Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN OBAT

EVALUASI KARAKTERISTIK SEDIAAN LIQUID

Disusun oleh:
ALFIRA EPTIKAWATI (P17120171010)
SINTIA ANGGRIANI (P17120171011)
AURELIA NOVA M. S. (P17120173012)
ELISA ALMEYDA (P17120173013)
CHINTYA FERDA I. (P17120173014)
EKA FITRI AGNESYA (P17120173015)
FIRDA WIDYARTI (P17120173016)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN GIZI
D3 ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas kehendak-Nya Kegiatan


praktikum kromatografi kolom dan pembuatan laporan praktikum Evaluasi
Karakteristik Sediaan Liquid dapat diselesaikan. Tujuan dari pelatihan dan
pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa
Analisis Farmasi dan Makanan mengenai karakteristik fisikokimia suatu sediaan
liquid dan dapat melakukan evaluasi karakteristik sampel.
Pelaksanaan kegiatan praktikum Kromatografi Kolom ini melibatkan semua
mahasiswa Analisis Farmasi dan Makanan tingkat 2 dan tim dosen serta plp dari
Prodi Anafarma, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang dan Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Deskripsi kegiatan
akan diuraikan secara jelas pada laporan ini, diantaranya : latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, waktu dan tempat pelaksanaan, prosedur kerja,
serta hasil dan pembahasan.

Malang, 20 Februari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI ................................................................................. 4
BAB III METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur ................................................................................. 13
4.2 Analisa Hasil ....................................................................................... 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
LAMPIRAN ................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan obat di bidang farmasi, sediaan obat juga
semakin bervariasi sehingga mudah dikonsumsi dan dapat disesuaikan dengan
kondisi pasien. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk,
tablet dan kapsul. Sediaan setengah padat seperti cream, salep, pasta, suppositoria
dan gel, serta bentuk sediaan cair seperti larutan, suspensi dan emulsi.
Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di apotek, instalasi
kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair atau liquid dengan berbagai
fungsi pembuatan. Sediaan yang ditawarkan sangat beragam mulai dari pemilihan
zat aktif serta zat tambahan seperti bahan pengisi, pemanis, pengawet dan
sebagainya. Pemilihan zat tambahan yang tepat dapat membuat sediaan liquid
tetap stabil dalam penyimpanan dengan jarak waktu yang telah ditentukan.
Sediaan liquid merupakan sediaan yang paling tidak stabil diantara jenis
sediaan farmasi. Untuk mengontrol stabilitas dan daya tahan sediaan liquid
selama waktu penyimpanan perlu dilakukan evaluasi karakteristik. Evaluasi ini
juga berfungsi dalam formulasi suatu sediaan sehingga sediaan liquid dapat
berfungsi sesuai dan stabil sampai expired date. Evaluasi sediaan liquid meliputi
pengukuran ukuran partikel, pengukuran pH, pengukuran viskositas, dan
penentuan tipe emulsi untuk sediaan liquid emulsi.

3
4

1.2 Tujuan
1. Mengetahui prosedur evaluasi karakteristik fisikokimia sediaan
2. Melakukan evaluasi karakteristik fisikokimia sediaan
3. Menganalisis hasil evaluasi karakteristik fisikokimia sediaan

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik fisikokimia suatu sediaan
2. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi atau analisis terhadap suatu
sediaan
BAB II
DASAR TEORI

Suspensi adalah sediaan cair yang engandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi
adalah sediaan seperti tersebut diatas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang
lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain (FI IV, 1995).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan
harus segera terdispersi kembali (Moh. Anief, 1997). Suspensi adalah suatu
dispersi kasar ketika partikel zat padat yang tidak larut, terdispersi dalam suatu
medium cair. Terdiri dari 2 fase yang tidak saling bercampur yaitu fase terdispersi
(zat padat) dan fase pendispersi (pelarut – air). Sediaan suspensi tidak stabil secara
termodinamika karena pada sediaan ini terdapat faktor tegangan antarmuka dan
luas permukaan dari partikel zat padat (Sinila, 2016)
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri atas paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur,
yang salah satunya fase terdispersi (fase internal) terdispersi secara seragam
dalam bentuk tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi (fase eksternal)
yang distabilkan dengan emulgator yang cocok (Sinila, 2016). Emulsi adalah
sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan
larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air
(o/w). Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan
minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut
emulsi air dalam minyak (w/o) (FI IV). Sistem emulsi berkisar dari cairan (loyio)
yang memiliki viskositas relatif rendah sampai salep atau krim, yang merupakan
semisolid. Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari 0,1-50
µm (James, 2007).
Evaluasi karakteristik sediaan liquid suspensi dan emulsi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Beberapa analisis yang bisa dilakukan adalah pengukuran

5
6

pH, pengukuran ukuran pasrtikel sediaan, pengukuran viskositas sediaan, dan


khusus untuk sediaan emulsi dapat dilakukan analisis tipe emulsi.
Menurut Sinila (2016), tipe dari emulsi dapat ditentukan dengan uji
kelarutan warna. Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari
emulsi. Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi,
ketika pengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat warna larut air menyebar
dalam fase kontinyu maka dapat diasumsikan bahwa tipe m/a, dan sebaliknya bila
menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, dan terjadi pewarnaan fase
kontinyu maka menunjukkan tipe a/m.
Karakterisasi untuk mengetahui ukuran dan distribusi partikel pada zat
padat dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen Particle Size Analyzer
(PSA). PSA merupakan satu instrumen nanoteknologi yang menggunakan metode
Laser Diffraction (LAS) dalam aplikasinya. Alat ini menggunakan prinsip
dynamic light scattering (DLS). Metode ini juga dikenal sebagai quasi-elastic
light scattering (QELS). Alat ini berbasis Photon Correlation Spectroscopy (PCS).
Pemeriksaan viskositas mikroemulsi dilakukan dengan menggunakan
Viskometer Brookfield tipe Cone and Plate DV-I dengan spindle CPE-41.
Lepaskan sample cup dari alat. Sampel mikroemulsi diletakkan pada sample cup,
pastikan sampel bebas gelembung dan tersebar merata pada permukaan cup.
Pasangkan kembali sample cup pada viskometer, viskometer dinyalakan, lalu
biarkan beberapa saat sampai pembacaannya stabil. Catat pembacaan viskositas
pada display. Nilai viskositas yang diharapkan adalah dibawah 200 cps dengan
sifat alir Newtonian (Fitriani, dkk, 2016).
Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter sesuai petunjuk Bloom
(1988). Prinsip pengukuran pH yaitu mengetahui kondisi asam dan basa.
Pengujian pH menggunakan pH meter elektronik. Metode yang digunakan yaitu
menghidupkan ON/OFF, sebelumnya membersihkan katoda indikator dengan
aquades sehingga netral (pada pH tertera 7). Kemudian membersihkan dengan
tisu. Mencelupkan katoda indikator tetapi sebelumnya harus pada posisi nol,
sehingga akan mendapatkan nilai pH yang sebenarnya (Laksmi,dkk., 2012).
BAB III
METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN

3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktikum Analisis Sediaan Obat dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18
Februari 2019 di Laboratorium Kimia Instrumen Fakultas Kedokteran dan Ilmu-
Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang di Jalan Sunan Maria Malang.
3.2. Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum :
 Pipet Tetes
 Beaker Glass 25ml
 Batang Pengaduk
 Kaca Arloji
 Viskometer Brookfield
 Particle Size Analyzer (PSA)
 Objek Glass
 pH Meter Universal
 pH Meter Digital
 Mikroskop
2. Bahan Praktikum:
 Sediaan Suspensi
 Sediaan Liquid
 Methylene Blue
 Aquades

7
8

3.3. Cara Kerja


3.3.1 Gambar Alat dan Penjelasan
No Nama Alat Gambar Fungsi

Memindahkan larutan
1 Pipet Tetes
dalam skala kecil

Tempat untuk
menyimpan dan
membuat larutan. Beaker
Gelas Beker 25 glass memiliki takaran
2
ml namun jarang bahkan
tidak diperbolehkan
untuk mengukur volume
suatu zat ciar.

Untuk mengaduk larutan


3 Batang Pengaduk
sampel

Wadah untuk
4 Gelas Arloji
menimbang sampel
9

Digunakan untuk
menentukan viskositas
Viskometer
5 dan rheology cairan
Brookfield
Newton maupun non-
Newton

Alat untuk mengukur


Particle Size ukuran partikel rata-rata
6
Analyzer (PSA) dan distribusi ukuran
partikel
Kaca benda sebagai
tempat objek atau
preparat yang akan
diamati sehingga objek
Kaca Benda dan
7 akan lebih jelas ketika
Kaca Penutup
diamati, dan Kaca
Penutup untuk menutup
objek yang akan diamati
dengan mikroskop.

Untuk
mengukur pH (kadar
pH Meter
8 keasaman atau basa)
Universal
suatu cairan secara
universal/manual.
10

Untuk
mengukur pH (kadar
9 pH Meter Digital keasaman atau basa)
suatu cairan secara
digital.

Digunakan untuk melihat


dan mengamati benda-
benda yang berukuran
10 Mikroskop sangat kecil
(mikroskopis) yang tidak
mampu dilihat secara
kasat mata

3.3.2 Prosedur Kerja dan Penjelasan


1) Prosedur kerja penentuan ukuran partikel pada sampel Suspensi dan
Emulsi
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Menimbang sampel (dalam bentuk syrup) sebanyak 1gr dengan
menggunakan neraca analitik
c. Menambahkan Aquabidest kedalam sampel yang sudah ditimbang
hingga mencapai volume 10ml
d. Mengaduk hingga sampel dan pelarut tercampur sempurna
(homogene)
e. Memasukkan larutan yang akan diuji kedalam kuvet hingga tanda
batas. Pastikan kuvet dalam keadaan bersih dari busa dan lemak.
f. Masukkan kuvet yang telah diisi dengan larutan kedalam sampel
holder.
g. Menyalakan Alat dan mengatur dengan memilih menu particle
size. Atur lama waktu pengukuran sampel (1menit).
h. Hasil yang didapat (Diameter, PDI, dan Zeta Potensial).
11

2) Prosedur kerja penetapan Viskositas dari sampel Suspensi dan


Emulsi
a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Alat:
Viskometer Brookfield Cone and Plate, keuntungan dari
penggunaan alat ini yaitu lebih efisien karena hanya
membutuhkan sampel sedikit dan waktu yang dibutuhkan juga
sebentar (kurang lebih 2 menit)
b. Menyalakan Viskometer Brookfield Cone and Plate dengan
memasang stop kontak, kemudian menekan tombol ON.
Selanjutnya menggeser bagian kecil tombol yang ada di bagian
depan alat hingga lampu atas berwarna orange/kuning. Mengatur
lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengujian.
c. Memasang Spindel pada gantungan spindle. Spindel yang
digunakan menyesuaikan sampel. Semakin kecil partikel maka
semakin besar ukuran spindel yang digunakan.
d. Meneteskan sampel (dikocok dahulu) dalam plate sebanyak 5
tetes (kondisional), sampel harus diteteskan pada bagian tengah
plate. Tidak boleh ada gelembung, karena dapat mengganggu
hasil yang didapatkan.
e. Memasang plate yang telah diisi dengan sampel. Setelah plate
terpasang pastikan pas dan lampu diatas gantungan spindle tidak
menyala, jika lampu menyala hijau maka diputar (diatur) hingga
lampu mati.
f. Setelah itu menekan tombol RUN. Ditunggu hingga hasil selasai.
g. Hasil yang didapatkan adalah nilai viskositas dari sampel.

3) Prosedur kerja uji pH pada sampel Suspensi dan Sampel Emulsi


a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Mengocok campel dan menuangkan masing-masing sampel
kedalam beaker glas yang berbeda
12

c. Menguji masing-masing sampel dengan pH universal. Satu


sampel dilakukan pengulangan pengujian sebanyak 3 kali. Setelah
itu di catat hasilnya.
d. Cara kedua dengan menggunakan pH meter. Sebelum digunakan
kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan aquadest. Setelah
itu masukkan pH meter kedalam beaker glass yang telah diisi
sampel, pastikan ujung pH meter tersendam sempurna. Tekan
tombol dan tunggu hingga angka pada pH meter konstan. Ulangi
pengujian sebanyak 3 kali pada masing-masing sampel. Pastikan
sebelum dilakukan pengujian alat pH meter wajib di kalibrasi
terlebih dahulu.
e. Dicatat hasil yang didapatkan.
4) Prosedur kerja pengujian Type Emulsi dari sampel Syrup
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Mengocok sampel, kemudian meneteskan sampel diatas kaca
objek.
c. Menabahkan methylene blue diatas sampel yang telah diteteskan
lalu ditutup. Pastikan tidak ada gelembung yang terperangkap
didalmnya.
d. Mengamati sampel degan bantuan mikroskop. Letakkan kaca
objek dan atur perbesaran hingga sesuai dan terlihat jelas.
e. Dicatat hasil yang diperoleh. Apakah sampel termasuk dalam type
emulsi W/O (Water in Oil) atau O/W (Oil in Water).
13

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Penentuan pH, untuk menentukan pH dari sediaan suspensi maupun emulsi
dapat digunakan pH universal ataupun pH meter. Mula-mula ambil masing-
masing 10 ml larutan suspensi dan emulsi, celupkan kertas pH kedalam larutan,
lalu identifikasi warna yang ada di kertas pH. Dilakukan sebanyak tiga kali agar
data yang didapatkan lebih akurat. Jika menggunakan pH meter, ambil masing-
masing 10 ml larutan suspensi dan emulsi, lalu masukkan pH meter kedalam
larutan tunggu hingga berbunyi, lalu angkat dan catat pH yang tertera pada pH
meter, bilas dengan menggunakan akuades. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali pada masing-masing sampel agar data yang didapatkan lebih akurat.
Penentuan tipe Emulsi, untuk menentukan tipe emulsi dapat dilakukan dengan
menggunakan mikroskop. Mula-mula diteteskan sampel emulsi pada kaca
preparat secukupnya, lalu ditambahkan methylene blue pada kaca preparat berisi
sampel emulsi dan dirataka. Lalu ditutup dengan menggunakan kaca penutup dan
dilakukan pengamatan pada mikroskop. Jika sampel terlihat memisah atau tidak
rata maka sampel merupakan emulsi air dalam minyak, tetapi apabila sampel
terlarut dan terlihat homogen, maka sampel merupakan emulsi minyak dalam air.
Penetapan Viskositas dan sifat aliran. Untuk menetapkan viskositas dari
sediaan suspensi dan emulsi dilakukan dengan menggunakan viskometer.
Viskometer yang akan digunakan pada percobaan ini adalah Viskometer
Brookfield cone and plate. Mula-mula viskometer dinyalakan terlebih dahulu, lalu
pasang spindel yang ukurannya telah disesuaikan, semakin kental suspensi
maupun emulsi, maka semakin kecil spindel dan nomor yang digunakan akan
semakin besar. Percobaan ini menggunakan spindel dengan nomor 41. Siapkan
sample cup yang telah dibersihkan, lalu diletakkan sampel pada sample cup
kurang lebih 0,5 ml-2,0 ml tepat pada tengah cup dan sampel dipastikan bebas
gelembung dan tersebar merata pada permukaan cup karena gelembung dapat
mempengaruhi viskositas. Selanjutnya sampel cup dipasang kembali pada
viskometer dengan tepat dan dipasang penahannya agar sample cup tidak bergerak
14

saat pembacaan. atur waktu pada viskometer selama 2 menit. Viskometer


dijalankan dan dibiarkan beberapa saat sampai pembacaan waktu pembacaan
berakhir. Amati dan catat data viskositas yang tertera pada viskometer.
Pengukuran ukuran partikel dengan menggunakan Particle Size Analyzer
(PSA). Untuk menganalisis ukuran partikel, mula-mula dibuat larutan sampel
dengan cara ditimbang 1 gram sampel, setelah ditimbang dimasukkan kedalam
beaker glass, lalu ditambahkan akuades hingga volume 10 ml. Aduk larutan
hingga homogen, lalu analisis dengan menggunakan Particle Size Analyzer
(PSA). Nyalakan Particle Size Analyzer (PSA) dan softwarenya, kemudian bilas
kuvet yang ada di dalam instrument terlebih dahulu dengan akuades lalu pipet
akuades hingga tidak tersisa larutan didalam kuvet, karena kuvet harus terbebas
dari busa dan lemak. Selanjutnya masukkan larutan sampel emulsi maupun
suspensi dengan menggunakan pipet sedikit demi sedikit hingga hampir penuh,
lalu tutup instrument dan jalankan kurang lebih 10 menit hingga pembacaan
selesai. Data yang dihasilkan merupakan ukuran partikel yang dihitung dari
fluktuasi rata-rata intensitas hamburan cahaya. Print data dan catat ukuran partikel
yang terdeteksi dan zeta potensial yang ada. Zeta potensial digunakan untuk
melihat arus listrik dari sediaan dan dapat digunakan untuk mengetahui lemah
atau tidaknya suatu ikatan. jika data sudah muncul, ambil sampel dalam kuvet
dengan menggunakan pipet hingga tidak tersisa, lalu bilas dengan menggunakan
akuades.

4.2 Analisa Hasil


Setelah dilakukan praktikum pengukuran pH sediaan emulsi cod liver oil
menggunakan pH meter dan pH universal didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Pengulangan pH meter pH universal
1 2,2 3
2 2,2 3
3 2,2 3
15

Dari data tabel 1 dapat diketahui bahwa sediaan emulsi yang diukur sifatnya
asam, pH yang terukur menggunakan pH meter 2,2 dan pH universal 3 yang
nilainya konstan dari pengulangan 1 sampai 3. Terdapat perbedaan nilai pH yang
terukur menggunakan metode yang berbeda hal ini dikarenakan range indikator
pH universal cukup besar dan tidak dapat memberikan nilai yang spesifik.
Sedangkan pada pengukuran pH sediaan suspensi antasida menggunakan pH
meter dan indikator pH universal didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2
Pengulangan pH meter pH universal
1 6,8 9
2 6,9 9
3 7 9

Dari data tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai pH yang terukur menggunakan
Ph meter tidak konstan sehingga digunakan rata-rata yang terukur yaitu 6,9.
Terjadi perbedaan nilai pH yang besar dari kedua metode yang digunakan, hal ini
dimungkinkan terjadi karena pencucian pH meter yang kurang bersih dan
kalibrasi alat kurang sempurna sehingga pH yang terukur menggunakan pH meter
nilainya terus naik. Nilai pH yang terukur menggunakan pH universal cukup besar
dikarenakan range indikator pH universal cukup besar dan tidak dapat
memberikan nilai yang spesifik.
Setelah dilakukan pengamatan tipe emulsi menggunakan
methylen bluedidapatkan hasil pengamatan pada gambar 1. Dari
hasil pengamatan tersebut sediaan emulsi cod liver oil tidak
bercampur dengan methylen blue, methylen blue yang larut
dalam air tidak bercampur dengan minyak. Sehingga tipe emulsi
yang diamati adalah emulsi air dalam minyak (W/O). Yaitu Gambar 1

emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
16

Setelah dilakukan pengukuran viskositas menggukan viskometer brookfield


didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.

Sampel Viskositas (cP)


Emulsi 1,18
suspensi 1,64

Dari data yang diperoleh pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai
viskositas sediaan emulsi sebesar 1,18 cP sedangkan sediaan suspensi 1,64 cP
menggunakan spindle nomor 41 dengan jarak waktu 2 menit. Pada sediaan
emulsi, viskositas ini mempengaruhi kestabilan dari emulsi selama penyimpanan,
dimana emulsi yang mempunyai viskositas yang lebih besar tidak mudah
mengalami pemisahan antara fase minyak dan fase air selama penyimpanan.
Sedangkan pada sediaan suspensi, viskositas/kekentalan suatu cairan
memengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut, semakin kental suatu cairan,
kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari
cairan tersebut akan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang terdapat di
dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau viskositas
cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Perlu
diketahui bahwa viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang. Pemeriksaan viskositas berguna untuk menentukan stabilitas
fisik dari larutan emulsi dan suspense (obat cair). Semakin tinggi viskositas/
kekentalan suatu sediaan emulsi, maka semakin kecil pula kestabilannya.
Setelah dilakukan uji distribusi ukuran partikel menggunakan metode PSA
(Partikel Size Analizer) didapatkan hasil untuk sediaan suspensi sebagai berikut:
17

Gambar 2

Tabel 4
.... Hasil
Diameter 605nm
PDI 0,01995
Zeta Potensial 200mV

Dari gambar 2 dapat diketahui partikel sediaan suspensi yang dianalisis


memiliki kisaan ukuran partikel 500-1000nm. Dari kisaran ukuran partikel
tersebut diketahui ukuran partikel terukur paling banyak pada 605nm. Diketahui
nilai PDI sediaan suspensi sebesar 0,01995, nilai PDI (Polydispersity Index) ini
menujukkan keseragaman ukuran partikel sediaan. Nilai PDI yang kurang dari 1
menandakan ukuran pertikel seragam, sehingga dapat diketahui bahwa sediaan
suspensi yang dianalisis memiliki ukuran partikel yang seragam. Diketahui pula
nilai Zeta Potensial sebesar 200mV, nilai Zeta potensial ini berhubungan degan
stabilitas sediaan yaitu semakin tinggi nilai Zeta Potensial sediaan maka semakin
stabil sediaan.
Sedangkan setelah dilakukan uji distribusi ukuran partikel menggunakan
metode PSA (Partikel Size Analizer) didapatkan hasil untuk sediaan emulsi
sebagai berikut:
18

Gambar 3

Tabel 5
.... Hasil
Diameter 306nm
PDI 0,0308
Zeta Potensial 105,2mv

Dari gambar 3 dapat diketahui partikel sediaan emulsi yang dianalisis


memiliki kisaan ukuran partikel 300-800nm. Dari kisaran ukuran partikel tersebut
diketahui ukuran partikel terukur paling banyak pada 306nm. Diketahui nilai PDI
sediaan suspensi sebesar 0,0308, nilai PDI (Polydispersity Index) ini menujukkan
keseragaman ukuran partikel sediaan. Nilai PDI yang kurang dari 1 menandakan
ukuran pertikel seragam, sehingga dapat diketahui bahwa sediaan suspensi yang
dianalisis memiliki ukuran partikel yang seragam, akan tetapi bila dibandingkan
dengan sediaan susupensi yang diukur sebelumnya sediaan suspensi memiliki
keseragaman partikel yang lebih baik. Diketahui pula nilai Zeta Potensial sebesar
105,2mV, nilai Zeta potensial ini jika dibandingkan dengan nilai Zeta Potensial
suspensi yang telah diukur menunjukkan sediaan ini lebih tidak stabil.
19

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan prosedur evaluasi
karakteristik sediaan liquid yaitu melakukan penentuan pH dari sediaan
suspensi maupun emulsi menggunakan pH universal ataupun pH meter.
Melakukan penentuan tipe emulsi dengan menggunakan mikroskop.
Melakukan penetapan Viskositas dan sifat aliran dari sediaan suspensi dan
emulsi dilakukan dengan menggunakan Viskometer Brookfield cone and
plate. Melakukan pengukuran ukuran partikel dengan menggunakan Particle
Size Analyzer (PSA).
Hasil yang diperoleh dari praktikum evaluasi karakteristik sediaan liquid
yaitu untuk sediaan emulsi nilai pH yang terukur menggunakan pH meter 2,2
dan pH universal 3, tipe emulsi dari sampel yaitu emulsi minyak dalam air
(W/O), nilai viskositas sediaan emulsi sebesar 1,18 cP dan ukuran partikel
terukur paling banyak pada 306 nm. Kemudian untuk sediaan suspensi nilai
pH yang terukur menggunakan Ph meter tidak konstan sehingga digunakan
rata-rata yang terukur yaitu 6,9 dan pH universal sebesar 9, nilai viskositas
sediaan suspensi sebesar 1,64 cP dan ukuran partikel terukur paling banyak
pada 605 nm.
20

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (1997). Ilmu Meracik Obat; Teori dan Praktik. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta
Bloom, J. H. 1988. Chemical and Physical Water Quality Analysis A Report and
Practical at Training at Faculty of Fisheries. Universitas Brawijaya,
Malang.
Farmakope Indonesia Edisi Keempat
Fitriani, E. W., Imelda, E., Kornelis, C., & Avanti, C. (2016). Karakterisasi dan
Stabilitas Fisik Mikroemulsi Tipe A/M Dengan Berbagai Fase Minyak.
Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 3(1), 31-44.
Indayanti, D. (2014). Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia pada Minyak Biji
Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak dalam
Air Menggunakan GCMS. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah
Laksmi, R. T., Legowo, A. M., & Kusrahayu, K. (2012). Daya Ikat Air, Ph Dan
Sifat Organoleptik Chicken Nugget Yang Disubstitusi Dengan Telur Rebus.
Animal agriculture journal, 1(1), 453-460.
Simangunsong, F. H. (2016) Produksi Mg (Oh) 2 dari Air Laut Menggunakan
Metode Elektrokimia. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Sinala, S. (2016). Farmasi Fisik. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Talogo, A. S. M. (2014). Pengaruh Waktu dan Temperatur Penyimpanan
Terhadap Tingkat Degradasi Kadar Amoksisilin dalam Sediaan Suspensi
Amoksisilin–Asam Klavulanat. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah.
21

LAMPIRAN

Sampel Sediaan Suspensi dan Emulsi Hasil Viskositas Suspensi

Hasil pH Universal Emulsi Hasil pH Universal Suspensi

Anda mungkin juga menyukai