Anda di halaman 1dari 9

Laporan Sementara

Laboratorium Dasar

PENENTUAN KADAR VITAMIN C

Disusun oleh:
Kelompok: D-5
Muhammad Fathan Halim 2004103010075
Tia Amanda 2004103010024
Syasya Nazifa 2004103010060

ASISTEN:
Muhamad Taufik 1704103010015

DOSEN PEMBIMBING:
Mirna Rahmah Lubis, ST., M.S 197710012003122001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DASAR TEORI
Vitamin dibedakan menjadi enam jenis, yaitu vitamin A, B, C, D, E, dan K.
Pembagiannya didasarkan pada struktur kimianya dan pengaruh dominannya ke dalam tubuh
manusia. Menurut kelarutannya, vitamin dapat dibagi menjadi dua kelompok: vitamin yang larut
dalam lemak (A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air (B dan C). Vitamin yang larut
dalam lemak disimpan oleh tubuh untuk ikut disimpan dalam lemak tubuh. Di sisi lain, vitamin
yang larut dalam air sulit disimpan karena mengikuti sistem ekskresi manusia. Selain larut dalam
air, vitamin ini juga mudah rusak akibat oksidasi, panas, dan basa (Asmara,2016).
Asam askorbat (vitamin C) adalah vitamin yang larut dalam air. Bentuk dari vitamin ini
adalah kristal atau bubuk putih atau agak kuning dengan rasa asam. Ini adalah produk
antiscorbutic [1-4]. Saat terkena cahaya, secara bertahap menjadi gelap. Dalam keadaan kering,
ia cukup stabil di udara, tetapi dalam larutan ia teroksidasi dengan cepat. Asam askorbat (vitamin
c) mudah larut dalam air,sedikit larut dalam alkohol,tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dan
dalam benzena. Nama kimia askorbat aci Veaseyd (vitamin c) adalah asam L-askorbat (vitamin
c). Rumus empirisnya adalah C6H8O6, dan berat molekulnya 176,13 (Pathy,2018).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang
telah banyak diketahui dapat berperan sebagai zat anti oksidan. Kekurangan vitamin C biasanya
menyebabkan penyakit scurvy atau skorbut. Skorbut ditandai dengan adanya pembengkakan dan
perdarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang
(Sulhan,2019).
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya titrasi biasanya dibedakan jenis reaksi yang terlibat
di dalam proses titrasi sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut titrasi asam
basa titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan Reaksi reduksi oksidasi titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Mirna dan
Nur,2016).
Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri
merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem
iodium-iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis
dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut titrasi iodimetri,
dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi
secara kuantitatif pada titik ekivalennya (Asmal,2018).
BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Volume Titrasi pada Sampel dengan volume Sampel 5 mL
Volume titrasi (mL) Volume rata-
No Sampel I II III
rata (mL)
1 Buah pear 0,2 0,2 0,2 0,2
2 lemon 0,2 0,1 0,2 0,17

4.2 Volume Titrasi pada Sakatonik ABC dengan volume 10 mL


Volume titrasi (mL) Volume rata-
No. Sampel
I II III rata (mL)
1 Sakatonik ABC 4,3 4,3 4,4 4,33

4.3 Volume Densitas Piknometer


Berat Berat
Volume
piknometer piknometer Densitas
No. Sampel piknometer
kosong + sampel (gr/mL)
(mL)
(gram) (gram)
1. Buah pear 50 31,63 82,26 1,0126
2. lemon 50 31,63 82,7 1,0214
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengolahan Data


Tabel 5.1.1 Hasil Perhitungan Kadar Vitamin C pada Sampel Buah
No. Sampel Volume titrasi (mL) % Vitamin C
1. Buah pear 0,2 0,2783
2. Lemon 0,17 0,2345

Tabel 5.1.2 Hasil Perhitungan Kadar Vitamin C pada Sampel Tablet


No. Sampel Volume titrasi (mL) % Vitamin c
1. Sakatonik ABC 4,33 31,77

5.2 Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar vitamin C dalam beberapa
sampel dengan menggunakan metode titrasi iodimetry Pada praktikum ini, sampel yang
digunakan yaitu buah pear, lemon, dan tablet sakonik ABC. Dasar dari metode iodimetri adalah
bersifat mereduksi Vitamin C. Vitamin C (asam askorbat) merupakan zat pereduksi yang kuat
dan secara sederhana dapat dititrasi dengan larutan baku iodium. Metode iodimetri (titrasi
langsung dengan larutan baku iodium 0,1 N) dapat digunakan pada asam askorbat murni atau
larutannya, sehingga kadar Vitamin C dapat ditetapkan (Mulyani, 2018).
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan adalah menimbang buah pear dan lemon
masing-masing sebanyak 200 gram, serta 150 mg sakatonik abc yang telah digerus. Pada sampel
buah pear dan lemon, masing-masing dihaluskan sampai diperoleh slurry. Sampel berbentuk
slurry disaring menggunakan saringan untuk dipisahkan ekstraknya. Selanjutnya, dihitung berat
piknometer kosong. Tujuan digunakan piknometer adalah untuk mengetahui massa jenis dari
sampel. Sebagian dari ekstraknya dimasukkan ke dalam piknometer dan kemudian ditimbang
massanya. Setelah didapatkan ekstrak pada sampel, di ambil 10 mL pada masing-masing sampel
buah dan diencerkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan menambahkan aquadest sampai tanda
batas kemudian dilakukan sentrifugasi untuk dipisahkan filtratnya. Lalu, diambil 25 mL filtrat
tersebut menggunakan pipet tetes untuk diencerkan kembali dengan 100 mL aquadest. Setelah
itu, diambil 5 mL dengan menggunakan pipet tetes ke dalam erlenmeyer dan ditambah tiga tetes
amilum sebagai indikatornya. Kemudian dititrasi dengan 0,01 N larutan standar iodin.
Pada sampel sakatonik abc, di gerus sebanyak 150 mg dan di encerkan didalam labu ukur
50 mL dengan aquadest hingga tanda batas. Lalu, diambil 20 mL dari larutan yang telah
homogen tersebut dan diencerkan kembali menggunakan aquadest ke dalam labu ukur 50 mL.
Kemudian, diambil 10 mL larutan tersebut dan ditetesi amilum sebanyak tiga tetes untuk dititrasi
menggunakan larutan standar iodin 0,01 N. Indikator amilum ditambahkan bertujuan untuk
memberikan keterangan tentang pH suatu larutan. titik ekivalen dapat ditentukan dengan
menggunakan zat warna berupa indikator yang sensitif terhadap ion hidrogen. Pada praktikum
ini digunakan indikator amilum yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi dengan perubahan
warna menjadi biru kehitaman (Sastrohamidjojo, 2018).
Hasil titrasi yang didapatkan dari buah pear berturut-turut sebesar 0,2 mL; 0,2 mL; dan
0,2 mL dengan rata-rata volume titrasi yaitu 0,2 mL. Pada praktikum ini juga dihitung densitas
sampel buah pear dengan menggunakan piknometer. Pengukuran densitas dilakukan dengan
menimbang massa piknometer kosong. Lalu ditimbang massa piknometer berisi sampel dan
dikurangi dengan hasil penimbangan piknometer kosong. Kemudian hasil pengurangan dibagi
dengan volume piknometer. Densitas buah pear yang didapatkan sebesar 1,0126 gram/mL.
Didapat pula kadar vitamin C pada buah pear sebesar 0,2783%.
Hasil titrasi yang didapatkan dari lemon berturut-turut sebesar 0,1 mL; 0,2 mL; dan 0,1
mL denga rata-rata volume titrasi yaitu 0,17 mL. Pada praktikum ini juga dihitung densitas
sampel buah pear dengan menggunakan piknometer. Pengukuran densitas dilakukan dengan
menimbang massa piknometer kosong. Lalu dikurangi massa piknometer berisi sampel dan
dibagi dengan volume piknometer. Densitas lemon yang didapat sebesar 1,0214. Didapat pula
kadar vitamin C pada lemon sebesar 0,2345%.
Hasil titrasi yang didapatkan pada tablet sakatonik ABC berturut-turut sebesar 4,3 mL;
4,3 mL; dan 4,4 mL dengan rata-rata volume titrasi sebesar 4,33 mL. sehingga diperoleh kadar
vitamin C sebesar 31,77 %. Kadar vitamin C pada tablet sakatonik ABC lebih besar
dibandingkan dengan kadar vitamin C pada buah pear dan lemon. Hasil titrasi yang didapatkan
pada tablet ester C berturut-turut sebesar 4,0 ml; 3,9 ml; dan 3,5 ml dengan rata-rata volume
titrasi sebesar 27,8 ml. Sehingga diperoleh kadar vitamin c sebesar 32,3%. Kadar vitamin C pada
ester C lebih tinggi daripada buah-buahan. Hal ini karena sampel ester C tablet lebih dominan
mengandung ekstrak vitamin C, berbeda dengan buah yang mengandung beberapa nutrisi lainnya
selain vitamin C. Perbedaan kadar vitamin C dapat disebabkan oleh beberapa factor. Salah
satunya adalah vitamin C mudah larut dalam air, sehingga pada proses pengirisan, pencucian,
dan perebusan dapat membuat kadar vitamin C menurun. Kandungan vitamin C akan rusak
karena proses oksidasi oleh udara luar menurut Putri dan Yunita (2015).

BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Volume titrasi rata-rata pada buah pear, lemon, dan sakatonik abc masing-masing
sebesar 0,2 mL; 0,17 mL; dan 4,33 mL.
2. Massa jenis buah pear yang diperoleh sebesar 1,0126 gram/mL. sedangkan massa
jenis lemon sebesar 1,0214.
3. Persen kadar vitamin c pada buah pear, lemon, dan sakatonik abc masing-masing
sebesar 0,2783 %; 0,2345 %; dan 31,77 %
4. Kadar vitamin c tertinggi didapat pada sampel sakatonik abc, dan kadar vitamin c
terendah terdapat pada sampel lemon

DAFTAR PUSTAKA
Asmal, A. 2018. Analisis Kandungan Vitamin C dalam Cabai Rawit secara Iodimetri.Jurnal
Farmasi Sandi Karsa.4(1): 99-103.
Asmara, A. P. 2016. Analysis of Vitamin C Level Contained in Mango Gadung with Varried
Ratention Tima.Journal of Islamic Science and Technology.2(1): 37-36.
Mirna, La, K.,dan Nur, A. 2016. Analisis Formalin pada Ikan Asin di Beberapa Pasar Tradisional
Kota Kendari.Jurnal Sains dan Teknologi Pangan.1(1): 14-17
Mulyani, E. 2018. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C pada Buah Kiwi dengan
Menggunakan Metode Iodimetri dan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Farmasi, Sains,
dan Kesehatan ISSN 2442-9751. 3(2):14-17.
Pathy, K. 2018. Proses for Preparetion of Vitamin C and Method for Determination of Vitamin C
in Tablets.Scified Journal of Chemical Research.2(1): 1-17.
Putri, M.P. dan Yunita, H.S. 2015. Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Nanas Segar Dan Nanas
Kaleng Dengan Metode Spekteofotometri UV-Vis.Jurnal Wiyata.2(1): 34-38.
Sastromidjojo, H. 2018. Kimia Dasar.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Sulhan, M.H. 2019 . Analisis Kadar Vitamin C pada Daun Katuk Segar,Direbus dan Dikukus
dengan Metode Iodimetri dan Spektrofotometri UV-Vis.Jurnal Medika Cendikia.1(1):
55-63

Anda mungkin juga menyukai