Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

Disusun Oleh:

Nama : Anggi Sabina Munthe


Nim : P07524122053
Kelas : 1B

PROGRAM STUDI D_-III KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
T.A 2022/2023
A. Tujuan Percobaan
1. Untuk mensintesis senyawa organic pada uji vitamin C.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya vitamin C pada sampel.
B. Dasar Teori
Vitamin adalah senyawa organik tertentu yang dibutuhkan orang dalam
jumlah kecil dalam makanan mereka, tetapi vitamin sangat penting untuk reaksi
metabolisme dalam sel, dan penting untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan
kesehatan. Menurut sifat fisiknya, vitamin dapat dibedakan menjadi vitamin yang
larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D,
E, K). Vitamin ini ditemukan di bagian makanan yang berlemak dan berminyak.
Vitamin ini hanya bisa dicerna oleh empedu karena tidak larut dalam air (Syahruddin,
2007).
Vitamin C atau asam askorbat adalah senyawa organik yang berasal dari gula
sendiri, memiliki berat molekul 178, rumus molekul C 6H8O6, dan titik leleh 190-192
0
C. Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam berat molekul aseton dan alkohol dan
logam akan membentuk garam. Larutan ini sangat rentan terhadap oksidasi dalam
kondisi basa, katalis besi dan tembaga, oksidase askorbat, suhu ringan dan tinggi,
peka terhadap panas, kristal putih stabil dalam kondisi asam (pH rendah) dan kondisi
kristalisasi kering, agen reduksi kuat, rasa asam, mudah teroksidasi menjadi asam
dehydroascorbic, tetapi mudah direduksi menjadi asam askorbat, tidak berasa
(Thamrin, 2012).
Vitamin sendiri tidak dapat diproduksi di dalam tubuh, tetapi dapat ditemukan
dalam makanan seperti buah-buahan dan sayuran. Vitamin khususnya vitamin C
mudah rusak, sehingga kandungan vitamin C di dalam tubuh jauh lebih sedikit,
sehingga perlu untuk menggunakan dan menangani vitamin dengan benar (Khomsan,
2010).
Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama-tama, fungsi
vitamin C adalah mensintesis kolagen. Karena vitamin C memiliki hubungan yang
sangat penting dalam pembentukan kolagen. Karena hidroksilasi prolin dan lisin
menjadi hidroksiprolin membutuhkan vitamin C yang merupakan komponen penting
dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
mempengaruhi keutuhan struktur sel di semua jaringan ikat (seperti tulang rawan,
matriks tulang, gigi, membran kapiler, kulit, dan tendon) (Guyton, 2007).
Saat mengolah makanan dengan benar, ada baiknya mengetahui kandungan
vitamin yang ada di dalam makanan tersebut, terutama kandungan vitamin C, karena
dipercaya dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimiawi secara keseluruhan dan begitu
juga dengan kualitas buah-buahan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
yang lebih mendalam terhadap kandungan vitamin C tersebut untuk mengetahui
kandungan vitamin C pada makanan tersebut. (Widajanti, 2017).
Iodin dan iodium dalam vitamin C digunakan sebagai indikator vitamin C, dan
berperan penting dalam pembentukan hidroksiprolin dan hidroksisin yang merupakan
komponen kolagen. Vitamin C adalah zat pereduksi yang kuat dan dapat ditentukan
dengan titrasi yodium sesuai dengan sifat yang ditentukan. Indikator yang digunakan
adalah pati dengan iodium standar yaitu 1 ml 0,01 N dan iodium setara 0,8 asam
askorbat. (Anna Poedjiadi, 1994).
Penentuan kadar vitamin C dapat ditentukan dengan titrasi. Jenis titrasi yang
digunakan adalah metode titrasi iodium yang termasuk dalam titrasi redoks dengan
menggunakan pati sebagai indikatornya. Sebenarnya titrasi ini bisa dilakukan tanpa
indikator, karena ketika titik akhir tercapai, warna iodium dalam titrasi menghilang.
Warna-warna yang muncul adalah coklat tua sampai terang, kemudian kuning, kuning
muda, sampai warna tersebut hilang sama sekali (Harjadi, 1986).
C. Alat dan Bahan
a. Alat
- Gelas 3 buah
- Sendok 4 buah
- Mangkok 1 buah
- Saringan 1 buah
- Talenan 1 buah
- Pisau 1 buah
b. Bahan
- Vitacimin 1 tablet
- You C 1000 secukupnya
- Buah Pear (Pyrus pyrifolia) 1 buah
- Betadine 1 buah
- Air secukupnya

D. Prosedur Kerja

siapkan alat dan bahan

1.Mengupas buah dan memotong dengan pisau

2.Membuat ekstrak buah dengan penyaring

3.Mengisi masing- masing gelas dengan sample dengan volume yang sama ,

Lalu masukkan 1 tablet vitacimin kedalam gelas yang berisi air

4.Menetesi masing-masing gelas dengan betadine sebanyak 10 tetes

5.Aduk semua sample dengan perlahan

6.Amati perubahan yang terjadi


E. Data Pengamatan

NO Pereaksi : Iodium Betadine Hasil Pengamatan


Pengujian Vitamin C Ada/tidaknya Vit.C
1. Vitamin C Tablet Ditetesi iodine 10 Ada
tetes
2. Ekstrak Buah Pear (Pyrus pyrifolia) Ditetesi iodine 10 Ada
tetes
3. Minuman sintesis vitamin C Ditetesi iodine 10 Ada
You C 1000 tetes

F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Vitamin adalah senyawa organik tertentu yang dibutuhkan orang dalam
jumlah kecil dalam makanan mereka, tetapi vitamin sangat penting untuk reaksi
metabolisme dalam sel, dan penting untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan
kesehatan. Menurut sifat fisiknya, vitamin dapat dibedakan menjadi vitamin yang
larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D,
E, K). Vitamin ini ditemukan di bagian makanan yang berlemak dan berminyak.
Vitamin ini hanya bisa dicerna oleh empedu karena tidak larut dalam air (Syahruddin,
2007).
Gunakan betaine sebagai indikator vitamin C untuk menguji kadar vitamin C.
Pada kemasan betadine, kandungan betaine adalah 10% povidone iodine yang setara
dengan 1% iodine. Di sini, iodium adalah indikator, yang bereaksi setetes demi setetes
dengan asam askorbat untuk menghilangkan warna iodium.
Dalam praktikum ini bahan atau sample yang digunakan untuk menguji
kandungan vitamin C adalah minuman sintesis vitamin C di mana saya menggunakan
You C 1000 lemon, untuk vitamin C tablet saya menggunakan produk Vitacimin, dan
terakhir ekstrak buah menggunakan buah Pear (Pyrus pyrifolia). Ketiga sample
tersebut akan saya uji dengan menggunakan betadine yang mengandung 10 %
povidone iodine.
Dari hasil pengujian larutan iodine (betadine) jika dicampurkan atau di tetesi
vitamin C (asam askorbat) akan menghasilkan molekul asam askorbat yang mengikat
molekul iodine dalam larutan. Hal tersebut dapat terjadi karena molekul vitamin C
lebih besar apabila dibandingkan dengan molekul iodine. asam askorbat yang
menyusun Vitamin C akan bereaksi dengan ion iodin, dan menetralkan ion ini
sehingga hilang warna, rasa dan baunya. Semakin banyak kandungan vitamin C pada
sample apabila ditetesi iodine maka larutan sample akan menjadi lebih jernih, dan
semakin sedikit kandungan vitamin C pada sample maka perubahan warna pada
larutan akan terlihat sedikit berubah.

Pada sample vitamin tablet yang mana saya megunakan produk vitacimin
perubahan warna sangat jelas terlihat saat vitacimin saya masukan kedalam air yang
sudah saya tetesi sebanyak 10 tetes betadine. Warna air yang asalnya coklat berubah
menjadi jernih, hal ini menandakan bahwa vitamin C pada produk vitacimin mengikat
molekul iodine pada larutan. Dalam label produk kemasan tertera bahwa produk ini
mengandung vitamin C sebanyak 500 mg dengan rasa lemon. Hal ini menandakan
bahwa produk tersebut terbukti mengandung vitamin C.
Selanjutnya pada sample ekstrak buah pear saya menggunakan pear asia
(Pyrus pyrifolia) di mana pear jenis ini mengandung banyak air. Ekstrak dari pear ini
bewarna putih pucat agak coklat sedikit. Setelah saya tambahkan betadine sebanyak
10 tetes perubahan warna yang terlihat tidak terlalu signifikan, terlihat warna ekstrak
sedikit lebih jernih dibandingkan pada saat belum diberi betadine. Hal ini
menandakan bahwa buah pear mengandung vitamin C yang tidak terlalu banyak.
Dalam 100 gr buah pear mengandung vitamin C sebanyak 4,3 mg. Kandungan
vitamin C dalam buah-buahan memang tidak setinggi vitamin C dalam tablet. Namun
jika dilihat dari kebutuhan vitamin C 100mg/hari, konsumsi buah sudah mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan vitamin C. Ditambah lagi di dalam buah-buahan banyak
juga terdapat zat lain yang juga berguna bagi tubuh. Sehingga juga dapat memenuhi
kebutuhan zat lain selain vitamin C.
Pada sample terakhir yaitu minuman sintesis vitamin C saya menggunkaan
produk You C 1000 rasa lemon. Saat saya menambahkan betadine pada larutan
terlihat larutan sedikit berubah warna, apabila dibandingkan dengan eksrtrak buah
perubahan ini terlihat lebih jernih, tetapi tidak sampai seperti produk vitacimin.
Dalam label produk tertera bahwa produk mengandung vitamin C sebanyak 1000 mg.
Tetapi pada produk terdapat komposisi lain seperti gula 16 g, Natrium 100 mg,
vitamin B1 1 mg, vitamin E 2 mg, Niacin 2 mg, mengandung <10 % sari buah lemon,
soda, pewarna kuning Benibana, dan air 140 ml. Perubahan warna yang tidak terlalu
signifikan mungkin di sebabkan oleh kandungan pewarna sintesis yang terkandung
pada kemasan.
G. Kesimpulan
Dari praktikum analisis uji vitamin C yang telah dilakukan didapat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada uji vitamin C kita dapat mensintesis senyawa organic dengan
menggunakan betadine (iodine) di mana iodine akan bereaksi dengan
vitamin C.
2. Vitamin C pada sample dapat diketahui dengan menggunakan iodine, di
mana iodine berperan sebagai indikator ada atau tidaknya vitamin C pada
sample. Terlihat dengan perubahan warna yang terjadi menjadi jernih
apabila sample mengandung vitamin C.
H. Daftar Pustaka

Anna Poedjiadi, F. T. (1994). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.


Guyton. (2007). Biokimia untuk Pertanian. Medan: USU Press.
Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Khomsan, A. (2010). Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Syahruddin. (2007). Biokimia. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin.
Thamrin, H. (2012). Penuntun Praktikum Kimia Pangan. Padang: Poltekkes Kemenkes.
Widajanti, L. (2017). Petunjuk Praktikum Analisis Zat Gizi Edisi Ketiga. Semarang:
Laboratarium Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

sumber: https://youtu.be/PuCcrrl-W88

Anda mungkin juga menyukai