Anda di halaman 1dari 22

Laporan Sementara

Laboratorium Bioproses

PEMBUATAN YOGHURT
Disusun oleh:
Kelompok A3
Ananda Rahmah Salsabila 2004103010057
Riralita Arliani 2004103010030
Humaira Akhmarina 2004103010056
Nabila Sri Kurnia A 2004103010087

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Susu mengandung nutrisi yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas
dan memperpanjang masa simpan dari susu segar perlu dilakukan pengolahan
lebih lanjut sehinga kualitas dari susu dapat terjaga. Salah satu teknik pengolahan
susu segar yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan susu fermentasi atau
yang lebih dikenal dengan yoghurt.
Yoghurt merupakan produk fermentasi yang melibatkan jasa
mikroorganisme yaitu bakteri. Yoghurt terbentuk dari bakteri baik yang
bermanfaat bagi kesehatan, seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus
thermopillus (Wakidah, 2017).
Yoghurt merupakan produk susu yang difermentasi menggunakan Bakteri
Asam Laktat (BAL). Pada proses fermentasi yoghurt dapat digunakan kultur
tunggal ataupun campuran dari BAL. L. bulgaricus dan S. thermophilus
merupakan bakteri yang umum digunakan sebagai kultur starter pada proses
fermentasi susu menjadi yoghurt. Ketika digunakan sebagai kultur campuran,
kedua bakteri ini bersimbiosis mutualisme, dimana L.bulgaricus dilaporkan
menghasilkan asam amino dan peptida pendek yang menstimulasi
pertumbuhan S. thermophilus. Sedangkan S. thermophilus menghasilkan asam
format yang menunjang pertumbuhan L. bulgaricus
Pada dasarnya kerja dua bakteri yoghurt adalah menghasilkan
asam laktat yang penting peranannya untuk menciptakan keseimbangan
mikroflora usus. Keasaman yang dihasilkan mampu menghambat bakteri
penyebab penyakit yang umumnya tidak tahan terhadap asam. Kadar asam
laktat yoghurt yang baik adalah sebesar 0,5-2,0%. Oleh karena itu, pembuatan
yoghurt ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan
yoghurt serta kadar asam laktat yang terkandung pada yoghurt.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan yoghurt?
2. Berapa persen kadar asam laktat yang terdapat pada yoghurt?
3. Apa faktor yang menunjang terbentuknya yoghurt?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan yoghurt
2. Mahasiswa dapat menghitung kadar asam laktat pada yoghurt
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang menunjang terbentuknya
yoghurt

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengembangkan
kemampuan terhadap tata cara pembuatan yoghurt, memberikan pengalaman
kepada mahasiswa mengenai bagaimana proses pembuatan yoghurt dan
perhitungan kadar kadar asam laktat pada yoghurt serta mendorong mahasiswa
untuk dapat menerapkan ilmu yang di peroleh pada praktikum ini dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Yoghurt adalah produk susu yang difermentasi dengan bakteri campuran


bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus, dan atau
bakteri asam laktat yang sesuai, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan
lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan sampai diperoleh keasaman,
bau, dan rasa yang khas. Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi
menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.
Proses fermentasi tersebut mampu mencegah pertumbuhan mikroba patogen
dalam produk yang dihasilkannya, meningkatkan nilai gizi lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan asalnya dan dapat memecah laktosa susu menjadi
senyawa lebih sederhana, sehingga mudah dicerna.
Faktor yang berperan penting dalam menghasilkan flavor serta
berpengaruh terhadap aroma yoghurt adalah kultur starter. Aroma yoghurt
disebabkan terbentuknya senyawa-senyawa lain selain asam laktat yaitu
asetaldehida, diasetil dan asam asetat (Widiastuti, 2017).
Fermentasi merupakan salah satu teknologi pengawetan dan
pengolahan susu. Selama fermentasi akan terbentuk asam-asam organik yang
menimbulkan citarasa khas pada yoghurt. Pada pembuatan yoghurt, proses
fermentasi memerlukan bantuan bakteri Lactobacillus bulgaricus, yang mana
bakteri ini berperan sebagai pembentukan aroma pada yoghurt, sedangkan bakteri
Streptococcus thermophillus lebih berperan dalam pembentukan cita rasa
yoghurt. Selanjutnya, komponen susu yang paling berperan dalam pembuatan
yoghurt adalah laktosa dan kasein. Laktosa yang merupakan gula digunakan
sebagai sumber energi selama pengembangbiakan bakteri yang akan
menghasilkan asam laktat serta koagulasi protein pembentuk gel.
Pembuatan yoghurt dimulai dengan pertumbuhan bakteri
Streptococcus thermophillus yang memfermentasi laktosa menjadi CO2 dan asam
laktat sehingga menyebabkan suasana menjadi asam (Wakidah, 2017).
Kondisi ini dapat merangsang pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus serta
menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang tidak tahan hidup di
lingkungan asam. Lactobacillus bulgaricus berperan untuk menghasilkan aroma
yang khas sedangkan Streptococcus thermophilus berperan untuk menghasilkan
rasa yoghurt.
Karena mengandung probiotik yang baik bagi pencernaan, maka yoghurt
dipercaya dapat membantu mengatasi gangguan pencernaan. Bakteri baik
sebenarnya sudah terdapat dalam sistem pencernaan manusia. Mengonsumsi
yoghurt diduga akan membuat perubahan positif pada bakteri baik dalam usus.
Alhasil, masalah seperti konstipasi, diare, radang usus, dan intoleransi terhadap
laktosa bisa diatasi.
Manfaat yoghurt lainnya adalah untuk mencegah osteoporosis (Wakidah,
2017), Sebagaimana kita tahu, yoghurt memiliki kandungan kalsium dan vitamin
D. Nutrisi tersebut adalah mikronutrien yang berperan penting dalam
pertumbuhan tulang. Penelitian juga menunjukkan bahwa lansia yang rutin
mengonsumsi yoghurt memiliki kepadatan dan kekuatan tulang yang lebih baik
daripada mereka yang tidak.
Yoghurt bisa dikonsumsi siapa saja karena dinilai aman, terutama bagi
orang dewasa yang memiliki kondisi kesehatan baik. Yoghurt juga boleh
diberikan kepada bayi ketika ia sudah bisa mengonsumsi MPASI atau ketika
usianya sudah 6 bulan. Meski demikian, bagi orang yang memiliki masalah
kesehatan tertentu, seperti intoleransi laktosa dan alergi susu, sebaiknya tidak
mengonsumsi yoghurt.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat praktikum dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Rabu/14 oktober 2020
Pukul : 08.00 s/d 18.00 WIB
Tempat : Secara daring dirumah masing masing
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Jumlah
1. Autoclave 1 unit
2. Erlenmeyer 100 ml 1 buah
3. Erlenmeyer 25 ml 1 buah
4. Heater 1 buah
5. Magnetic stirrer 1 buah
6. Gelas ukur 100 ml 1 buah
7. Buret 50 ml 1 buah
8. Pipet tetes 1 buah
9. Inkubator 1 unit

3.2.2 Bahan Jumlah


1. Susu 100 ml
2. Susu skim 5%
3. Starter yoghurt 5%
4. NaOH 0,1N secukupnya
5. Larutan PP secukupnya
6. Aluminium foil secukupnya
7. Kertas sampul secukupnya
8. Indikator universal secukupnya
3.3 Prosedur Percobaan
1. Semua alat percobaan di sterilkan menggunakan autoclave selama 15
menit.
2. Di tuangkan susu kedalam gelas beker sebanyak 100 ml lalu di panaskan
menggunakan heater.
3. Di masukkan magnetic stirrer ke dalam gelas beker yang berisi susu.
4. Setelah suhu mencapai 100˚C, heater di matikan dan di tunggu hingga
susu mencapai suhu 40˚C.
5. Selanjutnya, magnetic stirrer dapat dikeluarkan dari susu dan di
tambahkan susu skim 20 ml ke dalam gelas beker susu dan di aduk hingga
merata.
6. Campuran kedua susu selanjutnya di pindahkan ke dalam erlenmeyer.
7. Selanjutnya, di teteskan 3-4 tetes starter yoghurt ke dalam sampel.
8. Di tutup bagian atas erlenmeyer yang berisi sampel dengan menggunakan
aluminium foil dan di aduk.
9. Sampel di inkubasi di dalam inkubator selama 24 jam.
10. Setelah 24 jam, sampel di ambil untuk di lakukan titrasi.
11. Di ambil 5 ml sampel dan di masukkan ke dalam erlenmeyer dan di ukur
pH dengan indikator universal.
12. Setelah pengukuran pH di tambahkan 2 tetes larutan PP ke dalam
sampeldan di aduk.
13. Dilakukan proses tittrasi sampel hingga terjadi perubahan warna pada
sampel menjadi warna merah muda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil perhitungan
kadar asam laktat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil pengukuran pH dan volume titrasi pada sampel yoghurt dengan
starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcusthermophillus
Waktu Volume Volume Rata rata Kadar asam laktat
Inkubasi Sampel titrasi (ml)
(jam) (ml)
0 5 1,3 0,234%
12 5 3,8 0,684%
18 5 6,2 1,116%
24 5 6,06 1,08%

Tabel 4.2 Hasil perhitungan kadar asam laktat dengan starter yakult
Waktu Volume Volume rata rata Kadar asam laktat
Inkubasi Sampel titrasi (ml)
(jam) (ml)
0 5 1,36 0,244%
12 5 4,06 0,730%
18 5 3 0,54%
24 5 2,8 0,504%

4.2 Pembahasan

Pada pembuatan yoghurt pada praktikum ini, pada sampel pertama digunakan
bakteri starter yaitu campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermopilus, sedangkan pada sampel kedua menggunakan starter yakult.

Adapun pH yang dihasilkan dari jenis starter campuran Lactobacillus


bulgaricus dan Streptococcus thermopilus,dan yang menggunakan starter yakult
didapatkan bahwa nilai pH kedua jenis starter adalah sama. Selanjutnya mengenai
pengaruh waktu inkubasi terhadap pHdapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.
7

4
pH

0
0 12 18 24
Waktu Inkubasi (jam)

Gambar 4.1 Hubungan waktu inkubasi terhadap pH

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa, pada waktu inkubasi 0-12 jam pH
mengalami penurunan dimana pH dari 6 menjadi 4, sedangkan pada waktu
inkubasi 12-24 jam selanjutnya ph tetap sama yaitu bernilai 4. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan bertambahnya waktu inkubasi, maka pH mengalami
penurunan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2018) bahwa
semakin bertambahnya waktu inkubasi aktivitas mikroba semakin meningkat dan
jumlah mikroba semakin banyak, sehingga mengakibatkan pH medium menjadi
turun. Selain itu, bakteri asam laktat akan memanfaatkan gula dalam susu untuk
difermentasi menjadi asam laktat hingga terjadi penurunan nilai pH. Hal ini juga
membuktikan terjadinya perubahan kimia pada komponen gula menjadi
komponen asam. Dengan adanya perubahan nilai pH yang terjadi pada setiap
skala waktu inkubasi, terlihat bahwa waktu inkubasi mempengaruhi pembentukan
asam pada yoghurt (Nugroho, 2018).

Adapun hubungan waktu inkubasi terhadap konsentrasi asam laktat dapat


dilihat pada gambar 4.2 berikut.
1.2
K onsentrasi A sam Laktat (%)
1

0.8

0.6 Starter
Lactobacillus
bulgaricus dan
0.4 Streptococcus
thermohillus
0.2

0 Starter yakult
0 12 18 24
Waktu inkubasi (jam)

Gambar 4.2 Hubungan waktu inkubasi terhadap konsentrasi asam laktat

Berdasarkan gambar 4.2 diatas, terlihat bahwa pada konsentrasi asam laktat
dengan starter Lactobacillus dan Streptococcus dalam waktu inkubasi 0 jam kadar
asam laktat adalah 0,234 %, kemudian meningkat saat waktu inkubasi 12 jam
dengan kadar asam laktat 0,684 % dan kembali meningkat pada waktu inkubasi
18 jam dengan kadar asam laktat 1,116 %. Adapun pada konsentrasi asam laktat
dengan starter yakult, dalam waktu inkubasi 0 jam kadar asam laktat adalah
0,2448 % kemudian meningkat saat waktu inkubasi 12 jam dengan kadar asam
laktat 0,7308 %. Jadi, dengan bertambahnya waktu inkubasi maka konsentrasi
asam laktat mengalami peningkatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arini (2017) bahwa
dengan bertambahnya waktu inkubasi, aktivitas mikroba meningkat dan jumlah
mikroba semakin banyak sehingga menyebabkan jumlah asam laktat yang
terbentuk semakin banyak (Arini, 2017). Selain itu, bakteri asam laktat akan
memanfaatkan gula dalam susu untuk difermentasi menjadi asam laktat sehingga
terjadi peningkatan konsentrasi asam laktat (Nugroho, 2018).
Namun pada waktu inkubasi selanjutnya, kadar asam laktat justru mengalami
penurunan. Seperti pada gambar 4.2 dengan starter bakteri asam laktat pada saat
waktu inkubasi 18 jam, kadar asam laktat 1,116 %, kemudian menurun saat waktu
inkubasi 24 jam dengan kadar asam laktat 1,0908 %, begitu pula halnya dengan
starter yakult yang bahkan lebih dulu menurun pada waktu inkubasi 18 jam.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiawati (2015)
bahwa pada waktu inkubasi yang semakin bertambah diakhir,maka akan adanya
degradasi asam laktat yang disebabkan asam laktat dimetabolisme oleh mikroba
menjadi energi yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup atau berkembang biak
sehingga kadar asam laktat mengalami penurunan (Ardiawati, 2015).

Selanjutnya mengenai perbandingan jumlah konsentrasi asam laktat terhadap


kedua sampel yaitu dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus serta dengan menggunakan starter yakultdari praktikum kali ini
didapat bahwa pembuatan yoghurt yang menghasilkan asam laktat dalam kadar
yang paling baik adalah dengan menggunakan starter bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Adapun dengan menggunakan starter
yakult konsentrasi asam laktat lebih cepat mengalami penurunandibandingkan
menggunakan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2019),
bahwa hal tersebut terjadi karena yoghurt akan lebih efektif dibuat menggunakan
starter dari bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus dan Streptococcus daripada
starter lainnya. Atau dapat dikatakan bahwa kombinasi starter dalam pembuatan
yogurt dengan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang
dapat tumbuh bersama-sama secara simbiosis sehingga akan menghasilkan asam
lebih banyak dari pada digunakan hanya salah satu saja atau starter lainnya seperti
yakult (Purnomo, 2019).

Tabel 4.2 SNI (2981:2009) Yoghurt


(Badan Standarisasi Nasional, 2009)
Berdasarkan tabel standar SNI yoghurt diatas, kami temukan bahwa yoghurt
hasil dari praktikum kali jika dibandingkan dengan SNI yoghurt maka diperoleh
bahwa kedua yoghurt yang dihasilkan pada percobaan kali ini telah memenuhi
standar SNI yoghurt. Karena kedua yoghurt dengan starter yang berbeda tersebut
memiliki hasil kadar asam laktat yang berada diantara 0,5%-2% sesuai dengan
standar SNI yoghurt tahun 2009. Yaitu pada starter Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus dengan kadar asam laktat 1,0908% dan pada starter
yakult dengan kadar asam laktat 0,504%.

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan pembuatan yoghurt yang telah dilakukan di peroleh


kesimpulan:

1. pH akhir yang didapat pada percobaan pembuatan yoghurt yang telah


dilakukan adalah 4 dengan kadar asam laktat sebanyak 1,08% pada waktu
24 jam inkubasi menggunakan starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus. Sedangkan kadar asam laktat yang didapat
dengan menggunakan starter yakult adalah sebanyak 0,504% dengan
waktu inkubasi yang sama.
2. Dari kedua hasil tersebut, ditemukan bahwa yakult dengan starter bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus memiliki kadar
asam laktat yang lebih baik dari pada starter yakult.
3. Jika dibandingkan dengan SNI yoghurt maka diperoleh bahwa kedua
yoghurt yang dihasilkan pada percobaan kali ini telah memenuhi SNI
yoghurt. Karena kedua yoghurt yang dihasilkan memiliki kadar asam
laktat yang berada diantara 0,5% - 2% sesuai dengan standar SNI yoghurt
tahun 2009.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiawati, Y. dan. Hidayati, N. F. (2015). Pengaruh waktu inkubasi terhadap
kadar asam laktat dalam pembuatan fruithurt dari kulit buah semangka.
Seminar nasional sains dan teknologi. 17, November 2019, Jakarta,
Indonesia. Hal. 4

Arini, L.D.D. (2017). Pemanfaatan bakteri baik dalam pembuatan makanan


fermentasi yang bermanfaat untuk kesehatan. Jurnal Biomedika. 3 (1):
1-3
Nugroho, E.D. dan. Rahayu, D.A. (2018). Penuntun praktikum bioteknologi. Edisi
ke-3. DEEPUBLISH. Yogyakarta.
Nurwanto, dkk.(2016). Total Bakter Asam Laktat, Kadar Asam Laktat, dan Warna
Yogurt Drink dengan Penambahan Ekstrak Bit (Beta Vulgaris L).
Jurnal aplikasi teknologi pangan. 5 (4): 154-156
Purnomo, D, dkk. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Minuman Yoghurt dengan
Starter Lactobacillus Casei terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
dan Escherichia Coli. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran
UNTAN. 4(1): 1-9
Rachman, dkk. (2016). Pembuatan dan aktivitas antibakteri yoghurt hasil
fermentasi tiga bakteri. Jurnal Al-Kimia. 4(2): 22-30
Wakidah, N, dkk.(2017). Fresh Milk Yoghurt With Addition Extracts of Ginger
Pulp from Destilation Essential Oil. Jurnal Proceeding Biology
Education Conference. 14 (1): 278-284
Widiastuti, A, judiono.(2017). Effect of Substitution of Lablab Bean Juice
purpureus (L.) sweet and Skim Milk Substitution Organoleptic
Characteristic, pH Value, and Total Lactic Acid Bacteria of Lablab
Yoghurt. Jurnal media gizi indonesia. 12 (1): 72-79

LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

Tabel A.1 Hasil pengukuran pH dan volume titrasi pada sampel yoghurt dengan
starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcusthermophillus

Waktu Volume Volume Titrasi


Inkubasi (jam) Sampel (ml)
pH
(ml) I II III Rata-
rata
0 6 5 1,4 1,4 1,2 1,3
12 4 5 3,6 3,8 4 3,8
18 4 5 6 6,2 6,4 6,2
24 4 5 6,4 5,8 6 6,06

Tabel A.2 Hasil pengukuran pH dan volume titrasi pada sampel yoghurt dengan
starter yakult
Waktu Volume Volume Titrasi
Inkubasi (jam) Sampel (ml)
pH
(ml) I II III Rata-
rata
0 6 5 1,5 1,3 1,3 1,36
12 4 5 4,3 4 3,9 4,06
18 4 5 3,2 3 2,8 3
24 4 5 3,4 3,4 2,6 2,8

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN DATA
Diketahui:

N NaOH : 0,1 N
V C 3 H 6 O 3 : 5ml
BM C 3 H 6 O3 : 90
Kadar asam laktat dapat dicari dengan menggunakan rumus:

VNaOH ×N×BM
×100 %
Kadar asam laktat : Vsampel×1000

Menggunakan rumus tersebut dapat kita cari kadar asam laktat dari masing-
masing percobaan.

B.1 Perhitungan kadar asam laktat pada sampel yoghurt dengan starter
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus

a. Waktu inkubasi 0 jam:


VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Vsampel×1000
Kadar asam laktat

1,3×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=0 , 234 %

b. Waktu inkubasi 12 jam:


VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat Vsampel×1000
3,8×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=0 , 684 %

c. Waktu inkubasi 18 jam:


VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat Vsampel×1000
6,2×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=1 , 116%

d. Waktu inkubasi 24 jam:


VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat Vsampel×1000
6 , 06×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=1 , 0908 %
0 , 234+0 , 684+1, 116+1 ,0908
= =0 ,781 %
Rata-rata kadar asam laktat 4

B.2 Perhitungan kadar asam laktat pada sampel yoghurt dengan starter
yakult
a. Waktu inkubasi 0 jam:
VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat Vsampel×1000
1 , 36×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=0 , 2448 %

b. Waktu inkubasi 12 jam:


VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat : Vsampel×1000
4 , 06×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=0 , 7308 %

c. Waktu inkubasi 18 jam:


VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat Vsampel×1000
3×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=0 , 54 %

d. Waktu inkubasi 24 jam:

VNaOH×N ×BM
= ×100 %
Kadar asam laktat Vsampel×1000
2,8×0,1×90
= ×100 %
5×1000
=0 , 504 %
0 , 2448+0 , 7308+0 , 54+0 , 504
= =0 ,504 %
Rata-rata kadar asam laktat 4

LAMPIRAN C
GAMBAR

7
6
5
4
pH

3
2
1
0
0 12 18 24
Waktu Inkubasi (jam)

Gambar C.1 Hubungan waktu inkubasi terhadap pH

1.2
Konsentrasi Asam Laktat (%)

0.8

0.6 Starter
Lactobacillus
0.4 bulgaricus dan
Streptococcus
0.2 thermohillus

0
Starter yakult
0 12 18 24
Waktu inkubasi (jam)

Gambar C.2 Hubungan waktu inkubasi terhadap konsentrasi asam laktat


Gambar C.3 Tahap pasteurisasi

Gambar C.4 Tahap menginokulasikan sampel mikroba

Gambar C.5 Tahap inkubasi sampel


Gambar C.6 Tahap Pengukuran pH

Gambar C.7 Tahap analisa asam laktat

Anda mungkin juga menyukai