Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM 2

UJI ASAM ASKORBAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Teknologi Penapisan dan Aplikasi


Dibina Oleh : Ibu Riska Yudhistia Asworo, S.Si,. M.Si

Oleh :
FARADICHA PUTRI HERDITA
P17120203041/3B

PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Agustus 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin C
mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam
sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi
asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin.
(Arifin, dkk., 2007).
Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi sebagai inhibitor. Kristal
asam askorbat ini memiliki sifat stabil di udara, tetapi cepat teroksidasi dalam larutan dan
dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadi dehydro-ascorbic acid (DAA). Selanjutnya
secara berurutan akan berdekomposisi lagi menjadi beberapa molekul asam dalam larutan
sampai menjadi asam oksalat (oxalic acid) dengan pH di atas 4. Pengaruh perubahan
lingkungan asam askorbat tertentu tidak berfungsi sebagai inhibitor (Tjitro, dkk., 2000).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menganalisis kandungan asam askorbat pada tablet Vitamin C dan juga
buah lemon?
2. Bagaimana hasil dari analisis kandungan asam askorbat pada tablet Vitamin C dan juga
buah lemon?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara analisis asam askorbat dengan metode titrasi iodimetri.
2. Untuk mengetahui manfaat asam askorbat.
1.4 Manfaat
Praktikum ini dilakukan supaya mahasiswa dapat mengetahaui bagaimana proses analisis
kandungan asam askorbat pada tablet vitamin c dan buah buahan dengan metode titrasi
iodimetri juga memiliki keterampilan dalam melakukan uji asam askorbat ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C memiliki nama IUPAC 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-lactone-2,3- enediol.
Vitamin C merupakan turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat
kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C mempunyai berat molekul 178.Vitamin ini
memiliki bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190- 192 °C, bersifat larut dalam air
sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah.
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, penting bagi kesehatan manusia.
Memberikan perlindungan antioksidan plasma lipid dan diperlukan untuk fungsi
kekebalan tubuh termasuk (leukosit, fagositosis dan kemotaksis), penekanan replikasi
virus dan produksi interferon (Mitmesser et al., 2016).
Vitamin C telah diusulkan bermanfaat dalam mencegah dan menyembuhkan flu biasa,
mengurangi kejadian kelahiran prematur dan pre-eklampsia, penurunan risiko kanker dan
penyakit jantung, dan meningkatkan kualitas hidup dengan menghambat kebutaan dan
demensia (Duerbeck et al., 2016).
2.2 Sumber Vitamin C (Asam Askorbat)
2.2.1 Nabati
Sumber vitamin C yang berasal dari nabati atau sayuran dan buah-buahan
banyak sekali, termasuk diantaranya adalah pepaya, jeruk, semangka, kembang
kol, brokoli, anggur, lemon, strowberi (Gropper S et al., 2005).
2.2.2 Hewani
Mayoritas spesies binatang dan tumbuhan mensintesis vitamin C-nya sendiri.
Tetapi tidak semua hasil binatang merupakan sumber dari vitamin C. Vitamin C
banyak terdapat dihati dan sedikit ada diotot (Clark, et al., 2007).
2.3 Metode Analisis Vitamin C (Asam Askorbat)
Untuk mengetahui kadar vitamin C digunakan metode titrasi redoks berupa titrasi
langsung yang menggunakan iodium (titrasi iodimetri). Pada praktikum ini, Asam askorbat
dalam sampel dapat dideteksi secara cepat dengan menggunakan betadine. Pada kemasan
betadine tertera bahwa betadine mengandung povidone iodine 10% yang setara dengan
iodine 1%. Iodine ini lah yang sebenarnya menjadi indikator, karena reaksi antara asam
askorbat dalam vitamin C dan iodin akan menghilangkan warna dari iodine.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Pipet tetes
2. Gelas air minelar bekas
3. Sendok
Bahan
1. Air
2. Tablet Vitamin C 50 mg
3. Buah lemon
4. Betadine
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Kontrol Positif
Dibuat larutan vitamin C dengan cara melarutkan 20 butir tablet vitamin C 50
mg ke dalam 10 ml air (1 sendok makan).
3.2.2 Pembuatan Sampel
Bahan yang akan di uji dihaluskan terlebih dahulu dengan cara di parut lalu
disaring
untuk mendapatkan sarinya.
3.2.3 Pengujian
1. Masukkan 1 sendok larutan betadine ke dalam gelas air mineral bekas.
2. Teteskan masing-masing larutan sampel maupun kontrol positif pada
larutan betadine sampai warna betadine hilang.
3. Catat jumlah tetesan yang dibutuhkan pada masing-masing pengujian.
3.3 Hasil Pengamatan
No. Keterangan Foto
1. Pembuatan larutan betadine, yaitu dengan 5
tetes betadine yang ditambahkan air
sebanyak 2 sendok makan kemudian dibagi
menjadi 2 wadah.
2. Alat dan bahan :
Betadine, buah lemon, dan larutan vitamin
C 50 mg (20 butir + 1 sendok air).

3. Pengujian kontrol positif didapatkan hasil


bahwa dibutuhkan 3 tetes larutan vitamin C
50 mg untuk menghilangkan warna pada
larutan betadine. (warna kuning dihasilkan
dari larutan vitamin C)

4. Pengujian sampel buah lemon didapatkan


hasil bahwa dibutuhkan 65 tetes perasan
sari buah lemon untuk menghilangkan
warna pada larutan betadine.

5. Warna larutan betadine sebelum diteteskan Larutan betadine

kontrol positif dan sampel buah lemon.


BAB IV
PEMBAHASAN

Vitamin C merupakan antioksidan, dimana antioksidan adalah zat yang dapat


menangkal radikal bebas. Vitamin C banyak terdapat pada buah dan sayur. Kekurangan
Vitamin C dapat menyebabkan gejala ringan seperti kelelahan, anoreksia, nyeri otot, lebih
mudah stress, dan infeksi, sedangkan kekurangan Vitamin C berat dapat menyebabkan
Penyakit skorbut yang ditandai pendarahan pada gusi, lemah, anemia, dan nyeri sendi.

Vitamin C merupakan Vitamin yang larut dalam air, maka dari itu pada penelitian ini
digunakan pelarut air. Sampel yang digunakan adalah buah lemon dan juga digunakan
larutan Vitamin C sebagai kontrol positifnya. Sampel buah lemon yang diteteskan pada
larutan betadine sebanyak 65 dihasilkan perubahan warna yaitu dari merah kecoklatan
menjadi putih keruh. Adapaun kontrol positif yang diteteskan pada larutan betadine
sebanyak 3 tetes menghasilkan perubahan warna yaitu dari merah kecokelatan menjadi
kuning pucat (melebihi titik ekuivalen).
BAB V

KESIMPULAN

Asam askorbat dalam sampel dapat dideteksi secara cepat dengan menggunakan betadine. Pada
kemasan betadine tertera bahwa betadine mengandung povidone iodine 10% yang setara
dengan iodine 1%. Iodine ini lah yang sebenarnya menjadi indikator, karena reaksi antara asam
askorbat dalam vitamin C dan iodin akan menghilangkan warna dari iodine.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengujian kandungan


Vitamin C menggunakan betadine bekerja secara efektif karena terjadi perubahan warna
setelah dilakukan penambahan beberapa tetes sampel buah dan kontrol positif pada larutan
betadine.
DAFTAR PUSTAKA

Falutfi, R. (2018). PENENTUAN KADAR VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI. LAPORAN


PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II, 1-3.

Marbun, C. (2018). PENETAPAN KADAR VITAMIN C DALAM BAYAM MERAH (Amaranthus Tricolor L)
SECARA TITRASI IODIMETRI. Karya Tulis Ilmiah, 28-29.

Anda mungkin juga menyukai