Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KIMIA INSTRUMEN

JUDUL PRAKTIKUM Penentuan [Vitamin C] Dalam Sampel Obat Dengan HPLC


TANGGAL PRAKTIKUM Senin, 30 Januari 2017
TANGGAL LAPORAN Senin, 06 Februari 2017
GURU PEMBIMBING Ibu Rohayati, S.Pd dan Ibu Danty, S.Pd
TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.

2. Dapat melakukan preparasi dengan cepat dan akurat serta dapat mengikuti manual
pengoprasian HPLC.

3. Dapat menentukan [Vitamin C] dalam sampel obat menggunakan HPLC.

PRINSIP PERCOBAAN

Sampel dilarutkan dengan asetonitril:buffer pH (2:3), lalu diultrasonik selama 5 menit, sampel
disaring dengan kertas saring khusus, filtrat diinjeksikan ke dalam kolom kemudian terbawa oleh
fasa geraknya dengan flow rate 1 ml/menit dan ditangkap oleh detektor UV dengan λ 200 nm
dengan sistem gerak isokratik. Hasil analisa menampilkan konsentrasi dalam satuan ppm
dibandingkan terhadap standarnya dilihat dari waktu retensi 1,4 menit dan luas area puncak
kromatogram.

DASAR TEORI

Vitamin C/Asam Askorbat


Asam askorbat adalah salah satu senyawa
kimia yang disebut vitamin C, selainasam
dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal
kuning keputihan yang larut dalam air dan
memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama
askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa)
dan scorbutus (skurvi), penyakit yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan
kepadaWalter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada
saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa
peneliti.

Pada umumnya sel eukariota dengan inti sel memiliki konsentrasi asam askorbat yang jauh lebih
pekat, yang diserap melalui transporter SVCT1 atau/dan SVCT2, dibandingkan dengan konsentrasi
pada eritrosit maupun konsentrasi di dalamplasma darah.[3] Misalnya pada konsentrasi plasma
atau eritrosit sekitar 40–80 μM, konsentrasi asam askorbat pada sitoplasma limfosit dapat
mencapai 4 mM. Di antara para mamalia, manusia memiliki rasio plasma asam askorbat lebih kecil
dan asam urat lebih tinggi, oleh karena mutasi genetik dengan ekspresi oksidase L-
gulonolakton dan urikase.

Asam askorbat merupakan antioksidan menakjubkan yang melindungi sel dari stres ekstraselular,
dengan peningkatan proliferasi sel endotelial, stimulasisintesis kolagen tipe IV,
degradasi oksidasi LDL, menghambat aterosklerosis dan stres intraselular dengan memelihara
kadar α-tocopherol pada eritrosit danneuron, dan melindungi hepatosit dari stress oksidatif akibat
paparan alkohol alil. Sifat antioksidan tersebut berasal dari gugus hidroksil dari nomor C 2 dan 3
yang mendonorkan ion H+ bersama-sama dengan elektronnya menuju ke berbagai
senyawa oksidan seperti radikal bebas dengan gugus oksigen atau nitrogen, peroksida dan
superoksida. Meskipun demikian, di dalam sitoplasmadengan konsentrasi senyawa Fe yang tinggi,
asam askorbat dapat bersifat pro-oksidan oleh karena reaksi redoks Fe3+ menjadi Fe2+ yang
mencetuskan senyawa superoksida dan pada akhirnya menjadi radikal bebas dengan gugus
shidroksil yang sangat reaktif. Vasodilasi/penyempitan pembuluh darah yang umumnya
disebabkan oleh turunnya sekresi NO oleh sel endotelial juga dapat diredam asam askorbat
dengan meningkatkan sekresi NO oleh sel endotelialmelalui lintasan NO sintase atau siklase
guanilat, mengreduksi nitrita menjadi NO, dan menghambat oksidasi LDL.

Asam askorbat juga memainkan peran yang sangat penting sebagai koenzim dan
pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik dioksigenase seperti hidroksilasi pada
karnitiaEGF; atau mono- dan di-oksigenasi pada berbagai neurotransmiter dan sintesis hormon
peptida, noradrenalin, kolesterol dan asam amino; demetilasi histon dan asam nukleat; dealkilasi
oksidatif DNA;tmeningkatkan kualitas asam suksinat, asam malat dan gliserol 3-fosfat di
dalammitokondria; homeostasis gaya gerak proton; deglikanasi senyawa proteoglikan; menangkap
ROS berlebih hingga menurunkan stres oksidatif. Salah satu fungsi kofaktor yang sangat dikenal
adalah dengan hidroksilase prolil dan lisil yang mengkopling hidroksilasi pada hypoxia-inducible
factor-1α dan prokolagen.
Oleh karena kapasitasnya sebagai antioksidan yang meredam spesi oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan hipertensi, asam askorbat sering dianggap dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asam askorbat dapat menurunkan rasio plasma C-reactive
protein, 8-isoprostane, danmalondialdehyde-modified LDL, meskipun tidak selalu diiringi oleh
penurunan tekanan darah.

Asam askorbat juga digunakan sebagai terapi anti kanker pada jenis-jenis tertentu oleh karena
sifatnya yang menekan sitokina IL-18 dan enzim hialuronidase pada degradasi asam
hialuronat[9] guna mencegah metastasis,[10] stimulasi kolagen untuk mengisolasi sel tumor in vivo,
mencegah efek onkogenik virus dan karsinogen. Asam askorbat diketahui bersifat toksik terhadap
beberapa jenis sel kanker, namun tidak bersifat demikian terhadap sel normal tubuh. Studi klinis
menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi, baik melalui injeksi maupun asupan, dapat
meredakan simtoma patogen dan memperpanjang harapan hidup penderita kanker stadium
lanjut, seperti RCC, tumor kandung kemih, limfoma sel B.

Jenis Makanan Yang Mengandung Vitamin C (Sumber Vitamin C)


Keurangan vitamin C akan menimbul gangguan kesehatan seperti Gusi berdarah atau radang gusi,
anemia, nyeri sendi, radang sendi, memar, perubahan warna kulit, rambut rontok dan kehilangan
gigi. Dengan demikian, agar kita terhindar dari beberapa permasalah tersebut kita harus menjaga
keseimbangan vitamin C dalam tubuh kita yang bisa kita peroleh dengan mengkonsumsi beberapa
jenis makanan.
Beberapa makanan yang mengandung vitamin C di antaranya adalah buah jeruk, lemon, jeruk
nipis. Tidak hanya itu, buah yang mengandung vitamin C juga ditemukan dalam buah nanas,
mangga, semangka, cranberry, raspberry, melon, pir, jambu biji, plum, aprikot, alpukat, stroberi,
blueberry, buah kiwi, pepaya, anggur, apel dan pisang.
Vitamin C juga ditemukan dalam sejumlah besar sayuran umum seperti paprika, brokoli, kembang
kol, kale, kubis, kacang polong, ubi jalar, peterseli, sawi, lobak hijau, selada , daun bawang, seledri,
bayam, tomat, adas, kacang hijau, bawang putih, kentang, kemangi, bawang, mentimun, ubi dan
terong.

Fungsi Dan Manfaat Vitamin C


Vitamin C adalah salah satu jenis nutrisi yang terkenal dengan fungsi antioksidan yang dimilikinya.
Sehingga sangat baik dalam melawan radikal bebas yang menjadi penyebab terjadinya berbagai
jenis penyakit. Radikal bebas diproduksi secara alami dalam tubuh manusia sebagai sebagai hasil
limbah metabolisme tubuh.

Tubuh kita memerlukan vitamin C untuk dimanfaatkan sebagai bahan pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh. Ia diperlukan dalam pertumbuhan dan menjaga kesehatan kolagen ,
protein berserat yang merupakan penyusun utam tulang, ligamen, tendon dan pembuluh darah.
Selain baik dalam menjaga kesehatan jaringan, vitamin C dalam tubuh kita digunakan dalam
meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga kita memiliki pertahanan yang baik dari berbagai
macam gangguan mikroorganisme. Dengan demikian, vitamin C efektif dalam mengatasi beberpa
jenis komplikasi akibat flu dan pilek seperti terjadinya infeksi paru-paru dan pneumonia serta
efektif dalam mengatasi beberapa gangguan tubuh yang terjadi akibat stres oksidatif.

Selain diperlukan dalam mengatasi berbagai jenis penyakit, vitamin C diperlukan untuk sintesis
norepinefrin neurotransmitter. Karnitin merupakan turunan asam amino hidrofilik dibuat dari
asam amino metionin dan lisin dengan bantuan vitamin C. Karnitin mengangkut lemak ke
mitokondria dalam sel untuk menghasilan energi.

Dosis Dan Efek Samping Mengkonsumsi Vitamin C


Mengkonsumsi vitamin dalam setiap harinya sangat perlu kita perhatikan, hal ini karena vitamin C
merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga kelebihan vitamin C akan dikuarkan bersama
air. Dosis yang direkomendasikan antara 15-120 mg perhari, tergantung pada usia, jenis kelamin
dan konsisi seseorang. Untuk anak anak dengan usia 1 dan 3 tahun membutuhkan 15 mg vitamin
C per hari, 4-8 tahun dan 9-13 tahun adalah 25 mg dan 45 mg. Sedankngan untuk usia remaja laki
laki dosis yang direkomendasikan adalah 75 mg, sementara untuk remaja perempuan adalah 65
mg. Selain itu, untuk pria dewasa memerlukan vitamin C sebanyak 90mg perhari dan untuk wanita
dewasa adalah 75 mg perhari. Wanita hamil dan menyususi direkomendasikan mengkonsumsi 85-
120mg perhari.
Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan menyebabkan efek saming berupa diare.
Mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C meningkatkan kadar asam urat dalam darah, yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya batu asam urat dalam ginjal dan penyakit asam urat.

High Performance Liquid Chromatography

Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh TSWETT pada tahun 1903, ia menggunakannya
untuk pemisahan senyawa-senyawa berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa-
senyawa yang berwarna. Senyawa berwarna yang di gunakan TSWETT sebagai sampel adalah
pigmen-pigmen daun, karena warnanya maka cepat terlihat lokasinya dalam kolom. Saat ini
kromatografi tidak lagi digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa berwarna saja. Senyawa-
senyawa tidak berwarna dapat dilihat melalui floresensi dalam sinar ultraviolet.

Pada dasarnya semua teknik kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa diam (stationary) dan
fasa gerak (mobile); pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fasa ini.
Perlu diperhatikan bahwa fasa gerak yang digunakan tidak mempunyai efek terhadap fasa diam
atau hanya sangat lemah diserap oleh fasa diam.

HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Bagian ini menjelaskan bagaimana
pelaksanaan dan penggunaan serta prinsip HPLC yang sama dengan kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kolom.

HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain
dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi
sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat.
HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material
terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi
antara fase diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang
lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran.

Perkembangan yang lebih luas melalui kromatografi kolom mempertimbangkan metode


pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat otomatis dan sangat peka.

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) adalah metoda kromatografi cair bertekanan
tinggi. HPLC sangat berguna untuk analisis kimia secara kualitatif dan kuantitatif senyawa organic
atau anorganik yang berkadar sangat kecil, dalam skala ng/L. juga metoda ini hanya memerlukan
jumlah cuplikan yang sangat kecil(ml). oleh karena itu HPLC, misalnya dapat digunakan dalam
analisis cuplikan Kimia Lingkungan, Farmasi, atau kedokteran. (Tim Dosen Kimia Instrumen.2001:1)

Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit
dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas/ area standar. Pada prakteknya teknik
perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu konsentrasi
standar. Oleh karena itu, lebih akurat dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.

Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi differensial


komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini kromatografi selalu melibatkan dua
fasa ,yaitu fasa diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Fasa diam berupa padatan
atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben) sedangkan fasa
gerak berupa cairan disebut eluen. Fase gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi differensial
komponen-komponen dalam sampel. (Budiasih,dkk.199:68)

Prinsip Kerja HPLC


Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi differensial komponen di antara dua fasa yang
disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Prinsip kerja alat instrument HPLC adalah sebagai berikut :
dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan
ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen
– komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute – solute terhadap fasa
diam. Solute – solute yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih
dulu. Sebaliknya, solute –solute yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solute –solute
tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom
dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC
serupa dengan kromatogram GC, jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas
peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk
mengontrol kerja sistem HPLC.
Gambar skema instrument HPLC:

Injeksi Sampel
Injeksi sample seluruhnya otomatis dan anda tidak akan mengharapkan bagaimana mengetahui
apa yang terjadi pada tingkat dasar. Karena proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya dengan
kromatografi gas (jika anda telah mempelajarinya).

Waktu Retensi
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan
sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-
senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu
retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
 tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)

 kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran partikel)

 komposisi yang tepat dari pelarut

 temperatur pada kolom

Perbedaan dalam HPLC


Terdapat dua perbedaan dalam HPLC berdasarkan polaritas dari pelarut dan interaksi terhadap
fasa diamnya.
1. Fasa normal HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat lebih polar daripada pelarutnya.
2. Fasa balik HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat non-polar dibandingkan dengan
pelarutnya.

Jenis-Jenis Kromatografi
Jenis retensi solute merupakan dasar dalam HPLC karena pemisahan senyawa bergantung pada
jenis dan kekuatan interaksi solute dengan fasa diam. Mekanisme retensi dapat dikelompokan
menjadi 5 katagori :
1. Kromatografi Adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang agak polar.
Partikel- partikel silica atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Gugus – gugus polar
silanol pada permukaan silica dan gugus – gugus polar aluminol pada permukaan alumina
bertindak sebagai tempat-tempat adsorbs untuk molekul polar. Jenis kromatografi ini
menggunakan fasa gerak non polar dan jenis kromatografi ini disebut kromatografi fasa normal.
2. Kromatografi Partisi
Dalam kromatografi ini, biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam sehingga
kromatografi jenis ini disebut juga kromatografi fasa terbalik. Fasa diam (polar atau nonpolar)
dilapisi pada suatu pendukung inert dan dipak kedalam sebuah kolom. Kemudian rasa gerak
dilewatkan melalui kolom. Bentuk kromatografi partisi ini disebut kromatografi cair cair (LLC).
3. Kromatografi Fasa terikat
Kromatografi fasa terikat dilakukan dalam dua cara, yaitu fasa normal dan fasa balik. Fasa diam
dari fasa terikat terdiri dari suatu pengepak silica yang disalinasi (misalnya C8 dan C18), fasa
diam yang dipakai adalah C5 atau C15 BPC packing. Fasa gerak terdiri dari suatu larutan buffer
(ditambah suatu kosolven organik seperti methanol atau asetonitril untuk pemisahan fase
terikat) dan suatu penambahan ion tanding, yang muatannya berlawanan dengan molekul
sampel. Fasa terikat mempunyai beberapa keuntungan merupakan fasa yang stabil.
4. Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran – campuran ion atau
molekul – molekul yang dapt diionkan. Ion – ion bersaing dengan ion fasa gerak untuk
memperebutkan tempat berikatan dengan fasa diam.
5. Kromatografi eksklusi ukuran
Teknik ini unik karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat.
Pemisahan terjadi karena solute – solute berdifusi masuk dan keluar pori- pori material paking
kolom. Molekul- molekul yang lebih besar, tidak dapat masuk kedalam jaringan dan lewat
melalui kolom tanpa ditahan.
Instrumentasi HPLC
Adapun Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi atau HPLC :
1. Fasa gerak
Fasa gerak dalam HPLC adalah zat cair. HPLC mempunyai lebih banyak pilihan fasa gerak. Dalam
HPLC, fasa gerak selain berfungsi membawa komponen – komponen campuran menuju
detektor, fasa gerak dapat berinteraksi dengan solute – solute. Oleh karena itu, fasa gerak
dalam HPLC merupakan salah satu factor penentu keberhasilan proses pemisahan.
a. Persyaratan fasa gerak HPLC
Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak HPLC harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut :
1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang dianalisis.
2) Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram.
3) Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan dalam kolom
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun
5) Zat cair tidak kental
6) Fasa gerak harus sesuai dengan detektor
2. Pompa
Pompa dalam HPLC berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi
serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan :
a. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi
b. Kecepatan alir berkisar 0,1 – 10 mL / menit
c. Bahan tahan korosi
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa
yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant
displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan
pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur
(pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan
aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan
aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Pompa HPLC

3. Injektor
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang
minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a. Stop-Flow
Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran
dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusi
tidak dipengaruhi
b. Septum
Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada kromatografi Gas.
Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 - 70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak
tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang
terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Loop Valve
Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 µ dan
dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang
lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop
pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
Injektor
Proses injeksi
4. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang terbuat dari gelas
berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tempat terjadinya pemisahan campuran
menjadi komponen-komponennya. Bergantung keperluannya kolom utama dapat digunakan
untuk analisis atau preparatif. Untuk keperluan preparatif, setiap komponen yang keluar dari
kolom ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction
colector. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi
percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik
Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom.
Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros
mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm. Kolom utama berisi fasa diam dan
jenisnya bervariasi bergantung keperluan, misalnya dikenal kolom C-18, c-8, cyanopropyl.
Kolom jenis C-18 dan C-8 paling banyak dipakai dalam HPLC.
b. Kolom preparatif
Umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm.

Kolom C-18
5. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom
(analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki
sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan
memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan
fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT yang
umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang
lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi
eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-
detektor lainnya antara lain:
- Detektor Fluorometer
- Detektor lonisasi nyala
- Detektor Spektrofotometer Massa
- Detektor Refraksi lndeks
- Detektor Elektrokimia
- Detektor Reaksi Kimia

Detektor UV
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa- senyawa organic. Detektor UV
dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang sehingga panjang gelombang UV yang
digunakan dapat dipilih disesuaikan dengan jenis cuplikan yang diukur. Walaupun demikian,
biasanya panjang gelombang yang digunakan 254 nm karena kebanyakan senyawa organik
menyerap sinar UV pada sekitar panjang gelombang.
6. Rekorder
Berfungsi menampilkan hasil dari pemisahan kromatografi. Kromatogram berupa waktu retensi
(sumbu x) dan intensitas penyerapan (sumbu y). Hal ini dapat digunakan untuk analisis kualitatif
suatu komponen. Area puncak setara dengan konsentrasi sehingga dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif.
Hasil kromatogram akan kurang baik dikarenakan adanya pelebaran puncak. Pelebaran yang
terjadi dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Difusi Eddy
Difusi Eddy terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen ke detektor yang
menyebabkan puncak kromatogram melebar. Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan
ukuran partikel penyusun kolom yang tidak merata.
b. Transfer massa
Transfer massa terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen ke detektor yang
menyebabkan puncak kromatogram melebar.
c. Difusi longitudinal
Difusi longitudinal terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen ke detektor yang
menyebabkan puncak kromatogram melebar.

Pelarut dalam HPLC diantaranya n-heksana, sikloheksana, tetraklorometana, metilbenzena,


isopropanol, etanol, methanol, asam etanoat, dan air. Sementara fasa diam dalam HPLC
diantaranya oktilsilika, propilsilika, aminopropil, asam sulfonat, dan amina kuartener. (Al-
Anshory,2007:2-6)

Kelebihan HPLC
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG). Dalam banyak hal kedua teknik
ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila derivatisasi
diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-
zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian
bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih besar bagi para
analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena teknik ini dapat
digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang umumnya digunakan.

KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi cair klasik, antara lain:
Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikan sekitar
15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisis kurang dari 5 menit
bisa dicapai
Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi selektif
dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan
terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan fasa diam dan fasa gerak
pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
Sensitivitas detektor: Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi
kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-detektor
Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram(10-12 gram). Detektor-
detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat juga digunakan
dalam KCKT
Kolom yang dapat digunakan kembali: Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT
dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sma
sebelum darijenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan
Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik :zat – zat yang tidak bisa dianalisis dengan KG
karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisi spsesies ionik. KCKT dengan
tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat –zat tersebut.
Mudah rekoveri sampel: Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan
destruktif(kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel
tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati detector.Solvennya dapat
dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukarion memerlukan prosedur
khusus.
(Effendy De Lux Putra, 2004: 8)

Kerugian HPLC
Kerugian dari penggunaan HPLC yaitu :
 Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dulu
 Hanya bisa digunakan untuk asam organik
 Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradien elusi
 Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas
ALAT & BAHAN

1. Alat: 2. Bahan:
 Alat HPLC  Gelas kimia 600 ml  KH2PO4
 Injektor HPLC  Kertas saring khusus  Aquabidest
 Labu ukur 50 ml dan 25 ml  Neraca analitis  H3PO4
 Botol semprot  Asam askorbat
 Kaca arloji  Sampel obat vitamin C
 Pipet tetes

SINGKATAN PROSEDUR

1. Persiapan Fase Gerak (Asetonitril:Buffer pH 2,65)


 Ditimbang 3,4 gram KH2PO4, dilarutkan dengan aquabidest 500 ml dalam gelas kimia.
 Ditambahkan H3PO4 (p) sampai pH mencapai 2,65.
 Diambil 300 ml larutan diatas, dimasukan kedalam labu ukur 500 ml dan ditambahkan
asetonitril sampai tanda batas, dihomogenkan dan degassing selama 5 menit.
 Disaring dengan membran filter.
2. Persiapan Larutan Standar Asam Askorbat 150 ppm
 Ditimbang teliti 7,5 mg standar asam askorbat (secara selisih) masukan ke dalam labu ukur
25 ml, ditambahkan fase gerak sampai 2/3 bagian labu, ultrasonik selama 5 menit dan
encerkan dengan fase gerak sampai tanda batas.
 Disaring dengan membran filter.
 Standar siap diinjek.
3. Persiapan Sampel
 Dipipet sejumlah tertentu sampel yang telah disediakan masukkan ke dalam labu ukur 25
ml, diencerkan dengan pelarut sampa tanda batas.
 Disaring dengan membran filter.
 Sampel siap diinjek.
4. Pengoprasian Alat
5. Injeksi Baku

6. Kalibrasi Baku
7. Report Hasil Pengukuran
DATA PENGAMATAN

1. Membuat larutan standar induk asam askorbat 150 ppm


𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 =
𝐿
𝑚𝑔
1500 =
0,05
𝑚𝑔 = 7,5
𝑔 = 0,0075
2. Membuat larutan sampel obat vitamin C
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝟓 𝒕𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒃𝒂𝒕 = 1,2547 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 5 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 1,2547 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒓𝒂𝒕𝒂" 𝒕𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕 = = = 0,2514 𝑔𝑟𝑎𝑚
5 5
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒅𝒍𝒎 𝟏𝟓𝟎 𝒑𝒑𝒎 = 𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐿
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒅𝒍𝒎 𝟏𝟓𝟎 𝒑𝒑𝒎 = 150 𝑥 0,025
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒅𝒍𝒎 𝟏𝟓𝟎 𝒑𝒑𝒎 = 3,75 𝑚𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 150 𝑝𝑝𝑚
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 = 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎"
50 𝑚𝑔
3,75 𝑚𝑔
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 = 𝑥 0,2514 = 0,0189 𝑔𝑟𝑎𝑚
50 𝑚𝑔
3. Perhitungan kesesuaian kadar vitamin C dalam sampel
𝐿. 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
[𝑽𝒊𝒕𝒂𝒎𝒊𝒏 𝑪] = 𝑥 𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐿. 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
2538726
[[𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶] = 𝑥144 𝑝𝑝𝑚 = 158,98 𝑝𝑝𝑚
2299549
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒗𝒊𝒕𝒂𝒎𝒊𝒏 𝑪 = [𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶]𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 158,98 𝑝𝑝𝑚 𝑥 0,025 𝐿 = 3,9744 𝑚𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
%𝑽𝒊𝒕𝒂𝒎𝒊𝒏 𝑪 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3,9744 𝑚𝑔
%𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 𝑥 100% = 𝟐𝟎, 𝟗𝟗%
19 𝑚𝑔
4. Kromatogram penentuan [Vitamin C] dengan HPLC
5. Preparasi
Pembuatan fase gerak asetonitril:buffer pH 2,65

Fase gerak Larutan sampel dan larutan standar

Siap diinjeksikan
6. Bagian-bagian alat HPLC

SHIMADZU Seri L202346

Fase gerak

CBM

Stabilizer

Kolom

Detektor

Injektor

Pompa

Alat untuk menginjeksikan larutan ke dalam


injektor

Display dan printer


PEMBAHASAN

1. Mode operasional yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mode isokratik dimana
komposisi fasa gerak dan laju kolom dibuat tetap sebesar 1 mL/menit.
2. Pelarut yang digunakan dikombinasikan komposisinya bertujuan untuk memberikan faktor
kapasitas yang cocok sehingga faktor human error dapat dihindarkan.
3. Fase gerak yang digunakan sudah memenuhi persyaratan fasa gerak HPLC yaitu: jernih,
murah, mudah diperoleh, dan tidak kental.
4. Proses degassing dilakukan untuk menghomogenkan dan menghilangkan gelembung-
gelembung gas pada larutan induk. Karena dengan adanya gas dalam larutan sampel dapat
menghambat pergerakan eluen sehingga terganggunya pemisahan pada kolom karena
larutan sampel tidak merata dan akan menyebabkan terjadinya pelebaran puncak
kromatogram. Selain itu, penghilangan gas ini juga diperlukan untuk menghindari noise pada
detektor terutama fase organik berair.
5. Pembuatan larutan standar tersebut dilakukan secara kuantitatif. Oleh karena itu,
penimbangan larutan baku asam askorbat harus tepat, pemipetan larutan induk harus tepat,
pengenceran larutan baku menjadi larutan standar harus pas sampai tanda batas. Pembuatan
masing – masing konsentrasi dan pelabelan harus dilakukan secara teliti untuk mencegah
terjadinya kekeliruan.
6. Ketidaksesuaian kadar vitamin C pada label dengan hasil HPLC dikarenakan praktikan yang
kurang teliti saat melakukan pengenceran dan kurang nya pemahaman praktikan tentang
HPLC.
7. Alat HPLC diset sesuai dengan kebutuhan pengukuran yaitu dengan panjang gelombang 200
nm, laju alir 1 mL/menit.Pada saat memasukan larutan standar maupun larutan sampel tidak
terlalu banyak cukup dengan 20 mikoliter, karena jika terlalu banyak dapat menyebabkan
band broadening (pelebaran peak) dan pada saat memasukan cuplikan pada syringe tidak ada
gelembung udara agar menghasilkan pemisahan yang baik. Sebelum digunakan, syringe harus
dibilas dengan mengunakan metanol agar terbebas dari kotoran.
8. Pada proses pemasukan cuplikan kedalam alat HPLC dilakukan dengan menggunakan alat
injeksi syiringe. Syringe disuntikan melaui septum (seal karet), cuplikan yang masuk kemudian
dialirkan oleh fasa gerak dengan bantuan pompa.
9. Kesesuaian kadar vitamin C pada label sebesar 95-105% tapi kesesuaian kadar yang kita dapat
hanya sebesar 20,99%, ini terjadi karena praktikan yang kurang teliti saat melakukan
pengenceran dan kurang nya pemahaman praktikan tentang HPLC.
KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini untuk menganalisis kesesuaian kadar vitamin C dalam sampel menggunakan
instrumen HPLC didapat kesesuaian kadar vitamin C sebesar 20,99%.

DAFTAR PUSTAKA

 Mulja, M., Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.
 Al-Anshory, Jamaludin. 2007. Diktat Pelatihan HPLC. Bandung : Universitas Padjadjaran
 Budiasih, Endang, dkk. 1999. Analisis Instrumentasi. Malang: Universitas Negeri Malang
 Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_askorbat
 http://www.openwetware.org/images/a/a1/Laporan_PRAKTIUM_HPLC%3b_ANALISA_TABLET_
VITAMIN_C.pdf

Paraf Nilai

Anda mungkin juga menyukai