1. Praktikan wajib menggunakan kemeja rapih dan sopan setiap akan melakukan zoom
meeting.
2. Format nama akun pada zoom meeting adalah (Kelompok_Nama_3 digit NRP terakhir)
3. Praktikan diharapkan dapat memastikan kondisi jaringan tetap stabil selama zoom meeting
berlangsung.
4. Praktikan diharapkan untuk mencari tempat yang tenang agar meminimalisir kegaduhan.
7. Praktikan wajib stand by di ruang zoom meeting 15 menit sebelum jadwal yang telah
ditentukan.
8. Jika terlambat 10 menit dari jadwal zoom meeting dimulai, tidak dapat mengikuti praktikum
online.
9. Selama zoom meeting berlangsung praktikan wajib menyalakan kamera / webcam dan
dilarang mengganti background.
10. Selama zoom meeting berlangsung praktikan harus tertib dan sopan.
11. Selama zoom meeting berlangsung praktikan dilarang makan,merokok serta vapping.
12. Apabila praktikan hendak meninggalkan ruang zoom meeting saat
praktikum online berlangsung harus izin terlebih dahulu pada asisten yang bersangkutan.
13. Laporan praktikum dikumpulkan hari sabtu pukul 23.59 WIB.
14. Praktikan harus melengkapi semua tugas praktikum, apabila tugas praktikum tidak lengkap,
maka nilai praktikum tidak akan diproses.
15. Praktikan wajib mentaati seluruh tata tertib praktikum Analisis Pangan.
Menyetujui
( Zahra Ashri A )
TATA TERTIB PRAKTIKUM ONSITE ANALISIS PANGAN 2021/2022
1. Praktikan wajib membawa dan menggunakan APD (jaslab, masker, sarung tangan, dan
hairnet).
2. Memakai kemeja lengan panjang tidak dilipat dan tidak menggunakan kaos polo.
4. Mengenakan nametag depan dan belakang selama praktikum berlangsung, nametag tidak
ditempel.
8. Setelah selesai praktikum, peralatan harus dibersihkan kembali dan ditempatkan pada tempat
semula dalam keadaan bersih, utuh, serta dalam jumlah yang sama dengan semula.
10. Praktikan dilarang menggunakan alat komunikasi selama praktikum berlangsung kecuali
mendesak.
11. Praktikan yang memiliki sakit bawaan diwajibkan membawa obat-obatan pribadi.
12. Apabila praktikan sakit pada saat praktikum di laboratorium segera menghubungi asisten
yang sedang bertugas.
14. Praktikan wajib mentaati seluruh tata tertib praktikum Analisis Pangan.
HASIL PENGAMATAN
PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN
Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2021
Asisten : Silvia Malanti
Sampel: MASAKO
W₁ = 24,675 gram
W₂ = 24,643 gram
Jawab :
𝑊₁ − 𝑊₂
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 (%) = × 100%
𝑊₁ − 𝑊₀
24,675 − 24,643
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 (%) = × 100%
24,675 − 23,654
0,032
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 (%) = × 100%
1,021
PEMBAHASAN
Fungsi alat pada penentuan kadar air metode gravimetri diantaranya
terdapat cawan uap yang berfungsi untuk menampung suatu padatan atau
sampel. Neraca digital berfungsi sebagai alat penimbangan. Eksikator berfungsi
untuk mengikat air yang diuapkan pada sampel. Tang krus berfungsi untuk
menjepit cawan panas. Oven berfungsi untuk mengeringkan bahan atau sampel.
Fungsi bahan yaitu sampel D (masako) sebagai sampel yang ditentukan kadar
airnya. Fungsi perlakuan diantaranya cawan dikonstankan untuk menetapkan
berat cawan agar tidak berubah saat ditambahkan dengan sampel. Pemanasan
dilakukan untuk menguapkan kadar air yang ada di dalam sampel. Cawan
didiamkan di ruang terbuka yang berfungsi untuk mendinginkan suhu cawan
agar pada saat dimasukan ke dalam eksikator tidak terjadi bumping.
Perbandingan dengan SNI yaitu kadar air yang terkandung pada sampel
D (masako) atau kaldu bubuk maksimal 4%, sehingga kadar air sampel yang
diujikan yaitu 3,134% memenuhi syarat SNI (Octaviyanti, 2017).
bumping.
Menurut Sudarmadji (2010) Air adalah suatu unsur yang penting dalam
bahan pangan, meskipun bukanlah sumber nutrient seperti bahan lainnya, namun
air memiliki peran yang sangan penting dalam kelangsungan hidup makhluk
hidup. Air dalam suatu bahan pangan terdapat dalam berbagai jenis, yaitu:
o Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan pori-
pori yang terdapat pada bahan.
o Air yang terikat secara lemah, dikarenakan terserap (teradsorbsi) pada
permukaan kolloid makromolekuler seperti protein, pektin pati, selulosa. Air
pun terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang
ada dalam sel. Air dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas
dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan
kolloid disebut ikatan hidrogen.
o Air dalam keadaan terikat kuat, yaitu membentuk hidrat. Ikatannya bersifat
ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan.
o Metode Pengeringan
Penguapan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian,
menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah
diuapkan.
o Metode Destilasi
Menguapkan air dengan sebagai pembawa cairan kimia yang mempunyai titik
didik lebih tinggi dibandingkan air dan tidak dapat bercampur dengan air serta
mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.
o Metode Khemis
Terdapat cara titrasi Karl Fischer, dimana menitrasi sampel dengan larutan
iodin dalam metanol. Cara Kalsium Karbid, dimana berdasarkan reaksi antara
kalsium karbid dan air akan menghasilkan gas asetilin. Cara Asetil Klorida,
dimana reaksi asetil klorida dan air menghasilkan asam yang dapat dititrasi
menggunakan basa.
o Metode Fisis
Ada beberapa cara diantaranya, berdasarkan tetapan dielektrikum, dimana
diperlukan kurva standar yang melukiskan hubungan antara air dan tetapan
dielektrikumnya. Berdasarkan konduktivitas listrik atau resistansi dan
berdasarkan resonansi nuklir magnetik.
o Metode Khusus misalnya dengan kromatografi
o Kelebihan
Mudah, sederhana, memiliki modal yang murah.
o Kekurangan
▪ Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama
dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-
lain.
▪ Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau
karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
▪ Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat,
sulit melepaskan airnya, meskipun sudah dipanaskan.
Silica gel adalah sebuah alat yang digunakan sering diberi warna guna
memudahkan apakah bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau belum. Bila
sudah jenuh akan berwarna merah muda dan bila dipanaskan menjadi kering
berwarna biru. Penyerap air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam
sulfat, silika gel, allumunium oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium
sulfat atau barium oksida (Sudarmadji, 2010).
apakah sudah menguap atau tidak. Cara mengkonstanan yaitu dengan metode
pengeringan pada cawan bisa menggunakan oven, kemudian dibiarkan diudara
terbuka. Setelah itu, dimasukan ke dalam eksikator dan ditimbang untuk
mengetahui berat nya. Melakukan hal yang sama hingga didapatkan berat konstan
(Nurmalasari, 2017).
Syarat sampel atau bahan yang digunakan pada penentuan kadar air
metode gravimetri yaitu sampel yang tidak mengandung senyawa yang mudah
mengikat air, sampel yang tidak mengandung bahan bersifat volatil dan memiliki
kadar air rendah. Selain itu, sampel yang tidak mengalami dekomposisi
(Sudarmadji, 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada penentuan kadar air dengan metode
gravimetri dapat disimpulkan bahwa kadar air yang didapatkan pada sampel
masako sebesar 3,134%.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin. (2001). Strategi Pengembangan Industri Garam di Indonesia .
Yogyakarta: Kanisius.
Sampel: Wortel
HASIL PENGAMATAN
Hasil Percobaan Kadar Air Metode Destilasi
Vair dipipet = 5 mL
Jawab :
a) FD
𝑉 𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐹𝐷 =
𝑉 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
4,4
𝐹𝐷 =
5
𝐹𝐷 = 0,88
b) Kadar Air (%)
𝑊 𝑎𝑖𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟(%) = × 𝐹𝐷 × 100%
𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1,4
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟(%) = × 0,88 × 100%
3
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟(%) = 41,06%
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya terdapat batu didih yang
berfungsi untuk meratakan panas. Labu didih berfungsi untuk menampung
sampel yang akan didestilasi. Oven berfungsi sebagai alat pemanas atau
pengeringan sampel. Kondensor sebagai tempat untuk terjadinya proses
kondensasi atau penguapan. Fungsi bahan pada percobaan ini adalah pelarut
toluene berfungsi untuk memudahkan pembacaan skala dimana memiliki berat
jenis lebih rendah dibandingkan dengan air. Sampel D (wortel) untuk ditentukan
kadar airnya. Fungsi perlakuan yang dilakukan diantaranya membilas labu didih
dengan alkohol 70% untuk melarutkan dan menghilangkan lemak. Pengeringan
dilakukan untuk menguapkan air secara optimal.
Berdasarkan data SNI 3163:1992 kadar air yang dimiliki wortel yaitu
sebesar 87%, sehingga kadar air yang diujikan di laboratorium memenuhi syarat
mutu SNI (Apriyanto, 1989).
Toluene adalah suatu cairan yang tidak dapat larut di dalam air, memiliki
aroma yang khas dan digunakan pada metode destilasi. Toluene ini adalah
hidrokarbon aromatic. Zat yang dapat menggantikan adalah benzene, xylol,
xylone, dan dantetrakloroetilen (Sudarmadji, 2010).
Alat penampung Stark Dean adalah alat yang memiliki fungsi untuk
menampung hasil destilasi yang terdiri dari 2 fasa berdasarkan berdasarkan berat
jenisnya dan tidak akan larut ke dalam air (Sudarmadji, 2010).
Fungsi alkohol 70% yaitu untuk melarutkan lemak pada labu destilasi
juga memiliki fungsi sebagai media untuk mempercepat penguapan saat proses
destilasi (Hardjono, 2018).
Cara untuk mempercepat proses destilasi dipengaruhi oleh suhu dan juga
jenis pelarut yang digunakan (Winarno, 1992).
Fakto-faktor yang ada pada proses destilasi adalah zat pelarut, sampel
bahan, suhu, dan lama waktu pemanasan (Hardjono, 2018).
Jenis sampel atau bahan yang diuji yaitu dilihat dari bahan pelarut yang
di
Laboratorium Analisis Pangan, Universitas Pasundan
Praktikum Analisis Pangan 2021/2022
digunakan haruslah memiliki berat jenis dibawah air. Hal ini akan memudahkan
saat pembacaan volume dalam hasil akhir dari destilasi. Apabila mengambil
pelarut yang memiliki berat jenis lebih tinggi diatas air akan menyulitkan pada
saat pembacaan volume. Hindari penggunaan sampel yang mengandung gliserol
(Andarwulan, 2019).
Titik didih toluen yaitu sebesar 110,60°C sedangkan air memiliki titik
didih sebesar 100°C. Kedua titik didih ini akan mempengaruhi pada proses
destilasi. Dimana akan terbentuk 2 fasa, sehingga volume dapat terbaca (David,
2001).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penetapan kadar air dengan metode
destilasi pada sampel D (wortel) dapat disimpulkan bahwa Kadar air dari wortel
sebesar 41,06%.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N. (2019). Analisis Pangan. Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Diah, W. (2016). Optimasi Proses Destilasi Uap Essential Oil. Jurnal Reka
Buana, 105-109.
Supaya. (2019). Refdes Kombinasi Alat Refluks dan Distilasi, Upaya Efisiensi
Proses Refluks dan Distilasi. 2, 41-46.
Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2021
Asisten : Silvia Malanti
Sampel: Kwetiaw
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan pada uji batas timbal ini diantaranya pH
universal berfungsi untuk mengetahui pH sampel. Labu ukur berfungsi sebagai
media penampung pada saat proses pengenceran. Nessler berfungsi sebagai
media penampung larutan baku timbal (Pb). Fungsi bahan yang digunakan pada
uji batas timbal adalah HAC berfungsi untuk menurunkan pH apabila pH yang
didapatkan lebih dari 4. NH₄OH berfungsi untuk menaikan pH, apabila pH yang
didapatkan kurang dari 3. Aquadest berfungsi dalam proses pengenceran. Na₂S
berfungsi sebagai pereaksi dari Pb ditandai dengan adanya endapan hitam.
Fungsi perlakuan diantaranya penghomogenan yang berfungsi untuk
mencampurkan 2 senyawa berbeda sehingga menjadi suatu larutan yang sama.
Pengenceran berfungsi untuk menurunkan konsentrasi pada sampel.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi adalah pada saat pengenceran yaitu
penambahan aquadest berlebih sehingga membuat hasil pengenceran tidak
akurat. Tidak melalukan penghomogenan, sehingga larutan yang didapat tidak
akurat.
yang akan diujikan. Larutan ini adalah larutan dengan tingkat kemurnian tertentu
yang digunakan sebagai pembanding dari uji batas timbal (Mardatillah, 2018).
Sumber timbal yaitu air yang berasal dari pembuangan limbah yang
mengandung timbal. Selain itu bisa dari transportasi, dan untuk dari bahan
pangannya sendiri ada ikan yang terpapar oleh logam timbal (Surani, 2002).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan Uji batas timbal (Pb) dengan sampel D
(kwetiaw) dapat disimpulkan bahwa hasil uji batas timbal bernilai negatif (-),
maka dinyatakan memnuhi syarat. Hal ini ditandai dengan ketidakadanya
endapan hitam.
DAFTAR PUSTAKA
APHA. (2012). Standard Method for the Examination of Water and Wastewater
(22nd ED.). New York : American Public Health Association Inc.
Dellyani, H. (2010). Pengaruh Timbal (Pb) Pada Udara Jalan Tol terhadap
Mikroskopis Ginjal dan Kadar Timbal (Pb) dalam Darah Mencit Balb.
Tesis.
Sampel: Bakso
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan pada uji batas Arsen ini diantaranya guzzeit
berfungsi sebagai penampung sampel. Labu ukur berfungsi sebagai media
penampung pada saat proses pengenceran. Fungsi bahan yang digunakan pada
uji batas arsen adalah PbAc untuk menahan gas yang terbentuk akibat
dekomposisi. Kertas saring berfungsi sebagai indikator zat arsen. Aquadest
berfungsi dalam proses pengenceran. HCl berfungsi untuk mereduksi granula,
dan membentuk noda coklat pada kertas saring. Fungsi perlakuan diantaranya
penghomogenan yang berfungsi untuk mencampurkan 2 senyawa berbeda
sehingga menjadi suatu larutan yang sama. Pengenceran berfungsi untuk
menurunkan konsentrasi pada sampel.
Metode lain untuk mengentahui uji batas arsen yaitu dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) diukur dengan panjang gelombang
sebesar 283,3 nm dan spektofotometri cara I (metode biru molybdenum), Cara
II (metode perak dieiltiokarbamat) (SNI 01-4866-1998).
Faktor kesalahan yang dapat terjadi adalah pada saat pengenceran yaitu
penambahan aquadest berlebih sehingga membuat hasil pengenceran tidak
akurat. Tidak melalukan penghomogenan, sehingga larutan yang didapat tidak
akurat.
Reaksi yang terjadi yaitu saat penambahan HCl, mulut tabung akan di
tutup dengan sertas saring yang ditetesi oleh HgCl₂ dan arsen yang terbentuk
berupa gas yang akan melewati kapas PbAc dan bereaksi dengan Hg²⁺ pada kertas
saring sehingga menimbulkan noda coklat (Svehla, 1990)
Arsen (As) adalah unsur yang beracun dan sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Alaminya, arsen dihasilkan dari letusan gunung vulkanik
yang dapat melepas sekitar 3000ton setiap tahunnya. Arsen banyak ditemukan di
dalam air tanah, terbagi dalam 2 bentuk ada yang tereduksi ada pula yang
terbentuk dalam kondisi anaerobik dan sering dikenal dengan arsenit (Titin, 2010)
Arsen adalah elemen yang tersebar luas dengan sifat seperti mineral.
Senyawa arsen sangatlah kompleks dan berbeda antara arsen bentuk organik dan
anorganik. Senyawa arsen anorganik yang terpenting adalah arsen trioksida
(As₂O₃). Pada suhu diatas 1073°C senyawa arsen ini dapat dihasilkan dari hasil
samping produksi tembaga dan pembakaran batu bara. Arsen trioksida
mempunyai titik didih 465°C dan akan menyublim pada suhu rendah. Kelarutan
arsen trioksida dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25°C dan 8,2% pada
98°C. Sedikit larut dalam asam membentuk asam arsenida. Arsen trioksida sangat
cepat larut dalam asam klorida dan alkalis (Sukar, 2003).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan Uji batas timbal (As) dengan sampel D
(Bakso) didapatkan bahwa hasil uji batas Arsen bernilai positif (+), maka
dinyatakan tidak memnuhi syarat. Hal ini ditandai dengan adanya noda coklat
pada kertas saring.
DAFTAR PUSTAKA
LIANQ P., L. (2009). Speciation of As (III) ) and As (V) in water samples by
dispersive liquid-liquid microextraction separation and determination
by Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrophotometry.
SNI, 0.-4.-1. (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan.
Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2021
Asisten : Silvia Malanti
VNaOH = 1,01 mL
NNaOH = 0,9323 N
VHCl = 10 mL
NHCl = 0,1015 N
Ditanyakan :
a) Kadar abu
b) Angka abu
c) Angka asam
d) Kebebasan abu
Jawab :
26,113 − 26,098
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 (%) = × 100%
1,004
1
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑏𝑢 = × [𝑉 × 𝑁𝐻𝐶𝑙 ] − [𝑉 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻] × ∅
𝑊𝑎𝑏𝑢
1 100
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑏𝑢 = × [10 × 0,1015] − [1,01 × 0,9323] ×
0,0149 10
1 (𝑉 × 𝑁𝐻𝐶𝑙 ) − (𝑉 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻)
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐴𝑠𝑎𝑚 = ×[ ]×∅
𝑊𝑎𝑏𝑢 0,1
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar abu, angka abu, angka asam
dan kebasaan abu dengan metode gravimetri pada sampel D (susu coklat bubuk
zee) didapatkan nilai Wcawan konstan sebesar 26,098 gram, Wcawan + abu sebesar
26,113 gram, Wsampel sebesar 1,004 gram, VNaOH sebesar 1,01 mL, NNaOH
sebesar 0,9323 N, VHCl sebesar 10 mL, dan NHCl sebesar 0,1015 N. Nilai kadar
abu sebesar 1,49%. Nilai angka abu sebesar 49,246 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢. Nilai
Angka asam sebesar 492,46 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙 0,1𝑁/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢. Nilai Kebasaan abu
sebesar 49246,3 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙 0,1𝑁/100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢.
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya tanur yang berfungsi
untuk mengeringkan bahan atau sampel pada suhu 600°C, cawan krus sebagai
media atau tempat pengabuan, tang krus untuk mengambil cawan krus dari
tanur. Neraca digital berfungsi sebagai alat penimbangan. Eksikator berfungsi
untuk mengikat air yang diuapkan pada sampel pada kondisi vakum. Fungsi
bahan diantaranya, NaOH 0,1N sebagai larutan baku sekunder dan
phenolphtalein (PP) sebagai indikator. Fungsi perlakuan diantaranya cawan
dikonstankan untuk menetapkan berat cawan agar tidak berubah saat
ditambahkan dengan sampel. Cawan didiamkan di ruang terbuka yang
berfungsi untuk mendinginkan suhu cawan agar pada saat dimasukan ke dalam
eksikator tidak terjadi bumping. Cawan dimasukan ke dalam tanur pada suhu
600°C untuk membentuk abu. Pemanasan cawan yang berisi sampel di atas
kompor untuk mengarangkan sampel dan membentuk karbon berwarna hitam.
Mekanisme penentuan kadar abu dan angka abu yaitu oksidasi semua
zat organik pada suhu yang tinggi yaitu 500-600°C. Dilakukan penimbangan
zat yang tertinggal setelah proses pembakaran disebut kadar abu. Penambahan
etanol pada sis karbon adalah bahan yang mudah terbakar pada saat pemijaran,
senyawa organik dan air akan terdekomposisi menjadi uap, sehingga tersisa
residu anorganik yang menguap dalam suhu tinggi.
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik yang
dipanaskan hingga 600°C (Sudarmadji, 2010)
Perbedaan pengabuan cara basah dan kering yaitu, pada pengabuan cara
kering biasanya digunakan untuk penentuan total abu dalam suatu bahan makanan
dan hasil pertanian, sedangkan cara basah untuk trace element. Cara kering untuk
penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta abu yang tidak larut dalam
asam memerlukan waktu yang relatif lama sedangkan cara basah memerlukan
waktu yang cepat. Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedangkan
cara basah dengan suhu relatif rendah. Cara kering dapat digunakan untuk sampel
yang relatif banyak, sedangkan cara basah sebaiknya sampel sedikit dan
memerlukan reagensia yang kadangkala agak berbahaya. Oleh karena itu,
penentuan cara basah diperlukan koreksi terhadap reagen yang digunakan
(Sudarmadji, 2010).
Fungsi penentuan kadar abu yaitu untuk menentukan kadar mineral yang
terdapat di dalam sampel, angka abu bertujuan untuk mengetahui kandungan
mineral dan kadar abu. Angka asam digunakan untuk menentukan kadar abu
bahan pangan yang berasal dari hewani. Sedangkan kebasaan abu digunakan
untuk menentukan kadar abu yang berasal dari bahan pangan nabati (Sudarmadji,
2010).
Tujuan penentuan kadar abu total adalah untuk menentukan baik atau
tidaknya suatu proses pengolahan, untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan.
Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan.
Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi
menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain (Sudarmadji, 2010).
organik menjadi anorganik, bisa juga mengurangi kadar air. Lalu tahap kedua
adalah proses pemanasan di dalam tanur, dengan suhu 500-600˚C hingga menjadi
abu. (Sudarmadji, 2010)
Suhu pengabuan harus diperhatikan karena banyak elemen abu yang dapat
menguap pada suhu tinggi seperti Na, K, Ca, S, Cl, P dan juga dapat menyebabkan
dekomposisi senyawa tertentu misalnya K2CO3, CaCO3 (Sudarmadji, 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada penentuan kadar abu metode
gravimetri pada sampel D (susu coklat bubuk zee) dapat disimpulkan bahwa
nilai kadar abu sebesar 1,49%. Nilai angka abu sebesar 49,246 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙/
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢. Nilai Angka asam sebesar 492,46 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙 0,1𝑁/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢.
Nilai Kebasaan abu sebesar 49246,3 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙 0,1𝑁/100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢.
DAFTAR PUSTAKA
SNI, 0.-2.-2. (2006). Batas Maksimum Kadar Abu pada Sampel.
N KMnO₄ = 0,0108 N
Ws = 1,004 gram
Ditanyakan :
Jawab :
𝐶𝑎
𝑚𝑔. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 10,058
𝑔
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya tanur yang berfungsi
untuk mengeringkan bahan atau sampel pada suhu 600°C, cawan krus sebagai
media atau tempat pengabuan, tang krus untuk mengambil cawan krus dari
tanur. Neraca digital berfungsi sebagai alat penimbangan. Eksikator berfungsi
untuk mengikat air yang diuapkan pada sampel pada kondisi vakum. Fungsi
bahan diantaranya, NaOH 0,1N sebagai larutan baku sekunder dan
phenolphtalein (PP) sebagai indikator. Fungsi perlakuan diantaranya cawan
dikonstankan untuk menetapkan berat cawan agar tidak berubah saat
ditambahkan dengan sampel. Cawan didiamkan di ruang terbuka yang
berfungsi untuk mendinginkan suhu cawan agar pada saat dimasukan ke dalam
eksikator tidak terjadi bumping. Cawan dimasukan ke dalam tanur pada suhu
600°C untuk membentuk abu. Pemanasan cawan yang berisi sampel di atas
kompor untuk mengarangkan sampel dan membentuk karbon berwarna hitam.
Faktor kesalahan yang biasa terjadi pada penetapan kalsium yaitu saat
penyaringan kurang sempurna sehingga terdapat filtrat masih banyak. Pada saat
titrasi, keran dibuka terlalu besar sehingga Titik Akhir Titrasi berlebih, sehingga
warna yang berubah pekat.
mudah rusak bila terkena sinar matahari, higroskopis, mudah terbakar dan
mempunyai kestabilan terbatas (Chang, 2004).
Sumber kalsium dari bahan pangan yaitu terutama dari susu dan hasil susu.
seperti keju. Kemudian ikan dimakan dengan tulang termasuk ikan kering
merupakan sumber kalsium yang baik (Almatsier, 2004).
Dosis kalsium per harinya yaitu untuk dewasa antara 0,5-4gram perhari,
dibagi dalam 1-3 dosis. Untuk anak-anak, memiliki dosis 0,5-1gram (Ramayulis,
2011).
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan Penetapan Kalsium (Ca) dengan metode
permanganometri dapat disimpulkan bahwa nilai Mg. Ca/ g sampel D (susu
coklat bubuk zee) sebesar 10,058 Mg. Ca/ g.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sunarya. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Grafindo.
Diketahui :
1000 482,19
𝐺𝑟𝑎𝑚 𝐹𝑒(𝑁𝐻₄)𝑆𝑂₄ = × 100 ×
1000 56
Rumus Pengenceran:
𝑉₁ × 𝐶₁ = 𝑉₂ × 𝐶₂
d) Larutan standar 3 mL
3 × 100 = 100 × 𝐶₂
C₂ = 3 ppm
e) Larutan Standar 4 mL
4 × 100 = 100 × 𝐶₂
C₂ = 4 ppm
f) Larutan standar 5 mL
5 × 100 = 100 × 𝐶₂
C₂ = 5 ppm
Konsentrasi
Y (Absorban)
(ppm)
0,5 0,071
1 0,135
2 0,27
3 0,412
4 0,547
5 0,706
A = -0,0035
B = 0,1397
R = 0,9996
= -0,0035
= 0,695
𝑌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑎 + 𝑏(𝑥)
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar abu, angka abu, angka asam
dan kebasaan
0,004 abu dengan
= −0,0035 metode gravimetri pada sampel D (susu coklat bubuk
+ 0,1397(𝑥)
zee) didapatkan nilai kadar abu sebesar 1,49%. Nilai angka abu sebesar
𝑋 = 0,0537
49,246 𝑚𝐸𝑞𝑁𝐻𝐶𝑙/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢. Nilai Angka asam sebesar 492,46 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙 0,1𝑁/
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢. Nilai Kebasaan abu sebesar 49246,3 𝑚𝐸𝑞 𝐻𝐶𝑙 0,1𝑁/100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑏𝑢.
𝑐 × 𝐹𝑃
%𝐹𝑒 = × 100%
𝑊𝑠 × 1000
0,0537 × 10
%𝐹𝑒 = × 100%
1,004 × 1000
%𝐹𝑒 = 0,0534%
PEMBAHASAN
Alat yang digunakan pada penetapan kadar Fe dengan metode
spektrofotometri adalah pipet untuk memindahkan larutan. Fungsi labu takar
sebagai tempat penyimpanan cairan absorban. Fungsi kuvet sebagai dari media
sampel. Fungsi larutan standar untuk menentukan konsentrasi larutan dan
aquadest untuk pengencer. KSCN sebagai indikator warna. Blanko untuk
pengkoreksi absorbansi.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi adalah sampel larutan abu belum
larut sepenuhnya sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat. Rusaknya larutan
blanko dan kesalahan penempatan kuvet sehingga panjang gelombang tidak
dapat terbaca.
Sampel yang digunakan harus dalam bentuk abu karena untuk membentuk
gelombang polikromatis menjadi monokromatis. Sampel yang digunakan harus
dalam bentuk abu karena sudah tidak ada zat organic yang dapat menjadi
kontaminan atau pengganggu, sehingga lebih memudahkan proses analisis sampel
(Devriani, 2014). Karena jika berbentuk aslinya akan sangat sulit sehingga
dilakukan pengabuan agar menjadi lebih mudah dalam pelarutan dan pengenceran
(Sudarmadji, 2010).
Fungsi zat besi bagi tubuh adalah mengikat oksigen dari paru-paru dalam
bentuk proteim hemoglobin, media transportasi besi elektron-elektron dalam sel
membentuk myoglobine mengakibatkan potensi tubuh terserang penyakit
menyebabkan anemia (Susanti, 2013).
Menurut Brown, M (2004), Sumber utama zat besi dalam bahan pangan:
Absorban yaitu suatu polarisasi cahaya yang terserap untuk bahan tertentu
pada panjang gelombang tertentu sehingga memberikan warna tertentu pada
bahan. Sinar yang masuk bersifat monokromatis dan memiliki panjang gelombang
tertentu (Khopkar, 2010).
o Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada didalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan penentuan kadar Fe
dengan metode spektrofotometri pada sampel D (susu coklat bubuk zee) dapat
disimpulkan nilai kadar %Fe sebesar 0,0534%.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, M. (2004). Carotenoid bioavailability is higher from salads ingestd
with full-fat than with fatreduced salad dressings as measured with
electrochemical detection.
Devriani. (2014). Penetapan Kadar Zat Besi (Fe) pada Buah Naga Isi Super
Merah (Hylocereus costaricensis L.) dan Isi Putih (Hylocereus undatus
L.).
Susanti. (2013). Perbandingan Zat Besi dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap
Kadar Hemogoblin.
Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2021
Asisten : Silvia Malanti
Sampel: Masako
Wsampel = 2 gram
Ditanyakan :
Jawab :
0,531 − 0,509
𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = × 100%
2
𝑇𝑃𝑇 = 95,77%
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan pada penetapan total padatan terlarut
diantaranya gelas kimia sebagai penampung sampel. Bunsen sebagai media
pemanas. Kawat kasa sebagai penahan panas saat gelas kimia dipanaskan. Oven
sebagai tempat pengeringan kertas saring. Fungsi bahan yang digunakan yaitu
kertas saring untuk menyaring sampel dibantu dengan aquadest.
Yang termasuk TSS (Total Soluble Solid) adalah lumpur, tanah liat, logam
oksida, sulfide, ganggang, bakteri, dan jamur (Prihartanto, 2017).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan total padatan terlarut pada
sampel D (masako) dapat disimpulkan nilai Total Padatan Terlarut (TPT)
sebesar 95,77%.
DAFTAR PUSTAKA
Harijono. (2001). Pengaruh Kadar Karaginan dan Total Padatan Terlarut Sari
Buah Apel Muda Terhadap Aspek Kualitas Permen Jelly. Teknologi
Pertanian, 2(2), 110-116.
Ningsih. (2018). Analisis Total Padatan Terlarut, Kadar Alkohol, Nilai pH dan
Total Asam pada Kefir Optima dengan Penambahan High Fructose
Syrup (HFS). 84-89.