Anda di halaman 1dari 9

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Seri Prosiding Ilmu Kesehatan & Kedokteran, Jilid 2 Prosiding


Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Internasional ke-2 ISBN:
978-623-5729-19-0, ISSN: 2808-1021

Pengaruh Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin


Terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Pataruman III Kota Banjar
Mentari Ramadhini1, Citra Hadi Kurniati2
Departemen Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Indonesia
1,2

INFO PASAL ABSTRAK


Masa nifas mengacu pada 42 hari pertama setelah melahirkan. ASI
Sejarah artikel: mengandung nutrisi yang paling tepat dan lengkap. Selain itu selalu
DOI: menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Ada beberapa manfaat ASI bagi bayi,
jumlah kalori dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi, ASI mengandung zat
10.30595/pshms.v2i.227
pelindung, dan memperkuat ikatan antara ibu dan bayinya. Perawatan
payudara merangsang prolaktin, hormon yang membantu produksi ASI untuk
Dikirim: memperlancar ASI. Pijat oksitosin merangsang hipofisis posterior untuk
6 Desember 2021 melepaskan oksitosin sehingga produksi ASI meningkat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin
Diterima: terhadap produksi ASI ibu nifas. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
21 Januari 2022 adalah metode pra-eksperimental dengan desain two-group pretest-posttest.
Responden penelitian sebagian besar berusia 20-35 tahun, multipara, dan
Diterbitkan:
tamatan SMP dan SMA. Sebelum dilakukan perawatan payudara dan pijat
oksitosin pada masing-masing 27 (93%) dan 24 (86%) ibu nifas, sebagian besar
26 Januari 2022
memiliki persediaan ASI yang rendah. Sedangkan setelah diberikan perlakuan
pada 27 (93%) ibu nifas dengan perawatan payudara, dan 24 (86%) ibu nifas
Kata kunci: dengan pijat oksitosin, sebagian besar responden mempunyai produksi ASI
yang lebih baik. Uji Mann Whitney yang dilakukan setelah perawatan payudara
Air susu ibu; Perawatan payudara; dan pijat oksitosin menunjukkan nilai pvalue sebesar 0,000 (p<0,05) untuk
Pijat oksitosin; Masa kedua variabel. Terdapat pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin
pascapersalinan terhadap produksi ASI ibu nifas.

Karya ini dilisensikan di bawah aLisensi Internasional Creative


Commons Atribusi 4.0 .

Penulis yang sesuai:


Citra Hadi Kurniati,
Departemen Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Jalan Soepardjo Rustam KM. 7, Banyumas, Indonesia
Surel:citrahadi85@gmail.com

1. PERKENALAN
Masa nifas merupakan masa yang dimulai sejak lahirnya plasenta dan bayi sampai dengan 6 minggu atau
42 hari. Pada masa ini merupakan masa penting dalam kehidupan seorang ibu dimana pada masa nifas seorang ibu
mengalami berbagai macam perasaan yaitu perasaan bahagia karena berhasil mempunyai anak, namun ada kalanya
timbul perasaan bingung dengan tanggung jawab baru yang harus ditanggung seorang ibu. sering mengalami
kelelahan yang dapat mengakibatkan menurunnya produksi ASI. [1]
Permasalahan yang dihadapi ibu nifas yang sedang menyusui umumnya terjadi pada dua minggu
pertama masa nifas. Saat ini sangat diperlukan pengawasan dan perhatian para tenaga kesehatan khususnya
bidan agar permasalahan ASI dapat segera diatasi, agar tidak menjadi penyempurna atau menyebabkan
kegagalan pemberian ASI. [2]
Permasalahan nifas ibu terkait ASI masih terjadi di beberapa daerah yang belum tercapai secara
eksklusif. Secara nasional, cakupan bayi mendapatkan ASI Eksklusif pada tahun 2019 sebesar 67,74%. Angka
tersebut telah melampaui target Renstra 2019 sebesar 50%. Persentase cakupan ASI eksklusif tertinggi
terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (86,26%), sedangkan persentase terendah terdapat di Papua Barat

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


ISBN: 978-623-5729-19-0 83

Provinsi (41,12%) Terdapat empat provinsi yang belum mencapai target Renstra 2019, yaitu Gorontalo,
Maluku, Papua, dan Papua Barat. [3]
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu masa nifas dini, masa nifas intermedia, dan masa nifas
masa nifas jarak jauh. Masa nifas dini merupakan masa pemulihan dimana ibu sudah diperbolehkan berjalan. Puerperium
intermedia merupakan pemulihan sempurna alat kelamin luar dan dalam yang berlangsung selama 6-8 minggu. Masa nifas
jarak jauh merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bagi ibu pada masa kehamilan atau
persalinan yang mengalami komplikasi. [4]
Tujuan masa nifas adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikis,
melakukan skrining secara menyeluruh, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk jika terjadi komplikasi pada
ibu atau bayinya dan memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan diri. perawatan, gizi, keluarga
berencana, pemberian ASI, atau pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat. [4]
Program dan kebijakan teknis pasca melahirkan yaitu kunjungan 1 (6 – 8 jam) dimana bidan memastikan
bahwa ibu memberikan ASI di awal-awal menjadi seorang ibu dan mengajarkan bagaimana mempererat tali
silaturahmi antara ibu dan bayi yang baru lahir. Kunjungi 2 (6 hari pasca melahirkan), yaitu memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda komplikasi. Kunjungan ke 3 (2 minggu pasca melahirkan) untuk
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda komplikasi dan Kunjungan 3 (6 minggu pasca
melahirkan) untuk menanyakan kepada ibu mengenai komplikasi yang dialaminya atau bayinya. [4]
Peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas adalah bidan mampu memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling kepada klien tentang mengatasi permasalahan kesehatan khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak. Asuhan yang diberikan oleh bidan memberikan pelayanan konsultasi, walaupun
telah dipersiapkan dengan baik dan ditambah dengan pelayanan pasca melahirkan yang tepat, seringkali timbul
permasalahan menyusui yang perlu diatasi agar laktasi dapat tetap terjaga. [4]
ASI sangat penting bagi bayi karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi di awal
kehidupannya. ASI terbukti mempunyai kelebihan yang tidak dapat digantikan oleh makanan dan minuman
apapun karena ASI mengandung nutrisi yang paling tepat, lengkap dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan
bayi setiap saat. [5]
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Oleh karena itu, ASI wajib diberikan kepada bayi selama
minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan hingga 2 tahun. Tidak ada satupun penelitian yang menolak
kebaikan dan manfaat ASI yang mengandung zat-zat yang sangat bermanfaat bagi bayi, baik zat untuk
nutrisi maupun perlindungan. [4] Secara fisiologis, pembentukan ASI terbagi menjadi 2 refleks, yaitu
refleks prolaktin dan refleks letdown.
Untuk tahapan menyusui dibagi menjadi 3 yaitu kolostrum yang muncul pertama kali
hari ketiga dikenal dengan cairan encer berwarna keemasan yang berwarna kuning atau bisa juga bening dan lebih mirip
darah dibandingkan susu, karena mengandung sel-sel hidup seperti sel darah putih yang dapat membunuh kuman, oleh
karena itu kolostrum sebaiknya diberikan pada bayi. ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum hingga
sebelum menjadi matur atau ASI matang muncul pada hari keempat hingga kesepuluh. Susu rebus muncul setelah hari
kesepuluh dan komposisinya relatif konstan. [4]
Manfaat ASI bagi bayi adalah memiliki komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang
dilahirkan, jumlah kalori yang terkandung dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan
dan ASI. mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi terhadap penyakit. Manfaat menyusui
bagi ibu antara lain mencegah perdarahan pasca melahirkan dan mempercepat involusi rahim. Manfaat
pemberian ASI bagi keluarga adalah mudah dalam pemberiannya dan menghemat biaya. Sedangkan manfaat
ASI bagi negara adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi rumah sakit
dan mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula. [4]
Permasalahan ibu dalam menyusui adalah kurangnya informasi, puting susu terbalik, payudara bengkak,
puting sakit, saluran susu tersumbat, radang payudara, abses payudara, ibu pasca operasi caesar,
ibu dengan penyakit dan ibu menyusui yang hamil lagi. [6]
Tanda bayi mendapat ASI cukup yaitu bayi menyusu kuat-kuat lalu terjatuh
tidur minimal 8-12 kali dalam 24 jam, payudara terasa lebih lembut dari sebelumnya, buang air besar 2-5 kali dan
buang air kecil 6-8 kali, berat badan bayi ideal dan TBC, daya tahan tubuh membaik dan perkembangan motorik baik.
Waktu menyusui rata-rata 10-12 kali setiap 24 jam.
Volume ASI saat menyusui saat lahir sampai 5 ml 3 – 8 kali menyusui, dalam 24 jam 7 – 123 ml/hari
dalam 5 – 10 kali menyusui, antara 2 – 6 hari yaitu 395 – 868 ml/hari dalam 6 – 18 kali menyusui. Upaya
memperbanyak ASI adalah dengan mempertemukan bayi dan ibu, mengajarkan cara merawat payudara dan
memijat oksitosin, membantu ibu pada awal menyusui, memberikan ASI pada bayi sesering mungkin, dan
hanya memberikan kolostrum dan ASI. dan hindari “dot dot”. [7]
Faktor yang mempengaruhi terhambatnya proses menyusui adalah faktor bayi dan ibu
faktor. Faktor ibu antara lain, kurang atau salah informasi, puting rata atau terbenam, nutrisi, nyeri pada puting,
puting lecet, payudara bengkak, mastitis atau abses payudara (Setiowati, 2017). Faktor yang dapat mempengaruhi

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


84 ISBN: 978-623-5729-19-0

kelancaran produksi dan pengeluaran ASI adalah perawatan payudara, pijat oksitosin, frekuensi
menyusui, paritas, stres, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, dan
asupan gizi. [1]
Perawatan payudara merupakan suatu stimulasi yang dapat diberikan untuk merangsang produksi ASI. Perawatan payudara adalah salah satu caranya

memberikan rangsangan pada otot payudara untuk memperlancar ASI yang terdiri dari pembersihan dan
rangsangan pada puting susu, pijat payudara dan kompres payudara. [8]
Tujuan perawatan payudara antara lain melancarkan peredaran darah dan mencegah penyumbatan
saluran susu sehingga memperlancar keluarnya ASI, menjaga payudara tetap bersih dan terawat (puting susu)
karena pada saat menyusui payudara ibu akan bersentuhan langsung dengan payudara. mulut bayi, hindari puting
dan perawatan payudara yang sakit dan terinfeksi. menjaga keindahan bentuk payudara. [4]
Perawatan payudara pada masa nifas sebaiknya dimulai sedini mungkin. 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan 2 kali
sehari sebelum mandi. Prinsip perawatan payudara adalah dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama pada bagian
puting, menggunakan bra yang menopang dan tidak memberi tekanan dan pemberian ASI tetap dilakukan dengan mengutamakan
pada bagian puting yang tidak lecet. [4]
Selain perawatan payudara yang dapat merangsang produksi ASI, ada juga metode pijat yang dapat
merangsang hormon oksitosin yang berguna untuk memperlancar dan meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin
merupakan tindakan pemijatan pada tulang belakang yang dimulai dari saraf ke 5 – 6 hingga ke tulang belikat yang
akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang agar keluar
oksitosin. [9]
Manfaat pijat oksitosin adalah mempercepat penyembuhan luka akibat implantasi plasenta,
mencegah perdarahan postpartum, mempercepat proses involusi uterus, meningkatkan produksi
ASI, meningkatkan kenyamanan pada ibu menyusui, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan
keluarga.[9]
Efek fisiologis dari pijat oksitosin adalah merangsang kontraksi otot polos rahim baik pada saat
persalinan maupun setelah melahirkan sehingga dapat mempercepat proses involusi uterus. Produksi
ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu menyusui. Ketika ibu menyusui merasa nyaman dan
rileks, pelepasan oksitosin dapat berlangsung dengan baik. Ada titik-titik yang dapat memperlancar
pemberian ASI, antara lain tiga titik pada payudara, yaitu titik di atas puting, titik tepat di puting, dan
titik di bawah puting. Dan titik di bagian belakang yang sejajar dengan payudara. Pijat perangsang
oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin guna memperlancar
pemberian ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu. Pijat oksitosin dilakukan 2 kali sehari selama kurang
lebih 2-3 menit pada sore dan malam hari selama 7 hari berturut-turut. Efek pijat oksitosin sendiri
terlihat pada reaksi setelah 6-12 jam pemijatan. [1]
Penelitian awal dilakukan di Puskesmas Pataruman III Kota Banjar pada tahun 2020 terdapat
permasalahan pada ibu nifas dalam menyusui. Permasalahan yang dihadapi ibu nifas adalah ASI yang keluar
sedikit, ASI yang keluar tidak banyak sehingga ibu tidak menyusui dan memilih susu formula serta ibu yang
belum mengetahui perawatan payudara dan pijat oksitosin. Cakupan ASI di Puskesmas Pataruman III kota
banjar mencapai 58%. Angka tersebut telah melampaui target renstra sebesar 50%. Meskipun cakupan ASI di
Puskesmas Pataruman III Kota Banjar telah melampaui target Renstra, namun masih terdapat ibu yang
mengalami kendala dalam menyusui dan ibu yang belum mengetahui tentang perawatan payudara dan pijat
oksitosin. Sehubungan dengan kondisi dan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran Produksi
ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman III Kota Banjar”.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimental dengan desain two-group pretest-posttest. Ini
penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pataruman III Kota Banjar Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu yang melahirkan pada bulan April – Mei 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman III Kota Banjar.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. [10] Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah suatu teknik ketika seluruh anggota populasi
dijadikan sampel. [11] Instrumen penelitian dengan variabel perawatan payudara dan pijat oksitosin adalah standar
operasional prosedur (SOP) dan untuk instrumen penelitian pada variabel pengeluaran produksi ASI adalah lembar
observasi dan alat suntik dengan satuan cc. Teknik analisis data terdiri dari dua analisis yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik masing-masing
variabel penelitian dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Sedangkan untuk analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui efek setelah diberikan payudara
perawatan perawatan dan pijat oksitosin pada produksi ASI. Setelah dilakukan Uji Normalitas ditemukan data
tidak berdistribusi normal sehingga penelitian ini menggunakan Mann Whitney yang merupakan

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


ISBN: 978-623-5729-19-0 85

Uji non parametrik, uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada
kedua kelompok. Izin penelitian Etika penelitian penelitian pada komisi etik penelitian kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto dengan nomor pendaftaran KEPK/UMP/72/IV/2021 etika penelitian dalam penelitian ini
adalah peneliti harus menghormati kebebasan atau kemandirian responden dalam mengambil keputusan, peneliti
menerapkan asas keadilan dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian, serta mempunyai kesempatan untuk
berpartisipasi dan diperlakukan secara adil dan setara dalam penelitian, peneliti memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan kerugian, dan Peneliti harus mencegah terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diharapkan
dalam penelitian, baik secara fisik atau psikologis bagi peserta. [12]

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia, Pendidikan, dan Paritas Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Pataruman III Kota Banjar
Perawatan Payudara Pijat Oksitosin
TIDAK Karakter dari Frekuensi Hadiah Frekuensi
Hadiah
(orang) (%) (orang)
(%)
Usia
1 <20 tahun 1 3% 2 7%
2 20 – 35 tahun 21 72% 23 82%
3 > 35 tahun 7 25% 3 11%
Total 29 100% 28 100%
Keseimbangan

1 Primipara 10 34% 9 32%


2 Multipara 19 66% 19 68%
Total 29 100% 28 100%
Pendidikan
1 Sekolah dasar 2 24% 7 25%
Muda Tinggi
2 9 31% 9 32%
Sekolah
Senior tinggi
3 13 45% 7 25%
Sekolah
4 Sarjana - - 5 18%
Total 29 100% 28 100%
Sumber: Data Primer 2021

Pada tabel 1 diketahui bahwa dari 29 responden kelompok perawatan payudara sebagian besar berusia
20-35 tahun sebanyak 21 (72%) responden, sedangkan untuk usia <20 tahun sebanyak 1 (3%) responden. dan umur
>35 tahun sebanyak 7 (25%) responden. Pada kelompok pijat oksitosin sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak
23 (82%) responden, sedangkan untuk usia <20 tahun sebanyak 2 (7%) responden dan berusia >35 tahun yaitu 3
( 11%) responden.
Untuk karakteristik paritas, pada kelompok perawatan payudara terbanyak adalah multipara yaitu sebanyak 19 (66%)
responden, sedangkan pada primipara sebanyak 10 (34%) responden dan pada kelompok pijat oksitosin sebagian
besar juga multipara yaitu 19 (68%) responden sedangkan pada primipara sebanyak 9 (32%) responden.
Untuk karakteristik pendidikan, pada kelompok perawatan payudara sebagian besar
respondennya adalah SMA sebanyak 13 (45%) responden, SD sebanyak 7 (24%) responden, SMP
sebanyak 9 (31%) responden dan Pada kelompok pijat oksitosin sebagian besar respondennya adalah
SMP sebanyak 9 orang (32%), responden SD sebanyak 7 orang (25%), responden SMA sebanyak 7 orang
(25%) dan lulusan S1 sebanyak 5 orang (18%).

2. Analisis Univariat

Tabel 2. Distribusi Pengeluaran Produksi ASI pada Ibu Nifas sebelum dan sesudah
PayudaraCberada di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman III Kota Banjar
Variabel Dada susu Total Persentase dari
Produksi
Dada Saat Ini Sebelumnya 2 7%

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


86 ISBN: 978-623-5729-19-0

peduli Tidak lancar 27 93%


Sebelum
Total 29 100%
Saat Ini Setelah 27 93%
Dada
Tidak lancar 2 7%
peduli
Setelah

Total 29 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa produksi ASI pada ibu nifas sebelum perawatan
payudara sebagian besar berada pada kategori tidak lancar sebanyak 27 (93%) responden dan 2 (7%)
responden produksi ASI lancar. Sedangkan pada ibu nifas pasca perawatan payudara sebagian besar berada
pada kategori sedang yaitu sebanyak 27 (93%) responden dan 2 (7%) responden produksi ASInya tidak lancar.

Tabel 3. Distribusi Biaya Produksi ASI pada Ibu Nifas Sebelum dan Sesudah Pijat Oksitosin
di Puskesmas Pataruman III Banjar
susu Total Persentase dari
Variabel produksi
Saat Ini Sebelumnya 4 14%
pijat
Tidak lancar 24 86%
Oksitosin
Sebelum
Total 28 100%
Saat Ini Setelah 25 89%
pijat
Tidak lancar 3 11%
Oksitosin
Setelah

Total 28 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel III diatas terlihat bahwa produksi ASI pada ibu nifas sebelum pijat oksitosin
sebagian besar berada pada kategori tidak lancar sebanyak 24 (86%) dan 4 (14%) responden produksi
ASI lancar. Sedangkan pasca pijat oksitosin pada ibu nifas menunjukkan produksi ASI pada ibu nifas
setelah pijat oksitosin sebagian besar berada pada kategori lancar sebanyak 25 (89%) responden dan 3
(11%) responden produksi ASInya kurang lancar.

3. Analisis bivariat

Meja4. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Shapiro – Wil tes k
Variabel P – nilai Keterangan
Sebelum Perawatan Payudara 0,000 Abnormal
Setelah Perawatan Payudara 0,001 Abnormal
Sebelum pijat 0,001 Abnormal
Oksitosin
Setelah pijat 0,014 Abnormal
Oksitosin
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Uji Normalitas dengan Shapiro – Wilk pada variabel sebelum payudara
perlakuan p - value 0,000 kemudian setelah perawatan payudara p - value 0,001, dan sebelum pijat oksitosin p - value
0,001 dan setelah pijat oksitosin p - value 0,014. Hal ini menunjukkan p-value lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan keempat variabel tidak berdistribusi normal sehingga peneliti akan menggunakan Uji Mann Whitney.

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


ISBN: 978-623-5729-19-0 87

Tabel 5. Pengaruh Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran Produksi ASI pada PT
Pascapersalinanm Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman III Ba Kota njar
TIDAK susu Setelah Berarti Berarti Tanda tangan (2-ekor)

Produksi Sebelum Setelah


1 Perawatan Payudara 15,26 43,74 0,000
2 Pijat 15,00 42,00 0,000
Oksitosin
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hasil analisis data dengan Uji Mann Withney pada tabel 5 diatas
menunjukkan bahwa rata-rata produksi ASI pada kelompok perawatan payudara lebih lancar dibandingkan tanpa perawatan
payudara yaitu 43.74 > 15.26 dan Sig (2 – tailed) 0.000 < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh perawatan payudara terhadap
produksi ASI. pada ibu pasca melahirkan.
Untuk hasil analisis data menggunakan uji Mann Withney pada tabel 5 diatas menunjukkan bahwa
rata-rata produksi ASI pada kelompok pijat oksitosin adalah 42,00 > 15,00 dan Sig (2 – tailed) 0,000 < 0,05 yang
berarti terdapat pengaruh. pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman III Kota Banjar pada bulan
April – Mei 2021 jumlah responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas sebanyak 57 orang, terdiri dari ibu nifas kelompok
perawatan payudara sebanyak 29 orang dan 28 orang ibu nifas kelompok perawatan payudara. ibu nifas dalam kelompok
pijat oksitosin.

1. Karakteristik Responden
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian ibu nifas usia 20-35 tahun terbanyak pada kelompok perawatan payudara
menunjukkan 21 (82%) ibu nifas dan kelompok pijat oksitosin menunjukkan 23 (82%) ibu nifas, di Wilayah Kerja Pataruman
III. Puskesmas Kota Banjar. Penelitian ini sebagian besar terjadi pada usia 20-35 tahun, dimana pada usia 20-35 tahun
merupakan masa sehat bagi seorang wanita untuk dapat bereproduksi dan memiliki fungsi tubuh yang sehat. Menurut
penelitian Pranajaya (2013) mengatakan bahwa usia reproduksi yang sehat adalah usia 20-35 tahun dimana usia tersebut
merupakan masa terbaik untuk hamil, melahirkan dan menyusui.
B. Karakteristik Responden berdasarkan Paritas
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu nifas pada kelompok perawatan payudara menunjukkan
19 (66%) ibu nifas multipara dan kelompok pijat oksitosin menunjukkan 19 (68%) ibu nifas multipara di Wilayah Kerja
Puskesmas Pataruman III. Kota Banjar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar paritas multipara
dimana ibu nifas dengan paritas multiparitas sudah mempunyai pengalaman dalam menyusui, secara fisiologis ibu
nifas dengan paritas multipara sudah mempunyai pengalaman menyusui.alveolisebelumnya pernah menggunakan
atau memproduksi ASI dan ibu nifas dengan paritas multiparitas sudah mempunyai kesiapan khususnya dalam
menyusui. Menurut penelitian Wijayanti (2016), ibu yang melahirkan anak kedua dan seterusnya produksi ASInya
lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran anak pertama.
C. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian kelompok perawatan payudara, sebagian besar tingkat pendidikannya adalah SMA/K,
yaitu ibu nifas sebanyak 13 (45%) dan pada kelompok pijat oksitosin mayoritas tingkat pendidikan SMP
sebanyak 9 (32%) ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas. Pataruman III Kota Banjar. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pendidikan pada ibu nifas memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi dan ibu nifas
dapat memperoleh informasi kesehatan khususnya kesehatan tentang payudara. Menurut penelitian Jannah
dkk. (2018) mengatakan bahwa pendidikan seseorang tidak dapat dijadikan pedoman bahwa seseorang akan
sukses dalam proses menyusui. Namun informasi yang benar dan diterima mengenai proses menyusui
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan proses menyusui.

2. Analisis Univariat
A. Distribusi Biaya produksi susu sebelum dan sesudah Perawatan Payudara di Ibu Kota Puskesmas
Pataruman III Banjar
Pada penelitian yang telah dilakukan pada ibu nifas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan perawatan payudara,
Terdapat 27 (93%) ibu nifas yang keluar ASInya tidak lancar berdasarkan hasil pengukuran pengeluaran ASI dengan
menggunakan rumus untuk mengetahui persentase yang dicapai. Kemudian ibu nifas diberikan perlakuan perawatan
payudara selama ± 20 menit, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan perawatan payudara terdapat 27 (93%) ibu nifas
mengalami kelancaran produksi ASI berdasarkan hasil pengukuran pengeluaran ASI menggunakan susu formula untuk
mengetahui persentase yang dicapai. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa perawatan payudara dapat
meningkatkan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas dengan baik. Berdasarkan

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


88 ISBN: 978-623-5729-19-0

Penelitian Yuniarti (2018) mengatakan dalam penelitiannya bahwa intervensi perawatan payudara mampu
memberikan efek peningkatan volume ASI pada ibu nifas.
Hormon prolaktin yang dihasilkan dari perawatan payudara inilah yang membantu produksi ASI sehingga payudara ibu
menjadi penuh dan merangsang produksi ASI. Perawatan payudara merupakan suatu stimulasi yang dapat diberikan untuk
merangsang produksi ASI. Hal ini sejalan dengan teori Indrayani & Ph. (2019) bahwa perawatan payudara adalah suatu cara
memberikan rangsangan pada otot payudara untuk memperlancar pemberian ASI yang terdiri dari pembersihan, rangsangan pada
puting, pijat payudara dan kompres payudara.
Menurut penelitian Yuniarti (2018), secara fisiologis pada hari ketiga sampai hari keenam setelahnya
melahirkan, ASI biasanya dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Secara fisiologis ASI akan keluar namun
proses pemberian ASI harus diberikan sejak bayi dilahirkan karena ASI mempunyai manfaat bagi bayi dimana
pemberian ASI hari pertama hingga kedua disebut dengan kolostrum. Menurut teori Astutik (2015) mengatakan
bahwa kolostrum sangat baik untuk bayi karena mengandung sel-sel hidup seperti sel darah putih yang dapat
membunuh kuman, oleh karena itu kolostrum sebaiknya diberikan kepada bayi. Selain itu komposisi ASI sesuai
kebutuhan bayi tidak terdapat pada minuman atau susu formula, ASI mengandung zat pelindung, ASI dapat
menunjang perkembangan penglihatan, ASI dapat mempererat ikatan ibu dengan bayi dan payudara. susu yang
diberikan minimal 6 bulan menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi menjadi lebih cepat. Selain itu, jika bayi
mendapat ASI sejak lahir akan mencegah terjadinya stunting. Inisiasi menyusui dini (IMD), kegagalan pemberian ASI
eksklusif (ASI), dan penyapihan dini merupakan faktor penyebab terjadinya stunting. [13] (Kurniati, CH, 2020).

Bila bayi terlambat mulai menyusu pada hari pertama dan kedua ibu akan memberikan susu formula,
bayi akan terbiasa diberikan susu formula, dampak yang sering terjadi adalah bayi menjadi malas menyusu
karena ASI yang dihasilkan payudara ibu sedikit karena bayi sudah terbiasa dengan porsi susu formula sejak
lahir atau bayi malas menyusut karena jumlah ASI sedikit, selain itu ibu tidak terbiasa dengan rangsangan.
Bayi yang diberikan susu formula bersama bayi secara tidak langsung akan mempengaruhi frekuensi
pemberian ASI pada bayi dimana frekuensi pemberian ASI pada bayi berkurang sehingga kerja hormon
prolaktin dalam memproduksi dan mengeluarkan ASI menurun yang menyebabkan ASI menjadi berkurang
dan menjadi tidak lancar. mulus. [14] (Wijayanti, 2016).
Oleh karena itu perawatan payudara pada penelitian ini sangat penting karena perawatan payudara akan membantu
merangsang produksi ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Jannah dkk. (2018) yang menyimpulkan bahwa perawatan payudara
merupakan suatu kebutuhan bagi ibu yang baru saja melahirkan dan tindakan yang sangat penting untuk memperlancar keluarnya
ASI dengan cara merangsang payudara akan mempengaruhihipofisis kemengeluarkan lebih banyak hormonprogesteronDan
estrogen dari biasanya, dan merangsang kelenjar susu melalui pijatan.
B. Biaya Distribusi Produksi ASI sebelum dan sesudah pijat Ibu Oksitosin di Wilayah Kerja
Puskesmas Pataruman III Banjar
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ibu nifas menunjukkan bahwa sebelum
dilakukan pijat oksitosin terdapat 24 (86%) ibu nifas keluar ASI tidak lancar berdasarkan hasil
pengukuran pengeluaran ASI dengan menggunakan rumus untuk mengetahui persentase yang dicapai.
Kemudian ibu nifas diberikan perlakuan pijat oksitosin selama ± 20 menit, hal ini menunjukkan bahwa
setelah dilakukan pijat oksitosin terdapat 25 (89%) ibu nifas mengalami produksi ASI lancar berdasarkan
hasil pengukuran pengeluaran ASI menggunakan rumus untuk mengetahui persentase yang dicapai.
Jadi dapat disimpulkan pijat oksitosin dapat meningkatkan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas
dengan baik. Terdapat pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan pijat oksitosin terhadap produksi ASI
pada ibu nifas. [15]
Ibu nifas yang diberikan pijat oksitosin akan membuat ibu merasa nyaman
sehingga akan menghasilkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin ini akan meningkatkan produksi ASI. Hormon ini
dikenal sebagai hormon cinta. Kasih sayang akan disalurkan kepada bayi melalui lancarnya produksi ASI sehingga
bayi pun mendapat kenyamanan karena ASI yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhannya. Pijat oksitosin
merupakan tindakan pemijatan tulang belakang yang dimulai dari saraf ke 5 - ke 6 sampai ke saraftulang belikatyang
akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang agar keluar
oksitosin. [16]
C. Pengaruh Pengeluaran Terhadap Produksi ASI Sebelum Dan Sesudah Perawatan Payudara Dan Pijat
Oksitosin Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman III Kota Banjar
HasilTes Mann Withneypada data perawatan payudara adalahp - nilai0,000 dengan aberartisebelum perawatan payudara
perlakuan sebesar 15,26 dan setelah diberikan perlakuan perawatan payudara sebesar 43,74. Ini menunjukkan hal itup - nilai<0,05
laluYaditerima. Dengan demikian terdapat pengaruh produksi ASI sebelum dan sesudah perawatan payudara. Sedangkan hasil darites
Mann Withneypada data pijat oksitosin adalahp - nilai0,000 dengan aberartisebelum perawatan pijat oksitosin adalah pukul 15.00 dan
setelah perawatan pijat oksitosin adalah pukul 42.00. Ini menunjukkan hal itunilai p<0,05 laluYa
diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh produksi ASI sebelum dan sesudah pijat oksitosin. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perawatan payudara dan pijat oksitosin berpengaruh terhadap produksi ASI. Ada sebuah

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


ISBN: 978-623-5729-19-0 89

hubungan sebelum dan sesudah pijat oksitosin dan perawatan payudara terhadap produksi ASI pada ibu
nifas. [16]
Dari kedua pengobatan tersebut, perlu dilakukan stimulasi hormon prolaktin dengan melakukan perawatan payudara dan
hormon oksitosin dengan pijat oksitosin. Kedua perawatan tersebut dapat memperlancar dan meningkatkan produksi ASI.
Tindakan tambahan seperti perawatan payudara dan pijat oksitosin diperlukan untuk meningkatkan produksi ASI. Kedua
tindakan ini juga membantu para ibu untuk berpartisipasi dalam program ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. [1]

Produksi ASI yang terganggu dapat ditangani secara farmakologis dan nonfarmakologis. Penggunaan
Terapi farmakologi dan non farmakologi akan membantu ibu nifas dalam memerah ASI. Namun
dengan terapi non farmakologi, ibu nifas dapat menghemat biaya kunjungan tenaga medis dan
pembelian obat pemerah ASI. Selain itu ibu nifas akan memberikan susu formula karena ASI tidak
keluar, hal ini selain akan menambah pengeluaran ibu nifas juga akan berdampak pada bayi
dimana bayi akan malas menyusu karena sudah terbiasa. diberikan ASI dengan volume keluaran
ASI yang stabil tanpa adanya upaya untuk mengeluarkannya.
Dampak lain jika bayi terlambat menyusui adalah putingnya salah sehingga saat disusui bayi akan
menolak. Oleh karena itu, perawatan payudara dan pijat oksitosin akan membantu ibu nifas merangsang
hormon prolaktin dan hormon oksitosin yang mempengaruhi produksi ASI. Terdapat pengaruh pasca
perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas. [8]

4. KESIMPULAN
A. Karakteristik berdasarkan usia sebagian besar berusia 20-35 tahun, karakteristik berdasarkan paritas
sebagian besar ibu nifas dengan paritas multiparitas dan karakteristik berdasarkan pendidikan
mempunyai pendidikan bervariasi yaitu SD, SMP, SMA, dan Sarjana.
B. Terdapat pengaruh sebelum dan sesudah perawatan payudara terhadap produksi ASI pada ibu nifas
dengan anilai dari0,000 yang berartinilai p<0,05, lalu HHaiditerima.
C. Terdapat pengaruh sebelum dan sesudah pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas dengan anilai
p dari0,000 menunjukkan hal itunilai p<0,05 lalu HHaiditerima.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam melaksanakannya
penelitian ini, baik orang tua maupun seluruh kawan seperjuangan yang telah membantu dari awal hingga akhir.

REFERENSI
[1] Astutik, "Buku Ajar Asuhan Masa Nifas dan Menyusui,”Jakarta: CV: Trans Info Media, Cetakan
Pertama, 2015.
[2] Dewi & Sunarsi,”Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas,”Jakarta: Salemba Medika, 2013.
[3] Heryana, "Etika Penelitian : Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif,"
Universitas Esa Unggul, 2020.
[4] Indrayani & Ph, "Pengaruh Pijat Oksitosin dan Pijat Payudara terhadap Produksi ASI Ibu
Nifas di RB Citra Lestari Kecamatan Bojonggede Kota Bogor Tahun 2018,"Jurnal Kualitas
Kesehatan Wanita, 2019.
[5] Jannah, dkk, "Perbedaan Efek Pijat Oksitosin dan Perawatan Payudara terhadap Produksi ASI pada
Ibu Nifas di Kota Pekalongan,"Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 2018.
[6] Kurniati, CH,”IbM Kader Aisyiyah Desa Karangnanas Dalam Pemberian ASI Ekslusif untuk
Peningkatan Gizi pada Anak Stunting,”Semnas LPPM UMP, ISBN: 978-602-6697-66-0, 2020.
[7] Heryana, "Etika Penelitian : Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif,"
Universitas Esa Unggul, 2020.
[8] Nasir, dkk, "Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan,"Yogyakarta: Nuha Medika, Cetakan
Pertama, 2011.
[9] Prasanti, "Perbedaan Produksi Asi Sebelum Dan Sesudah Pijat Oksitosin Dan Perawatan Payudara
Pada Ibu Nifas Di Rsud Dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga,"Viva Medika, 2017.
[10] Pranajaya, R. & Rudiyanti, Novita, "Penentu Produksi ASI Pada Ibu Menyusui,”Jurnal
Keperawatan, ISSN: 1907 – 0357, 2013.
[11] Putri & Sumiyati, "Mengatasi Masalah Pengeluaran Asi Ibu Post Partum Dengan Pemijatan
Oksitosin,”Jurnal Keperawatan Soedirman (Jurnal Keperawatan Soedirman), 2015.

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10


90 ISBN: 978-623-5729-19-0

[12] Sugiyono"Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods)."Bandung : CV.
Alfabeta, 2014.
[13] Sugiyono, "Memahami Penelitian Kuantitatif,"Bandung : CV. Alfabeta, 2013.
[14] Wahyuningsih, “Buku Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,”Kementrian
Kesehatan RI, Cetakan Pertama, 2018.
[15] Wijayanti & Setiyaningsih, "Efektifitas Breast Care Post Partum Terhadap Produksi ASI,”Jurnal
Kebidanan, 2016.
[16] Yuniarti, "Metode Perawatan Payudara Meningkatkan Volume Asi Pada Ibu Nifas,"Jurnal : Buletin Media
Informasi Kesehatan, 2018.

Halaman beranda lanjutan:https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/10

Anda mungkin juga menyukai