KADAR VITAMIN C
Disususun oleh :
Febryan
061118010
Sampel sebanyak 10 g dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan asam oksalat 5%
sampai tanda batas. Kemudian larutan dikocok agar homogen dan disaring, filtrat yang
dihasilkan dititrasi dengan I2 0,02N. Iodium merupakan oksidator lemah, sehingga
hanyaz at-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi.I ndikator yang
digunakan yaitu amilum sebanyak 2 mL dan akan memberikan warna biru pada titik
akhir titrasi. Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran,
perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan
indikator amilum/kanji.
I 2 + 2 e- → 2 I -
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada suhu
250C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium
membentuk kompleks triiodida dengan iodida :
I 2 + I - → I 3-
Larutan standar iodium harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah
peruraian HIO oleh cahaya matahari:
• pembuatan larutan
• penyimpanan larutan
• ketelitian dalam melakukan titrasi, yaitu dalam menentukan titik akhir dan
pembacaan skala pada bure
Penentuan Titik Akhir Titrasi
Dari hasil percobaan, volume yang dibutuhkan pada titrasi blanko adalah 0,08
mL. Sedangkan volume titer yang dibutuhkan pada sampel G sebanyak 0,10 mL.
Tujuan Percobaan : Menentukan kadar vitamin C dalam sample dengan cara titrasi
Landasan Teori
Vitamin merupakan molekul polar yang larut dalam air, maupun molekul
nonpolar yang larut dalam pelarut lemak. Kebanyakan vitamin yang larut dalam air
bertindak sebagi batu bangunan oleh koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C)
sebagai gizi diperlukan bagi hewan menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C
adalah vital dalam pembentukan dari kolagen protein struktural (Thenawijaya,
1982). Dalam larutan air, vitamin C mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan,
Oksidasi di percepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin
C sering terjadi dalam pengolahan, pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting
dalam pembuatan sel-sel intra seluler,kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh
dalam jaringan ikat, rangka, matriks,dll. Vitamin C berperan penting
dalam/hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksi
lisin.Vitamin C berperan pentingdalam menghambat reaksi-reaksi oksidasi dalam
tubuh yang berlebihan dengan bertidak sebagai inkubator. Tampaknya vitamin C
merupakan vitamin vitamin yang esensial untuk memelihara fungsi normal semua
unit sel termasuk struktur-struktur subsel sepertiribosom dan mitokondria.
Adanya asam askorbat makanan, membantu penyerapan besi dalam intestin,
karena besi makanan umumnya berbentukion ferri, sedangkan besi diserap
berbentukionferro, dalam tubuh asam askorbat diubah menjadi asam oksalat, asam
oksalat di ekskresi oleh ginjal.
Sampel
1. Haluskan beberapa butir vitamin CMenimbang 0,3 g vitamin C yang halus
2. Larutkan vitamin C tersebut dengan 10 ml aquadest dan tambahkan dengan 5
ml H2SO4 2 N
3. tambahkan 10 ml larutab iod 0,1 N dengan beberapa tetes amilum.
4. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan
menjadiwarna kuning kembali (warna larutan menjadi kuning).
5. Lakukan langkah tersebut sebanyak 3 kali.
Blangko
Vitamin C
Vitamin C yang terdapat dalam sampel tersebut habis teroksidasi, sedangkan kelebihan
iodium dititrasi dengan Na2S2O3. Untuk mempertajam perubahan warnasaat mencapai
titik ekivalenmaka ditambahkan dengan indikator amilum.Titrasi dilakukan hingga
analit berubah menjadi warna kuning kembali yang menandakan bahwa semua iodium
yang bersisa telah habis bereaksi. Reaksinya :
• Reduksi : 2e + I2 2 I-
• Oksidasi : 2S2O32- S4O62- + 2e
-
I2 + 2S2O32- 2 I- + S4O62-
Reaksi lengkapnya adalah :
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Karena itu larutan baku I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI. Sebagai
pengoksid larutan I2 yang sebenarnya adalah larutan I3- yang akan mengalami reaksi
reduksi :
Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi larutan I2 dalam KI tetap
ditulis, agar lebih sederhana, sebagai reaksi reduksi terhadap I2 saja. Meskipun
demikian masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu tentang harga E0 atau
potensial elektroda standarnya. Menurut tabel, untuk reaksi :
Padahal reaksi reduksi terhadap larutan I2 dalam KI meskipun ditulis dengan reaksi
yang sama sperti pada reaksi tertulis ditabel, reaksi yang sebenarnya bukan ini. Jadi
harga E0 nya juga harus berbeda dengan apa yang tercantum pada tabel. Menurut
penelitian harga E0 untuk reaksi reduksi terhadap larutan I2 dalam KI = 0,5355 volt.
Jadi pada Iodimetri, secara teoritis, ion-ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion
bentuk tereduksi yang mempunyai potensial yang agak lebih kecil dari 0,5355 volt.
Maka ion-ion yang dapat ditentukan dengan titrasi metode ini adalah ion Fe(CN)64-,
Cu+, Sn2+, Ti3+, dan ion-ion bentuk tereduksi yang berpotensial elektroda lebih kecil
dari 0,5355 volt.
Titrasi pada Iodimetri tidak menggunakan indikator, tetapi karena warnanya
dalam keadaan encer sangat lemah, maka pada titrasi ini diperlukan indikator. Indikator
yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan
beraksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik :
Kompleks iod amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air
sehingga pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh depan. Akibatnya
pada titrasi I2 “hilang” karena tereduksi, kesetimbangan tidak segera kembali bergeser
ke arah kiri, warna komplek Iod amilum agak sukar hilang. Pada Iodimetri penggunaan
indikator ini, karena setiap saat sepanjang titrasi I2 dalam larutan reaksi kecil bahkan
sebelum TE dicapai prkatis = 0, maka larutan indikator dapat ditambahkan dari sejak
awal titrasi artinya larutan indikator ditambahkan sebelum titrasi dimulai. Sedangkan
pada titrasi Iodometri, karena I2 diawal titrasi sangat besar, maka larutan indikator tidak
dapat ditambahkan diawal titrasi. Larutan indikator ditambahkan pada saat menjelang
TE dicapai, yaitu pada saat I2 cukup kecil.
Setelah titrasi siap untuk dilakukan, buret yang digunakan pada titrasi ini adalah
buret yang berwarna coklat. Hal ini dikarenakan I2 mudah terurai oleh cahaya. Larutan
I2 diisikan pada buret coklat yang sebelumnya telah dibilas dengan akudes kemudian
dibilas dengan menggunakan larutan I2. Tujuan pembilasan yaitu agar mengkondisikan
buret dengan larutan I2 dan juga untuk menghilangkan sisa-sisa akudes hasil
pembilasan dengan akuades. Karena apabila masih terdapat akuadest didalam buret,
dikhawatirkan konsentrasi I2 yang sudah ditetapkan konsentrasinya akan berubah
menjadi encer. Titrasi dilakukan dengan cepat tetapi tidak terlalu cepat. Hal ini
disebabkan I2 sangat mudah menguap, titrasipun dilakukan dengan tidak terlalu cepat
agar Iodium yang terbentuk tidak terbuang/terusir karena gerakan yang cepat akibat
putaran yang terlalu berlebihan dari titrasi yang terlalu cepat. Titrasi dihentikan ketika
TA dicapai yaitu sampai warna larutan berubah menjadi biru tua.
Titrasi dilakukan duplo (2 kali), agar mendapatkan volume rata-rata yang dapat
meminimalisasi kesalahan pada titrasi. Setelah dilakukan perhitungan pada sampel H,
didapatkan kadar vitamin c pada sampel adalah 8,10 x 10-6 %. Kadar vitamin c yang
didapat pada sampel tersebut berbeda dari komposisi yang tertera pada label produk
sampel, yaitu kandungan vitamin c nya adalah 20%. Hal ini disebabkan karena :
• Hal tersebut mengakibatkan sampel yang sudah terukur ketika proses
penimbangan akan menjadi berkurang, karena pada proses penyaringan bagian
sampel yang masih kasar tidak lolos atau tidak tersaring.
• Kesalahan pada saat pelarutan. Sampel vitamin c yang digerus kurang halus,
sehingga pada saat pelarutan, sampel tidak terlarut dengan sempurna. Selain itu
proses pelarutan tidak menggunakan batang pengaduk tetapi menggunakan
spatula.
• Vitamin C yang terkandung di dalam sampel tidak hanya mengandung vitamin
C, tetapi juga mengandung karbohidrat (pati) yang berfungsi sebagai pemadat.
Oleh karena itu, tidak mengandung 100% vitamin C. Kandungan vitamin C juga
akan semakin menurun jika terlalu lama disimpan.
• Vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun
udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang (Helmiyesi et al, 2008). Proses
kerusakan atau penurunan.
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/document/371505099/Laporan-Penentuan-Kadar-Vitamin-
C
https://youtu.be/5yJmbPMMnVY
https://youtu.be/5yJmbPMMnVY