Oleh :
Siswanti
NIM : P 1337424821105
Pembimbing Institusi :
RIZKY AMELIA, S.ST, M.Kes
NIP. 198105202002122002
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI
telah diperiksa dan disahkan pada tanggal, Februari 2022
PembimbingKlinik Praktikan
Mengetahui
PembimbingInstitusi
2) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi,
wanita Indonesia umumnya mengalami menarche sekitar 12
sampai 16 tahun.
3) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
denganmenstruasi berikutnya,dalam hitungan hari. Biasanya
sekitar 23 sampai 32 hari.
a) Warna darah : warna normal : merah kehitaman
b) Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita
gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban
yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif,
namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa
pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali
mengganti pembalut dalam sehari.
c) Lama : normal 5-7 hari
d) Leukhorhea normal tidak ada leukhorrhe
d. Riwayat Persalinan dan Nifas yang Lalu
PersalinanMeliputi jenis persalinan, ditolong oleh siapa, dSana dan
bagaimankeadaan bayi, waktu lahir ada/tidaknya
penyulit.NifasMeliputi ada tidaknya penyakit/perdarahan selama nifas.
e. Riwayat Persalinan Sekarang, Meliputi paritas, riwayat aborttus,
tempat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan, masalah
dalam persalinan, keadaan plasenta, keadaan tali pusat, keadaan bayi,
jeni kelamin, tanggal/jam lahir, apgar score, berat badan, panjang
badan, ligkar kepala, lingkar dada.
f. Riwayat KB, Meskipun baru melahirkan,namun tidak ada salahnya
jika kita mengkajinya lebih awal agar pasien mendapatkan informasi
sebanyak mungkin mengenai pilihan beberapa alat kontrasepsi. Kita
juga dapat memberikan penjelasan mengenai alat kontrasepsi tertentu
yang sesuai dengan kondisi dan keinginan pasien (Sulistyawati, 2011).
g. Riwayat Kesehatan, Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita
gunakan sebagai “penanda” akan adanya penyulit masa nifas.
h. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
1) Pola Makan
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama ini. Kita bisa
menggali dari pasien tentang makanan yang disukai dan yang tidak
disukai, seberapa banyak dan sering ia mengonsumsinya,sehingga
jika kita peroleh data yang tidak sesuai dengan standar
pemenuhan,maka kita dapat memberikan klarifikasi dalam
pemberian pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil. Beberapa
hal yang perlu kita tanyakan pada pasien berkaitan dengan pola
makan menurut Sulistyawati (2011) adalah sebagai berikut :
a) Menu
Ini dikaitkan dengan pola seimbang bagi ibu hamil. Jika
pengaturan menu makan yang dilakukaan oleh pasien
kurang seimbang sehingga ada kemungkinan beberapa
komponen gizi tidak akan terpenuhi, maka bidan dapat
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyusunan
menu bagi ibu. Kita dapat menanyakan pada pasien tentang
apa saja yang ia makan dalam sehari (nasi, sayur, lauk, buah,
makanan selingan dan lain-lain).
b) Frekuensi
Data ini akan memberi petunjuk bagi kita tentang seberapa
banyak asupan makanan yang dikonsumsi ibu .
c) Jumlah per hari
Data ini memberikan volume atau seberapa banyak makanan
yang ibu makan dalam satu kali makan. Untuk mendapatkan
gambaran total makanan yang ibu makanan, bidan dapat
mengalikannya dengan frekuensi makan dalam sehari.
d) Pantangan
Ini juga penting dikaji karena ada kemungkinan pasien
berpantang makanan justru pada makanan yang sangat
mendukung pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan atau
telur.
2) Pola minum
Kita juga harus dapat memperoleh data dari kebiasaan pasien dalam
memenuhi kebutuhan cairannya.Apalagi dalam masa hamil asupan
cairan yang cukup sangat dibutuhkan. Hal-hal yang perlu kita
tanyakan kepada pasien tentang pola minum menurut Sulistyawati
(2011) adalah sebagai berikut :
a) Frekuensi
Kita dapat tanyakan pasien berapa kali ia minum dalam sehari
dan dalam sekali minum menghabiskan berapa gelas.
b) Jumlah per hari
Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak ibu
minumdalamsekali waktu minum akan didapatkan
jumlahasupan cairan dalam sehari
c) Jenis minuman
Kadang pasien mengonsumsi minuman yang sebenarnya
kurang baik untuk kesehatannya.
3) Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil.Oleh karena itu, bidan
perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui hambatan
yang mungkin muncul jika di dapatkan data yang senjang tentang
pemenuhan kebutuhan istirahat.Bidan dapat menanyakan tentang
berapa lama tidur di malam dan siang hari. (Sulistyawati, 2011)
4) Aktivitas Fisik sehari – hari
Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa
dilakukan pasien dirumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai
dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa nifas, maka kita
dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada pasien untuk
membatasi dahulu kegiatannya sampai ia sehat dan pulih kembali.
Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan stress dan dapat
berakibat produksi ASI berkurang.Perlu dikaji juga apakah ibu
sudah melakukan senam nifas atau belum.
5) Personal hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan
memengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Jika pasien
mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan
kebersihan dirinya, maka bidan harus dapat memberikan bimbingan
mengenai cara perawatan kebersihan diri dan bayinya sedini
mungkin. Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri menurut Sulistyawati (2011) diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Mandi
Kita dapat menanyakan kepada pasien berapaa kali ia mandi
dalam sehari dan kapan waktunya (jam berapa mandi pagi dan
sore).
b) Keramas
Pada beberapa wanita ada yang kurang peduli dengan
kebersihan rambutnya karena mereka beranggapan keramas
tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan. Jika kitaa
menemukan pasien yang seperti ini, maka kita harus
memberikan pengertian kepadanya bahwa keramas harus selalu
dilakukan ketika rambut kotor karena bagian kepala yang kotor
merupakan tempat yang mudah menjadi sumber infeksi. Kepala
akan terasa gatal, yang secara spontan tangan pasti akan
menggaruk-garuk kepalanya yang gatal, padahal saat itu ia juga
harus menyentuh bayinya jika meneteki atau mengganti
popoknya. Kulit bayi yang masih sensitif akan mudah untuk
iritasi dan infeksi akan mudah tertular dari tangan ibunya yang
tidak bersih.
c) Ganti baju dan celana dalam
Ganti baju minimal sekali dalam sehari, sedangkan celana
dalam minimal dua kali. Namun jika sewaktu-waktu baju dan
celana dalam sudah kotor, sebaiknya segera diganti tanpa harus
menunggu waktu untuk ganti berikutnya.
6) Aktivitas seksual
Walaupun ini adalah hal yang cukup privasi bagi pasien, namun
harus menggali data dari kebiasaan ini, karena terjadi beberapa
kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup menganggu
pasien namun ia tidak tahu kemana harus berkonsultasi. Dengan
teknik berkomunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan
dapat menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual,
melalui pertanyaan berikut ini.
a) Frekuensi
Kita tanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual dalam
seminggu.
b) Gangguan
Kita tanyakan apakah pasien mengalami gangguan ketika
melakukan hubungan seksual, misalnya nyeri saat
berhubungan,adanya ketidakpuasan dengaan suami,kurangnya
keinginan untuk melakukan hubungan, dan lain
sebagainya.Jika kita mendapatkan data-data tersebut di atas
maka sebaiknya kita membantu pasien untuk mengatasi
permasalahannya dengan konseling lebih intensif mengenai hal
ini. (Sulistyawati, 2011)
c) Riwayat Psikososial
7) Riwayat Perkawinan
a) Status Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat ajukan antara lain
sebagai berikut
Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
Status perkawinan (sah/tidak) ?
Lama perkawinan?
Ini adalah suami yang ke?
b) Respon dan dukungan keluarga terhadaap nifas ini
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) :Bagaimana
koping ibu sehari-hari apakah dengan musyawarah,
memutuskan sendiri dan sebagainya.
d) Ibu tinggal serumah dengan siapa dan siapa orang terdekat ibu
serta siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga akan
membantu tenaga kesehatan untuk mengambil keputusan
klinik.
e) Penghasilan per bulan akan membantu tenaga kesehatan untuk
memberi alternative pelayanan kesehatan yang tepat.
3. Data Obyektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam
menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data
objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
yang dilakukan secara berurutan. (Sulistyawati, 2011)
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan .hasil pengamatan kita
laporkan dengan kriteria sebagai berikut.
Baik.Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien
tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
Lemah.Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukanpengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
3) Tanda vital
(1) Tekanan Darah,
Tekanan darah pada ibu nifas tidak boleh mencapai 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik.
(2) Suhu,
Mengukur suhu bertujuan untuk mengetahui keadaan
pasien apakah suhu tubuhnya dalam keadaan normal (36,5
C – 37,5 C) atau tidak. Pasien dikatakan hipotermi apabila
suhu badan < 36,5 C dan panas bila suhu badan > 37,5 C.
(Kusmiyati, 2009)
(3) Nadi,
Nilai denyut nadi digunakan untuk menilai sistem
kardiovaskular. Nadi harus dihitung 1 menit penuh. Tiga
komponen yang harus diperhatikan dalam mengukur nadi
adalah frekuensi, teratur tidaknya, dan isi. Frekuensi
normal orang dewasa adalah 60-90 kali permenit
(Kusmiyati, 2009).
(4) RR
Tujuan pengukuran pernapasan adalah mempertahankan
penukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru
dan pengaturan asam basa. Pernapasan normal orang
dewasa adalah 16-20 kali permenit.
b. StatusPresent dan Obstetrik
1) Kepala dan leher
a) Oedema di wajah, icterus dan anemis pada mata, oedema
kelopak mata, pandangan kabur, chloasma gravidarum
b) Oedema pada mukosa hidung, polip dan secret
c) Bibir pucat,sianosis,stomatitis,epulis,karies pada mulutdan
lidah kering.
d) Tanda-tanda infeksi pada telinga, serumen dan
kesimetrisan
e) Lehermeliputipembengkakan kelenjarlimfe
ataupembengkakan kelenjar tiroid dan bendungan vena
jugularis.
2) Dada dan mammae
a) Traksi pembesaran kelenjar limfe pada ketiak, massa dan
nyeri tekan.
b) Tegang,hiperpigmentasi aerola, kelenjar montgomery,
papilla mammae menonjol atau masuk, keluarnya
kolostrum.
3) Abdomen
a) Luka bekas operasi, pembesaran hepar dan lien, nyeri pada
daerah ginjal.
b) Linea nigra, striae gravidarum.
4) Tangan dan kaki
a. Oedema di jari tangan , kuku jari pucat, varises vena
b. Oedem, reflek patella dan human sign.
5) Genetalia luar
a) Varices
b) Perdarahan
c) Luka
d) Cairan yang keluar : lochea warna dan baunya
e) pengeluaran dari uretra dan skene
f) Kelenjar bartholini : bengkak (massa), cairan yang keluar
6) Perineum
Dikaji apakah terdapat luka jahitan pada perineum, jenis
jahitan, keadaan luka, infeksi atau tidak
7) Anus : adakah hemoroid
c. Pemeriksaan laboratorium :
1) Pemeriksaan haemoglobin
2) Pemeriksaan protein urine
3) Pemeriksaan glukosa urine.
2. Langkah II ( kedua ) Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yangdikumpulkan.Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehinggaditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang
dituangkan kedalam sebuahrencana asuhan terhadap klien.
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan menurut Sulistyawati
(2011) antara lain sebagai berikut :
a) Diagnosa
b) Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan
“diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah
tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
c) Kebutuhan : asuhan yang diberikan kepada klien sesuai masalah
yang timbul
3. Langkah III (ketiga) : Merumuskan Diagnosis/ Masalah Potensial
Pada langkah ini kita kita mengidentifikasi masalah aataau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini
membutuhkan anitisipasi, bila memungkinkan dilakukaan
pencegahan,sambil terus mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.
4. Langkah IV (keempat) : Mengindentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan diharapkan pada beberapa situasi
yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di mana bidan harus
segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien,namun kadang
juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera
sementara menunggu instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi
pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Disini
bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan
evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman
5. Langkah V (kelima) Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari
perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien atau anggota keluarga yang
lain. Jika bidan tidak melakukannya, ia tetap memikul tanggung jawab atas
terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam situasi dSana ia harus
berkolaborasi dengan dokter, misalnya karena pasien mengalami
komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisiensi akan
menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan. (Sulistyawati,
2011)
6. Langkah VI (keenam) : melaksanakan perencanaan. Pada langkah keenam
ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
7. Langkah VII (ketujuh) : evaluasi. Pada langkah ketujuh ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
8. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan yang ditemukan dan dilakukan dalam pemberian asuhan
kebidanan.
Kriteria :
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia. (rekam medis atau KMS atau status klien atau
buku KIA)
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
1) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesis, berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang klien.
2) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan fisik, lab atau
diagnostik lainnya. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan sebagai data objektif.
3) A adalah hasil assesment atau analisis:
a) Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) data subyektif dan obyektif.
b) Mencatat diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau
masalah potensial serta perlunya identifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah
potensial.
c) Assesment yang tepat akurat mengikuti perkembangan data
klien dan sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan
yang tepat.
4) P adalah planning atau penatalaksanaan mencatat seluruh
perencanaan, penatalaksaan dan evaluasi.
a) Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
b) Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data.
c) Bertujuan mengusahakan tercapainya kondisi klien seoptimal
mungkin dan mempertahankannya.
d) Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh klien, kecuali jika
tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
klien
e) Sebanyak mungkin klien harus dilibatkan dalam pelaksanaan.
f) Evaluasi adalah tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil
untuk menilai efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan
tindakan.
g) Jika kriteria tujuan tidak tercapai maka proses evaluasi dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif untuk
mencapai tujuan.
h) Untuk mendokumentasian proses evaluasi, diperlukan sebuah
catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode
SOAP. (Esti H, 2016).
DAFTAR PUSTAKA