2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
Laporan Sementara
Laboratorium Bioproses
Disusun oleh:
Kelompok C1
Muhammad Fathan Halim 2004103010075
Daffa Andalas Surya 2004103010074
Erwinsyah Putra 2004103010028
Ikhlasul Khair 2004103010061
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar,
demikian juga jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya
menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung
kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan
faktor biotik.Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi
pertumbuhan (Hadientomo, 1985).
Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam
mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki
karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya.
Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada
pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan
pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media
penunjang pertumbuhan mikroba (Waluyo, 2005).
Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan sel atau semakin
banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba akan semakin cepat
pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh mikroba.
Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor fisiko-kimia,
seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media,
kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor (Volk, 1993).
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c) Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu
optimum untuk mikroba kelompok ini adalah 550C-600C. minimum 400C, dan
maksimum 750C. bakteri ini biasanya terdapat pada sumber air panas dan tempat-
tempat denga keadaan suhu tinggi. (Suriawiria, 2003).
Setiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan
organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba
dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil
adalah bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0. Sementara alkalifil dapat tumbuh pada
kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki pH minimum, optimum dan maksimum. pH
optimum bakteri adalah kisaran 6,5-7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH
yang lebih luas (Suriawiria, 2003).
2.2 Pengaruh pH
Secara alami, kebanyakan bahan makanan (daging,ikan, dan suyuran)
bersifat agak asam, sedangkan sebagian lainnya (sebagian besar buah-buahan)
cukup asam, tetapi putih telur bersifat basa. Semakin rendah nilai pH, semakin
efektif pengaruh asam organik sebagai pengawet, meskipun pertumbuhan setiap
jasad renik dalam makanan mempunyai nilai pH optimum, minimum, dan
maksimum. Meskipun demikian, pH tidak jarang berinteraksi dengan parameter
lain dalam makanan dengan menghambat pertumbuhan. pH makanan juga
berdampak terhadap kemampuan daya penghancur bakteri oleh pemanasan jika
pH rendah (diturunkan), jumlah panas yang dibutuhkan lebih sedikit daripada
jumlah jumlah panas pada makanan dengan pH yang lebih tingi (Mossel
dkk,1995).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau
basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan
pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat
tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada
pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh
pada pH 6 tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4, bakteri
autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan
produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk dan Wheeler,1993).
Mikroba umumnya menyukai pH netral yaitu pH 7. Beberapa bakteri
dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin) Apabila mikroba ditanam pada
media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH
media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pHnya mikroba
dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu mikroba asidofil adalah kelompok mikroba
yang dapat hidup tumbuh baik pada pH 6,0 – 8,0 pada pH 2,0 5,0, mikroba
mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5 8,0,
dan mikroba alkafil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
8,4 9,5(Brooks dkk, 1994).
2.3 Pengaruh cahaya
Cahaya matahari terdiri dari sinar tampak dan sinar ultraviolet, namun sinar
yang dimanfaatkan secara optimal oleh mikroalga untuk proses fotosintesis.
Secara garis Buitenzorg seperti pada umumnya pertumbuhan mikroorganisme
lainnya, laju pertumbuhan tinggi yang kemudian perlahan menurun yang
disebabkan karena pertumbuhan akan memasuki fasa stasioner. Laju pertumbuhan
pada pencahayaan siklus harian menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada awal
pertumbuhan dibandingkan dengan pencahayaan sinambung, kemudian menurun
drastis ketika kondisi gelap. Pencahayaan sinambung menunjukkan laju
pertumbuhan yang lebih konstan (Wijanarko, 2007).
2.4 Pengaruh Kadar Air
Mikroorganisme menunjukkan perbedaan yang luas dari segi tuntutan
keperluan akan kadar air . Untuk dapat membandingkan larutan dalam air dan
zat-zat padat dari segi banyaknya air yang tersedia , digunakan parameter aktivitas
air atau kelembaban relatif . Mikroorganisme sanggup tumbuh pada aktivitas air
dari 0,998 sampai 0,6 (Schlegel, 1994).
2.5 Pengaruh Tekanan Osmosis
Pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroba,
tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
BAB III
METODOLOGI
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan selama praktikum adalah sebagai berikut :
NaCl
Aluminium foil
Sukrosa
Ekstrak daging
Biakan jamur
Aquadest
Nasi
Ragi roti
Jamur roti
Ekstrak jeruk
Ekstrak wortel
Air keran
Sampel air parit
1. Disiapkan 1 set percobaan yang terdiri dari 3 tabung reaksi yang telah
dilengkapi dengan tabung durham dan media cair;
2. Ditanamkan biakan bakteri Eschericia coli dari air parit pada
masing masing tabung;
3. Diinkubasikan pada suhu 15℃ (dalam lemari es); 30℃ (di suhu ruangan);
dan 60℃ (dalam inkubator); dan
4. Diamati pertumbuhan bakteri setelah 24 jam, 48 jam, dan 96 jam.
1. Disiapkan 1 set percobaan yang terdiri dari 3 tabung reaksi yang telah
dilengkapi dengan tabung durham dan media cair dengan pH berbeda
ekstrak jeruk (asam), air keran (netral), ekstrak wortel (basa)
2. Ditanamkan biakan bakteri dan jamur (misalnya : E.Coli dan Penisillium)
pada masing-masing tabung;
3. Diinkubasikan pada suhu 30oC; dan
4. Setelah 24-48 jam, diamatilah pertumbuhan setiap biakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah itu, inkubasikan pada suhu ruangan, dalam kondisi cawan petri
tertutup,selama 24- 72 jam. Kemudian amati jamur pada kentang.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis
mikroba jamur kentang ini tumbuh dengan cepat pada kelembaban yang tinggi,
hal tersebut terjadi karena spora membutuhkan air untuk melakukan aktivitas
enzimatis dalam hidupnya misalnya untuk pencernaan ekstraseluler. Semakin
banyak tersedia air bebas, maka pertumbuhan mikroba semakin cepat
(Kusnandar, 2019).
4.5 Uji Pengaruh Cahaya
Pengujian ini menggunakan media agar lalu dicampurkan dengan
aquadest didalam elermeyer. Kemudian media dipanaskan diatas hotplat dan
diaduk menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan. Lalu dituangkan
kedalaam 3 cawaan petri dan disuspensikan ragidiatasnya secara zig-zag. Cawan
pertama diberi penyiaran selama 0 menit, cawn kedua dengan penyiaran 5 menit,
cawan ke tiga selama 15 menit. Kemudian inkubasikan selama 24, 48, dan 72
jam dengan suhu 37℃.Dari pengamatan diatas yang telah dilakukan, mikroba
E.Coli tumbuh sangat baik pada media yang tidak mengalami penyiaran matahari,
karena sebagian mikroba tidak bisa hidup dibawah penyiaran matahari. Media
yang melakukan penyiaran selama 5 menit terdapat sedikit pertumbuhan bakteri
E. Coli . Sinar UV dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh
cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau
pengawetan makanan (Widodo, 2020).
4.6 Uji Pengaruh Tekanan Osmosis
Pengujian ini menggunakan konsentrasi sukrosa dengan konsentrasi 5, 15
dan 30% dengan E. Coli sebagai sampel biakan. Kemudian inokulasikan jamur
dan ragi sebanyak 1 ml medium. Setelah itu inkubasikan dengan suhu 30℃.
Amati selama 24-72 jam. Hasil daari pengamatan selama 65 jam, ketiga sampel
terdapat gelembung udara pada tiap tabung , namun pada konsentrasi 30% lebih
banyak gelembung dari pada konsentrasi lainnya. Menurut (Murwani, 2015),
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil :
1. Faktor lingkungan yang mepengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah
suhu, ph, kelembaban,cahaya, dan tekanan osmosis.
2. Mikroorganisme E. Coli tidak dapat hidup dengan baik pada suhu 60 ℃ .
Namun pada suhu 30 ℃ bakteri tumbuh dengan baik karena bakteri E.
Coli hidup pada suhu optimum 37 ℃ . Oleh karena itu E.Coli termasuk ke
dalam kelompok mikroba mesofil.
3. Pada pengaruh ph, bakteri E. Coli tumbuh dengan baik pada ph netral 7.
Hal ini menunjukkan bahwa mikroba E. Coli adalah mikroba neutrofilik
yaitu mikroba yang hidup pada keadaan pH dengan rentang 5,5 – 8,0.
4. Pada pengaruh kelembaban, fungi hidup pada keadaan yang lembab.
Karena tempat yang lembab adalah habitat yang sangat baik untuk
pertumbuhan fungi.
5. Pada pengaruh cahaya, bakteri banyak tumbuh pada media yang tidak
mendapatkan cahaya karena sebagian mikroba tidak dapat hidup dibawah
penyiaran matahari.
6. Pada tekanan osmosis, konsentrasi optimum untuk E. Coli adalah pada
konsentrasi sukrosa 30%, sedangkan konsentrasi minimun adalah pada
konsentrasi 5%.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
DATA PENGAMATAN
a
Tida
Gelembung
k
Mulai muncul udara
terda
gelembung semakin
pat
udara dan bertambah
Air keran Netral (pH 7) gele
warna dan warna
mbu
media cair media cair
ng
keruh semakin
udar
keruh
a
Tida
k
Gelembung
terda
udara
pat Terdapat sedikit
bertambah
Estrak wortel Basa (pH 9) gele gelembung
dan warna
mbu udara
media cair
ng
sedikit keruh
udar
a
sukrosa (%)
A 5 Terd
apat Gelembung
sediGelembung udara
kit semakin semakin
gele banyak dan bertambah
mbu warna media tapi dalam
ng keruh jumlah
udar sedikit.
a
B 15 Terd
Gelembung
apat
Gelembung udara
sedi
udara semakin
kit
semakin banyak dan
gele
banyak dan warna
mbu
media mulai media
ng
keruh semakin
udar
keruh
a
C 30 Gelembung
udara
Terdapat Tiada
semakin
sedikit pertambahan
bertambah
gelembung gelembung
tapi dalam
udara udara
jumlah
sedikit.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN DATA
Mr sukrosa: 342
V aquadest: 10 ml = 0,01 L
Rumus yang digunakan adalah rumus molaritas, yaitu:
n=M×V
massa = Mr × n
Keterangan: M = molaritas suatu zat (mol/L)
V = volume larutan (mL)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
n = jumlah mol zat (mol)
2.1 Perhitungan massa sukrosa dengan konsentrasi 5% dalam 10 mL
Aquadest
M sukrosa : 0,05 M
n = M × V = 0,05 × 0,01 = 5×10-4 mol
Massa = Mr × n = 342 × 5×10-4 = 0,171 gr
2.2 Perhitungan massa sukrosa dengan konsentrasi 15% dalam 10 mL
aquadest
M sukrosa : 0,15 M
n = M × V = 0,15 × 0,01 =0,0015 mol
Massa = Mr × n = 342 × 0,0015 = 0,513 gr
2.3 Perhitungan massa sukrosa dengan konsentrasi 30% dalam 10 mL
aquadest
M sukrosa : 0,3 M
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
LAMPIRAN 3
GAMBAR
150
c 150c
150c
Gambar 3.1.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada suhu 15˚C
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
Gambar 3.1.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada suhu 30˚C
Gambar 3.1.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada suhu 60˚C
Gambar 3.2.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada pH asam
Gambar 3.2.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada pH netral
Gambar 3.2.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada pH basa
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
Gambar 3.3.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media A dalam keadaan kering
Gambar 3.3.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada
Gambar 3.3.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media C dalam keadaan terendam sepenuhnya
Gambar 3.4.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan waktu penyinaran 0 menit
Gambar 3.4.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan waktu penyinaran 5 menit
Gambar 3.4.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan waktu penyinaran 15 menit
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
Gambar 3.5.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan konsentrasi sukrosa 5%
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)
Gambar 3.5.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan konsentrasi sukrosa 25%
50%
50%
50%
Gambar 3.5.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan konsentrasi sukrosa 50%