Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR DAN ANALITIK

KADAR VITAMIN C

Disususun oleh :
Febryan
061118010

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
1.1 Tujuan Percobaan
Menentukan titik akhir titrasi dan kadar vitamin
C.
1.2 Dasar Teori

Pada percobaan ini dilakukan analisis vitamin C dengan metode titrasi


iodimetri. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu minuman dengan berbagai
merk, sampel yang digunakan kelompok tujuh yaitu sampel G. Vitamin adalah suatu
zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Vitamin C merupakan suplemen
yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari.
Kegunaan dari vitamin C yaitu, sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam
berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai
dengan pengatur tingkat kolesterol.
Kebutuhan untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap
individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok,
penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur)
meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C
sekitar 100 mg/hari. Buah dan sayuran mengandung banyak vitamin C, akan tetapi
banyak persepsi orang yang salah berkaitan dengan sumber vitamin C dalam bentuk
alami.
Penetapan vitamin C ini dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri yaitu titras
i dengan I2 sebagai titernya. Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan
metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah
I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan
ion iodide. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi
redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor , sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan
oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron). Jadi, tidak mungkin hanya ada
oksidator saja ataupun reduktor saja ..Dalam metode analisis ini, sampel dioksidasikan
oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-

Sampel sebanyak 10 g dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan asam oksalat 5%
sampai tanda batas. Kemudian larutan dikocok agar homogen dan disaring, filtrat yang
dihasilkan dititrasi dengan I2 0,02N. Iodium merupakan oksidator lemah, sehingga
hanyaz at-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi.I ndikator yang
digunakan yaitu amilum sebanyak 2 mL dan akan memberikan warna biru pada titik
akhir titrasi. Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran,
perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan
indikator amilum/kanji.
I 2 + 2 e- → 2 I -
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada suhu
250C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium
membentuk kompleks triiodida dengan iodida :
I 2 + I - → I 3-
Larutan standar iodium harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah
peruraian HIO oleh cahaya matahari:

2HIO →2 H+ + 2 I- +O2 (g)

Larutan iodium merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga


perlu distandarisasi berulang kali. Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat
bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang menggeser
kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau dengan
menambahkan bahan pengkompleks. Untuk pengaturan pH ini, ditambahkan asam
oksalat H2C2O4, sehingga sampel dalam suasana asam. Larutan iod distandardisasi
dengan larutan Na2S2O3, standarisasi bertujuan utuk mendapatkan konsentrasi iod
dengan tepat

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodimetri, antara lain :

• pembuatan larutan

• penyimpanan larutan

• Jumlah indicator, dan

• ketelitian dalam melakukan titrasi, yaitu dalam menentukan titik akhir dan
pembacaan skala pada bure
Penentuan Titik Akhir Titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik


akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua.
Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat
masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks
tersebut. Warna biru akan terlihat bila konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya
tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai
kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi.
Reaksi pada penentuan Vitamin C dengan iodimetri:

H2S + I2→ S + 2I- + 2H+


SO32- + I2 + H2O → SO42- + 2I- + 2H+Sn2+ + I2 →Sn4+ + 2IH2
AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+

Dari hasil percobaan, volume yang dibutuhkan pada titrasi blanko adalah 0,08
mL. Sedangkan volume titer yang dibutuhkan pada sampel G sebanyak 0,10 mL.

Titik akhir ditandai :


dengan perubahan warna dari kuning menjadi biru. Sehingga kadar vitamin C yang
diperoleh pada sampel G adalah 17,54 X 10-6% Vit C. Kadar Vitamin C yang
terbesar terdapat pada sampel F yaitu 149,4 X 10-6% Vit C.

Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:


1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur.
2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu .
3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan
4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi
yangtidak reversible
KESIMPULAN :

• Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrasi iodimetri.


• Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya.
• Kadar Vitamin C pada sampel G yaitu 17,54 X 10-6% Vit C.
• Kadar Vitamin C yang terbesar terdapat pada sampel F yaitu 149,4 X 10-6% Vit
C.

PENENTUAN KADAR VITAMIN C

Tujuan Percobaan : Menentukan kadar vitamin C dalam sample dengan cara titrasi
Landasan Teori

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam


jumlahkecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam
sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara
kesehatan.
Vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang
bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu
suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah kata vitamine yang
kemudian diganti dengan kata vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu
kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan protein,
karbohidrat maupun lemak, peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk
menjaga kelangsungan kehidupan. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang
sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang
normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat okeh tubuh manusia dalam jumlah yang
cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi
(Winarno, 2004 ).
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek
(1971) disebut prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak
disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk
golongan ini adalahtiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin,
asam pantotenat,vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C.
Golongan kedua yang larut dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan
dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam
tubuh, dan memberikan gejala penyakittertentu (hipervitaminosis), yang juga
membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit difisiensi,
tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin
tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi, 1994).

Vitamin merupakan molekul polar yang larut dalam air, maupun molekul
nonpolar yang larut dalam pelarut lemak. Kebanyakan vitamin yang larut dalam air
bertindak sebagi batu bangunan oleh koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C)
sebagai gizi diperlukan bagi hewan menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C
adalah vital dalam pembentukan dari kolagen protein struktural (Thenawijaya,
1982). Dalam larutan air, vitamin C mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan,
Oksidasi di percepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin
C sering terjadi dalam pengolahan, pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting
dalam pembuatan sel-sel intra seluler,kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh
dalam jaringan ikat, rangka, matriks,dll. Vitamin C berperan penting
dalam/hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksi
lisin.Vitamin C berperan pentingdalam menghambat reaksi-reaksi oksidasi dalam
tubuh yang berlebihan dengan bertidak sebagai inkubator. Tampaknya vitamin C
merupakan vitamin vitamin yang esensial untuk memelihara fungsi normal semua
unit sel termasuk struktur-struktur subsel sepertiribosom dan mitokondria.
Adanya asam askorbat makanan, membantu penyerapan besi dalam intestin,
karena besi makanan umumnya berbentukion ferri, sedangkan besi diserap
berbentukionferro, dalam tubuh asam askorbat diubah menjadi asam oksalat, asam
oksalat di ekskresi oleh ginjal.

Kebutuhan vitamin C bagi setiap orang berbeda-beda tergantung pada


kebiasaan hidup masing-masing. Faktor yang berpengaruh biasanya adalah
merokok, minum kopi, konsumsi obat tertentu, anti biotik tetraksilin, anti atritis,
obat tidur, kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok menghilangkan 25 % vitamin C
dalam darah, selain nikotin vitamin dipengaruhi oleh kavein.

Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan titrasi iodimetri. Hal ini


berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Indikator yang
digunakan yaitu amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari
iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iodin yaitu
tiap 1 mL 0,01 Niodin ekivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Cara lain dalam
penentuan vitamin C adalah dengan 2,6 D (2,6 Dikloro fenol indofenol). Asam
askorbat dapat direduksi2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna merah
muda. Apabila 2,6 D direduksi oleh asam askorbat maka menjadi tak berwarna , dan
bila semua asam askorbat telah mereduksi 2,6 D, maka kelebihan 2,6 D sedikit saja
akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan.

Alat dan BahanAlat


• Buret 50 mL Statif dan klemCorong biasa Neraca digital
• Gelas kimia 600 mL Pipet tetes Pembakar spritus Mortar dan alu
• Kaki tiga dan kasa asbes Gelas ukur 10 mL
• Pipet ukur 5 ml dan 10 mL
• Labu erlenmeyer bertutup asa 250 ml 3 buah Labu erlenmeyer 250 ml 3 buah
• Bahan
• Tablet vitamin C H2SO4 2 N
• Larutan iod 0,1 N Aquadest Amilum 2 %
• Larutan Na2S2O3 0,1 N Korek api
• Tissue
Prosedur KerjaBlangko
1. Masukan 5 ml H2SO4 2 N dalam 10 ml H2O pada labu erlenmeyer. Lalu
tambahkan 10 ml larutan iod 0,1 N.
2. Tambahkan beberapa tetes indikator amilum.
3. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan
bening.Mengulangi langkah 1-4 sebanyak 3 kali.

Sampel
1. Haluskan beberapa butir vitamin CMenimbang 0,3 g vitamin C yang halus
2. Larutkan vitamin C tersebut dengan 10 ml aquadest dan tambahkan dengan 5
ml H2SO4 2 N
3. tambahkan 10 ml larutab iod 0,1 N dengan beberapa tetes amilum.
4. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan
menjadiwarna kuning kembali (warna larutan menjadi kuning).
5. Lakukan langkah tersebut sebanyak 3 kali.

Hasil Pengamatan Sampel


larutan kuning + 5 ml H2SO4 2 N 0,3 g vitamin C + 10 ml H2O
coklat dititrasi larutan kuning larutan coklat + amilum Larutan kuning + 10 mL
iod 0,1 N

Titrasi Volume Na2S2O3 0,1 N (ml)


1. 7,9
2. 9,8
3. 8,7

Blangko

10 larutan bening + 10 mL iod 0,1 N larutan ml H2O + 5 ml H2SO4 2 N larutancoklat


dititrasi larutan bening. coklat + amilum larutan
titrasi Volume Na2S2O3 0,1 N (ml)
1. 11,7
2. 12,0
3. 11,6
Analisis Data
Dik : N Na2S2O3 = 0,1 N
V Na2S2O3 sampel = 8,8 ml
V Na2S2O3 blangko =11,77 ml MM vit C =176 mg/mmol
Dit : m Vitamin C =. ?
Kadar vit C = ?
Penyelesaian
N = (m ekiv)/V
N = (m vit C ×ekivalen Na2S2O3 )/(Mm vit C ×V Na2S2O3 )
= (0,1 N ×176 mg/mmol×1ml)/(2 ekivalen) =8,8 mg Jadi, 1 ml Na2S2O3 0,1 N ≈
8,8 mg vitamin C
Kadar vitamin C
Kadar = (m vit C)/(m sampel) ×100%
= (26,14 mg)/(300 mg) ×100%=8,71 %
Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dalam sampel


untuk mempercepat proses pelarutan vitamin C dalam air, maka sampel tersebut harus
digerus sehingga permukaan bidang sentuhnya besar. Adapun air digunakan sebagai
pelarut karena vitamin C mudah larut didalamnya, untuk menghindari oksidasi dengan
cahaya vitamin C dimasukkan dan dilarutkandalam erlenmeyer tertutup. Halini karena
vitamin C mudah teroksidasioleh cahaya,namun vitamin C yang terdapat dalam labu
tersebut masuh memungkinkan untuk teroksidasi sehingga ditambahkan dengan asam
sulfat pekat.Selain itu,asam tersebut juga berfungsiuntuk memberi suasana asam
karena proses oksidasi vitamin C pada suasana tersebut dapat maksimal.
Dalam penentuan kadar vitamin C larutan sampel ditambahkan dengan iod oleh karena
itu titrasi yang digunakan yaitu titrasi iodometrikarena pad aanalit langsung terdapat
iod. Iodium mengoksidasi vitamin C ekivalen dengan jumlah total vitamin C yang
terdapatdalam sampel. Reaksinya yaitu:
H2SO4
+ I2 + 2HI

Vitamin C
Vitamin C yang terdapat dalam sampel tersebut habis teroksidasi, sedangkan kelebihan
iodium dititrasi dengan Na2S2O3. Untuk mempertajam perubahan warnasaat mencapai
titik ekivalenmaka ditambahkan dengan indikator amilum.Titrasi dilakukan hingga
analit berubah menjadi warna kuning kembali yang menandakan bahwa semua iodium
yang bersisa telah habis bereaksi. Reaksinya :
• Reduksi : 2e + I2 2 I-
• Oksidasi : 2S2O32- S4O62- + 2e
-
I2 + 2S2O32- 2 I- + S4O62-
Reaksi lengkapnya adalah :
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Untuk menentukan konsentrasi I2 total maka digunakan blangko. Blangko


memerlukan volume titran yang lebih besar dibandingkan sampel. Hal ini karena pada
blangko semua I2 nya tereduksi oleh Na2S2O3 sedangkan pada sampel I2 selain
direduksi oleh Na2S2O3 juga direduksi oleh vitamin C (asam askorbat).
Dari analisis data diperoleh massa vitamin C sebesar 26,14 mg sehingga kadarnya
8,71% artinya dalam 100 mg sampel terdapat 8,71 mg vitamin C. Adapun hal yang
mempengaruhi apabila kadar tersebut tidak sesuai dengan yang sebenarnya yaitu
ketidak akuratan dalam mengamati. Perubahan warna sampel dari coklat menjadi
kuning (terjadi titik ekivalen) saat titrasi.selain itu dapat pula disebabkan oleh adanya
sebagian vitamin C yang teroksidasi oleh udara saat penggerusan dan penimbangan.
Namun, kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel tidak akan mencapai 100% .
Halini karena pada tablet tersebut juga mengandung zat-zat lain selain vitamin C.
Kesimpulan
Kadar vitamin C yang diperoleh pada sampel dalam percobaan ini yaitu 8,71%
PEMBAHASAN

Vitamin c atau yang dikenal sebagai asam askorbat (H2C6H6O6) dapat


ditentukan konsentrasinya dalam larutan dengan metode titrasi Iodometri karena sifat
vitamin c yang mudah teroksidasi oleh iodin menjadi asam dehidroaskorbat (C6H5O6).
Pada suasana asam (pH sekitar 2) reaks tersebut berlangsung cukup cepat
sehingga bisa diaplikasikan untuk analisis. Larutan standar iodin dan pati (amilum)
sebagai indikator dapat digunakan untuk titrasi penentuan kadar asam askorbat dalam
suatu sampel dengan cara Titrasi Redoks (Reduksi Oksidasi) dengan metode
Iodometri. Prinsip yang digunakan dalam reaksi yang terlibat adalah reaksi redoks.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan
reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yangterkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus selalu
berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator –
reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja. Oksidator lebih
jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan
dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah
Kalium Iodida, ion titanium (III), ion besi (II), dan ion vanadium (II). Cara titrasi
redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai peniter disebut Iodimetri, sedangkan
yang menggunakan larutan iodida sebagai peniter disebut Iodometri.
Pada titrasi Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsur tertentu
dalam cuplikan adalah jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada Iodimetri, larutan
bakunya adalah larutan I2.
I2 atau Iodium adalah zat padat yang sangat mudah menguap dan agak sukar larut dalam
air. Kelarutan I2 dalam air = 0,335 gram dan larutan jenuh ini terlalu encer sehingga
dapat digunakan sebagai larutan baku. I2 ternyata jauh lebih mudah larut dalam larutan
KI dan ini disebabkan oleh terjadinya :
I2 + I- ↔ I3-

Karena itu larutan baku I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI. Sebagai
pengoksid larutan I2 yang sebenarnya adalah larutan I3- yang akan mengalami reaksi
reduksi :

I3- + 2e- ↔ 3I-

Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi larutan I2 dalam KI tetap
ditulis, agar lebih sederhana, sebagai reaksi reduksi terhadap I2 saja. Meskipun
demikian masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu tentang harga E0 atau
potensial elektroda standarnya. Menurut tabel, untuk reaksi :

I2 + 2e- ↔ 2I- harga E0 = 0,5345 Volt

Padahal reaksi reduksi terhadap larutan I2 dalam KI meskipun ditulis dengan reaksi
yang sama sperti pada reaksi tertulis ditabel, reaksi yang sebenarnya bukan ini. Jadi
harga E0 nya juga harus berbeda dengan apa yang tercantum pada tabel. Menurut
penelitian harga E0 untuk reaksi reduksi terhadap larutan I2 dalam KI = 0,5355 volt.
Jadi pada Iodimetri, secara teoritis, ion-ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion
bentuk tereduksi yang mempunyai potensial yang agak lebih kecil dari 0,5355 volt.
Maka ion-ion yang dapat ditentukan dengan titrasi metode ini adalah ion Fe(CN)64-,
Cu+, Sn2+, Ti3+, dan ion-ion bentuk tereduksi yang berpotensial elektroda lebih kecil
dari 0,5355 volt.
Titrasi pada Iodimetri tidak menggunakan indikator, tetapi karena warnanya
dalam keadaan encer sangat lemah, maka pada titrasi ini diperlukan indikator. Indikator
yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan
beraksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik :

I2 + amilum ↔ Kompleks Iod-amilum Biru Tua

Kompleks iod amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air
sehingga pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh depan. Akibatnya
pada titrasi I2 “hilang” karena tereduksi, kesetimbangan tidak segera kembali bergeser
ke arah kiri, warna komplek Iod amilum agak sukar hilang. Pada Iodimetri penggunaan
indikator ini, karena setiap saat sepanjang titrasi I2 dalam larutan reaksi kecil bahkan
sebelum TE dicapai prkatis = 0, maka larutan indikator dapat ditambahkan dari sejak
awal titrasi artinya larutan indikator ditambahkan sebelum titrasi dimulai. Sedangkan
pada titrasi Iodometri, karena I2 diawal titrasi sangat besar, maka larutan indikator tidak
dapat ditambahkan diawal titrasi. Larutan indikator ditambahkan pada saat menjelang
TE dicapai, yaitu pada saat I2 cukup kecil.

Setelah titrasi siap untuk dilakukan, buret yang digunakan pada titrasi ini adalah
buret yang berwarna coklat. Hal ini dikarenakan I2 mudah terurai oleh cahaya. Larutan
I2 diisikan pada buret coklat yang sebelumnya telah dibilas dengan akudes kemudian
dibilas dengan menggunakan larutan I2. Tujuan pembilasan yaitu agar mengkondisikan
buret dengan larutan I2 dan juga untuk menghilangkan sisa-sisa akudes hasil
pembilasan dengan akuades. Karena apabila masih terdapat akuadest didalam buret,
dikhawatirkan konsentrasi I2 yang sudah ditetapkan konsentrasinya akan berubah
menjadi encer. Titrasi dilakukan dengan cepat tetapi tidak terlalu cepat. Hal ini
disebabkan I2 sangat mudah menguap, titrasipun dilakukan dengan tidak terlalu cepat
agar Iodium yang terbentuk tidak terbuang/terusir karena gerakan yang cepat akibat
putaran yang terlalu berlebihan dari titrasi yang terlalu cepat. Titrasi dihentikan ketika
TA dicapai yaitu sampai warna larutan berubah menjadi biru tua.

Titrasi dilakukan duplo (2 kali), agar mendapatkan volume rata-rata yang dapat
meminimalisasi kesalahan pada titrasi. Setelah dilakukan perhitungan pada sampel H,
didapatkan kadar vitamin c pada sampel adalah 8,10 x 10-6 %. Kadar vitamin c yang
didapat pada sampel tersebut berbeda dari komposisi yang tertera pada label produk
sampel, yaitu kandungan vitamin c nya adalah 20%. Hal ini disebabkan karena :
• Hal tersebut mengakibatkan sampel yang sudah terukur ketika proses
penimbangan akan menjadi berkurang, karena pada proses penyaringan bagian
sampel yang masih kasar tidak lolos atau tidak tersaring.
• Kesalahan pada saat pelarutan. Sampel vitamin c yang digerus kurang halus,
sehingga pada saat pelarutan, sampel tidak terlarut dengan sempurna. Selain itu
proses pelarutan tidak menggunakan batang pengaduk tetapi menggunakan
spatula.
• Vitamin C yang terkandung di dalam sampel tidak hanya mengandung vitamin
C, tetapi juga mengandung karbohidrat (pati) yang berfungsi sebagai pemadat.
Oleh karena itu, tidak mengandung 100% vitamin C. Kandungan vitamin C juga
akan semakin menurun jika terlalu lama disimpan.
• Vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun
udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang (Helmiyesi et al, 2008). Proses
kerusakan atau penurunan.
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/371505099/Laporan-Penentuan-Kadar-Vitamin-
C
https://youtu.be/5yJmbPMMnVY
https://youtu.be/5yJmbPMMnVY

Damayanti, E. T., & Kurniawati, P. (2017, November). Perbandingan Metode Penentuan

Vitamin C pada Minuman Kemasan Menggunakan Metode Spektrofotometer UV-Vis

dan Iodimetri. In dalam Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai