Disusun Oleh:
Kelompok: F-4
ASISTEN:
DOSEN PEMBIMBING:
Mirna Rahmah Lubis, S.T., M.S. 197710012003122001
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan
dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan,
termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi.
Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan
vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit
tertentu. Vitamin C mempunyai peran penting terhadap tubuh manusia, dimana
apabila tubuh manusia kekurangan vitamin C maka akan timbul gejala seperti
sariawan, nyeri otot, berat badan berkurang, lesu, dan sebagainya. Vitamin C
banyak terdapat di buah, dan sayuran, salah satunya pada cabai. Vitamin C pada
cabai memiliki fungsi sebagai antioksidan yang baik untuk tubuh mampu
meningkatkan daya tahan tubuh yang diserap oleh kalsium dalam tubuh, selain
itu, vitamin C juga termasuk yang paling mudah larut dalam air dan esensial untuk
biosintesis kolagen (Rosmainar dkk., 2018).
Vitamin C mudah larut dalam air, oleh karena itu pada waktu mengalami
proses pengirisan, pencucian dan perebusan bahan makanan yang mengandung
Vitamin C akan mengalami penurunan kadarnya. Kandungan Vitamin C dalam
makanan dan buah akan rusak karena proses oksidasi oleh udara luar, terutama
jika dipanaskan. Oleh karena itu, penyimpanan dilakukan pada suhu rendah
(dilemari es) dan pemasakan yang tidak sampai menyebabkan perubahan warna
pada makanan yang mengandung vitamin C. Salah satu buah yang mengandung
vitamin C adalah nanas (Putri dan Yunita., 2016).
I.1 Alat
Alat yang digunakan Jumlah
1. Corong kaca 1 buah
2. Gelas ukur 50 ml 1 buah
3. Gelas ukur 100 ml 1 buah
4. Gelas kimia 25 ml 1 buah
5. Gelas beker 600 ml 1 buah
6. Labu ukur 50 mL 2 buah
7. Labu ukur 100 mL 2 buah
8. Pipet volume 1 buah
9. Alu dan mortal 1 buah
10. Tabung sentrifus 4 buah
11. Pipet tetes 1 buah
12. Kaca arloji 1 buah
13. Erlenmeyer 50 mL 3 buah
14. Pisau 1 buah
15. Bola hisap 1 buah
16. Buret 1 set
17. Blender 1 unit
18. Neraca 1 buah
19. Sendok 1 buah
20. Sentrifus 1 unit
21. Spatula 1 buah
22. Piknometer 50 mL 1 buah
23. Saringan 1 buah
I.2 Bahan
Bahan yang digunakan Jumlah
1. Aluminium foil secukupnya
2. Aquadest secukupnya
3. Buah bengkoang 200 gr
4. Buah tomat 200 gr
5. Larutan amilum 1% secukupnya
6. Larutan standar Iodin 0,01 N secukupnya
7. Tablet Ester C 150 mg
8. Tissue secukupnya
BAB III
PROSEDUR KERJA
BAB V
PEMBAHASAN
5.2 Pembahasan
Tujuan dari pratikum ini adalah untuk menentukan kadar vitamin C dalam
beberapa sampel dengan menggunakan metode titrasi iodimetri, sampel yang
digunakan pada pratikum ini yaitu buah tomat, buah bengkoang, dan tablet ester c.
Penentuan kadar vitamin C pada sampel dengan metode iodimetri. Dasar dari
metode iodimetri adalah bersifat mereduksi vitamin C. Vitamin C (asam askorbat)
merupakan zat pereduksi yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi dengan
larutan baku iodium. Metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku
iodium 0,1 N) dapat digunakan pada asam askorbat murni atau larutanya,
sehingga kadar vitamin C dapat ditetapkan dengan metode iodimetri seperti
percobaan yang dilakukan Mulyani (2018).
Tahap pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah menimbang sampel
buah dengan menggunakan neraca analitik, kemudian masing-masing sampel
buah di masukkan ke dalam blender dan ditambahkan aquades lalu di blender
hingga menjadi slurry. Setelah menjadi slurry, dimasukkan sebagian sampel
kedalam piknometer yang telah ditimbang kembali awalnya, kemudian
piknometer ditimbang kembali berat setelah ditambahkan slurry. Tujuan
digunakan piknometer adalah untuk mengetahui massa jenis dari sampel.
Sebagian lainnya dari sampel berbentuk slurry disaring menggunakan saringan
untuk dipisahkan ekstraknya. Diambil ekstrak sampel dan dimasukkan ke dalam
labu ukur, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas. Sampel disaring
dengan cara sentrifugasi selama 10 menit untuk mendapatkan ekstaknya. Diambil
ekstak yang telah disentrifus dimasukkan ke dalam labu ukur dan diencerkan
dengan aquades sampai tanda batas. Kemudian, sampel dipipet dan di masukkan
ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan amilum 1% ke dalam sampel.
Selanjutnya, sampel dititrasi dengan larutan standar iodin 0,1 N. Volume titrasi
dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali pengulangan pada masing-masing sampel
buah.
Pada tablet ester c, tablet digerus terlebih dahulu menggunakan mortar
dan alu. Kemudian sampel diencerkan menggunakan labu ukur. Diambil larutan
untuk diencerkan kembali dengan labu ukur dan ditambahkan aquades hingga
tanda batas. Diambil larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan amilum 1% ke dalam sampel. Selanjutnya, sampel dititrasi dengan
larutan standar iodin 0,1 N. Volume titrasi dicatat dan diulangi sebanyak 3 kali
pengulangan. Indicator amilum ditambahkan pada larutan yang akan dititrasi
sudah berubah warna menjadi biru tua, proses titrasi dihentikan secara manual dan
jumlah tetesan dihitung secara manual untuk mendapatkan hasil kadar asam
askorbat (Nurmastika dkk, 2018).
Hasil titrasi yang didapatkan dari buah tomat berturut-turut sebesar 0,3 ml;
0,2 ml; dan 0,4 ml dengan rata-rata volume titrasi 0,3 ml. pada praktikum ini juga
dihitung densitas sampel buah tomat dengan menggunakan piknometer.
Pengukuran densitas dilakukan dengan menimbang massa piknometer kosong,
lalu ditimbang massa piknometer berisi sampel dikurangi massa piknometer
kosong dan dibagi dengan volume piknometer. Densitas buah tomat yang didapat
sebesar 1,0048 gram/ml. Didapat pula kadar vitamin c pada buah tomat sebesar
0,42%.
Hasil titrasi yang didapatkan dari buah bengkoang berturut-turut sebesar
0,4 ml; 0,5 ml; dan 0,5 ml dengan rata-rata volume titrasi 0,46 ml. pada praktikum
ini juga dihitung densitas sampel buah bengkoang dengan menggunakan
piknometer. Pengukuran densitas dilakukan dengan menimbang massa
piknometer kosong, lalu dikurangi massa piknometer berisi sampel dan dibagi
dengan volume piknometer. Densitas buah bengkoang yang didapat sebesar
1,0198 gram/ml. Didapat pula kadar vitamin c pada buah tomat sebesar 0,63%.
Hasil titrasi yang didapatkan pada tablet ester c berturut-turut sebesar 4,0
ml; 3,9 ml; dan 3,5 ml dengan rata-rata volume titrasi sebesar 27,8 ml. Sehingga
diperoleh kadar vitamin c sebesar 32,3%. Kadar vitamin c pada ester c lebih tinggi
daripada buah-buahan. Hal ini karena sampel ester c tablet lebih dominan
mengandung ekstrak vitamin c, berbeda dengan buah yang mengandung beberapa
nutrisi lainnya selain vitamin c. Perbedaan kadar vitamin c dapat disebabkan oleh
beberapa factor. Salah satunya adalah vitamin c mudah larut dalam air, sehingga
pada proses pengirisan, pencucian, dan perebusan dapat membuat kadar vitamin c
menurun. Kandungan vitamin c akan rusak karena proses oksidasi oleh udara luar.
Penurunan kadar vitamin c dapat terjadi karena sifat vitamin c yang mudah larut
dalam air, mudah teroksidasi karena panas, cahaya dan udara bebas (dalam bentuk
larutan), proses pengeringan, pemanasan serta penyimpanan yang sama
(Wulandari dkk., 2018).
BAB VI
KESIMPULAN
1. Volume titrasi rata-rata pada buah bengkoang, tomat, dan tablet Ester c
masing-masing sebesar 0,46 mL; 0,30 mL; dan 3,8 mL.
2. Persen kadar vitamin C pada buah Bengkoang, Tomat, dan tablet Ester
cmasing-masing sebesar 0,635%; 0,420%; dan 27,8%.
3. Semakin besar volume titrasi yang diperoleh maka semakin tinggi kadar
vitamin C yang diperoleh pada sampel.
4. Kadar vitamin c tertinggi didapat pada sampel tablet Ester c, dan kadar
vitamin c terendah terdapat pada sampel buah tomat.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Elly. 2018. Perbandingan Hasil Penetapan kadar Vitamin C pada Buah
Kiwi (Actinidia deliciousa) dengan Menggunakan Metode Iodimetri dan
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan. 3 (2) :
14-17.
Nurmastika, A., Amalia, D.R., dan Farraday, A.F. 2018. Rancang bangun alat
pengukuran kadar asam askorbat pada buah dengan metode iodimetri.
Jurnal Setrum. 7(1): 147-157.
Putri, M.P. dan Yunita, H.S. 2016. Analisis kadar vitamin C pada buah nanas
segar dan nanas kaleng dengan metode spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal
Wiyata. 2(1): 34-38.
Rosmainar, L., Widia, N., Ni, P.A., dan Haula, N.2018. penentuan kadar vitamin
C beberapa jenis cabai (capsicum sp.) dengan spektrofotometri Uv-Vis.
Jurnal Kimia Riset. 3(1): 1-5.
Widyatmoko, A., Dwi, H., Ari, S., dan Endang, L. 2016. Kandunagn vitamin C,
vitamin A dan alpha hidroxy acid dalam bengkoang (pachyrhizus Erosus).
Tradisional medicibe journal. 21(1): 48-54.
Wulandari, S., Yusnita, B., dan Kartini, D.T., 2018. Pengaruh Jenis Bahan
Pengemas dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C dan Susut
Berat Cabai Rawit (Capsicum frutscens). Jurnal Biogenesis.8(2): 20-29.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN DATA
= 1,0198 gram/mL
= 1,0048 gram/mL
Massabengkoang+ Massaair
- Volume bengkoang =
ρ bengkoang
= 392 mL
- Faktor pengali
10 mL 25 mL
392 mL 100 mL 100 mL 5 mL
39,2 4 20
Faktor pengali = 39,2 x 4 x 20 = 3136
I2
% Kadar vitamin C = ( Volume
1000 )
∋2 xBE vitaminC
x FP x 100%
berat sampel ( g)
mL
= ( 0,46
1000 )
0,01 N x 88,06 gram/mol
x 3136 x
200 gram
100%
= 0,635%
Massatomat + Massaair
Volume tomat =
ρ tomat
= 398,1 mL
- Faktor pengali
10 mL 25 mL
398,1 mL 100 mL 100 mL 5 mL
39,81 4 20
Faktor pengali = 39,81 x 4 x 20 = 3184,8
I2
% Kadar vitamin C = ( Volume
1000 )
∋2 xBE vitaminC
x FP x 100%
berat sampel ( g)
mL
= ( 0,30
1000 )
0,01 N x 88,06 gram/mol
x 3184,8 x
200 gram
100%
= 0,420%
A.5 Kadar Vitamin C pada Tablet Ester c
- Faktor pengali
0,15 gram 20 mL
50 ml 50 mL 10 ml
2,5 5
Faktor pengali = 2,5 x 5 = 12,5
I2
- % Kadar vitamin C = ( Volume
1000 )∋2 xBE vitaminC x FP x 100%
berat sampel ( g)
mL
= (3,8 1000 ) 0,01 N x 88,06 gram/mol x 12,5 x
0,15 gram
100%
= 27,8%