IPAS
PENGUJIAN KADAR VITAMIN C
Disusun oleh:
1. … (NIS. 23XXX)
2. … (NIS. 23XXX)
Kelas X
KONSENTRASI KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN DAN CAREGIVER
PROGRAM KEAHLIAN LAYANAN KESEHATAN
BIDANG KEAHLIAN KESEHATAN DAN PEKERJAAN SOSIAL
SMK BINA MEDIKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Vitamin merupakan salah satu penunjang kesehatan tubuh
khususnya dalam memperbaiki dan memperbarui sel-sel dalam tubuh.
Meski bukan merupakan golongan senyawa primer yang menjadi
kebutuhan pokok tubuh, vitamin mempunyai fungsi vital dalam
metabolisme yang terjadi pada tubuh. Asupan akan vitamin juga harus
tetap dipenuhi secara cukup karena masing-masing vitamin mempunyai
fungsi khusus bagi tubuh dan tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Dalam praktikum ini, kami membahas tentang pengujian kadar
vitamin C sebagai salah satu vitamin yang mempunyai fungsi diantaranya
yaitu membantu meningkatkan imunitas tubuh. Pengujian dilakukan
dengan menyiapkan beberapa sumber vitamin C yang kemudian diuji
dengan metode titrasi iodometri menggunakan larutan betadine (obat
antiseptik).
Sumber yang digunakan berupa beberapa sampel buah-buahan,
minuman sari buah dan minuman vitamin C yang banyak ditemukan di
pasaran. Pengujian kadar vitamin C dimaksudkan untuk mengetahui
macam-macam kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel, faktor-
faktor yang mempengaruhi banyaknya kadar vitamin C yang terdapat
pada masing-masing sampel yang akhirnya dengan mengetahui hal-hal
tersebut dapat membantu dalam pemilihan dan pemenuhan asupan
vitamin C secara optimal.
2. Tujuan
a. Mampu melakukan pengujian kadar vitamin c
b. Mengetahui kadar vitamin c pada berbagai buah
c. Mengetahui kadar vitamin c pada beberapa produk minuman
sari buah
BAB II
1
DASAR TEORI
Vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang
bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut
dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah
kata vitamine yang kemudian diganti dengan kata vitamin. Kini vitamin
dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk
dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak, peranannya bagi
beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan.
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh
tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-
vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup,
oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi
(Winarno, 2004 ).
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain
vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam
pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat)1 . Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya memproduksi vitamin D dan K
dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai vitamin ini
dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen
makanan.2
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut
dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan
C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut
dalam lemak (Godam, 2006). Vitamin yang larut dalam lemak akan
disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini
kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat
dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari
1
US National Library of Medicine dan National Institue of Health . ”Vitamin” diakses dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/vitamins.html pada tanggal 22 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB
2
Ibid
2
saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6
bulan lamanya di dalam tubuh ( Godam, 2006).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut
dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan
segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna
oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan
beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini
akan segera dibuang tubuh bersama urin (Nemours, 2010)
Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagi batu
bangunan oleh koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi
diperlukan bagi hewan menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C
adalah vital dalam pembentukan dari kolagen protein struktural
(Thenawijaya, 1982)
Selain itu vitamin C juga digunakan untuk membantu meningkatkan
imuntas tubuh dan antioksidan alami yang dapat membantu menangkal
berbagai radikal bebas yang tedapat di lingkungan sekitar kita. Di dalam
tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang dan
jaringan penyokong lainnya. (Naidu.KA, 2003)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3
1. Alat dan Bahan
A. ALAT
- Pisau
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Mortar
- Corong
- Kertas saring
- Spatula
B. BAHAN
- Larutan vitamin C
- Mangga
- Tomat
- Minuman sari buah kemasan
- Betadine
2. Cara Kerja
a. Siapkan 12 tabung reaksi kemudian tetesi masing-masing dengan
larutan betadine sebanyak 20 tetes.
b. Tetesan larutan vitamin C dengan pipet tetes pada salah satu
tabungreaksi yang berisi betadine hingga nampak hilangnya
warna betadine menjadi bening atau sama seperti warna larutan
4
vitamin C sebelum di campur dengan betadine. Pengujian diulang
sebanyak tiga kali.
c. Teteskan larutan minuman sari buah kemasan dengan pipet tetes
pada tabung reaksi yang telah berisi betadine hingga nampak
hilangnya warna betadine menjadi bening atau sama seperti
warna larutan minuman sari buah kemasan sebelum di campur
dengan betadine. Pengujian diulang sebanyak tiga kali.
d. Haluskan tomat dengan mortar hingga nampak keluar sari
buahnya. Saring dengan filter atau kertas saring hingga
didapatkan larutan sari buah yang terpisah dari serat kulit buah
tomat.
e. Teteskan sari buah tomat dengan pipet tetes pada tabung reaksi
yang telah berisi betadine hingga nampak hilangnya warna
betadine menjadi sama seperti warna larutan sari buah tomat
sebelum dicampur dengan betadine. Pengujian diulang sebanyak
tiga kali.
f. Haluskan mangga dengan mortar hingga nampak keluar sari
buahnya. Saring dengan filter atau kertas saring hingga
didapatkan larutan sari buah yang terpisah dari serat-serat buah
mangga.
g. Teteskan sari buah mangga dengan pipet tetes pada tabung
reaksi yang telah berisi betadine hingga nampak hilangnya warna
betadine menjadi sama seperti larutan sari buah mangga sebelum
dicampur dengan betadine. Pengujian diulang sebanyak tiga kali.
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Tabel perbandingan hasil pengujian
a. Larutan vitamin C
Sampel
Jumlah tetes Kadar
Larutan vit. C
Uji 1 10 tetes 200%
Uji 2 9 tetes 222,2%
Uji 3 9 tetes 222,2%
6
Rumus kadar :
Jumlah tetes betadine x 100%
Jumlah tetes sampel
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa kadar vitamin C dari
masing-masing sampel menunjukkan perbedaan. Larutan vitamin C
menunjukkan jumlah rata-rata tetesan yang dibutuhkan untuk
menjernihkan betadine sebanyak 9 tetes dari tiga kali pengujian.
Sedangkan larutan sari buah dalam kemasan menunjukkan jumlah rata-
rata tetesan yang dibutuhkan untuk menjernihkan betadine yakni 56 tetes
dari tiga kali pengujian. Buah-buahan alami tomat dan mangga juga
menunjukkan perbedaan yang tinggi dengan rata-rata tetesan yang
dibutuhkan untuk menjernihkan betadine berturut-turut 160 tetes dan 270
tetes dengan masing-masing dilakukan tiga kali pengujian pada buah
tomat dan mangga.
Kadar vitamin C dari masing-masing sampel didapatkan rata-rata
kadar larutan vitamin C 214,8%. Kemudian kadar vitamin C dalam larutan
sari buah dalam kemasan menunjukkan 36%. Sedangkan larutan sari
buah tomat dan mangga memiliki rata-rata kadar vitamin C berturut-turut
sebanyak 12,5% dan 8,85%. Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui
bahwa kadar vitamin C terbanyak dimiliki oleh larutan vitamin C kemudian
larutan sari buah dalam kemasan, sari buah tomat dan kadar vitamin C
terendah dimiliki sari buah mangga.
7
250%
200%
150%
100%
50%
0%
larutan vit.C sari buah sari buah tomat sari buah mangga
kemasan
8
natrium (mg) - - -
kalium (mg) - - -
vitamin A (S.I) 320 1500 600
Vitamin B1
(mg) 0,07 0,06 0,05
Vitamin B2
(mg) - - -
Niacin (mg) - - -
Vitamin C (mg) 30 40 10
Air (gr) 93 94 94
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1981)
Food and Nutrition Research Center – Hand Book No.1 Manila
(1964)
Tabel nilai gizi buah yang terkandung dalam jenis buah tertentu per 100
gram BDD
9
Dari tabel kandungan senyawa dalam buah tomat dan mangga yang
telah diketahui diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa buah tomat dan
mangga mengandung beberapa senyawa bermanfaat lainnya selain
vitamin C. Kemudian dalam tabel buah tomat didapatkan tomat muda
terdapat 30 mg vitamin C, tomat matang 40 mg vitamin C dan sari air
buah tomat 10 mg vitamin C. Jadi kematangan buah juga mempengaruhi
kandungan vitamin C yang terdapat dalam buah. Buah mangga juga
menunjukkan perbedaan berdasarkan jenis dan kematangan. Jenis buah
mangga: gadung, golek, harum manis, indramayu, dan mangga muda.
Berturut-turut kadar vitamin C: 9 mg, 30 mg, 6 mg, 16mg, 65 mg.
10
Dalam praktikum ini, digunakan buah mangga jenis gadung. Namun
kadar vitamin C tertinggi buah mangga didapatkan pada buah mangga
muda dengan kadar vitamin C sebanyak 65mg.
Produk larutan vitamin C dan sari buah kemasan yang diproduksi
di pasaran mengandung vitamin C yang lebih tinggi karena merupakan
hasil ekstraksi yang dapat secara langsung mengisolasi dan mengambil
vitamin C secara khusus.
Kadar vitamin C yang terdapat pada sampel juga dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor lain. Contoh lain kandungan vitamin C dalam brokoli
bisa berkurang sampai lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi
kehilangan ini dapat dicegah dengan penyimpanan pada suhu rendah
(Pracaya, 1999). Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi
namun stabil jika merupakan kristal (murni). Menurut Wills et al (1981)
penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan
metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air
dan mencegah kelayuan.
Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut
dalam air (Perricone, 2007:117). Pengujian kadar vitamin C dilakukan
dengan menggunakan betadine sebagai indikator adanya vitamin C. Pada
kemasan betadine tertera kandungan betadine berupa povidone iodine
10% yang setara dengan iodine 1%. Disinilah iodine berperan sebagai
indikator yang bereaksi dengan asam askorbat setetes demi setetes untuk
menghilangkan warna iodine. Oleh karena itu metode ini disebut metode
titrasi iodometri.
Reaksi tersebut:
Asam askorbat
11
Hasil pengujian: minuman sari buah kemasan (tiga tabung berturut-turut
dari kiri) dan larutan
vitamin C (tiga tabung
berturut-turut dari
kanan)
12
Dari keempat pengujian diatas, larutan iodine (betadine) jika ditetesi
dengan vitamin C atau asam askorbat akan menghasilkan molekul asam
askobat yang mengikat molekul iodine. Hal itu terjadi karena molekul
vitamin C lebih besar daripada molekul iodine.
Semakin banyak vitamin C yang terkandung pada bahan makanan,
maka dia akan mengikat molekul zat warna iodine lebih banyak juga. Jadi
warna yang dihasilkan pada bahan makanan yang mengandung banyak
vitamin C menjadi bening atau keruh menunjukkan tidak ada lagi molekul
zat warna iodine bebas karena sudah diikat oleh molekul vitamin C.
Sedangkan apabila kandungan vitamin C pada larutan sedikit, maka zat
warna iodine tidak dapat terikat sempurna.
Beberapa metode analisis vitamin selain metode titrasi iodometri:
• HPLC (metode referensi)
13
dipisahkan merupakan fase cair dan zat padatnya merupakan fase diam
(stasioner).
Keuntungan
- Langsung
- kuantitatif
- Otomatis
Kerugian
14
Kolorimetri dan Spektrofotometri tes
Keuntungan
- Otomatis
- Bisa diterapkan untuk sampel tunggal atau beberapa pada satu waktu
Kerugian
15
BAB V
KESIMPULAN
16