Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C

DALAM CABAI RAWIT (Capsicum fructuscens L.) SECARA IODIMETRI

*)Adhitama Asmal
*)Akademi Farmasi Toraja
**)Program Studi D-III Farmasi Akademi Farmasi Toraja

ABSTRAK

Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh yang berfungsi membantu proses
metabolisme tubuh. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen interseluler. Penelitian ii bertujuan untuk
mengetahui kadar vitamin C dengan menggunakan Iodimetri. Hasil penelitian menunjukkan kadar vitamin C yang
diperoleh sebesar 11 mg/ 10 gram. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar vitamin C pada cabai rawit dapat
ditentukan dengan metode iodimetri dengan hasil 11 mg/ 10 gram sampel. Perlu dilakukan uji vitamin C (asam
askorbat) pada cabai dengan jenis dan varietas yang berbeda untuk dibandingkan kandungan vitamin C terbesarnya.

Kata kunci : Vitamin C, Cabai Rawit (Capsium fructuscens L.), Iodimetri

PENDAHULUAN iodium yaitu secara langsung disebut titrasi iodimetri,


dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi
A. Latar Belakang reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara
Sayuran bagi masyarakat Indonesia tidak bisa kuantitatif pada titik ekivalennya.
ditinggalkan dalam kehidupan sehari‐hari karena Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
manfaatnya yang begitu banyak di antaranya adalah menganalisis dan menetapkan kadar vitamin C yang
sebagai sumber vitamin dan protein. Di Indonesia, terkandung dalam cabai rawit (Capsicum fructuscens
sayuran hampir dijumpai pada semua makanan. Cabai L.) dengan metode iodimetri, karena peneliti ingin
merupakan sayuran yang kebanyakan ditemui dalam membuktikan apakah metode iodimetri dapat
masakan Indonesia sehingga dapat membuktikan digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C pada
bahwa masyarakat Indonesia sangat menyukai cabai berbagai buah dan sayuran, salah satunya untuk
(Prajnanta, 2007). menetapkan kadar vitamin C yang ada dalam cabai
Cabai rawit (Capsicum fructuscens L. ) adalah rawit, supaya masyarakat mengetahui jumlah kadar
sayuran dan tumbuhan anggota genus Capsicum. vitamin C yang dalam cabai rawit (Wulandari, 2012).
Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer
sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia B. Rumusan Masalah
Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia 1. Apakah dalam cabai rawit (Capsicum
dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di fructuscens L.) mengandung vitamin C ?
Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat 2. Berapa kadar vitamin C dalam cabai rawit
masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit (Capsicum fructuscens L.) ?
dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa
Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird's C. Tujuan Penelitian
eye chili pepper. Secara umum cabai memiliki banyak 1. Untuk mengetahui apakah dalam cabai rawit
kandungan gizi di antaranya kalori, protein, lemak, (Capsicum fructuscens L.) mengandung vitamin
serat, garam mineral (Ca, P, Fe, K), kapsaicsin dan C.
vitamin (provitamin A dan C) (Dalimartha, 2000). 2. Untuk mengetahui berapa kadar vitamin C yang
Vitamin C (asam askorbat) adalah salah satu zat terkandung dalam cabai rawit (Capsicum
gizi yang berperan sebagai antioksidan efektif atau fructuscens L.)
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau
jaringan termasuk melindungi lensa dari kerusakan D. Manfaat Penelitian
oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Vitamin C 1. Menambah pengetahuan peneliti dalam
sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem imun melakukan penelitian.
dan mencegah berbagai penyakit, sekaligus 2. Memberikan informasi kepada masyarakat
membentuk kolagen dan hormon yang diperlukan oleh tentang kandungan vitamin C pada cabai rawit
tubuh dan dapat ikut membantu penyerapan zat besi. (Capsicum fructuscens L.)
Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan 3. Sebagai syarat dalam penyelesaian tugas akhir
titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi pada D-III Farmasi, Akademi Farmasi Toraja.
langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya 4. Sebagai bahan masukan dan sumbangan ilmiah,
lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat khususnya bagi mahasiswa Akademi Farmasi
tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan Toraja.
analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi
Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 99
METODE PENELITIAN 2. Pembuatan larutan Fehling A (Anonim,
Penuntun kimia farmasi 2014)
A. Jenis Penelitian a. Disiapkan alat dan bahan
Jenis penelitian yang digunakan yaitu b. Ditimbang CuSO4 sebanyak 34,64 g,
eksperimental untuk mengetahui adanya kandungan H2SO4 pekat sebanyak 0,5 ml dan
dan kadar vitamin C dalam cabai rawit yang dilakukan aquadest ditambahkan 90 ml dimasukkan
secara kualitatif dengan penambahan benedict, fehling ke dalam labu takar.
A, dan FeSO4 serta secara kuantitatif metode iodimetri. c. Dilarutkan CuSO4 dalam 100 ml
aquadest, diaduk hingga rata.
B. Waktu dan Tempat Penelitian d. Ditambahkan beberapa tetes H2SO4
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober pekat.
2018, di laboratorium kimia farmasi Akademi Farmasi e. Diencerkan sampai 100 ml.
Toraja.
3. Pembuatan larutan FeSO4 2,8% b/v ( FI.ed
C. Sampel Penelitian III hal 660)
Sampel penelitian adalah cabai rawit diperoleh a. Disiapkan alat dan bahan
dari daerah Batusura’, kecamatan Rembon, b. Ditimbang FeSO4 sebanyak 2,8 mg, lalu
kabupaten Tana Toraja. Buah dipetik langsung dari dilarutkan dengan aquades 100 ml yang
pohonnya. telah dididihkan dan dingin.

D. Alat dan Bahan Penelitian 4. Uji Kualitatif


A. Alat a. Benedict
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 1. Disiapkan tabung reaksi
yaitu : Batang Pengaduk, blender, buret 50 ml, 2. Dipipet sampel sebanyak 2 ml,
beaker glass 500 ml, corong kaca, gelas ukur kemudian dimasukkan ke dalam
500 ml, kompor listrik, labu erlenmeyer 250 ml, tabung reaksi.
labu takar 100 ml, neraca, pipet tetes, pipet 3. Ditambahkan 5 tetes benedict,
volum, rak tabung, statif dan klem, tabung kemudian dipanaskan di atas
reaksi. penanggas selama 5 menit.
B. Bahan 4. Jika sampel mengandung vitamin C,
Adapun bahan yang digunakan dalam sampel akan mengalami perubahan
penelitian ini yaitu : Aluminium foil, amilum 1 warna dari hijau kuning sampei
%, aquades, benedict, cabai rawit, fehling A, merah.
FeSO4, H2SO4 10 %, I2 0,1 N, kertas label, b. Fehling A
kertas perkamen, kertas saring, KI 10 %, Na2 1. Disiapkan tabung reaksi.
S2O3 0,1 N, K2Cr2O7. 2. Dipipet sampel sebanyak 2 ml,
kemudian dimasukkan ke dalam
E. Cara Kerja tabung reaksi.
A. Penyiapan Sampel 3. Ditambahkan 5 tetes fehling A,
a. Cabai rawit diperoleh dari daerah Batusura, kemudian dipanaskan di atas
kecamatan Rembon kabupatenTana Toraja. penangngas selama 5 menit.
b. Cabai rawit yang dipetik, yaitu buah yang 4. Jika sampel mengandung vitamin C,
sudah berwarna merah. sampel akan mengalami perubahan
c. Sampel dibersikan dan dicuci. warna dari kuning sampai merah
d. Ditambang cabai rawit sebanyak 10g, bata.
kemudian diblender dan disaring c. FeSO4
menggunakan kertas saring. 1. Disiapkan tabung reaksi.
e. Sampel siap digunakan. 2. Dipipet sampel sebanyak 2 ml
sampel, kemudian dimasukkan ke
B. Metode Analisis Kualitatif dalam tabung reaksi.
1. Pembuatan larutan Benedict (Anonim, 3. Ditambahakan 5 tetes FeSO4 + 3 tetes
penuntun kimia farmasi 2014) NaHCO3
a. Disiapkan alat dan bahan 4. Jika sampel mengandung vitamin C,
b. Ditimbang CuSO4 sebanyak 8,65 g sampel akan mengalami perubahan
kemudian ditambahkan aquadest 50 ml. warna menjadi ungu.
c. Dimasukkan CuSO4 ke dalam labu
erlenmeyer 50 ml. C. Metode Analisis Kuantitatif
d. Dimasukkan aquades ad 50 ml lalu 1. Pembuatan larutan standar Iodium 0,1 N (FI
dihomogenkan. edisi III hal.746)
a. Disiapkan alat dan bahan

Jurnal
100 Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 100
b. Ditimbang 18 g kristal KI dan dilarutkan e. Ditambahkan 3 tetes larutan H2 SO4 10 %.
dalam 100 ml aquades. f. Ditambahkan 5 tetes larutan amilum 1 %
c. Ditimbang 12,7 g kristal I2 dan g. Dititrasi dengan larutan I2 standar sampai
dimasukkan dalam larutan KI sedikit demi warna biru.
sedikit sampai semuanya larut. h. Dicatat volume titrasinya.
Dimasukkan ke dalam botol tertutp dan i. Perlakuan diulangi sebanyak tiga kali
dikocok.
d. Ditambahkan aquades sampai 1000 ml. F. Cara Analisis
Rumus
2. Pembuatan larutan standar Na2S2O3 0,1 N ( FI
edisi III hal. 749) V ×N×K
% kadar vitamin C = × 100 %
W×0,1
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang 6,5 g Na2S2O3 dan 50 mg
Keterangan:
Na2CO3
V = Volume Titrasi (ml)
c. Dimasukkan dalam beaker glass.
N = Normalitas Iodium (N)
d. Dilarutkan dengan 250 ml aquades.
K = Kesetaraan Vitamin C (mg vitamin C)
W = Berat Vitamin C (mg)
3. Pembuatan larutan Amilum 1 %
a. Disiapkan alat dan bahan
1 ml I2 0, 1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6
b. Ditimbang 1 g amilum
(Dirjen POM, 995).
c. Dilarutkan kedalam 100 ml aquades
d. Dipanaskan selama 3 menit sambil diaduk-
aduk HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Pembuatan larutan H2 SO4 10% v/v A. Hasil Penelitian


a. Disiapkan alat dan bahan
Tabel I. Uji Kualitatif tanaman cabai rawit
b. Ditimbah H2 SO4 sebanyak 1o ml
(Capsicum fructuscens L.)
c. Dimasukkan kedalam beaker glass dan
ditambahkan sebanyak 100 ml aquades
NO. Pereaksi Perubahan Keterangan
5. Pembakuan larutan Na2S2O3 ( FI edisi III hal. Warna
749 ) 1. Benedict Merah (+)
a. Disiapkan alat dan bahan 2. Fehling A Kuning tua (+)
b. Ditimbang 30 mg K2Cr2O7 yang 3. FeSO4 Coklat (-)
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu kemerahan
1200 selama 4 jam, dilarutkan dengan Keterangan :
aquades. (+) = mengandung vitamin C
c. Ditambahkan dengan cepat 0,43 g KI, 0,30 (-) = tidak mengandung vitamin C
g NaHCO3 dan 3 tetes HCL pekat.
d. Disumbat labu, kemudian digoyang hingga Tabel II. Penetapan kadar vitamin C dalam cabai
tercampur, simpan di tempat gelap selama rawit
10 menit. Titrasi Volume I2 (ml)
e. Ditirasi dengan larutan Na2S2O3 I 1,8

6. Standarisasi larutan I2 dengan larutan Na2 S2 II 2,4


O3 0,1 N III 2
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet Na2 S2 O3 0,1 N sebanyak 5 ml B. Pembahasan
menggunakan pipet volum. Vitamin C (asam askorbat) adalah salah satu
c. Ditambahkan 5 tetes amilum 1%. vitamin (nutrisi) yang sangat diperlukan oleh tubuh
d. Ditrasi dengan larutan I2 sampai warna serta mempunysi fungsi untuk meningkatkan daya
biru tahan tubuh (sistem imunitas tubuh). Vitamin C
e. Perlakuan diulangi sebanyak 3 kali. merupakan jenis vitamin yang mudah larut dalam
tubuh, sehingga tubuh akan lebih mudah menyerap
7. Penetapan kadar vitamin C cabai rawit vitamin C dan menyalurkannya kepada seluruh
a. Disiapkan alat dan bahan anggota tubuh yang memerlukan. Vitamin C dapat
b. Ditimbang 10 g sampel cabai, lalu ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan
dihaluskan dengan blender. terutama sayuran dan buah-buahan. Salah satu buah
c. Disaring dengan menggunakan kertas yang mengandung vitamin C adalah cabai rawit.
saring untuk memisahkan filtratnya. Salah satu jenis cabai rawit yang digunakan pada
d. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml. penelitian ini adalah cabai rawit kanuku langkan
Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 101
yang diperoleh dari daerah Batusura’, kecamatan
Rembon, kabupaten Tana Toraja. Analisis
penetapan kadar vitamin C dalam sampel dilakukan
dengan metode titrasi iodimetri (titrasi secara
langsung). Hal ini di dasarkan dari sifat vitamin C
yang dapat bereaksi dengan iodium.
Sebelum ditetapkan kadarnya, terlebih dahulu
dilakukan uji kualitatif untuk mengetahui ada
tidaknya vitamin C yang terkandung dalam cabai Asam Askorbat Asam Dehidroaskorbat
rawit jenis kanuku langkan. Berdasarkan uji
kualitatif yang dilakukan pada pereaksi benedict Gambar 1. Reaksi antara vitamin C dan Iodin
dan fehling A, menunjukan adanya kandungan (Rohman, 2007)
vitamin C hal ini diketahui dengan adanya
perubahan warna. Reaksi yang terjadi pada I2 (kelebihan) + Indakator Kanji menjadi biru
benedict yaitu : terbentuk kpmpleks warna biru dari kanji dan I2 yang
berlebihan.
C6H8O6+2CuSO4.5H2O → 2H2SO4 + C6H6O6 + Cu2O Hasil percobaan penetapan kadar vitamin C pada
+ 4H2O cabai rawit jenis kanuku langkan adalah 11 mg/10 g.
Dari hasil ini terjadi perbedaan dengan hasil penelitian
Namun pada pereaksi FeSO4 tidak kadar vitamin C cabai rawit merah yaitu 143,7 mg/100
menunjukkan adanya kandungan vitamin C, hal ini gram, sehingga kadar vitamin C cabai rawit jenis
dapat dilihat pada sampel yang berubah warna kanuku langkan lebih kecil dari kadar cabai rawit
menjadi coklat kemerahan yang seharusnya merah.
berubah warna menjadi ungu. Hal ini mungkin Hasil kadar yang diperoleh dari penelitian ini 11
disebabkan karena pereaksi yang sudah teroksidasi. mg/ 10 g tidak sebanding dengan kebutuhan asupan
Hasil kualitatif dapat dilihat pada tabel I. vitamin C per harinya yang telah ditetapkan oleh
Pembakuan iodium dilakukan sebanyak 3 kali. Recommended Daily Allowance (RDA) untuk remaja
Tujuan dilakukan pembakuan adalah untuk usia 11-14 tahun adalah 50mg/hari dan usia 15-18
menyamakan larutan yang digunakan untuk titrasi tahun 60mg/hari (Silalahi, 2006).
dengan standar larutan baku. Hasil dari normalitas
titrasi didapat N1= 0,071 N, N2 = 0,061, N3 = 0,068 PENUTUP
N dan hasil dari rata-rata normalitasnya 0,067 N.
Dasar dari metode iodimetri adalah bersifat A. Kesimpulan
mereduksi vitamin C. Vitamin C (asam askorbat) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
merupakan zat pereduksi yang kuat dan secara cabai rawit (Capsicum fructuscens L.) mengandung
sederhana dapat dapat dititrasi dengan larutan baku vitamin C dengan kadar sebesar 11 mg/ 10 gram
iodium. Metode iodimetri( ttitrasi langsung dengan sampel.
larutan iodium 0,1 N) dapat digunakan pada asam
askorbat murni atau larutannya. Metode iodimetri B. Saran
yang digunakan dalam penetapan kadar vitamin C Perlu dilakukan uji vitamin C (asam askorbat)
dalam cabai rawit ini merupakan suatu metode yang pada cabai dengan jenis dan varietas yang berbeda
memiliki ketepatan yang baik karena dihasilkan untuk dibandingkan kandungan vitamin C
jumlah titran yang hampir sama banyak pada setiap terbesarnya dengan metode yag lain.
seri pengukurannya (Rohman, 2007). Reaksi yang
terjadi yaitu: DAFTAR PUSTAKA
C6H8 O6 + I2 C6H6O6 + 2HI Dalimartha, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.
Jilid II. (Jakarta: Trubus Agriwidya)
Penetapan kadar vitamin C pada cabai rawit
dilakukan juga sebanyak 3 kali replikasi, dengan Dorland, 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta:
maksud untuk membandingkan hasil dari setiap EGC
titrasi. Penetapan kadar vitamin C dengan metode
iodimetri ini merupakan reaksi reduksi-oksidasi Douglass, 2001. Meda-dose Vitamin C in Treatment of
(redoks). Dalam hal ini vitamin C bertindak sebagai the Common Cold: a Randomised Controlled
zat pereduksi (reduktor) dan I2 sebagai zat Trial. Australian Nasional University, Canberra,
pengoksidasi (reduktor). Dalam reaksi ini terjadi ACT. 36: pg. 26-27.
transfer elektron dari pasangan pereduksi ke
pasangan pengoksidasi. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope
Asam askorbat dioksidasi menjadi asam Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI
dehidroaskorbat, sedangkan iodium direduksi
menjadi iodida, reaksinya seperti berikut :
Jurnal
102 Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 102
Goodman and Gilman, 2006. The Pharmacological Wulandari, Putri, 2012. Penetapan Kadar Vitamin C
Basis of Therapeutics. New York: The McGraw- pada Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Hill Company. Secara Iodimetri. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten.
Guyton , 2008. Buku Ajar Fisiologis Kedokteran Edisi
II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hahn, 1996. Anti Aging Cosmetics. Stanford: Stanford


University. pg. 12-15

Padayatti, 2003. Review Vitamin C as an Antioxidant:


Evaluation of Its Role in Disease Prevention.
Journal of the American Collage of Nutrition,
22:18-35. Pak. J. Bot, 40: pg.1359-1386.

Padmaningrum, R.T.2008. Titrasi Iodimetri. Jurnal


Pendidikan .

Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta.


Penebar Swadaya.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia FarmasiAnalisis.


Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Setiadi, 2008. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta.


Penebar Swadaya.

Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan


Makanan. Jakarta. Bumi Aksara.

Sharma, 2007. Effect of Collagen Biosynthesis. India:


Birla Institute of Technology. 2049-2054.

Sherwood, 2000. Fisiologis Manusia dari Sel ke


Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Silalahi, J., 2006, Makanan Fungsional, Kanisius.

Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik


Kualitatif Makro dan Semimikro, Bagian I. PT
Kalman Media Pusaka: Jakarta.

Sudarmaji, 2007. Analisa Bahan Makanan dan


Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Tjandra, E., 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag,


Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta

Underwood, 1999. Analisis Kimia Kualitatif. Erlangga.


Jakarta.

Yasinta, Y. S.2014. Penentuan Kadar Asam Askorbat


dari Vitamin C dengan Metode Iodimetri. Jakarta:
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Wardani, L. A, 2012. Validasi Metode Analisis dan


Penetuan Kadar Vitamin C dengan
Iodimetri.FMIPA. Depok

Wijanarko, 2002. Analisis Hasil Pertanian. Malang:


Universitas Brawijaya.

Jurnal Farmasi Sandi Karsa Vol. IV No.7 November 2018 103

Anda mungkin juga menyukai