Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENAPISAN

PEMBUATAN TESTKIT ASAM ASKORBAT

Untuk memenuhi tugas matakuliah Teknologi Penapisan

Yang dibina oleh Ibu Zuri Rismiarti, S.Si., M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 1:

Yulita Dwi Wulandari (P17120171007)


Elisa Almeyda (P17120173013)
Eka Fitri Agnesya (P17120173015)
Firda Widyarti (P17120173016)
Maria Carolina Y.P.K.A (P17120174031)
Devy Nur Fadilla (P17120174033)
Dian Maharani (P17120174037)

PRODI D-III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

AGUSTUS 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber alami vitamin C banyak dijumpai pada sayuran dan buah-buahan


diantaranya adalah paprika, brokoli, kubis, kentang, tomat, buah jambu, pepaya,
jeruk, leci, nanas, mangga dan sebagainya. Vitamin yang banyak dijumpai dalam
bahan pangan sering ditemukan dalam bentuk L-Asam askorbat yang digunakan
sebagai bahan aditif makanan antioksidan, agen pereduksi, penstabil rasa dan
warna. Untuk melakukan analisa makanan atau bahan pangan dengan kandungan
asam askorbat yang dapat dilakukan oleh masyarakat biasa maka dapat diatasi
dengan pembuatan testkit untuk asam askorbat.

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud serbuk putih dan tidak berbau. Amilum merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebgai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Dalam hal ini untuk mempermudah proses
analisa adanya kandungan amilum pada bahan makanan maka dapat dibuat testkit
amilum untuk mempermudah proses analisis kandungan amilum oleh masyarakat
luas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk melakukan pembuatan testkit asam askorbat

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa dapat melakukan pembuatan testkit asam askorbat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asam Askorbat atau Vitamin C


Asam askorbat adalah senyawa kimia yang disebut juga vitamin C dengan
rumus molekul C6H8O6 larut dalam air dan memiliki sifat antioksidan. Karena
sifatnya yang menguntungkan bagi kesehatan, maka kebtuhan manusia akan
vitamin C semakin meningkat. Semakin berkembangnya produk-produk makanan,
minuman, obat-obatan dsb, yang mengandung vitamin C maka diperlukan
pengawasan terhadap kadar vitamin C dalam produk tersebut (Wardani, 2012).
Terdapat berbagai macam metode untuk mengetahui adanya kandungan vitamin C
atau asam askorbat dalam suatu produk. Untuk analisis secara kuantitatif dapat
menggunakan titrasi iodometri dan spektrofotomeri UV-Visible. Sedangkan untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan vitamin C secara kualitatif adalah dengan
menggunakan reagen (uji iodin).

2.2 Analisis Vitamin C


Untuk analisis vitamin C secara kualitatif menggunakan reagen larutan iodin
dan larutan amilum. Prinsipnya hampir sama dengan titrasi iodometri, hanya saja
pada analisis menggunakan reagen untuk mengetahui ada atau tidaknya vitamin C
pada sampel. Prinsip metode titrasi iodin ini adalah Iodin akan me-ngadisi
ikatan rangkap pada C no. 3 dari vitamin C. Ini berarti jumlah vitamin C dalam
bahan sebanding dengan iodin yang diperlukan untuk mengadisi ikatan rangkap
pada vitamin C. Jika keseluruhan vitamin C dalam bahan sudah teradisi oleh
iod maka iod bebas yang tersisa akan berikatan dengan indikator amilum
membentuk komplek berwarna biru (Sudarmadji dkk., 1997). Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Hasil yang terbentuk apabila suatu sampel mengandung vitamin C adalah
larutan iodin ditambahkan amilum akan berwarna biru kehitaman dan setelah
ditambahkan sampel yang memiliki kandungan vitamin C akan berubah menjadi
tidak berwarna. Larutan amilum yang digunakan adalah larutan amilum 1%
sebagai indikator. Titrasi Iodium adalah salah satu metode analisis yang dapat
digunakan dalam menghitung kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan vitamin C
(asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh Iodium, sesudah vitamin C
dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera terdeteksi oleh
kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda. Kadar vitamin C
dapat diketahui dengan perhitungan 1ml 0,01 N larutan Iodium = 0,88 mg asam
askorbat (Wijanarko , 2002).

2.3 Vitamin C dalam Pangan


Menurut Ausman (1999), vitamin C dapat ditemukan pada bahan makanan
nabati maupun hewani. Sumber utama vitamin ini adalah buah-buahan dan sayur-
sayuran seperti melon, jeruk, tomat, stroberi, asparagus, brokoli, kubis, dan
kembang kol. Sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewan seperti daging
dan susu kandungan vitamin C nya lebih sedikit. Setiap produk memiliki
kandungan vitamin C yang berbeda-beda. Vitamin C sangat mudah rusak selama
proses persiapan atau penyiangan, pemasakan dan penyimpanan. Sayur-sayuran
segar yang telah dibersihkan atau disiangi, kemudian disimpan atau didiamkan
selama 24 jam, maka sebanyak 45% kandungan vitamin C nya akan berkurang.
Cara memasak bahan makanan sumber vitamin C adalah dengan menggunakan
sesedikit mungkin air dan air tersebut sebaiknya trut dikonsumsi juga.
BAB III
METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktikum Teknologi Penapisan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2
Agustus 2019 di Laboratorium Kimia Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

3.2. Alat dan Bahan


1. Alat Praktikum :
 Pipet Tetes
 Beaker Glass 50 ml
 Batang Pengaduk
 Kaca Arloji
 Botol pipet Vial
 Tabung reaksi + Rak tabung
 Spatula
2. Bahan Praktikum:
 Asam askorbat (Vitamin C standar)
 Iodin
 Amilum
 Minyak Goreng
 You C 1000
 Buah jeruk
 Putih telur
 Gula
 Garam
 Aquades
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Skema Kerja
a. Pembuatan larutan Amilum

Aquadest Amilum 0,5 gram

- Dimasukkan dalam beaker glass


- Dipanaskan dan diaduk hingga larut
- Dimasukkan dalam labu ukur 50 ml
- Ditandabataskan

Larutan Amilum 1%

b. Pembuatan Larutan Iodin

Aquadest Iodin 0,5 gram

- Dimasukkan dalam beaker glass


- Ditambahkan KI untuk melarutkan iodin
- Dimasukkan dalam labu ukur 50ml
- Ditandabataskan

Larutan iodin 1%
3.3.2 Gambar Alat dan Penjelasan
No Nama Alat Gambar Fungsi

Memindahkan larutan dalam


1 Pipet Tetes
skala kecil

Tempat untuk menyimpan


dan membuat larutan. Beaker
glass memiliki takaran
2 Gelas Beker namun jarang bahkan tidak
diperbolehkan untuk
mengukur volume suatu zat
ciar.

Untuk mengaduk larutan


3 Batang Pengaduk
sampel

Wadah untuk menimbang


4 Gelas Arloji
sampel
Untuk tempat mereaksikan
5 Tabung Reaksi dua larutan / bahan kimia atau
lebih

digunakan sebagai tempat


6 Botol Vial
sampel ilmiah

Untuk mengambil bahan-


bahan kimia dalam bentuk
7 Spatula
padatan, misalnya dalam
bentuk kristal.

3.3.3 Prosedur Kerja


a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Membuat larutan amilum dengan menimbang 0,5 gram amilum
dan dilarutkan dengan aquades 50 ml
c. Membuat larutan iodin dengan menimbang I2 0,5 gram dan
ditambahkan sedikit aquades kemudian ditambahkan KI untuk
melarutkan iodin dalam larutan
d. Mengambil larutan amilum 1% sebanyak 2 tetes dimasukkan
kedalam tabung reaksi
e. Mengambil larutan iodin 1% sebanyak 2 tetes dimasukkan
kedalam beberapa tabung reaksi
f. Memasukkan 1-2 tetes sampel kedalam tabung reaksi yang
terdapat reagen tersebut
g. Mengocok larutan hingga terjadi perubahan warna
h. Sampel positif mengandung vitamin c jika terjadi perubahan
warna menjadi tidak berwarna dalam larutan
i. Sampel negatif mengandung vitamin c jika tidak terjadi
perubahan warna dalam larutan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Dalam praktikum pembuatan testkit Asam Askorbat pertama melakukan
preparasi reagen dengan membuat larutan iodium (I2) sebagai Reagen A dengan
konsentrasi 1 % dengan cara menimbang sebanyak 1 gram padatan I2 dan
ditambahkan KI kemudian dilarutkan dalam akuadest sampai tanda batas labu
ukur dan di kocok hingga homogen. Penambahan KI dalam proses pembuatan
larutan I2 di fungsikan sebagai pembantu iod karena iod sukar larut dalam
akuadest sehingga mempercepat proses pelarutannya. Dilanjutkan dengan
pembuatan larutan amilum sebagai Reagen B dengan konsentrasi 1% dengan cara
menimbang sebanyak 1 gram padatan amilum dengan ditambahkan akuadest
panas dan di tanda bataskan serta di kocok hingga homogen.penggunaan akuadest
yang panas dikarenakan amilum sukar larut dan mudah menggupal saat akuadest
dalam keadaan dingin. Dalam praktikum pembuatan testkit Asam askorbat ini
digunakan dua reagen tersebut karena jika warna biru kompleks iodin dan amilum
ditambahan asam askorbat maka akan terjadi perubahan warna dari biru menjadi
tidak berwarna dikarenakan semua iodin sebagai oksidator telah habis bereaksi
dengan vitamin C sehingga larutan menjadi bening

Kemudian dilanjutkan dengan pengujian pada berbagai sampel makanan


dan bahan makanan yaitu air perasan jeruk, minyak goreng, you C 1000, putih
telur, larutan gula 1%, larutan garam 1%. Pengujian dilakukan dengan dengan
memasukkan larutan amilum dalam 6 tabung reaksi (sebanyak sampel yang akan
diuji) masing-masing sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan larutan iod sebanyak
0,5 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi sehingga menimbulkan warna larutan
berubah menjadi biru dikarenakan ikatan komples antara amilum dengan iodin.
Kemudian masing- masing sampel di masukkan dalam tabung reaksi tersebut dan
dikocok hingga mendapatkan perubahan warna menjadi bening atau . Hasil positif
mengandung vitamin C ditandai dengan terjadi perubahan warna dari biru menjadi
tidak berwarna atau bening. Karena jika warna biru kompleks iodin dan amilum
ditambahkan asam askorbat maka akan menunjukkan perubahan warna dari biru
tua menjadi bening atau tidak berwarna.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Hasil Pengamatan Vitamin C

Warna

No. Sampel Sebelum Sesudah

1. Larutan Gula 1% Tidak Berwarna Biru Kehitaman

2. Larutan Garam 1% Tidak Berwarna Biru Kehitaman

3. Putih Telur Tidak Berwarna Biru Kehitaman

4. Air Perasan Jeruk Oranye Oranye

5. You C 1000 Kuning Tidak Berwarna

6. Minyak Goreng Kuning Biru Kehitaman

4.2.2 Analisa Hasil Testkit Vitamin C

Pengujian vitamin C dilakukan dengan dua reagen yaitu reagen A


merupakan larutan iodin 1% yang dibuat dari padatan I2 yang ditambahkan
dengan KI kemudian dilarutkan dengan aquadest. Reagen B merupakan larutan
amilum 1% yang dibuat dengan melarutkan padatan amilum dengan aquadest
panas. Pengujian reagen dilakukan dengan menggunakan berbagai sampel yaitu
air perasan jeruk, minyak goreng, you C 1000, putih telur, laruta gula 1%, larutan
garam 1%. Hasil dari pengujian dengan sampel larutan gula 1%, larutan garam
1%, putih telur, dan minyak goreng tidak mengubah warna larutan yaitu
kehitaman. Hal tersebut terjadi karena sampel-sampel tersebut tidak mengandung
vitamin C dimana gula merupakan sukrosa, garam merupkan NaCl, putih telur
mengandung protein, dan minyak goreng merupakan lemak.
Hasil dari pengujian sampel air perasan jeruk mengubah warna reagen A
dan B yang berwarna biru kehitaman menjadi berwarna oranye seperti warna air
perasan jeruk awal. Pada sampel You C 1000 mengubah warna reagen menjadi
tidak berwarna. Namun terdapat padatan berwarna hitam pada hasil reaksi.
Padatan tersebut kemungkinan amilum yang mengendap setelah bereaksi dengan
I2 sehingga menjadi berwarna hitam. Perubahan warna reagen tersebut
mengindikasi bahwa sampel mengandung vitamin C dimana terjadi reaksi seperti
berikut,

C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2I-


Biru Kehitaman Tidak Berwarna

Pada reaksi tersebut asam askorbat teroksidasi menjadi asam


dehidroaskorbat sedangkan iodin tereduksi menjadi iodida yang terindikasi
dengan perubahan warna. Warna biru kehitaman pada penambahan iodin dan
amilum dikarenakan terbentuk kompeks setelah penambahan vitamin C terjadi
reaksi antara vitamin C dengan iodin sehingga iodin habis bereaksi yang
menyebabkan larutan menjadi tidak berwarna atau menjadi berwarna seperti
larutan sampel.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengujian vitamin C dilakukan dengan dua reagen yaitu reagen A merupakan
larutan iodin 1% dan reagen B merupakan larutan amilum 1%. Hasil dari
pengujian dengan sampel larutan gula 1%, larutan garam 1%, putih telur, dan
minyak goreng tidak mengubah warna larutan yaitu kehitaman. Hal tersebut
terjadi karena sampel-sampel tersebut tidak mengandung vitamin C. Hasil dari
pengujian sampel air perasan jeruk mengubah warna menjadi berwarna oranye
seperti warna air perasan jeruk awal. Pada sampel You C 1000 mengubah warna
reagen menjadi tidak berwarna. Namun terdapat padatan berwarna hitam pada
hasil reaksi. Padatan tersebut kemungkinan amilum yang mengendap setelah
bereaksi dengan I2 sehingga menjadi berwarna hitam. Perubahan warna reagen
tersebut mengindikasi bahwa sampel mengandung vitamin C.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk sampel uji vitamin C lebih di perbanyak sehingga dapat


mengetahui banyak sampel yang memiliki kandungan vitamin C.
LAMPIRAN

 Perhitungan
 Pembuatan Larutan Iodin
Diket. : Konsentrasi Iodin = 1%
Volume = 50 ml
Ditanya : Massa Iod?
Jawab :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
1% = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
1% = 50 𝑚𝑙

Massa = 0.01 x 50 ml
= 0.5 gram

 Pembuatan Larutan Amilum


Diket. : Konsentrasi Amilum = 1%
Volume = 50 ml
Ditanya : Massa Amilum?
Jawab :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
1% = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
1% = 50 𝑚𝑙

Massa = 0.01 x 50 ml
= 0.5 gram
 Gambar Praktikum

Reagen B (Amilum) dan Reagen A (Iodin) Sampel sebelum di uji

Sampel you c dan perasan jeruk sesudah di uji

Kemasan testkit Vitamin C dan Amilum Sampel you c 1000 sesudah di uji
DAFTAR PUSTAKA

Ausman L.M. (1999) Criteria and recommendation for vitamin c intake (brief
critical review). Nutr. Rev. 57, 222-224
Cresna, C., Napitupulu, M., & Ratman, R. Analisis Vitamin C Pada Buah Pepaya,
Sirsak, Srikaya Dan Langsat Yang Tumbuh Di Kabupaten Donggala. Jurnal
Akademika Kimia, 3(3), 121-128.
Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi (1997). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Wardani, L. A. (2012). Validasi metode analisis dan penentuan kadar vitamin c
pada minuman buah kemasan dengan spektrofotometri uv-visible.

Anda mungkin juga menyukai