Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah Bahasa Indonesia mengenai masalah pengujian kadar vitamin c pada buah manga
dan tomat.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberi bantuan
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada kedua
orang tua penulis dan kepada guru pengajar yaitu Bapak Agus Sudarsono, S.Pd.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik bentuk,isi
maupun teknis penyajiannya. Oleh sebab itu kritikan yang bersifat membangun bagi
berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga
kehadiran makalah ini bisa menambah wawasan kita.
.
Penulis
ii
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu melakukan pengujian kadar vitamin c pada buah mangga
2. Mengetahui kadar vitamin c pada buah tomat
3. Mengetahui kadar vitamin c pada beberapa buah-buahan
2
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembelajaran materi ini yaitu menambah wawasan dan ilmu agar
kita lebih bisa mengetahui manfaat buah-buahan serta bisa menambah imun tubuh
dengan mengkonsumsi buah-buah yang mengandung vitamin c.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama
Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu amina
yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah kata vitamine yang kemudian diganti
dengan kata vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik
yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak, peranannya
bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan. Vitamin
merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh
tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikonsumsi
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B
(tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).
Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya memproduksi vitamin D dan
K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai vitamin ini dapat berasal
dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen makanan.
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2
vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin
A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak (Godam, 2006). Vitamin yang larut dalam
lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini
kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa
jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis
vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air
hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama
aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan
masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak
dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin
4
Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagi batu bangunan oleh
koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi diperlukan bagi hewan
menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C adalah vital dalam pembentukan dari
kolagen protein struktural
Selain itu vitamin C juga digunakan untuk membantu meningkatkan imuntas
tubuh dan antioksidan alami yang dapat membantu menangkal berbagai radikal bebas
yang tedapat di lingkungan sekitar kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan
sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun
jaringan kulit, sendi, tulang dan jaringan penyokong lainnya.
5
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
A. ALAT
- Pisau
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Mortar
- Corong
- Kertas saring
- Spatula
B. BAHAN
- Larutan vitamin C
- Mangga
- Tomat
- Betadine
2. Cara Kerja
a. Siapkan 12 tabung reaksi kemudian tetesi masing-masing dengan larutan betadine
sebanyak 20 tetes.
b. Tetesan larutan vitamin C dengan pipet tetes pada salah satu tabungreaksi yang
berisi betadine hingga nampak hilangnya warna betadine menjadi bening atau sama
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Rumus kadar :
Jumlah tetes betadine x 100%
Jumlah tetes sampel
8
4.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa kadar vitamin C dari masing-
masing sampel menunjukkan perbedaan. Larutan vitamin C menunjukkan jumlah rata-
rata tetesan yang dibutuhkan untuk menjernihkan betadine sebanyak 9 tetes dari tiga
kali pengujian. Sedangkan Buah-buahan alami tomat dan mangga juga menunjukkan
perbedaan yang tinggi dengan rata-rata tetesan yang dibutuhkan untuk menjernihkan
betadine berturut-turut 160 tetes dan 270 tetes dengan masing-masing dilakukan tiga
kali pengujian pada buah tomat dan mangga.
Kadar vitamin C dari masing-masing sampel didapatkan rata-rata kadar larutan
vitamin C 214,8%. Kemudian larutan sari buah tomat dan mangga memiliki rata-rata
kadar vitamin C berturut-turut sebanyak 12,5% dan 8,85%. Dari hasil yang didapatkan
dapat diketahui bahwa kadar vitamin C terbanyak dimiliki oleh larutan vitamin C
kemudian \ sari buah tomat dan kadar vitamin C terendah dimiliki sari buah mangga.
Kebutuhan akan vitamin dalam tubuh memang harus dipenuhi secara cukup karena
fungsinya yang vital dalam metabolisme dan beberapa manfaat antara lain meningkatkan
imunitas tubuh, baik bagi kulit. Karena memiliki banyak manfaat bagi tubuh, suplemen
vitamin C banyak diproduksi di pasaran. Namun melihat kebutuhan vitamin C dalam tubuh
100mg/hari, konsumsi buah-buahan dan sayuran sudah dapat mencukupi kebutuhan
tersebut.
Dalam pengujian yang dilakukan diatas menunjukkan bahwa vitamin C yang di dapat
dari sampel larutan vitamin C dan minuman dalam kemasan memiliki kadar vitamin C yang
lebih tinggi daripada vitamin C yang terkandung dalam sari buah alami tomat dan mangga.
Kandungan senyawa dalam buah tomat di antaranya solanin (0,007 %), saponin,
asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid (termasuk likopen, α dan ß-karoten),
protein, lemak, vitamin, mineral dan histamin
Dalam praktikum ini, digunakan buah mangga jenis gadung. Namun kadar
vitamin C tertinggi buah mangga didapatkan pada buah mangga muda dengan kadar
vitamin C sebanyak 65mg.
Kadar vitamin C yang terdapat pada sampel juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain. Contoh lain kandungan vitamin C dalam brokoli bisa berkurang
sampai lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan ini dapat dicegah
dengan penyimpanan pada suhu rendah. Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat
9
oksidasi namun stabil jika merupakan kristal (murni). Penyimpanan pada suhu rendah
dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme, memperlambat proses penuaan,
mencegah kehilangan air dan mencegah kelayuan.
Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air
Pengujian kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan betadine sebagai indikator
adanya vitamin C. Pada kemasan betadine tertera kandungan betadine berupa povidone
iodine 10% yang setara dengan iodine 1%. Disinilah iodine berperan sebagai indikator
yang bereaksi dengan asam askorbat setetes demi setetes untuk menghilangkan warna
iodine. Oleh karena itu metode ini disebut metode titrasi iodometri.
Reaksi tersebut:
Asam askorbat
Dari kedua pengujian diatas, larutan iodine (betadine) jika ditetesi dengan vitamin
C atau asam askorbat akan menghasilkan molekul asam askobat yang mengikat molekul
iodine. Hal itu terjadi karena molekul vitamin C lebih besar daripada molekul iodine.
Semakin banyak vitamin C yang terkandung pada bahan makanan, maka dia akan
mengikat molekul zat warna iodine lebih banyak juga. Jadi warna yang dihasilkan pada
bahan makanan yang mengandung banyak vitamin C menjadi bening atau keruh
menunjukkan tidak ada lagi molekul zat warna iodine bebas karena sudah diikat oleh
molekul vitamin C. Sedangkan apabila kandungan vitamin C pada larutan sedikit, maka
zat warna iodine tidak dapat terikat sempurna.
Beberapa metode analisis vitamin selain metode titrasi iodometri:
• HPLC (metode referensi)
Merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai
dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya
untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat
tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fase cair dan zat padatnya merupakan
fase diam (stasioner).
Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karana
setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fase diam tertentu dan fase gerak
tertentu. Dengan bantuan detektor serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram.
Kromatorgram memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.Ini adalah
metode referensi untuk menganalisis jenis vitamin. Juga digunakan untuk menentukan
bentuk iso vitamin
11
Keuntungan
- Langsung
- kuantitatif
- Otomatis
Kerugian
- Membutuhkan perhatian untuk memilih fase gerak & sampel laju pemompaan
Keuntungan
- Otomatis
- Bisa diterapkan untuk sampel tunggal atau beberapa pada satu waktu
Kerugian
- Sensitivitas dan spesifisitas rendah maka beberapa zat lainnya dapat mengganggu
chromogen atau enzim yang digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Penulis menyarankan bahwa buah manga dan tomat mengandung vitamin c dan
baik dikonsumsi dalam mencegah penyakit radang dan sariawan dan juga penulis
menyarankan untuk melakukan hasil percobaan buah lainnya yang banyak mengandung
vitamin.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu.17562504/laporan_pratikum_biokimia_pengujian_vitamin_c