Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM

ANALISIS KUALITATIF VITAMIN C

Oleh:

Diva Aditya Puteri Br. G 200305008


Fuza Febrilani. S 200305010
Triana Rahayu Ningsih 200305023
Adinda Khairun Nisah 200305030
Nelly Christy Pintauli Purba 200305049

ITP-A

LABORATORIUM BIOKIMIA PANGAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Vitamin berasal dari kata vit dan –amine, Vit memiliki arti hidup dan amine
menunjukan bahwa zat tersebut mengandung gugus NH2. Nama Vitamin timbul
dikarenakan vitamin yang pertama kali itu dapat dipisahkan secara kimia yang ternyata
mengandung nitrogen. Oleh sebab itulah orang mula-mula menyangkal bahwa semua
vitamin mengandung gugus amine. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar,
sekarang huruf “e” yang ada di akhir kata dihilangkan sehingga terjadilah kata istilah
vitamin. Vitamin merupakan zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran
penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin akan berakibat
terganggunya kesehatan, maka sebab itu diperlukan asupan harian dalam jumlah
tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan asupan vitamin
per hari untuk perawatan kesehatan ditentukan oleh RDA (Recomended Daily
Allowance).
Salah satu vitamin yang diperlukan dalam tubuh agar dapat melakukan
metabolisme dan pertumbuhan yang normal adalah vitamin C. Vitamin C atau dapat
disebut juga L-askorbat adalah vitamin yang larut didalam air (aqueous antioxidant),
vitamin tersebut banyak terdapat didalam makanan seperti jeruk nipis, nanas, jeruk,
tomat, bayam, kacang hijau dan makanan lainnya. Biasanya manusia mendapatkan
vitamin C dari mengkonsumsi makanan yang menagandung vitamin C. Manusia tidak
dapat mensintesis vitamin C, sehingga harus diambil dari makanan yang mengandung
vitamin C tersebut. Vitamin C berperan sebagai pendukung daya tahan tubuh, vitamin
C tersebut sangat penting di era sekarang karena penyebaran virus COVID-19, vitamin
C mendukung berbagai fungsi seluler pada sistem kekebalan tubuh (innate immune and
adative immune) serta berkontribusi dalam menjaga integritas sel dengan melindungi
sel terhadap spesies oksigen reaktif yang dihasilkan selama pernapasan dan pada
respon peradangan.
Vitamin C merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa
oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat
molekul 176,13 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C mudah teroksidasi secara
reversibel membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2 atom hidrogen.
Adapun penampakan strukur vitamin C dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 1. Penampakan sturktur vitamin C.


Vitamin C adalah vitamin yang tidak stabil dan mudah rusak. Dalam larutan
air, vitamin C mudah teroksidasi jika terdapat katalisator Fe, Cu, enzim asorbic acid
oksidase, cahaya dan suhu yang tinggi/pemanasan. Asam askorbat sangat mudah
teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat dan dapat pula
mengalami perubahan lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak mempunyai
keaktifan vitamin. Dengan demikian sifat kelarutan vitamin C dikatakan larut dalam
air, sedikit larut dalam alkohol dan sukar larut dalam kloroform, eter dan benzena.
Fungsi vitamin C dalam tubuh yang paling utama adalah sebagai antioksidan.
Dengan mendonorkan elektronnya, maka akan terjadi pencegahan teroksidasinya
senyawa-senyawa lain. Meskipun vitamin C itu sendiri akan teroksidasi pada proses
tersebut dengan menghasilkan asam dehidroaskorbat. Setelah terdapat suatu senyawa
dengan elektron yang tidak memiliki pasangan, serta asam dehidroaskorbat dapat
kembali tereduksi menjadi asam askorbat dengan membutuhkan bantuan enzim 4-
hidroksifenilpiruvat dioksigenase. Namun didalam tubuh manusia, reduksi yang terjadi
hanya secara parsial, sehingga tidak semua asam askorbat yang telah mengalami
oksidasi dapat kembali.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kandungan vitamin C jeruk nipis, nenas,
vitamin C tablet (Vitacimin), minuman sari buah , tomat, dan jeruk manis.
II. BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum yang berjudul “Analisis Kulitatif Vitamin C” dilaksanakan pada
Selasa, 16 November 2021 pukul 14.30 WIB di Laboratorium Biokimia Pangan
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet tetes dan gelas
plastik.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jeruk nipis, nanas,
vitamin C tablet, minuman sari buah (orange water), tomat, jeruk manis, air, dan iodin
(betadin).
Prosedur Praktikum
Langkah pertama yaitu disediakan 6 buah gelas plastik, kemudian diisi dengan
10 tetes betadine. Selanjutnya, diteteskan pula tiap sampel berupa jeruk nipis, nanas,
vitamin C tablet, minuman sari buah (orange water), tomat dan jeruk manis pada
masing-masing gelas plastik sedikit demi sedikit. Dihitung jumlah tetesan sampel yang
dibutuhkan sampai larutan betadine berubah menjadi jernih.

III. HASIL

Tabel 1. Hasil pengamatan sampel pada uji vitamin C dengan betadine


No. Sampel Pereaksi Jumlah Sampel (Tetes)
1. Jeruk nipis 145
2. Nenas 125
3. Tablet Vitamin C 2
Betadine (10 tetes)
4. Minuman sari buah 62
5. Tomat 175
6. Jeruk manis 150
Adapun gambar hasil pengamatan uji Vitamin C dengan betadine dapat dilihat
pada gambar 2 dibawah ini.

a b c

d e f
Gambar 2. Hasil pengamatan uji Vitamin C dengan betadine (a) Jeruk Nipis (b)
Nenas (c) Tablet Vitamin C (d) Minuman sari buah (e) Tomat (f) jeruk manis

Reaksi

I2 + + 2 HI

Asam Askorbat Asam dehidroaskorbat


IV. PEMBAHASAN

Dalam pengujian ini menggunakan betadine sebagai indikator dalam pengujian


vitamin C. Betadine yang digunakan mengandung povidone iodine 10% yang dapat
disamakan dengan iodine 1%. Reaksi yang terjadi adalah asam askorbat (vitamin C )
akan menghilangkan warna dari iodine. Keberadaan vitamin C dibuktikan dengan
kemampuan sampel menghilangkan warna asli iodine dari betadine yang berwarna
coklat kemerahan. Saat vitamin C atau asam askorbat ditetesi oleh betadine maka akan
menghasilkan senyawa yang mengikat molekul dari iodine. Pengikatan iodine oleh
asam askorbat disebabkan oleh molekul dari asam askorbat yang lebih besar
dibandingkan dengan iodine. Apabila semakin banyak vitamin C yang ditambahkan
pada larutan iodine maka akan semakin banyak pula iodine yang terikat pada vitamin
C. Hasil oksidasi dari iodine terhadap asam askorbat menghasilkan asam
dehidroaskorbat. Itulah yang mengakibatkan warna larutan menjadi bening, yang mana
artinya menunjukkan bahwa sudah tidak lagi iodine bebas karena telah terikat
keseluruhan dengan vitamin C (Tembusai, dkk., 2021).
Jeruk nipis (Citrus x aurantiifolia) merupakan buah yang memiliki kulit buah
berwarna hijau, berbentuk bulat, dan memiliki diameter sekitar 3,5-5 cm. Jeruk nipis
yang masih muda berwarna hijau gelap dan saat sudah matang buahnya akan berwarna
hijau cerah. Buah ini memiliki rasa yang asam dan sedikit rasa pahit. Rasa asam ini
sering dikaitkan dengan kandungan vitaminnya, terutama vitamin C. Kandungan
vitamin C dalam buah jeruk nipis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat
kematangan dan lama penyimpanan. Kandungan vitamin C jeruk nipis akan meningkat
seiring dengan pematangan buah, lalu akan menurun jika telah melampaui tingkat
kematangannya. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan vitamin C menjadi
glukosa pada buah yang tingkat kematangannya sudah terlampaui.
Pada percobaan ini, pengujian kandungan vitamin C pada jeruk nipis dilakukan
menggunakan jeruk nipis yang telah matang. Setelah dilakukan percobaan, diketahui
bahwa dibutuhkan 145 tetes ekstrak jeruk nipis untuk membuat 10 tetes betadine
menjadi jernih atau memiliki warna yang sama dengan warna asli sari jeruk nipis yang
digunakan. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa kandungan vitamin C nya tidak
tergolong tinggi. Menurut literatur Fitriyana, (2017) kadar vitamin C pada jeruk nipis
adalah sekitar 0,26%.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk sampel nanas menyatakan bahwa nanas
mengandung vitamin C, yang dimana pada awalnya 10 tetes betadine berwarna merah
bata akan perlahan memiliki pemudaran warna setelah diberikan 125 tetes air nanas.
Oleh karena itu nanas jelas mengandung vitamin C. Berdasarkan literatur Nisa (2018),
menyatakan bahwa komponen utama penyusun buah nanas adalah vitamin C sebesar
20mg/100g buah nanas. Kadar vitamin C pada buah nanas bisa berubah ubah karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keadaan buah tersebut. Bila buah nanas
memiliki tingkat kesegaran yang kurang baik maka vitamin C yang terkandung
didalamnya akan berkurang seiring berkurangnya tingkat kesegaran buah nanas. Selain
itu waktu dalam mengekstrasi juga menjadi faktor penyebab berbedanya kandungan
vitamin pada buah nanas. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengektraksi,
maka kandungan vitamin C juga akan berkurang.
Pada zaman sekarang ini, vitamin C sangat mudah diperoleh dari berbagai
sumber, tidak hanya dari buah-buahan, sayur-sayuran, ataupun bahan segar lainnya
karena sekarang sudah tersedia dalam bentuk tablet. Produk vitamin tablet yang sangat
dikenal masyarakat contohnya dalah Vitacimin. Kandungan vitamin C yang ada dalam
tablet hisap tersebut dapat dilihat pada kemasannya, yaitu 500 mg (berdasarkan vitamin
tablet yang digunakan dalam praktikum ini). Dengan metode titrasi iodimetri, kadar
vitamin C dalam vitacimin dapat ditentukan.
Dalam Praktikum ini, tinggi rendahnya kadar vitamin C pada vitacimin
ditentukan dengan banyaknya tetesan larutan vitacimin yang dibutuhkan untuk
menjernihkan 10 tetes betadine. Setelah percobaan dilakukan, diperoleh hasil bahwa
hanya dengan 2 tetes larutan vitacimin 10 tetes betadine dapat menjadi jernih.
Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa kandungan vitamin C pada vitacimin
sangatlah tinggi. Menurut literatur Sudarma, (2014) perhitungan kadar vitamin C
dalam 1 tablet vitacimin (vitamin C-500 gr) dengan metode titrasi iodimetri adalah
22,75% .
Pada sampel minuman sari buah yaitu minuman sari buah jeruk didapatkan
hasil sebanyak 62 tetes untuk dapat menghilangkan warna cokelat dari iodine. Warna
larutan yang dihasilkan berwarna bening kekuningan. Warna kuning yang muncul
kemungkinan ada penambahan warna dari minuman sari buah tersebut sehingga larutan
tidak dapat bening secara maksimal. Sampel ini dapat dikonsumsi oleh manusia
sebagai sumber vitamin C. Namun dalam penggunaanya untuk tubuh tidak disarankan
untuk dikonsumsi secara terus menerus. Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang
sangat mudah rusak dan mengalami perubahan struktur. Bisa karena ada pengaruh
cahaya, sinar, suhu ataupun penambahan zat kimia. Apabila vitamin C telah rusak dan
terjadi perubahan komposisi dan strukur justru akan membahayakan kesehatan
manusia. Selain itu juga pada minuman olahan tersebut ada ditambahkan pemanis
buatan, pengawet dan pewarna yang nantinya akan berbahaya untuk jangka panjang
peminumnya. Walaupun kadar vitamin C yang ada pada minuman sari buah tersebut
cukup tinggi namun harus diperhatikan batas konsumsinya untuk sehari-hari (Harefa,
dkk., 2020).
Pada pengujian ini, warna coklat kemerahan pada betadine akan dihilangkan
oleh vitamin C yang ada pada tomat. Tomat yang digunakan telah melalui proses
penghancuran dengan diblender kemudian disaring agar diperoleh sarinya.
Berdasarkan hasil pengujian, diperlukan 175 tetes sari tomat agar warna coklat
kemerahan pada tomat dapat menghilang, adapun warna larutan berubah menjadi
oranye kemerahan. Menurut Sari, dkk., (2021), kadar vitamin C pada tomat dapat terus
berubah. Berdasarkan pengamatannya, kadar tertinggi vitamin C pada tomat ialah
21,29 ± 0,08 mg/100g. Mulanya tingkat keasamannya akan terus meningkat, namun
akan menurun setelah melewati proses matang. Sementara itu, warna oranye
kemerahan setelah pencampuran antara betadine dan tomat diakibatkan adanya zat
pigmen karotenoid yang terkandung di dalam tomat berupa likopen atau α-karoten
yang menunjukkan warna merah terang pada tomat. Kadar pigmen tersebut cukup
tinggi, berkisar 30-200 mg/kg pada tomat yang segar (Hasri, 2017).
Pada sempel jeruk manis dibutuhkan 150 tetes untuk membuat warna betadine
hilang. Akan tetapi warna larutan yang dihasilkan tidak terlihat bening sempurna,
diduga karena warna sari jeruk yang berwarna jingga sehingga menghasilkan larutan
yang bewarna jingga kekuningan. Jika dibandingkan dengan jeruk nipis jumlah tetesan
dan warna larutan lebih sedikit dan lebih jernih warnanya, hal tersebut disebabkan oleh
jenis jeruk, varietas, tingkat keasaman dan hal-hal lain dari jeruk tersebut. Kadar dari
vitamin pada jeruk manis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keadaan buah
tersebut, semakin layu/kusut atau tidak segar buahnya maka menyebabkan kandungan
vitamin C berkurang dan juga waktu dalam meneteskan juga mempengaruhi kadar
vitamin C, semakin lama waktu mengekstrasi kandungan vitamin C akan semakin
berkurang, semakin sedikit tetesan yang diperlukan untuk membuat warna betadine
jernih maka semakin tinggi pula kandungan vitamin C, oleh sebab itu kandungan
vitamin C yang terdapat di jeruk manis lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kandungan vitamin C jeruk nipis. Berdasarkan literatur oleh Wariyah, (2010) yang
mengatakan bahwa kandungan vitamin C pada jeruk manis bekisar 20-60 mg didalam
100 ml sari buah jeruk. Sedangkan itu asupan gizi untuk vitamin C yang dianjurkan
yaitu bekisar 30-100 mg per harinya, itu berarti dengan mengkonsumsi buah jeruk yang
sarinya lebih dari 100 ml akan memenuhi kecukupan vitamin C dalam tubuh, ditambah
dengan zat lain yang terdapat dalam buah-buahan yang berguna bagi tubuh (Fitriana
dan Arhista, 2020).
Vitamin C pada larutan apabila kadarnya sedikit maka iodine tidak akan bisa
terikat sempurna yang menyebabkan warna tidak dapat berubah menjadi bening,
karena ada iodine yang masih belum terikat. Hal itu berhubugan dengan jumlah tetesan
vitamin C yang dimasukkan kedalam larutan iodine. Jumlah tetesan sampel yang
diperlukan selama oksidasi menentukan tinggi rendahnya kadar vitamin C pada sampel
tersebut. Apabila semakin sedikit tetesan yang dihasilkan untuk membuat larutan
menjadi bening artinya kadar vitamin C nya semakin tinggi. Begitupula bila semakin
banyak tetesan yang dihasilkan untuk membuat larutan menjadi bening artinya kadar
vitamin C nya semakin rendah.
Dari pengujian yang sudah dilakukan dapat dibandingkan bahwa kadar vitamin
C tertinggi berasal dari tablet vitamin C (Vitacimin) yaitu hanya membutuhkan 2 tetes
untuk membuat larutan iodine menjadi bening. Kemudian dilanjutkan dengan
minuman sari buah (62 tetes), Nenas (125 tetes), Jeruk nipis (145 tetes), Jeruk manis
(150 tetes) dan yang terakhir paling rendah kadar vitamin C nya ada pada buah tomat
(175 tetes). Jika dibandinkan dengan kadar vitamin C pada tablet vitamin dan minuman
sari buah, buah-buahan memiliki kadar vitamin C yang tidak terlalu banyak. Hal itu
dikarenakan oleh adanya beberapa faktor dari kematangan dan kesegaran dari buah itu
sendiri. Vitamin C merupakan jenis vitamin yang mudah rusak dan mudah larut dalam
air. Kadar air yang tinggi pada buah juga bisa menjadi salah satu yang mengakibatkan
kadar vitamin C pada buah dapat berkurang. Maka dari itu, tidak disarankan memakan
tablet vitamin ataupun terlalu sering meminum minuman sari buah kemasan, karena
dapat menyebabkan kelebihan vitamin C yang dapat bisa menyebabkan kerusakan pada
ginjal.
V. KESIMPULAN
1. Larutan Iodine (betadine) dapat mengidentifikasi kadar vitamin C dengan
mengubuh warna larutan merah kecokelatan menjadi bening.
2. Pada sampel tablet vitamin C (vitacimin) diperlukan 2 tetes untuk menghilangkan
warna Iodine dengan hasil warna larutan bening agak sedikit kuning muda.
3. Pada sampel buah nenas diperlukan diperlukan 125 tetes nanas untuk
menghilangkan warna iodine dari betadine, adapun warna yang diperoleh berupa
kuning oranye.
4. Pada sampel buah jeruk nipis diperlukan 145 tetes untuk menghilangkan warna
iodine dari betadine, dengan hasil warna larutan bening seperti warna air jeruk nipis.
5. Pada sampel sari buah didapatkan hasil 62 tetes untuk menghilangkan warna Iodine
dengan warna larutan berwarna bening kekuningan.
6. Pada sampel tomat diperlukan 175 tetes untuk menghilangkan warna iodine dari
betadine, adapun warna yang diperoleh berupa oranye kemerahan karena adanya α-
karoten yang terkandung pada tomat.
7. Pada sampel jeruk manis diperlukan 150 tetesan untuk membuat betadine jernih
dengan warna larutan bening agak kuning jingga.
8. Perbandingan kadar vitamin C dari tetesan sampel diurutkan dari yang tertinggi ke
terendah yaitu tablet vitamin C (vitacimin), minuman sari buah, Nenas, Jeruk nipis,
Jeruk manis, dan tomat.
DAFTAR PUSTAKA
Aina, Mia, Suprayogi, dan Dawam. 2012. Uji kualitatif vitamin c pada berbagai
makanan dan pengaruhnya terhadap pemanasan. Sainmatika. 5(1) : 1 -7.
Buku Saku Suplemen Kesehatan Untuk Memelihara Daya Tahan Tubuh Dalam
Menghadapi COVID-19 Vitamin C. 2020. BPOM RI. Jakarta
Fitriana Y. A. N., A. S. Fitri. 2020. Analisis Kadar Vitamin C pada Buah Jeruk
Menggunakan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal AINTEKS. 17(1):27-32.
Fitriyana, R. A. 2017. Perbandingan kadar vitamin c pada jeruk nipis (Citrus x
aurantiifolia) dan jeruk lemon (Citrus x limon) yang dijual di pasar
Linggapura Kabupaten Brebes. Publikasi Ilmiah Civitas Akademika
Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes. 2(2): 1-11.
Harefa, N., N. Feronika, A. D. Kana, R. Hutagalung D. Chaterine, dan Y. Bela. 2020.
Analisis kandungan vitamin c bahan makanan dan minuman dengan metode
iodimetri. SEAJ. 2(1) : 35 – 42.
Hasri. 2017. Kandungan likopen buah tomat (Lycopersicum esculentum L.) terhadap
waktu dan suhu pemanasan. Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan
Kimia. 16(2): 28-35.
Nisa Qurrotun A’yuni Khoirun. 2018. Analisis optimasi kadar vitamin c dari filtrat
buah nanas (Ananas comosus L Merr) menggunakan sistem evaporator
vacuum. Jurnal Inovasi Teknik Kimia. 3(2): 41-47.
Tembusai, T.H., A.T. Banoeari, dan R.M. Siahaan. 2021. Utilization of betadine as an
indicator of the presence of vitamin C (ascorbic acid) in fruits and
vegetables. Indonesian Journal of Chemical Science and Technology
(IJCST-UNIMED). 4(2): 54-57.
Sari, L.D.A., R.S. Ningrum, A.H. Ramadani, dan E. Kurniawati. 2021. Kadar vitamin
C buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) tiap fase kematangan berdasar
hari setelah tanam. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 8(1):
74-82.
Sudarma, I. D. G. A. 2014. Penentuan Kadar Vitamin C pada Vitacimin dan UC-1000
dengan Titrasi Iodimetri. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha.
Wariyah C. 2010. Vitamin c retention and acceptability of orange (Citrus nobilis var.
microcarpa) juice during storage in refrigerator chatarina. Jurnal AgriSains
1(1): 50-55.

Anda mungkin juga menyukai