Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN UJI KUALITATIF VITAMIN C

A. Dasar Teori
Vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama
Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu
amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah kata vitamine yang kemudian
diganti dengan kata vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa
organik yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak,
peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan
kehidupan. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh
tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin
tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu
harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Winarno, 2004 ).

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar,


yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya
terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya,
yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak (Godam, 2006). Vitamin yang
larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati.
Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat
dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam
tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam
tubuh ( Godam, 2006).

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.Vitamin ini juga dikenal dengan
nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan
vitamin antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas,logam, dan cahaya.
Oleh karena itu vitamin C mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraseluler.
Buah-buahan seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin C (Girinda, 1986)

Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai
sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat-sifat tersebut terutama disebabkan oleh
adanya struktur enediol yang berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin
lakton. Bentuk vitamin C yang ada di alam yakni L-asam askorbat. D-asam askorbat
jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10% aktivitas vitamin C. Biasanya D-
asam askorbat ditambahkan ke dalam pangan sebagai zat anti oksidan (Andarwulan et
al., 1989).

Struktur vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi yaitu berperan membantu enzim spesifik
dalam melakukan fungsinya. Vitamin C juga bekerja sebagai antioksidan. Perusahaan
kadang– kadang menambahkan vitamin C pada produk makanannya untuk menjaga
kandungan bahan tertentu. Vitamin C juga penting untuk membentuk kolagen, serat,
struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi dan juga
untuk membentuk jaringan bekas luka. Vitamin C juga meningkatkan ketahanan
tubuh terhadap infeksi dan membantu tubuh menyerap zat besi.Vitamin C atau asam
askorbat mempunyai massa molekul 176 gram/mol dengan rumus molekul C6H8O6.
Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192ºC. Bersifat larut dalam air,
sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah.
Oksidasi Vitamin C menghasilkan asam dehidroaskorbat (Winarno, 2004).
Kekurangan vitamin C mengakibatkan skorbut, pendarahan pada kulit,
kerusakan sendi, dan gusi. Vitamin C sering disebut sebagai rajanya vitamin, itu
karena vitamin C memang memiliki banyak manfaat. Selain bersifat antioksidan yang
mampu melawan radikal bebas, vitamin C juga berperan dalam meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Dosis untuk mengonsumsi vitamin C yang ideal adalah 75 miligram
per hari. Perempuan hamil dan ibu menyusui sudah tentu harus mengonsumsi vitamin
C lebih besar dari jumlah itu. Ada juga yang berpendapat cukup mengonsumsi 200
miligram per hari. Bagi orang yang hidup dengan stres atau mereka yang tinggal di
kota besar yang penuh polusi, dosisnya adalah 500 miligram karena dosis ini cukup
baik (Hart, 2003).

Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air
(Perricone, 2007:117). Pengujian kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan
betadine sebagai indikator adanya vitamin C. Pada kemasan betadine tertera
kandungan betadine berupa povidone iodine 10% yang setara dengan iodine 1%.
Disinilah iodine berperan sebagai indikator yang bereaksi dengan asam askorbat
setetes demi setetes untuk menghilangkan warna iodine. Oleh karena itu metode ini
disebut metode titrasi iodometri.
Reaksi tersebut:

Asam askorbat

B. Alat Dan Bahan


1. Betadine
2. Sampel (jeruk, tomat, vitamin c IPI, buahvita jambu, pepaya)
3. Pipet tetes plastic
4. Gelas beaker
5. Tabung reaksi
6. Alu dan mortar untuk halusin bahan
7. Kertas saring
C. Prosedur (diagram alir)
 Menyiapkan wadah gelas sebanyak sampel uji
 Mengisi masing-masing wadah gelas dengan larutan amilum iodida sebanyak 0,5
ml (10 tetes)
 Menambahkan tetes demi tetes larutan sampel kedalam gelas sampai warna
larutan menjadi jernih (warna betadine memudar)
 Menghitung jumlah tetesan yang diperlukan untuk menjernihkan larutan amilum
iodida
 Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil
 Melakukan percobaan sebanyak 2 kali pengulangan
 Menghitung kadar vitamin C pada masing-masing sampel

D. Hasil pengamaatan (lapsem)

E. Pembahasan
Pada praktikum mengenai uji kualitatif vitamin C, praktikan melakukan
pengujian pada sampel yaitu pada jeruk, tomat, vitamin c IPI, buahvita jambu,
pepaya. Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk
menjelaskan fungsi, sumber, dan manfaat dari vitamin c, melakukan uji secara
kualitatif vitamin C pada sampel, dan menghitung kadar vitamin C. Vitamin C sendiri
biasa dikenal dengan asam askorbat yang merupakan suatu senyawa yang diperlukan
oleh tubuh untuk menjaga kesehatan tubuh dan memiliki banyak fungsi seperti
antioksidan, untuk menangkal beberapa penyakit, radikal bebas, dan untuk menjaga
kekebalan tubuh. Rumus molekul dari vitamin C adalah C6H8O6. Penggunaan
sampel pada praktikum ini adalah agar dapat melihat perbandingan vitamin C pada
sampel yang digunakan dan juga karena pada praktikum yang telah dilakukan
menggunakan dua metode percobaan.

Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air
(Perricone, 2007:117). Pengujian kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan
betadine sebagai indikator adanya vitamin C. Pada kemasan betadine tertera
kandungan betadine berupa povidone iodine 10% yang setara dengan iodine 1%.
Disinilah iodine berperan sebagai indikator yang bereaksi dengan asam askorbat
setetes demi setetes untuk menghilangkan warna iodine. Oleh karena itu metode ini
disebut metode titrasi iodometri.
Reaksi tersebut:
Asam askorbat

Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagi batu bangunan oleh
koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi diperlukan bagi hewan
menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C adalah vital dalam pembentukan dari
kolagen protein struktural. Selain itu vitamin C juga digunakan untuk membantu
meningkatkan imuntas tubuh dan antioksidan alami yang dapat membantu menangkal
berbagai radikal bebas yang tedapat di lingkungan sekitar kita.  Di dalam tubuh,
vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan
protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang dan jaringan penyokong lainnya
(Thenawijaya, 1982)

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa kadar vitamin C dari masing-
masing sampel menunjukkan perbedaan. Larutan IPI vitamin C menunjukkan jumlah
rata-rata tetesan yang dibutuhkan untuk menjernihkan betadine sebanyak 6 tetes dari
dua kali pengujian. Sedangkan larutan buavita dalam kemasan menunjukkan jumlah
rata-rata tetesan yang dibutuhkan untuk menjernihkan betadine yakni 100 tetes dari
dua kali pengujian. Buah-buahan alami tomat, pepaya, dan jeruk juga menunjukkan
perbedaan yang tinggi dengan rata-rata tetesan yang dibutuhkan untuk menjernihkan
betadine berturut-turut tomat 20 tetes, pepaya 85 tetes dan jeruk 110 tetes dengan
masing-masing dilakukan dua kali pengujian pada buah tomat, pepaya dan jeruk.

Kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus berikut :


Rumus kadar :
Jumlah tetes betadine x 100%
Jumlah tetes sampel
Dari rumus tersebut dapat diketahui kadar vitamin C pada larutan IPI vitamin C yaitu
166%, tomat 50%, pepaya 100%, buahvita 10%, jeruk 9%. (dibuat diagram batang)
Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui bahwa kadar vitamin C terbanyak
dimiliki oleh larutan IPI vitamin C kemudian larutan sari buah tomat, sari buah
pepaya, lalu larutan sari buahvita dalam kemasan, dan kadar vitamin C terendah
dimiliki sari buah jeruk.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan., Nuri., dan Sutrisno, K. 1989. Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Pers.

Girinda, A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.

Godam. 2006. Pengertian dan Definisi Vitamin. Diakses dari


http://kidshealth.org/kid/stay_healthy/food/vitamin.html#.
Hart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Perricone, N. 2007. The Perricone Perscription. Serambi Ilmu Semesta: Jakarta.


Diambil dari Febriansah, R, dkk. Tomat (Solanum Lycopersicum, L)

Thenawijaya, Meiji. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai