Anda di halaman 1dari 32

Revisi 1 (22.11.

2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Laporan Sementara
Laboratorium Bioproses

UJI FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


MIKROBA

Disusun oleh:
Kelompok C1
Muhammad Fathan Halim 2004103010075
Daffa Andalas Surya 2004103010074
Erwinsyah Putra 2004103010028
Ikhlasul Khair 2004103010061

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar,
demikian juga jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya
menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung
kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan
faktor biotik.Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi
pertumbuhan (Hadientomo, 1985).
Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam
mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki
karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya.
Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada
pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan
pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media
penunjang pertumbuhan mikroba (Waluyo, 2005).
Pertumbuhan mikroba diartikan sebagai pembelahan sel atau semakin
banyaknya organisme yang terbentuk. Mikroba akan semakin cepat
pertumbuhannya apabila ia diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh mikroba.
Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor fisiko-kimia,
seperti pH, suhu, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media,
kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor (Volk, 1993).
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

1.2 Perumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam perumusan adalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan mikroorganisme?
2. Faktor lingkungan apa saja yang memperngaruhi pertumbuhan
mikroorganisme?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan fisis yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
2. Untuk dapat melakukan pengujian terhadap faktor lingkungan fisis
pertumbuhan mikroorganisme.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaat praktikum ini adalah :
1. Kita dapat mengetahui apa apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme
2. Kita juga dapat mengetahu pada suhu, ph, tekanan osmosis, ph,
kelembaban , pengaruh cahaya yang cocok bagi kelangsungan hidup
bakteri tersebut.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

       Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi


oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba
tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon
yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi
berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan
yang sesuai (Pelczar dan Chan, 1986).
       Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal
yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai
zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).
Faktor fisik dapat berupa kadar air, cahaya dansuhu. Sedangkan factor
kimianya adalah pH dan tekanan osmosis. Berikut Pengaruh
Suhu,pH,Cahaya,Kadar Air,Tekanan Osmosis:
2.1 Pengaruh Suhu
              Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroba. Pada
umumnya batas suhu pertumbuhan mikroba terletak antar 00C sampai 900C,
sehingga dikenal suhu minimum, optimum, dan maksimum.
    Berdasarkan kisaran suhunya, mikroba dibagi menjadi tiga kelompok:
a) Psikofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada daerah
dengan suhu 00C sampai 300C dengan temperature optimumnya 150C.
b) Mesofilik adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh dan bertahan hidup
pada keadaan dengan suhu optimum antara 250C-370C, minimum 150C, dan
maksimum di sekitar 550C.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

c) Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu
optimum untuk mikroba kelompok ini adalah 550C-600C. minimum 400C, dan
maksimum 750C. bakteri ini biasanya terdapat pada sumber air panas dan tempat-
tempat denga keadaan suhu tinggi. (Suriawiria, 2003).
       Setiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan
organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba
dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil
adalah bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0. Sementara alkalifil dapat tumbuh pada
kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki pH minimum, optimum dan maksimum.  pH
optimum bakteri adalah kisaran 6,5-7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH
yang lebih luas (Suriawiria, 2003).
2.2 Pengaruh pH
Secara alami, kebanyakan bahan makanan (daging,ikan, dan suyuran)
bersifat agak asam, sedangkan sebagian lainnya (sebagian besar buah-buahan)
cukup asam, tetapi putih telur bersifat basa. Semakin rendah nilai pH, semakin
efektif  pengaruh asam organik sebagai pengawet, meskipun pertumbuhan setiap
jasad renik dalam makanan mempunyai nilai pH optimum, minimum, dan
maksimum. Meskipun demikian, pH tidak jarang berinteraksi dengan parameter
lain dalam makanan dengan menghambat pertumbuhan. pH makanan juga
berdampak terhadap kemampuan daya penghancur bakteri oleh pemanasan jika
pH rendah (diturunkan), jumlah panas yang dibutuhkan lebih sedikit daripada
jumlah jumlah panas pada makanan dengan pH yang lebih tingi (Mossel
dkk,1995).
            Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau
basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan
pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat
tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada
pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh
pada pH 6 tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4, bakteri
autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan
produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk dan Wheeler,1993).
            Mikroba umumnya menyukai pH netral yaitu pH 7. Beberapa bakteri
dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin) Apabila mikroba ditanam pada
media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH
media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pHnya mikroba
dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu mikroba asidofil adalah kelompok mikroba
yang dapat hidup tumbuh baik pada pH 6,0 – 8,0 pada pH 2,0 5,0, mikroba
mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5 8,0,
dan mikroba alkafil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
8,4  9,5(Brooks dkk, 1994).
2.3 Pengaruh cahaya
       Cahaya matahari terdiri dari sinar tampak dan sinar ultraviolet, namun sinar
yang dimanfaatkan secara optimal oleh mikroalga untuk proses fotosintesis.
Secara garis Buitenzorg seperti pada umumnya pertumbuhan mikroorganisme
lainnya, laju pertumbuhan tinggi yang kemudian perlahan menurun yang
disebabkan karena pertumbuhan akan memasuki fasa stasioner. Laju pertumbuhan
pada pencahayaan siklus harian menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada awal
pertumbuhan dibandingkan dengan pencahayaan sinambung, kemudian menurun
drastis ketika kondisi gelap. Pencahayaan sinambung menunjukkan laju
pertumbuhan yang lebih konstan (Wijanarko, 2007).
2.4 Pengaruh Kadar Air
Mikroorganisme menunjukkan perbedaan yang luas dari segi tuntutan
keperluan akan kadar air . Untuk dapat membandingkan  larutan dalam air dan
zat-zat padat dari segi banyaknya air yang tersedia , digunakan parameter aktivitas
air atau kelembaban relatif . Mikroorganisme sanggup tumbuh pada aktivitas air
dari 0,998 sampai 0,6 (Schlegel, 1994).
2.5 Pengaruh Tekanan Osmosis
        Pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroba,
tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami


plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah (Pratiwi, 2009).
            Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan mikroba dapat
dikelompokkan menjadi:
 Mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula
tinggi. Contohnya adalah khamir.
 Mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi. Contohnya yaitu Halobacterium.
 Mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak
mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya
dapat mencapai 30% (Hamid, 2009).
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat praktikum dilaksanakan pada Hari Kamis
Tanggal 19 November 2020, Pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Dilakukan
secara daring di Subulussalam.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Erlenmeyer 500 mL (1)
 Gelas Beker (1)
 Gelas Ukur 25 mL (1)
 Gelas Ukur 10 mL (1)
 Cawan petri (6)
 Tabung reaksi (9)
 Tabung durham (9)
 Magnetic stirer (1)
 Spatula (1)
 Jarum oase (1)
 Termometer (1)
 Pipet tetes (1)
 Bunsen (1)
 Hotplate (1)
 Autoclave (1)
 Inkubator (1)
 Timbangan (1)
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan selama praktikum adalah sebagai berikut :
 NaCl
 Aluminium foil
 Sukrosa
 Ekstrak daging
 Biakan jamur
 Aquadest
 Nasi
 Ragi roti
 Jamur roti
 Ekstrak jeruk
 Ekstrak wortel
 Air keran
 Sampel air parit

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Sterilisasi Alat
1. Disiapkan alat-alat yang akan disterilisasi.
2. Alat-alat dibungkus dengan menggunakan kertas sampul coklat.
3. Persiapan autoclave (hal yang harus diperhatikan : aquadest yang berada
didasar autoclave tidak berlebihan dan tidak kurang, keran ditutup, selang
tidak terlipat, dan air dalam jerrycean pada batas cukup).
4. Alat-alat dimasukkan ke dalam rak-rak dan kemudian autoclave ditutup.
5. Proses strerilisasi dimulai saat suhu mencapai 121˚C dan tekanan 15 psi.
Umumnya dibutuhkan waktu 15-20 menit.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

3.3.2 Pembuatan Media Cair


1. Ditimbang 1 gr glukosa dan 1 gr NaCl dan dilakukan pengukuran 200 ml
aquades;
2. Lalu di ukur 200 ml ekstrak daging dan dicampurkan seluruh bahan ke
dalam erlenmeyer.

3.3.3 Pembuatan Nutrient agar


1. Gram Nutrient Agar ditimbang
2. Diukurkan 250 ml aquadest
3. Nutrient Agar dan aquadest dicampurkan ke dalam Erlenmeyer
4. Erlenmeyer di tutup dengan aluminium foil
5. Media NA dipanaskan di atas hotplate dengan suhu 100 ˚C
6. Ditunggu hingga media mnedidih
7. Diamkan media NA setelah mendidih untuk menurunkan suhu
8. Nutrient agar dituangkan ke dalam 3 cawan petri dan di tunggu hingga
memadat

3.3.4 Pengujian Pengaruh Suhu


Pengujian dapat dilakukan dengan melakukan tahapan sebagai berikut:

1. Disiapkan 1 set percobaan yang terdiri dari 3 tabung reaksi yang telah
dilengkapi dengan tabung durham dan media cair;
2. Ditanamkan biakan bakteri Eschericia coli dari air parit pada
masing masing tabung;
3. Diinkubasikan pada suhu 15℃ (dalam lemari es); 30℃ (di suhu ruangan);
dan 60℃ (dalam inkubator); dan
4. Diamati pertumbuhan bakteri setelah 24 jam, 48 jam, dan 96 jam.

3.3.5 Pengujian Pengaruh pH


Pengujian kemampuan tumbuh mikroba terhadap pH dapat dilakukan dengan
cara sebagai beriku:
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

1. Disiapkan 1 set percobaan yang terdiri dari 3 tabung reaksi yang telah
dilengkapi dengan tabung durham dan media cair dengan pH berbeda
ekstrak jeruk (asam), air keran (netral), ekstrak wortel (basa)
2. Ditanamkan biakan bakteri dan jamur (misalnya : E.Coli dan Penisillium)
pada masing-masing tabung;
3. Diinkubasikan pada suhu 30oC; dan
4. Setelah 24-48 jam, diamatilah pertumbuhan setiap biakan.

3.3.6 Pengujian Pengaruh Kadar Air


Pertumbuhan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor kadar air
(kelembaban). Presentase kadar air berbeda sesuai dengan spesiesnya.
1. Siapkan kentang rebus pada 3 cawan petri steril, masing-masing diisi
dengan
kentang rebus sehingga penuh. Beri kode : A, B, dan C;
2. Cawan petri A, diperlakukan tanpa diberi air; Cawan petri B, diberi air
sampai kentang terasa lembab ; sedangkan Cawan petri C, diberi air
sehingga permukaan kentang terendam air;
3. Diinokulasikan pada permukaan kentang Jamur roti, secara aseptis;
4. Diinkubasikan pada suhu ruangan, dalam kondisi cawan petri tertutup,
selama 24 jam,48 jam dan 96 jam
5. Diamati frekuensi pertumbuhan jamur pada kentang, cawan petri mana
yang memungkinkan pertumbuhan jamur.

3.3.7 Pengujian Pengaruh Cahaya


Gelombang cahaya tertentu berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba.
Pengujian dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Disiapkan plate Medium NA dalam 3 cawan petri. Beri kode A, B, dan C;
2. Disiapkan sumber cahaya yang mengandung sinar UV;
3. Disuspensikan ragi roti. Pipet sebanyak 1 ml, dan teteskan
pada permukaan medium NA;
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

4. Diratakan suspensikan bakteri ke seluruh permukaan media dengan


memakai batang drigalski (batang pengaduk yang dibengkokkan);
5. Cawan petri A diperlakukan tanpa penyinaran; cawan petri B dengan
penyinaran 5 menit; sedangkan cawan petri C dengan penyinaran 15
menit;
6. Ketiga cawan tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama
24,48 jam; dan 96 jam.
7. Diamati pertumbuhan E.coli dalam ketiga cawan petri tersebut.

3.3.8 Pengujian Pengaruh Tekanan Osmosis


Pengaruh konsentrasi cairan di sekitar sel mikroba dapat mempengaruhi
kerusakan sel, dan mengakibatkan kematian sel. Pengujiannya dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Disiapkan 3 set tabung reaksi yang dilengkapi dengan tabung durham,
diberi kode pada tabung reaksi dengan label konsentrasi 5%, 25%, dan
50%.
2. Dicampurkan 2,7 gram sukrosa dan 10 mL aquades kedalam gelas beker.
3. Dimasukkan 10 mL aquades dan 0,171 gram sukrosa, keduanya
dicampurkan kedalam tabung reaksi berlabel 5%.
4. Dimasukkan 10 mL aquades dan 0,855 gram sukrosa, dicampurkan
keduanya kedalam tabung reaksi berlabel 25%.
5. Dimasukkan 10 mL aquades dan 1,171 gram sukrosa, dicampurkan
keduanya kedalam tabung reaksi berlabel 50%.
6. Diinokulasikan suspensi ragi pada masing-masing tabung reaksi,
kemudian diinkubasi pada suhu 30˚C.
7. Diamati perubahan pada sampel setelah 24 jam,48 jam,dan 96 jam.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan dan Faktor

Faktor lingkungan fisis yang dapat memengaruhi pertumbuhan mikroba


yaitu penggunaan suhu yang kurang tepat akan mengakibatkan pertumbuhan
organisme yang kita harapkan tidak memberikan produk yang kita inginkan.
Bakteri-bakteri penyebab penyakit juga sering kali muncul akibat terjadinya
perubahan suhu lingkungan sesuai bagi pertumbuhan bakteri tersebut, pH
mikroorganisme umumnya hidup di sekitar pH netral dan dikenal sebagai
organisme neutrofil. Kadar air merupakan komponen utama sel mikroba dan
medium. Untuk mikroorganisme semua nutien harus dalam bentuk larutan
sebelum dapat memasuki selnya. Cahaya sangat berpengaruh pada proses
pertumbuhan bakteri umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak
berklorofil. Tekanan osmosis terdapat perbedaan tekanan osmosis antara cairan
sitoplasma di dalam sel dan di luar sel. Oleh sebab itu, mikroorganisme dilindungi
oleh dinding sel yg berkombinasi dengan elemen-elemen sitoskeleton (Hidayat,
2018).

4.2 Uji Pengaruh Suhu


Pada pengujian ini pengaruh suhu menggunakan E. Coli sebagai sampel
biakan. Dimasukkan 1 ml media cair yang terdiri dari campuran 1 gram NaCl, 1
gram glukosa , dan 20 ml ekstrak daging kedalam tabung reaksi yang sudah
ditanamkan 1 ml bakteri E. Coli kedalam tabung reaksi. Kemudian, inkubasikan
pada suhu 15℃, 30℃, dan 60 ℃. Amatilah bakteri selam 24 jam ,48 jam , dan
96 jam.
Dari pengamatan tersebut menunjukkan bahwa bakteri E. Coli yang
tumbuh pada suhu 15 ℃ (dalam lemari es) memiliki sedikit gelembung udara.
Pada suhu 30 ℃ E. Coli tumbuh dengan sangat baik di dalam inkubator.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Kemudian, pada suhu 60 ℃ E. Coli tidak mengalami pertumbuhan karena pada


suhu tersebut air mengalami penyusutan dan suhu didalam inkubator lalu tinggi
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli .

Suhu yang paling optimal untuk pertumbuhan E.Coli berdasarkan data


pengamatan adalah pada suhu 30˚C dan E.Coli termasuk ke dalam kelompok
mikroba mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada
20-45˚C (Murwani, 2015).

4.3 Uji Pengaruh PH


Pada percobaan pengaruh Ph digunakan 3 sampel dengan ph yang
berbeda- beda yaitu ph asam larutan ekstrak jeruk, ph netral air keran, dan ph
basa larutan ekstrak wortel dan ditanamkan bakteri E. Coli 1 ml serta media cair.
Kemudian inkubasikan selama 24 – 48 jam.
Dari pengamatan di atas ph asam (ekstrak jeruk), E. Coli tidak dapat
tumbuh karena tingkat keasamannya terlalu tinggi sehingga menghambatkan
pertumbuhan E. Coli dan bahkan dapat membunuhnya. Pada ph netral ( air keran
) pertumbuhan bakteri E. Coli sangat baik. Kemudian pada ph basa pertumbuhan
E. Coli tidak dapat tumbuh karena terlalu basa. E.Coli tumbuh baik pada sampel
air keran (Ph netral). Sehingga berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa E.Coli mengalami pertumbuhan yang baik pada sampel air
keran atau netral dan E.Coli masuk kedalam kelompok neutrofil yang tumbuh
baik pada kisaran pH 5,5-8,0 (Susilo, dkk., 2019).

4.4 Uji Pengaruh Kadar Air atau Kelembaban


Pada percobaan ini menggunakan media kentang rebus yang dimasukkan
kedalam cawan petri yang telah diberikan label. Setiap label diberikan perlakuan
berbeda- beda ( tanpa air atau kering , diberi air hingga kentang terasa
lembab,diberi air hingga permukaan kentang terendam air ). Kemudian
diinokulasikan pada pada permukaan kentang biakan jamur secara aseptis.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Setelah itu, inkubasikan pada suhu ruangan, dalam kondisi cawan petri
tertutup,selama 24- 72 jam. Kemudian amati jamur pada kentang.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis
mikroba jamur kentang ini tumbuh dengan cepat pada kelembaban yang tinggi,
hal tersebut terjadi karena spora membutuhkan air untuk melakukan aktivitas
enzimatis dalam hidupnya misalnya untuk pencernaan ekstraseluler. Semakin
banyak tersedia air bebas, maka pertumbuhan mikroba semakin cepat
(Kusnandar, 2019).
4.5 Uji Pengaruh Cahaya
Pengujian ini menggunakan media agar lalu dicampurkan dengan
aquadest didalam elermeyer. Kemudian media dipanaskan diatas hotplat dan
diaduk menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan. Lalu dituangkan
kedalaam 3 cawaan petri dan disuspensikan ragidiatasnya secara zig-zag. Cawan
pertama diberi penyiaran selama 0 menit, cawn kedua dengan penyiaran 5 menit,
cawan ke tiga selama 15 menit. Kemudian inkubasikan selama 24, 48, dan 72
jam dengan suhu 37℃.Dari pengamatan diatas yang telah dilakukan, mikroba
E.Coli tumbuh sangat baik pada media yang tidak mengalami penyiaran matahari,
karena sebagian mikroba tidak bisa hidup dibawah penyiaran matahari. Media
yang melakukan penyiaran selama 5 menit terdapat sedikit pertumbuhan bakteri
E. Coli . Sinar UV dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh
cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau
pengawetan makanan (Widodo, 2020).
4.6 Uji Pengaruh Tekanan Osmosis
Pengujian ini menggunakan konsentrasi sukrosa dengan konsentrasi 5, 15
dan 30% dengan E. Coli sebagai sampel biakan. Kemudian inokulasikan jamur
dan ragi sebanyak 1 ml medium. Setelah itu inkubasikan dengan suhu 30℃.
Amati selama 24-72 jam. Hasil daari pengamatan selama 65 jam, ketiga sampel
terdapat gelembung udara pada tiap tabung , namun pada konsentrasi 30% lebih
banyak gelembung dari pada konsentrasi lainnya. Menurut (Murwani, 2015),
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

konsentrasi yang tinggi menyebabkan suasana hipertonik untuk bakteri, sehingga


air keluar dari sel bakteri.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil :
1. Faktor lingkungan yang mepengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah
suhu, ph, kelembaban,cahaya, dan tekanan osmosis.
2. Mikroorganisme E. Coli tidak dapat hidup dengan baik pada suhu 60 ℃ .
Namun pada suhu 30 ℃ bakteri tumbuh dengan baik karena bakteri E.
Coli hidup pada suhu optimum 37 ℃ . Oleh karena itu E.Coli termasuk ke
dalam kelompok mikroba mesofil.
3. Pada pengaruh ph, bakteri E. Coli tumbuh dengan baik pada ph netral 7.
Hal ini menunjukkan bahwa mikroba E. Coli adalah mikroba neutrofilik
yaitu mikroba yang hidup pada keadaan pH dengan rentang 5,5 – 8,0.
4. Pada pengaruh kelembaban, fungi hidup pada keadaan yang lembab.
Karena tempat yang lembab adalah habitat yang sangat baik untuk
pertumbuhan fungi.
5. Pada pengaruh cahaya, bakteri banyak tumbuh pada media yang tidak
mendapatkan cahaya karena sebagian mikroba tidak dapat hidup dibawah
penyiaran matahari.
6. Pada tekanan osmosis, konsentrasi optimum untuk E. Coli adalah pada
konsentrasi sukrosa 30%, sedangkan konsentrasi minimun adalah pada
konsentrasi 5%.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo F. Janet S. Butel, dan Stephen A. Mourse . 2004 . Mikrobiologi


Kedokteran . Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.
Buckle, K.A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wootton, M., dan Andiono. 1987.
Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Frazier Volk, W.A and M.F. Wheeler. 1993.Analisis Mikrobiologi Pangan. PT.
Raja Grafindo. Persada. Jakarta. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid1.
Hidayat,N. 2018 . Mikroorganisme Dan Pemanfaatannya.
Kusnandar, F. 2019. Kimia pangan komponen makro. Bumi Aksara.
Murwani, S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner mikrobiologis dari
Department of Biological Sciences. Universitas Brawijaya Press.
Mossel dkk, S., 1995, Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi Untuk Perawat,
EGC,. Jakarta. Anonim, 1997, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi,Fakultas
Kedokteran,.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S., 1986, 190-191, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta.
Schlegel Hans G,. 1994. Mikrobiologi Umum.
Susilo, A., Rosyidi, D., Jaya, F., dan Apriliyani, A. W. 2019. Dasar teknologi
hasil ternak. Universitas Brawijaya Press.
Ummah, R., Suarsini, E., & Lestari, S. R. 2020. Pengembangan E-modul
Berbasis Penelitian Uji Antimikroba pada Matakuliah Mikrobiologi.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(5), 572-579.
Widodo, H. 2020. Makhluk-Makhluk Uniseluler. Alprin.
Wijanarko, 2007; Pathak et al. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika Tanah Alfisol
di Jawa Timur dan Jawa Tengah
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

LAMPIRAN 1
DATA PENGAMATAN

Tabel 1.1.Uji pengaruh suhu


Perubahan pada sampel
Media Suhu (ᵒC)
24 jam 48 jam 96 jam
Tidak terdapatTidak terdapat
Belum ada
A 15 gelembung gelembung
perubahan
udara udara
Gelembung Gelembung
Belu
udara udara
m
semakin semakin
ada
B 30 banyak, bertambah,
peru
warna media warna media
baha
cair agak cair semakin
n
keruh keruh
Belu
m Masih tidak
Terdapat sedikit
ada terdapat
C 60 gelembung
peru gelembung
udara
baha udara
n

Tabel 1.2 Uji pengaruh pH


Perubahan pada sampel
Media pH
24 jam 48 jam 96 jam
Ekstrak jeruk Asam (pH 5) TidaTerdapat sedikitGelembung
k gelembung udara
terda udara terlihat sama
pat / tidak
gele bertambah
mbu
ng
udar
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

a
Tida
Gelembung
k
Mulai muncul udara
terda
gelembung semakin
pat
udara dan bertambah
Air keran Netral (pH 7) gele
warna dan warna
mbu
media cair media cair
ng
keruh semakin
udar
keruh
a
Tida
k
Gelembung
terda
udara
pat Terdapat sedikit
bertambah
Estrak wortel Basa (pH 9) gele gelembung
dan warna
mbu udara
media cair
ng
sedikit keruh
udar
a

Tabel 1.3 Uji pengaruh kadar air


Media Keadaan Perubahan pada sampel
24 jam 48 jam 96 jam
A Kering Jamur mulaiPertumbuhan
Belum ada
tumbuh jamur sedikit
perubahan
sedikit bertambah
B Lembab Jamur semakin
Jamur mulai bertambah
Jamur semakin
tumbuh dan dan sampel
banyak, bau
berbau kelihatan
menyengat
busuk berwarna
kemerahan
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

C Terendam Jamur mulai


sepenuhnya menutupi
Jamur mulai
Belum ada seluruh
tumbuh dan
perubahan permukaan
agak berbau
dan berbau
busuk

Tabel 1.4 Uji pengaruh cahaya


Media Waktu Perubahan pada sampel
24 jam 48 jam 96 jam
penyinaran
(menit)
A 0 Jamur semakin
Jamur sudahJamur
banyak dan
mulai bertambah
tersebar
tumbuh banyak
merata
B 5 Belum terlihat
Jamur
jelas Jamur terlihat
bertambah
perubahanny sedikit
sedikit
a
C 15 Jam
ur
Belum terlihat
mul
jelas Jamur terlihat
ai
perubahanny sedikit
bert
a
amb
ah

Tabel 1.5 Uji pengaruh tekanan osmosis


Media Konsentrasi Perubahan pada sampel
24 jam 48 jam 96 jam
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

sukrosa (%)
A 5 Terd
apat Gelembung
sediGelembung udara
kit semakin semakin
gele banyak dan bertambah
mbu warna media tapi dalam
ng keruh jumlah
udar sedikit.
a
B 15 Terd
Gelembung
apat
Gelembung udara
sedi
udara semakin
kit
semakin banyak dan
gele
banyak dan warna
mbu
media mulai media
ng
keruh semakin
udar
keruh
a
C 30 Gelembung
udara
Terdapat Tiada
semakin
sedikit pertambahan
bertambah
gelembung gelembung
tapi dalam
udara udara
jumlah
sedikit.
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN DATA

Mr sukrosa: 342
V aquadest: 10 ml = 0,01 L
Rumus yang digunakan adalah rumus molaritas, yaitu:
n=M×V
massa = Mr × n
Keterangan: M = molaritas suatu zat (mol/L)
V = volume larutan (mL)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
n = jumlah mol zat (mol)
2.1 Perhitungan massa sukrosa dengan konsentrasi 5% dalam 10 mL
Aquadest
M sukrosa : 0,05 M
n = M × V = 0,05 × 0,01 = 5×10-4 mol
Massa = Mr × n = 342 × 5×10-4 = 0,171 gr
2.2 Perhitungan massa sukrosa dengan konsentrasi 15% dalam 10 mL
aquadest
M sukrosa : 0,15 M
n = M × V = 0,15 × 0,01 =0,0015 mol
Massa = Mr × n = 342 × 0,0015 = 0,513 gr
2.3 Perhitungan massa sukrosa dengan konsentrasi 30% dalam 10 mL
aquadest
M sukrosa : 0,3 M
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

n = M × V = 0,3 × 0,01 = 0,03 mol


Massa = Mr × n = 342 × 0,03 mol = 10,26 gr

LAMPIRAN 3
GAMBAR

3.1 Uji Pengaruh Suhu

150
c 150c
150c

(a) (b) (c)

Gambar 3.1.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada suhu 15˚C
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

(a) (b) (c)

Gambar 3.1.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada suhu 30˚C

(a) (b) (c)


Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Gambar 3.1.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada suhu 60˚C

3.2 Uji Pengaruh pH

(a) (b) (c)

Gambar 3.2.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada pH asam

(a) (b) (c)


Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Gambar 3.2.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada pH netral

(a) (b) (c)

Gambar 3.2.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada pH basa
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

3.3 Uji Pengaruh Kadar Air

(a) (b) (c)

Gambar 3.3.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media A dalam keadaan kering

(a) (b) (c)


Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Gambar 3.3.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada

media B dalam keadaan lembab

(a) (b) (c)

Gambar 3.3.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media C dalam keadaan terendam sepenuhnya

3.4 Uji Pengaruh Cahaya


Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

(a) (b) (c)

Gambar 3.4.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan waktu penyinaran 0 menit

(a) (b) (c)


Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

Gambar 3.4.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan waktu penyinaran 5 menit

(a) (b) (c)

Gambar 3.4.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan waktu penyinaran 15 menit
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

3.5 Uji Pengaruh Tekanan Osmotik

(a) (b) (c)

Gambar 3.5.1 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan konsentrasi sukrosa 5%
Revisi 1 (22.11.2020)
Revisi 2 (25.11.2020)
Revisi 3 (28.11.2020)
Revisi 4 (5.12.2020)

(a) (b) (c)

Gambar 3.5.2 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan konsentrasi sukrosa 25%

50%
50%

50%

(a) (b) (c)

Gambar 3.5.3 Pengamatan media setelah (a) 24 jam, (b) 48 jam, (c) 96 jam
pada media dengan konsentrasi sukrosa 50%

Anda mungkin juga menyukai