Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 31 Oktober

2023
Vitamin Waktu : 8:30-11:00
Biokimia Umum PJP : Rini Kurniasih S.Si
,M.Si
Asisten : Muhammad Marsha
Azzami Hasibuan S.Si
(G8501231019)

VITAMIN

Kelompok 1
Muhammad Zaidan Ahnaf B0401221120
Nicky Berliana Aulia Ichsan B0401221141
Putri Aisha B0401221144
Veterizana Angeline Fatem B0401221168

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2023
PENDAHULUAN

Zat organik kompleks yang diperlukan dalam jumlah kecil dan umumnya tidak dapat
diproduksi oleh tubuh adalah dikenal sebagai vitamin. Oleh karena itu, disarankan agar
makanan tertentu, terutama buah dan sayuran, dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
vitamin. Kelompok zat yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan termasuk
vitamin, dan masing-masing vitamin memiliki peran spesifik dalam tubuh. Penyimpanan dan
pengolahan dapat mengganggu vitamin, dan vitamin dapat larut dalam air atau lemak.
Vitamin yang larut dalam air umumnya berperan dalam metabolisme energi dan dikeluarkan
melalui urin. Sementara itu, vitamin yang larut dalam lemak lebih stabil tetapi juga memiliki
peran penting dalam tubuh. Sebagai contoh, vitamin C, atau asam askorbat, dianggap sebagai
suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, yaitu asam dehidroaskorbat, dapat mudah
direduksi kembali oleh berbagai reduktor seperti glutation, dan dipastikan bahwa asam ini
tidak dapat berikatan dengan protein manapun (Winarno 1997).
Vitamin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
Vitamin larut lemak memerlukan lemak untuk absropsinya (Tumiwa et al. 2020). Vitamin
larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin larut air yaitu vitamin B dan C
(Rawung et al. 2021). Vitamin berperan sebagai katalisator organik dan fungsi normal tubuh
(FKM UI 2016). Vitamin berperan penting dalm fungsi-fungsi tubuh seperti, pertumbuhan,
pertahanan tubuh, dan proses metanolisme (Ruslie 2012).
Asam askorbat merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan
mempunyai dua rumus bangun yang erat kaitannya, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro
asam askorbat. Dehidro asam askorbat, yang terjadi karena oksidasi spontan dari udara,
keduanya dianggap sebagai bentuk aktif yang ditemukan dalam cairan tubuh. Mereka
berbentuk kristal putih yang tidak berbau, larut dalam air (meskipun kurang stabil), dan tidak
larut dalam lemak. Selain itu, mereka juga stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin,
tetapi peka terhadap pemanasan dan oksidasi (Hawab 2005).
Vitamin C, seperti yang disebutkan, memiliki berbagai peran dalam tubuh, termasuk
sebagai antioksidan, membantu sintesis kolagen, sintesis karnitin, dan metabolisme kolesterol
untuk asam empedu (Mulyono 2005). Selain itu, vitamin C digunakan dalam metabolisme
karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen, serta diperlukan oleh endotel kapiler dan
untuk perbaikan jaringan (Kamiensky and Keogh 2006). Vitamin C biasanya diperoleh dari
buah-buahan berwarna dan berasa masam, seperti jeruk, tomat, dan semangka, atau dari
sayuran seperti bayam, wortel, dan kubis (Kurt et al. 1999). Iodometri, atau redoksimetri,
adalah suatu proses yang melibatkan titrasi redoks iodin. Titrasi iodin dilakukan dengan
larutan standar tiosulfat, di mana ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi natrium dan
kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Metode ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi oksidator seperti H2O2. Sebagai indikator, larutan kanji digunakan,
dan titik akhir titrasi tercapai ketika warna biru dari larutan iodin hilang (Campbell dan
Shawn 2006). Struktur kimia vitamin C terdiri dari rantai 6 atom karbon dan kedudukannya
tidak stabil, C6H8O6, karena mudah bereaksi dengan oksigen di udara menjadi asam
dehidroaskorbat (Lehninger 1982).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C yang terdapat dalam tablet
dan juga dalam sari buah.

METODE PRAKTIKUM

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium FMIPA IPB University. Waktu


pelaksanaannya, yaitu pada hari Selasa, tanggal 31 Oktober 2023 pukul 08.30 - 11.00 WIB.

Alat dan Bahan

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam eksperimen ini terdiri dari gelas piala, bulp,
tabung reaksi, buret, erlenmeyer, pipet ukur, dan pemanas. Sementara itu, bahan-bahan yang
diperlukan meliputi tablet vitamin C, akuades, larutan H2SO4 2N, larutan Iod 0.1N, larutan
tiosulfat 0.1N, dan sari buah.

Prosedur Percobaan

Penentuan vitamin C dalam tablet.

Langkah pertama adalah ketika contoh (tablet vitamin C) larut dalam 5 ml akuades
dingin yang sebelumnya telah dididihkan. Kemudian, langkah kedua melibatkan penambahan
3 ml H2SO4 2N, yang segera diikuti oleh penambahan 10 ml larutan Iod 0.1N. Langkah
ketiga melibatkan proses penitaran dengan larutan tiosulfat 0.1N, dan sebagai indikator,
digunakan larutan pati. Selanjutnya, langkah keempat adalah titrasi blanko (tanpa contoh)
yang dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk contoh. Akhirnya,
jumlah mL tiosulfat dihitung untuk menentukan kadar vitamin C dalam tablet.

Penentuan vitamin C dalam buah.

Pada tahap awal, terjadi penambahan sari buah ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya,
langkah-langkah yang diikuti serupa dengan eksperimen pertama di atas. Dalam situasi ini, 5
ml sari buah digunakan, dan kemudian 10 ml larutan Iod 0.1N ditambahkan. Selanjutnya,
penitaran larutan blanko juga dilaksanakan. Kadar vitamin C dalam sari buah tersebut
akhirnya ditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN PERCOBAAN

HASIL

Hasil yang diperoleh berdasarkan percobaan praktikum menunjukkan bahwa kadar


vitamin C yang terdapat dalam tablet lebih kecil dibanding dengan sari buah. Pada tablet
sekitar 4.06 mg/mL, sedangkan pada sari buah sekitar 5.61 mg/mL. Hal tersebut diperoleh
karena adanya perbedaan volume awal titrasi ketika sampel dititrasi. Hasil tersebut dapat
dilihat melalui tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kadar Vitamin C dalam tablet

Kadar
Sampel Volume Vit C Gambar
Tiosulfat (mg/ml)

Volume Volume Volume Volume Sebelum Setelah


Awal akhir terpakai terkoreksi titrasi titrasi

Blanko 5 14,5 9,5 - -

Tablet Vit C 5,8 12,3 6,5 3 4,06

Contoh perhitungan :

1. Tablet

Volume terpakai = Volume akhir - volume awal


= 12,3 mL - 5,8mL
= 6,5 mL
Volume terkoreksi = Volume blangko - volume terpakai
= 9,5 mL - 6,5 mL
= 3 mL
Kadar Vitamin C = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 × 8.8 𝑚𝑔/𝑚𝐿
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l

3 mL × 8.8 𝑚𝑔/𝑚𝐿
6,5 mL
= 4,06 mg/mL
Tabel 2. Kadar vitamin C dalam buah

Kadar
Sampel Volume Vit C Gambar
Tiosulfat (mg/ml)

Volume Volume Volume Volume Sebelum Setelah


Awal akhir terpakai terkoreksi titrasi titrasi

Blanko 5 14,5 9,5 - -

Larutan Vit 0 5,8 5,8 3,7 5,61


C

Contoh perhitungan :

2. Sari Buah

Volume terpakai = Volume akhir - volume awal


= 5,8 mL - 0 mL
= 5,8 mL
Volume terkoreksi = Volume blangko - volume terpakai
= 9,5 mL - 5,8 mL
= 3,7 mL
Kadar Vitamin C = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 × 8.8 𝑚𝑔/𝑚𝐿
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l
3,7 mL × 8.8 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,8 mL
= 5,61 mg/mL
PEMBAHASAN

Vitamin C memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh sebagai nutrisi dan
vitamin yang diperlukan untuk berbagai fungsi tubuh. Kekurangan vitamin C dapat
mengganggu fungsi normal tubuh karena vitamin ini berperan sebagai katalis dalam reaksi
kimia. Selain itu, vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melawan radikal bebas
dan mencegah kerusakan oksidatif pada sel dengan memberikan elektron pada radikal bebas.
Vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen, yang mendukung penyembuhan luka,
fungsi otot, dan kesehatan gusi. Selain itu, vitamin C dapat melindungi kulit dari
hiperpigmentasi akibat paparan sinar UV (Pakaya 2014; Dewi dan Wirjatmadi 2017; Hasanah
U 2018).
Titrasi balik iodometri adalah metode titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Prinsip
dasar dari titrasi ini adalah mereaksikan asam askorbat dengan kelebihan iodin, dan kemudian
iodin yang tersisa dititrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat (Kumar et al. 2013).
Komponen yang diperlukan dalam titrasi ini meliputi titrat (yang merupakan vitamin C dan
iod), titran (natrium tiosulfat), indikator (pati), dan blanko (larutan yang dititrasi tetapi tidak
mengandung komponen analit) (Septyani 2021). Pembuatan blanko bertujuan mengetahui
besarnya serapan oleh zat yang bukan analit (Fitriani dan Firti 2020).
Dalam proses titrasi, sebuah zat indikator diperlukan untuk menandai pencapaian titik
akhir titrasi dengan perubahan warna sebagai indikasinya (Sundari 2016). Dalam kasus titrasi
vitamin C, pati sering digunakan sebagai indikator karena memiliki kemampuan untuk
mengubah warna setelah titik akhir titrasi vitamin C dengan iodin tercapai. Setelah reaksi
antara asam askorbat dan kelebihan iodin selesai, akan tersisa iodin. Saat pati ditambahkan,
warna biru akan muncul sebagai hasil reaksi dengan iodin yang masih ada. Ketika iodin habis
bereaksi karena titrasi dengan natrium tiosulfat, warna larutan akan kembali menjadi tidak
berwarna (Rahman et al. 2015). Dalam metode titrasi balik iodometri, iodin ditambahkan
dalam jumlah berlebihan. Vitamin C akan dioksidasi oleh kelebihan iodin, dan sisa iodin
tersebut kemudian akan dititrasi kembali dengan natrium tiosulfat untuk mengukur
konsentrasi vitamin C (Septyani 2021).
Berdasarkan hasil pada tabel 2 kadar vitamin C tertinggi, yaitu yang terdapat dalam
sari buah. Menurut Wijanarko dan Bambang (2002), kadar vitamin C dapat ditentukan
dengan menghitung 1 mL larutan iodin 0,01 N = 8,8 mg asam askorbat. Rata-rata kadar
vitamin C pada tablet adalah sebesar 4.06 mg/mL, sedangkan kadar vitamin C dalam sari
buah memiliki rata-rata sebesar 5.61 mg/mL. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
kandungan vitamin C dalam tablet lebih rendah dibandingkan dengan sari buah. Vitamin
dalam bentuk sari buah akan lebih cepat dititrasi daripada dalam bentuk tablet karena
kandungan vitamin C pada sari buah lebih tinggi daripada kandungan vitamin C pada tablet
(Wiwik dan Suharti 2003).
Blanko digunakan untuk menghitung volume natrium tiosulfat yang sudah dikoreksi.
Dalam proses titrasi, volume natrium tiosulfat yang digunakan dalam blanko lebih besar
daripada yang digunakan dalam sampel. Hal ini terjadi karena dalam sampel, sebagian iodin
sudah bereaksi dengan vitamin C, sehingga yang tersisa untuk bereaksi dengan natrium
tiosulfat hanya sebagian kecil dari iodin yang awalnya ditambahkan. Namun, dalam blanko,
seluruh iodin yang ditambahkan bereaksi dengan natrium tiosulfat (Samiha et al. 2016).
Metode iodometri tidak langsung berbeda dari metode iodometri langsung. Metode
iodometri langsung melibatkan titrasi dengan larutan iod standar (Wijanarko dan Bambang,
2002). Dalam metode iodometri ini, iodin yang dilepaskan sebagai hasil reaksi kimia dititrasi
(Muslim 2010). Pada metode iodometri tidak langsung, natrium tiosulfat digunakan sebagai
titran, dan larutan amilum digunakan sebagai indikator. Natrium tiosulfat akan bereaksi
dengan larutan iodin yang dihasilkan oleh reaksi antara analit dengan larutan KI berlebih. Di
sisi lain, indikator amilum ditambahkan saat titrasi mendekati titik ekuivalen karena amilum
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan iodin (Padmaningrum 2008). Larutan blanko
digunakan sebagai pembanding dan juga untuk koreksi (Tetha dan Sugiarso 2016).

SIMPULAN

Berdasarkan data praktikum yang telah didapatkan, kadar vitamin C yang terdapat
dalam tablet lebih kecil dibanding dengan sari buah. Pada tablet sekitar 4.06 mg/mL,
sedangkan pada sari buah sekitar 5.61 mg/mL. Titrasi iodometri digunakan untuk mengukur
konsentrasi vitamin C dengan bantuan pati sebagai indikator dan larutan natrium tiosulfat.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, M.K. dan Shawn OF. 2006. Biochemistry 5th Edition. Belmont (US) : The
Thompson Corporation.
Dewi KI, Wirjatmadi RB. 2017. Hubungan kecukupan vitamin c dan zat besi
dengan kebugaran jasmani atlet pencak IPSI Lamongan. Media Gizi Indonesia.
12(2):134-140.
Fitriani YAN, Fitri AS. 2020. Analisis kadar vitamin C pada buah jeruk menggunakan
titrasi iodometri. Sainteks. 17(1):27-32.
Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia

Hasanah U. 2018. Penentuan kadar vitamin C pada mangga kweni dengan


menggunakan metode iodometri. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera. 16(1):90-96.
Hawab, HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan(ID): Bayumedia
Kurt T et al. 1999. Harrison Prinip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie AH, penerjemah.
Kumar VG, Kumar A, Patel GRR, Manjappa S. 2013. Determination of
vitamin C in some fruits and vegetables in Davanagere city. Int. J. Of Pharm.
4(3):2489-2491.
Muslim A. 2010. Analisis Farmasi. Jakarta: Buku Kedokteran.
Septyani LV. 2021. Pengaruh waktu dan suhu pemanasan terhadap stabilitas sediaan
vitamin C diukur dengan metode titrasi iodometri. Jurnal Farmasi Dunia.
5(2):74-81.
Sundari R. 2016. Pemanfaatan dan efisiensi kurkumin kunyit (Curcuma domestica Val)
sebagai indikator titrasi asam basa. Teknoin. 22(8):595-601.
Samiha YT, Syarifah, Elmiana DA. 2016. Analisis klorin pada beras di
pasar induk Jakabaring dan sumbangsihnya terhadap mata pelajaran
biologi pada materimakanan bergizi dan menu seimbang di kelas
XI SMA/MA. Jurnal Biota. 2(1): 93-98.
Kamiensky M, Keogh J 2006. Vitamins and Minerals. Pharmacology Demystified.
Lehninger. 1982. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta(ID): Erlangga.
Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Pakaya D. 2014. Peranan vitamin C pada kulit. Medika Tadulako. 1(2):45-54.
Padmaningrum RT. 2008. Titrasi iodometeri. Jurnal Pendidikan Kimia. 19(1): 11- 20.
Rahman N, Ofika M, Said I. 2015. Analisis kadar vitamin C mangga gadung (Mangifera sp)
dan mangga golek (Mangifera indica L) berdasarkan tingkat
kematangan dengan menggunakan metode iodimetri. J. Akad. Kim. 4(1):33-37.
Rawung RJH, Malonda NSH, Sanggelorang Y. 2021. Gambaran asupan
vitamin larut air mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi pada masa pembatasan sosial covid-19. Jurnal KESMAS.
10(1):14-15.
Ruslie RH. 2012. Peran vitamin sebagai nutrsi pada bayi prematur. Peran
Vitamin pada Bayi Prematur. 4(1):97.
Setyantoro ME, Haslina, Wahjuningsih SB. 2019. Pengaruh waktu ekstraksi
dengan metode ultrasonik terhadap kandungan vitamin C, protein, dan fitokimia
ekstrak rambut jagung (Zea mays L.). Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian. 14(2):63.
Tetha DA, Sugiaro RD. 2016. Perbandingan metode Analisa kadar besi antara serimetri
dan spektrofotometer uv-vis dengan pengompleks 1,10- fenantrolin. Akta Komindo.
1(1): 8-13.
Tumiwa MCR, Kapantow NH, Punuh MI. 2020. Gambaran asupan vitamin
larut lemak mahasiswa semester 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi pada masa pembatasan sosial covid-19. Jurnal KESMAS.
9(6):102.
Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Wijanarko, Bambang S. 2002. Analisis Hasil Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai