Disusun oleh:
Secara garis besar komponen kimia buah dan sayur terdiri dari: air,
karbohidrat, protein,vitamin dan mineral, serta sedikit lipid. Buah dan sayur
mengandung air yang cukup tinggi, berkisar antara 80 – 90%. Selain sebagai
komponen yang berkontribusi terhadap kesehatan konsumen, komponen kimia
tersebut juga berpengaruh langsung dengan karakteristik mutu produk seperti
penampilan. Mutu segar produk buah dan sayur segar selalu diasosiasikan dengan
kondisi produk yang tegar dan tidak lembek. Komponen kimia pembentuk dinding
sel bertanggungjawab atas ketegaran buah dan sayur segar. Dengan demikian,
kondisi penanganan serta metoda pengolahan yang mengharuskan ketegaran
produk mempertimbangkan hal tersebut. Pengolahan juga harus dilakukan
sedemikian rupa dengan tujuan meminimalkan kerusakan zat nutrisi produk buah
dan sayur, serta tidak mendorong dan menimbulkan reaksi fisik, kimia maupun
biokimia yang dapat berdampak merugikan terhadap atribut mutu (Pardede, 2013)
Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut
dipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah (1) pertumbuhan dan
aktivitas mikroorganisme; (2) Aktivitas enzim dalam bahan pangan; (3) suhu
baik suhu tinggi maupun suhu rendah; (4) udara khususnya oksigen; (5) kadar air
dan kekeringan; (6) cahaya; dan (7) serangga, parasit serta pengerat. Pengawetan
pangan pada dasarnya adalah tindakan untuk memperkecil atau menghilangakan
faktor-faktor perusak tersebut.
Untuk mengurangi susut yang terjadi setelah pemanenan, pada prinsipnya
dapat dilakukan dengan cara memanipulasi factor biologis atau factor lingkungan
dimana produk pertanian tersebut disimpan. Secara umum factor lingkungan yang
berpengaruh terhadap kedua komoditi pertanian adalah sama yaitu : suhu,
kelembaban udara, komposisi udara (CO, CO2, O2), polutan dan cahaya. Faktor-
faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan nabati seperti buah-
buahan dan sayuran adalah : respirasi, produksi etilen, transpirasi, dan faktor
morfologis/anatomis, faktor lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah
senantiasa menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya yang berlebihan,
dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik.
Untuk mencapai itu perlu diupayakan beberapa bentuk penanganan lepas
panen yang merupakan bentuk perlakuan pendahuluan pada komoditi segar
sebelum produk diolah lebih lanjut. Terdapat berbagai macam jenis penanganan
lepas panen, seperti pendinginan awal / precooling, sortasi, pencucian,
pemotongan, blanching dan masih banyak lagi, hanya yang perlu diperhatikan
bahwa perlakuan-perlakuan itu tidak harus diterapkan semuanya pada satu jenis
bahan pangan (Lordbroken, 2012).
Salah satu contoh penanganan lepas panen adalah pelilinan/waxing.
Sebagian besar buah-buahan dan sayuran memiliki lapisan lilin alami di permukaan
kulitnya, lapisan ini dapat menipis, tergores atau hilang sebagian karena pencucian
sehingga menimbulkan akibat buruk seperti terjadinya penguapan air bahan yang
lebih cepat sehingga bahan mudah menjadi layu atau terjadinya kontaminasi
mikroba (Sumoprastowo, 2000). Pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan mutu sayuran dan buah-buahan segar karena dapat mengurangi
laju respirasi dan transpirasi. Emulsi lilin akan melapisi lentisel dan mulut daun
(stoma) pada jaringan tempat respirasi berlangsung. Selain itu pelapisan lilin juga
menyebabkan penampakan pada sayuran menjadi lebih mengkilap sehingga
menambah daya tarik. Pertumbuhan tunas dapat dihambat jika bahan kimia
fungisida dan sprout inhibitor ditambahkan.
Pelilinan merupakan cara yang murah untuk memperpanjang masa simpan
buah bila fasilitas pendinginan tidak dijumpai, hanya pelilinan ini tidak boleh
terlalu tebal karena dapat menyebabkan terjadinya respirasi anaerob sehingga buah
akan menjadi lebih asam dan mengandung alkohol. Kondisi ini menyebabkan buah
menjadi lebih cepat membusuk. Sedangkan jika lapisan lilin terlalu tipis kurang
efektif mengurangi respirasi dan transpirasi.
Emulsi lilin untuk komoditi segar harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a. Tidak mempengaruhi bau dan rasa komoditi yang dilapisi.
b. Mudah kering dan jika kering tidak lengket.
c. Mengkilap, tidak mudah pecah, licin.
d. Tidak menghasilkan permukaan yang tebal.
e. Tidak bersifat racun.
f. Murah dan mudah diperoleh.
Lilin (wax) adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol
monohidrat berantai panjang atau sterol. Beberapa lilin yang dapat digunakan untuk
proses pelilinan ini adalah lilin alami seperti:
a. Lilin karnauba. Lilin ini mempunyai titik leleh yang tinggi (80 – 870C),
keras dan kedap air. Lilin ini didapat dari pohon palem (Copernica cerifera).
b. Spermaceti. Lilin ini didapat dari kepala ikan paus (Physester
macrocephallus), banyak digunakan pada industri obat dan kosmetik.
c. Bees wax (lilin lebah). Lilin ini dibuat dari sarang lebah madu, berwarna
kuning terang sampai cokelat kehijauan, titik carinya 61 - 690C dan berat
jenisnya 0.96. Lilin ini banyak digunakan untuk pelilinan komoditas
hortikultura karena mudah didapat dan murah.
Konsentrasi lilin yang digunakan pada tiap-tiap jenis buah akan berpengaruh pada
masa simpannya sebagaimana yang tertera pada Tabel 1.
Sumber : Muctadi, 2016
Cara pembuatan emulsi lilin pada Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin
adalah (1)Lilin dipanaskan sampai cair (suhu 90-95oC). (2)Masukkan asam oleat
sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sambil diaduk (bila menggunakan stirrer
kecepatan 20-100 ppm). (3)Tambahkan trietanolamine, terus diatud dan suhu
dipertahankan tetap. (4)Tambahkan air (tidak sadah) yang sudah didihkan (90-
95oC) dengan pelahan-lahan sambil terus diaduk. (5)Dinginkan dengan cepat
menggunakan air mengalir (EbookPangan.com, 2009)
Untuk mendapatkan emulsi lilin dengan konsentrasi yang diinginkan
dilakukan pengenceran dengan air (tidak sadah). Untuk pemakaiannya sebaiknya
digunakan emulsi lilin yang masih segar. Buah dan sayur yang sudah ditiriskan
masukkan ke dalam keranjang kawat kemudian celupkan ke dalam emulsi lilin
(konsentrasi 6 dan 12%) sampai semuanya terendam selama 30-60 detik. Angkat
dan tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering agar pelapisannya
merasa pada seluruh permukaan kulit dan tidak lengket. Simpan pada suhu ruang
dan dalam lemari es (EbookPangan.com, 2009).
Dalam pembuatan emulsi lilin tidak boleh mempergunakan air sadah karena
garam-garam yang terkandung dalam air tersebut akan merusak emulsi lilin. Bahan
pembentuk emulsi yang biasa digunakan adalah trietanolamin dan asam oleat.
Emulsi lilin yang belum dipakai harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan
cuaca dingin. Emulsi-emulsi lilin dalam air lebih aman digunakan daripada pelarut-
pelarut lilin yang mudah sekali terbakar. Emulsi lilin dalam air dapat digunakan
tanpa harus mengeringkan terlebih dahulu. Pada proses pelapisan lilin perlu
ditambahkan fungisida atau bakterisida untuk menghindari perusakan oleh kapang.
Fungisida yang dapat digunakan antara lain Benlate-50, SOPP, Flit-406, dan
Tiobendazole-60. Di tempat-tempat yang tidak terdapat fasilitas-fasilitas
penyimpanan dingin, perlindungan dengan pemberian lapisan lilin merupakan salah
satu cara yang dapat dikembangkan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Hasil
Cara Pengawetan
Campuran A
Campuran B
Campuran A Campuran B
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pelapisan lilin merupakan usaha penundaan kematangan yang bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk hortikultura. Pemberian lapisan lilin ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari
komoditas akibat penguapan sehingga dapat memperlambat kelayuan karena
lapisan lilin menutupi sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran,
mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan
buah yang telah dipanen akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan
kecil pada buah.
Dari sampel yang terdiri dari apel fuji, apel hijau, mangga, anggur merah,
anggur hijau, dan anggur hitam yang sudah dilapisi lilin tersebut kemudian
dibandingkan dengan sampel asli tanpa lapisan lilin. Dari perbandingan tersebut
diperoleh perbedaan yang terlihat jelas apabila buah yang mengandung lilin
lapisannya ketika dibakar meleleh sedangkan yang tidak mengandung lilin ketika
dibakar tidak meleleh.
5.2 Saran
Sebaiknya lebih diperjelas kembali prosedur praktikum yang akan
dilakukan sehingga praktikan lebih memahami apa maksut dari praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, Erika. 2013. Tinjauan Komposisi Kimia Buah Dan Sayur: Peranan
Sebagai Nutrisi Dan Kaitannya Dengan Teknologi Pengawetan Dan
Pengolahan. Journal VISI, Vol 21No.3. ISSN 0853 – 0203: 2013
Lordbroken, 2012. Ilmu Dan Teknologi Pangan - Hasil Hewani.
http://lordbroken.wordpress.com/catagory/ilmu-dan-
teknologipangan/pangan-hasil-hewani.
Hariyani, N, 2009. Tanaman Hortikultura. Panen, Pasca Panen dan Penanganannya.
Jurusan teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo
Surabaya.
Sumoprastowo, R, M. 2000. Memilih Dan Menyimpan Sayur Mayur, Buahbuahan
Dan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta.
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Sayuran Dan Buah-Buahan (Teori
Dan Praktek). eBookPangan.com 2009.
Muchtadi, Tien R. 2016. Materi Pokok Penanganan Dan Pengolahan Hortikultura.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,Isbn: 979-689-940-X
LAMPIRAN
Buah yang sudah dilapisi lilin Buah yang sudah dilapisi lilin
kemudian di kerik
Buah yang sudah dilapisi lilin Hasil ketika dibakar lapisan tersebut
diuji dengan di bakar meleleh yang artinya sampel positif
mengandung lapisan lilin