dan
pengolahan dapat mengganggu vitamin, dan vitamin dapat larut dalam air atau lemak.
Vitamin yang larut dalam air umumnya berperan dalam metabolisme energi dan dikeluarkan
melalui urin. Sementara itu, vitamin yang larut dalam lemak lebih stabil tetapi juga memiliki
peran penting dalam tubuh. Sebagai contoh, vitamin C, atau asam askorbat, dianggap sebagai
suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, yaitu asam dehidroaskorbat, dapat mudah
direduksi kembali oleh berbagai reduktor seperti glutation, dan dipastikan bahwa asam ini
tidak dapat berikatan dengan protein manapun (Winarno 1997).
Vitamin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
Vitamin larut lemak memerlukan lemak untuk absropsinya (Tumiwa et al. 2020). Vitamin
larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin larut air yaitu vitamin B dan C
(Rawung et al. 2021). Vitamin berperan sebagai katalisator organik dan fungsi normal tubuh
(FKM UI 2016). Vitamin berperan penting dalm fungsi-fungsi tubuh seperti, pertumbuhan,
pertahanan tubuh, dan proses metanolisme (Ruslie 2012).
Asam askorbat merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan
mempunyai dua rumus bangun yang erat kaitannya, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro
asam askorbat. Dehidro asam askorbat, yang terjadi karena oksidasi spontan dari udara,
keduanya dianggap sebagai bentuk aktif yang ditemukan dalam cairan tubuh. Mereka
berbentuk kristal putih yang tidak berbau, larut dalam air (meskipun kurang stabil), dan tidak
larut dalam lemak. Selain itu, mereka juga stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin,
tetapi peka terhadap pemanasan dan oksidasi (Hawab 2005).
Vitamin C, seperti yang disebutkan, memiliki berbagai peran dalam tubuh, termasuk
sebagai antioksidan, membantu sintesis kolagen, sintesis karnitin, dan metabolisme kolesterol
untuk asam empedu (Mulyono 2005). Selain itu, vitamin C digunakan dalam metabolisme
karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen, serta diperlukan oleh endotel kapiler dan
untuk perbaikan jaringan (Kamiensky and Keogh 2006). Vitamin C biasanya diperoleh dari
buah-buahan berwarna dan berasa masam, seperti jeruk, tomat, dan semangka, atau dari
sayuran seperti bayam, wortel, dan kubis (Kurt et al. 1999). Iodometri, atau redoksimetri,
adalah suatu proses yang melibatkan titrasi redoks iodin. Titrasi iodin dilakukan dengan
larutan standar tiosulfat, di mana ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi natrium dan
kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Metode ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi oksidator seperti H2O2. Sebagai indikator, larutan kanji digunakan,
dan titik akhir titrasi tercapai ketika warna biru dari larutan iodin hilang (Campbell dan
Shawn 2006). Struktur kimia vitamin C terdiri dari rantai 6 atom karbon dan kedudukannya
tidak stabil, C6H8O6, karena mudah bereaksi dengan oksigen di udara menjadi asam
dehidroaskorbat (Lehninger 1982).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C yang terdapat dalam tablet
dan juga dalam sari buah.
METODE PRAKTIKUM
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam eksperimen ini terdiri dari gelas piala, bulp,
tabung reaksi, buret, erlenmeyer, pipet ukur, dan pemanas. Sementara itu, bahan-bahan yang
diperlukan meliputi tablet vitamin C, akuades, larutan H2SO4 2N, larutan Iod 0.1N, larutan
tiosulfat 0.1N, dan sari buah.
Prosedur Percobaan
Langkah pertama adalah ketika contoh (tablet vitamin C) larut dalam 5 ml akuades
dingin yang sebelumnya telah dididihkan. Kemudian, langkah kedua melibatkan penambahan
3 ml H2SO4 2N, yang segera diikuti oleh penambahan 10 ml larutan Iod 0.1N. Langkah
ketiga melibatkan proses penitaran dengan larutan tiosulfat 0.1N, dan sebagai indikator,
digunakan larutan pati. Selanjutnya, langkah keempat adalah titrasi blanko (tanpa contoh)
yang dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk contoh. Akhirnya,
jumlah mL tiosulfat dihitung untuk menentukan kadar vitamin C dalam tablet.
Pada tahap awal, terjadi penambahan sari buah ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya,
langkah-langkah yang diikuti serupa dengan eksperimen pertama di atas. Dalam situasi ini, 5
ml sari buah digunakan, dan kemudian 10 ml larutan Iod 0.1N ditambahkan. Selanjutnya,
penitaran larutan blanko juga dilaksanakan. Kadar vitamin C dalam sari buah tersebut
akhirnya ditentukan.
HASIL
Kadar
Sampel Volume Vit C Gambar
Tiosulfat (mg/ml)
Contoh perhitungan :
1. Tablet
3 mL × 8.8 𝑚𝑔/𝑚𝐿
6,5 mL
= 4,06 mg/mL
Tabel 2. Kadar vitamin C dalam buah
Kadar
Sampel Volume Vit C Gambar
Tiosulfat (mg/ml)
Contoh perhitungan :
2. Sari Buah
Vitamin C memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh sebagai nutrisi dan
vitamin yang diperlukan untuk berbagai fungsi tubuh. Kekurangan vitamin C dapat
mengganggu fungsi normal tubuh karena vitamin ini berperan sebagai katalis dalam reaksi
kimia. Selain itu, vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melawan radikal bebas
dan mencegah kerusakan oksidatif pada sel dengan memberikan elektron pada radikal bebas.
Vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen, yang mendukung penyembuhan luka,
fungsi otot, dan kesehatan gusi. Selain itu, vitamin C dapat melindungi kulit dari
hiperpigmentasi akibat paparan sinar UV (Pakaya 2014; Dewi dan Wirjatmadi 2017; Hasanah
U 2018).
Titrasi balik iodometri adalah metode titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Prinsip
dasar dari titrasi ini adalah mereaksikan asam askorbat dengan kelebihan iodin, dan kemudian
iodin yang tersisa dititrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat (Kumar et al. 2013).
Komponen yang diperlukan dalam titrasi ini meliputi titrat (yang merupakan vitamin C dan
iod), titran (natrium tiosulfat), indikator (pati), dan blanko (larutan yang dititrasi tetapi tidak
mengandung komponen analit) (Septyani 2021). Pembuatan blanko bertujuan mengetahui
besarnya serapan oleh zat yang bukan analit (Fitriani dan Firti 2020).
Dalam proses titrasi, sebuah zat indikator diperlukan untuk menandai pencapaian titik
akhir titrasi dengan perubahan warna sebagai indikasinya (Sundari 2016). Dalam kasus titrasi
vitamin C, pati sering digunakan sebagai indikator karena memiliki kemampuan untuk
mengubah warna setelah titik akhir titrasi vitamin C dengan iodin tercapai. Setelah reaksi
antara asam askorbat dan kelebihan iodin selesai, akan tersisa iodin. Saat pati ditambahkan,
warna biru akan muncul sebagai hasil reaksi dengan iodin yang masih ada. Ketika iodin habis
bereaksi karena titrasi dengan natrium tiosulfat, warna larutan akan kembali menjadi tidak
berwarna (Rahman et al. 2015). Dalam metode titrasi balik iodometri, iodin ditambahkan
dalam jumlah berlebihan. Vitamin C akan dioksidasi oleh kelebihan iodin, dan sisa iodin
tersebut kemudian akan dititrasi kembali dengan natrium tiosulfat untuk mengukur
konsentrasi vitamin C (Septyani 2021).
Berdasarkan hasil pada tabel 2 kadar vitamin C tertinggi, yaitu yang terdapat dalam
sari buah. Menurut Wijanarko dan Bambang (2002), kadar vitamin C dapat ditentukan
dengan menghitung 1 mL larutan iodin 0,01 N = 8,8 mg asam askorbat. Rata-rata kadar
vitamin C pada tablet adalah sebesar 4.06 mg/mL, sedangkan kadar vitamin C dalam sari
buah memiliki rata-rata sebesar 5.61 mg/mL. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
kandungan vitamin C dalam tablet lebih rendah dibandingkan dengan sari buah. Vitamin
dalam bentuk sari buah akan lebih cepat dititrasi daripada dalam bentuk tablet karena
kandungan vitamin C pada sari buah lebih tinggi daripada kandungan vitamin C pada tablet
(Wiwik dan Suharti 2003).
Blanko digunakan untuk menghitung volume natrium tiosulfat yang sudah dikoreksi.
Dalam proses titrasi, volume natrium tiosulfat yang digunakan dalam blanko lebih besar
daripada yang digunakan dalam sampel. Hal ini terjadi karena dalam sampel, sebagian iodin
sudah bereaksi dengan vitamin C, sehingga yang tersisa untuk bereaksi dengan natrium
tiosulfat hanya sebagian kecil dari iodin yang awalnya ditambahkan. Namun, dalam blanko,
seluruh iodin yang ditambahkan bereaksi dengan natrium tiosulfat (Samiha et al. 2016).
Metode iodometri tidak langsung berbeda dari metode iodometri langsung. Metode
iodometri langsung melibatkan titrasi dengan larutan iod standar (Wijanarko dan Bambang,
2002). Dalam metode iodometri ini, iodin yang dilepaskan sebagai hasil reaksi kimia dititrasi
(Muslim 2010). Pada metode iodometri tidak langsung, natrium tiosulfat digunakan sebagai
titran, dan larutan amilum digunakan sebagai indikator. Natrium tiosulfat akan bereaksi
dengan larutan iodin yang dihasilkan oleh reaksi antara analit dengan larutan KI berlebih. Di
sisi lain, indikator amilum ditambahkan saat titrasi mendekati titik ekuivalen karena amilum
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan iodin (Padmaningrum 2008). Larutan blanko
digunakan sebagai pembanding dan juga untuk koreksi (Tetha dan Sugiarso 2016).
SIMPULAN
Berdasarkan data praktikum yang telah didapatkan, kadar vitamin C yang terdapat
dalam tablet lebih kecil dibanding dengan sari buah. Pada tablet sekitar 4.06 mg/mL,
sedangkan pada sari buah sekitar 5.61 mg/mL. Titrasi iodometri digunakan untuk mengukur
konsentrasi vitamin C dengan bantuan pati sebagai indikator dan larutan natrium tiosulfat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M.K. dan Shawn OF. 2006. Biochemistry 5th Edition. Belmont (US) : The
Thompson Corporation.
Dewi KI, Wirjatmadi RB. 2017. Hubungan kecukupan vitamin c dan zat besi
dengan kebugaran jasmani atlet pencak IPSI Lamongan. Media Gizi Indonesia.
12(2):134-140.
Fitriani YAN, Fitri AS. 2020. Analisis kadar vitamin C pada buah jeruk menggunakan
titrasi iodometri. Sainteks. 17(1):27-32.
Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia