Anda di halaman 1dari 20

UJI VITAMIN C

Kelompok 6 :
1. Titis Nurmadani
2. Rizki Oktavia
3. Bella Dwi Utami
4. Mukti syarifah
5. Risha Kurnia D.H
Tujuan
Mengidentifikasi kandungan vitamin C pada
makanan
Dasar Teori
Vitamin adalah suatu senyawa organik
yang terdapat di dalam makanan dalam
jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah yang
besar untuk fungsi metabolisme yang
normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan
lemak. Vitamin yang larut dalam lemak
adalah Vitamin A, D, E, dan K dan yang larut
di dalam air adalah vitamin B dan C
(Dorland, 2006).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin
yang larut dalam air dan memiliki peranan
penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari
bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
Asam askorbat adalah 6 atom karbon
lakton yang disintesis dari glukosa yang terdapat
dalam liver. Nama kimia dari asam askorbat 2-
oxo-L-threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol.
Bentuk utama dari asam askorbat yang
dinamakan adalah L-ascorbic dan
dehydroascorbic acid (Naidu, 2003).
Alat dan Bahan
a. Tabung reaksi a. Pipet tetes
b. Plat tetes b. Gelas kimia
c. Kertas saring c. Cabai
d. Corong d. Wortel
e. Mortar dan krus e. Alpukat
f. Pisau f. Iodine atau
g. Spatula betadin
h. Alat tulis g. Air
i. Pepaya
Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil sampel yang akan digunakan dan


menghaluskan menggunakan krus dan mortar

Mengeksraksi sampel dengan menyaringnya


menggunakan kertas saring dan corong serta
tabung reaksi sebagai wadah hasil filtrasi
Meneteskan 1 tetes larutan iodine pada pipet
tetes umtuk satu sampel makanan

Menetesan hasil eksraksi masing-masing


sampel pada larutan iodine sampai warna
iodine hilang

Mencatat jumlah tetesan sampel yang


digunakan kedalam table data
Tabulasi data
No. Sampel Hasil Keterangan

1 Pepaya + 14 tetes

2 Cabai merah + 14 tetes

3 Wortel + 32 tetes

4 Alpukat + 12 tetes

Keterangan :
+ = positif
- = negative
Reagen yang digunakan = iodine (1 tetes)
Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul Uji Vitamin
pada makanan yang telah dilakukan pada hari
senin, 19 Febuari 2018 di Laboratoium IPA
FMIPA UNY. Adapun tujuan dari praktikum ini
yaitu untuk mengidentifikasi kndungan vitamin
C pada makanan. Alat dan bahan yang
digunakan antara lain tabung reaksi, plat tetes,
kertas saring, corong, mortar dan krus, pisau,
spatula, alat tulis, pepaya, pipet tetes, gelas
kimia, cabai, wortel, alpukat, larutan iodine atau
betadin, air.
Langkah kerja yang dilakukan praktikan pertama-tama
memyiapkan alat dan bahan, selanjutnya m Mengambil
sampel yang akan digunakan dan menghaluskan
menggunakan krus dan mortar. Kemudian
mengeksraksi sampel dengan menyaringnya
menggunakan kertas saring dan corong serta tabung
reaksi sebagai wadah hasil filtrasi. Mengeksraksi sampel
dengan menyaringnya menggunakan kertas saring dan
corong serta tabung reaksi sebagai wadah hasil filtrasi.
Langkah selanjutnya meneteskan 1 tetes larutan iodine
pada pipet tetes umtuk satu sampel makanan dan
menetesan hasil eksraksi masing-masing sampel pada
larutan iodine sampai warna iodine hilang. Mencatat
jumlah tetesan sampel yang digunakan kedalam table
data.
Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia
yang larut dalam air (Perricone, 2007:117). Vitamin C
memiliki banyak manfaat dalam tubuh, sehingga
suplement vitamin C banyak ditemukan di pasaran.
Namun, tanpa suplement tersebut kitapun dapat
memenuhi kebutuhan vitamin C dengan
mengkonsumsi buah-buahan.
Dalam pengujian ini menggunakan betadine sebagai
indikator keberadaan vitamin C. Pada kemasan
betadine tertera bahwa betadine mengandung povidone
iodine 10% yang setara dengan iodine 1%. Iodine ini lah
yang sebenarnya menjadi indikator, karena reaksi
antara asam askorbat dalam vitamin C dan iodin akan
menghilangkan warna dari iodine.
Reaksi tersebut adalah:

Dalam percobaan ini menggunakan betadine


sebagai larutan iodin yang dimana iodin sebagai
agen oksidasi yang dapat digunakan untuk
menitrasi agen reduksi yang kuat.
Setelah dilakukan pengujian, terlihat urutan vitamin
C pada sampel dari yang paling tinggi ke yang paling
rendah adalah wortel, papaya, cabai rawit dan
alpukat. Urutan ini diperoleh dari jumlah tetesan
sampel pada larutan betadin.

Semakin banyak jumlah tetesan sampel maka


semakin banyak vitamin C yang ada dalam sampel
tersebut. Hal ini dikarenakan semakin banyak
vitamin C yang terkandung pada bahan makanan,
maka dia kan mengikat molekul zat warna iodine
lebih banyak juga.
Jadi warna yang dihasilkan pada bahan
makanan yang mengandung vitamin C menjadi
bening atau keruh menunjukkan tidak ada lagi
molekul zat warna iodine bebas karena sudah
diikat oleh vitamin C . Sedangkan apabila
kandungan vitamin C pada larutan sedikit, maka
zat warna iodine tidak terikat sempurna.
Berdasarkan literature, kandungan vitamin C
dalam wortel sebesar 6-9 mg, pada cabai rawit
sebesar 70 mg, pada pepaya kandungan vitamin
C per 100 gram papaya sebesar 46-125 mg,
sedangkan pada alpukat sendiri sebesar 2,3-7,3
mg (Prasetyowati dkk, 2010). Sehingga apabila
diurutkan kandungan vitamin dari paling tinggi
ke paling rendah secara berurutan yaitu pepaya,
cabai rawit, wortel, dan alpukat.
Ketidaksesuaian antara literature dan hasil
praktikum dipengaruhi beberapa faktor anatara
lain :
1. bahan atau sampel yang digunakan kurang
segar karena sudah didinginkan didalam
kulkas sebelumnya, terutama pada pepaya
yang digunakan sudah sedikit lembek tekstur
buahnya karna sudah terlalu tua dan sudah
beberapa hari didalam kulkas, sehingga
mempengaruhi hasil percobaan.
Menurut Sudarmaji (1996), Vitamin C adalah
vitamin yang paling tidak stabil dari semua
vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan
dan penyimpanan. Disamping itu sangat larut
dalam air dan mudah teroksidasi dan proses
tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali,
enzim, oksidator, serta oleh alkalis tembaga dan
besi. Sumber utama vitamin C dalam makanan
adalah buah dan sayur. Buah yang masih
mentah lebih banyak mengandung vitamin C,
semakin tua buah maka semakin berkurang
kandungan vitamin C nya.
2. kesalahan dalam penetesan sampel menggunakan
pipet tetes yang mengakibatkan buah atau sari
buah yang masuk volume tetesannya tidak sama.

Kandungan vitamin C dalam buah-buahan


ataupun sayuran memang tidak setinggi vitamin
C dalam tablet. Namun jika dilihat dari
kebutuhan vitamin C 100mg/hari, konsumsi buah
dan sayur sudah mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan vitamin C. Ditambah lagi di dalam
buah-buahan banyak juga terdapat zat lain yang
juga berguna bagi tubuh. Sehingga juga dapat
memenuhi kebutuhan zat lain selain vitamin C.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan
praktikan maka dapat disimpulkan bahwa :
Uji kandungan vitamin C paling tinggi
berdasarkan hasil praktikum berturut turut
yaitu wortel, pepaya, cabai dan alpukat.
Sedangkan menurut literature urutan yang
benar yaitu papaya, cabai rawit, wortel dan
alpukat.
Daftar pustaka
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman
Buah-Buahan. Bandung : Penerbit Sinar Baru.
Sudarmadji, Slamet, dkk. 2010. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Liberty Yogyakarta
Surahman DN & Darmajana DA. 2004 . Kajian
Analisis Kandungan Vitamin dan Mine ral
pada Buah-Buahan Tropis dan Sayur- Sayuran di
Toyaman Prefecture Jepang.
Dalam: Prosiding Seminar Nasional rekayasa
Kimia dan Proses. Semarang : Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Undip.

Anda mungkin juga menyukai