Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SUMBER, FUNGSI, KARAKTERISTIK, DAN PERANAN VEKTOR


PENYAKIT DAN TIKUS BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
MATA KULIAH: PENGENDALIAN VEKTOR & TIKUS

Dosen Pengampu :
Hajimi, S.K.M., M.Kes

Disusun Oleh :
Khansa Atallah Puruhita (20181113006)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D III KESEHATAN
LINGKUNGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul”Sumber, Fungsi, Karakteristik,
Dan, Peranan Vektor Penyakit Dan Tikus Bagi Kehidupan Manusia” ini dapat
diselesaikan. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengendalian Vektor Dan Tikus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan
didalamnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca untuk kemajuan makalah ini, sehingga makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.
Tidak lupa saya sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah
terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama kepada para pembaca agar lebih memahami tentang sumber, fungsi,
karakteristik, dan peranan vector penyakit dan tikus bagi kehidupan manusia.

Penulis,

Khansa Atallah P.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................3
B. Tujuan .....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan sumber vector penyakit...................................................5
B. Karakteristik vector.................................................................................6
C. Peranan vector penyakit.........................................................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era revolusi industry seperti sekarang ini, terjadi perkembangan yang
pesat dalam berbagai bidang di berbagai negara termasuk Indonesia. Salah satu
dampak yang ditimbulkan dari era revolusi industry saat ini adalah banyaknya
industri-industri yang didirikan, akibatnya berdampak kurang baik secara langsung
ataupun tidak langsung pada kondisi lingkungan. Keadaan lingkungan dapat
mempengaruhi factor-faktor lingkungan. Salah satu permasalahan yang
mempengaruhi factor lingkungan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka
pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran yang belum merata, sehingga
berpengaruh pada masalah kesehatan dan mempengaruhi lingkungan, untuk menjadi
tempat berkembangnya vector penyakit.
Menurut Notoatmodjo (1996), pada hakikatnya kesehatan lingkungan adalah
suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
untuk terwujudnya status kesehatan yang optimum. Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa kondisi kesehatan yang optimum dapat terjadi karena adanya pengaruh dari
kesehatan lingungan, dan semakin baik kondisi kesehatan lingkungan, maka akan
semakin membawa pengaruh positif pada kondisi kesehatan. Di Indonesia, wilayah
dengan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang baik dapat menjadi sarang vector
penyakit, dan memungkinkan adanya penyakit yang ditularkan melalui serangga
(vector borne diseases).
Beberapa jenis hewan diketahui menjadi pembawa bibit penyakit, secara
kesehatan hewan yang memebawa bibit penyakit dinamakan vector. Bibit penyakit
yang dibawa oleh vector merupakan berberapa macam organisme hidup, terutama dari
golongan yang sederhana, memerlukan tubuh makhluk hidup lainnya, untuk
menjamin kelangsungan hidupnnya. Namun, manusia dapat menjadi host pembawa
bibit penyakit, dan tentu saja memiliki kemungkinan timbulnya penyakit.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sumber vector penyakit,

3
2. Untuk mengetahui karakteristik vector penyakit (nyamuk, lalat, kecoa, kutu
terutama pinjal) dan tikus,
3. Untuk mengetahui peranan vector penyakit (nyamuk, lalat, kecoa, kutu
terutama pinjal) dan tikus bagi kehidupan manusia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sumber Vektor Penyakit


Vektor merupakan hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular agen
penyebab penyakit dari host pejamu yang sakit ke pejamu yang lain yang rentan.
Vektor digolongkan menjadi vector mekanik dan vector biologic. Vector mekanik
merupakan hewan avertebrata yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut
mengalami perubahan, sedangkan yang dimaksud vector biologic yaitu agen
mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakkan dari satu tahap ke tahap
selanjutnya. Menurut WHO (2005), vector adalah serangga ataupun hewan yang
biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan
masyarakat.
Menurut Chandra (2006), vector terdiri atas arthropoda, sedangkan tikus,
anjing, dan kucing bertindak sebagai reservoir. Pemahaman reservoir menurut
Soeharsono (2005) yaitu reservoir host adalah hewan vertebrata yang merupakan
sumber pembawa agen, sehingga penyakit tersebut dapat terjadi secara
berkesinambungan tanpa hewan tersebut menunjukkan gejala klinik. Reservoir
merupakan pusat penyakit menular, karena reservoir menjadi komponen utama dari
lingkungan penularan dimana agen meneruskan dan mempertahankan hidupnya
sekaligus sebagai pusat penularan. Adaupun reservoisr khusus, dilihat dari agent
adalah mereka yang sesuai dengan lingkaran hidup agen tersebut secara ilmiah. Jika
vector dan reservoir suatu penyakit diketahui maka akan memudahkan dalam
pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang.
Menurut Soemirat (2005), keberadaan dari vector penyakit akan
mempermudah penyebaran agent penyakit. Hal ini yang menentukan bahwa
masuknya agent baru ke dalam suatu lingkungan akan merugikan kesehatan dari
masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), mengatakan bahwa
tikus bertindak sebagai reservoir untuk penyakit seperti trichinosis, salmonelosis, dan
demam gigitan tikus, vektornya adalah pinjal, kutu, caplak dan tungau yang
merupakan jenis arthropodha.
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menimbulkan ataupun menularkan
suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Dalam
penggolongan hewan, ada sepuluh golongan yang disebut phyhlum, dua diantaranya

5
sangat berpengaruh pada kesehatan manusia yaitu phylum arthropodha seperti
nyamuk, lalat, dan lain-lainnya. Kemudian, phylum chodata yaitu tikus sebagai
pengganggu manusia, serta sebagai hospes (tuan rumah) dari pinjal Xenopsylla
cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Tikus termasuk rodent yaitu mamalia yang
sangat merugikan, menggangu kehidupan manusia, tapi bisa hidup bersesuaian
dengan lingkungan manusia. Menurut Santoso (2009) tikus adalah hewan pengerat
yang merugikan manusia, tikus juga menjadi penyebar (spreader) dan penular
(transmitter) berbagai jenis penyakit.
B. Karakteristik Vektor
1. Nyamuk Aedes aegypti
a. Klasifikasi
Dikutip dari Sogijianto (2006), klasifikasi nyamuk Aedes aegypti
dalam klasifikasi hewan adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes aegypti L.
b. Morfologi
Nyamuk black-white mosquito atau nyamuk Aedes aegypti,
ditandai dengan garis-garis putih keperakan diatas dasar hitam.
Nyamuk ini memiliki panjang sekitar 3-4 mm dengan bintik hitam dan
putih pada badan dan kepalanya serta ring putih di bagian kaki. Pada
dorsal di thorax ada bentuk bercak yang khas berupa dua garis sejajar
di tengah dan dua garis lengkung di tepinya. Abdomen nyamuk betina
lancip pada ujungnya dan ukuran tubuh nyamuk betina lebih besar dari
nyamuk jantan (Gillot, 2005)
c. Siklus hidup
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dibagi
menjadi empat tahap yaitu:
1) Stadium telur

6
Telur Aedes aegypti berukuran 0,5-0,8mm dan tidak
memiliki pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan
telurnya satu persatu pada permukaan air, dimana nyamuk
betina mampu menghasilkan sampai 100 telur dan telur ini
akan menetas jadi jentik saat 1-2 hari terendam air.
2) Stadium Larva
Larva nyamuk Aedes aegypti memiliki siphon yang
pendek, besar, dan berwarna hitam. Tubuhnya langsing dan
membentuk sudut hamper tegak lurus dipermukaan air, larva
berkembang selama 6-8 hari. Menurut Departemen Kesehatan
RI (2005), ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva, yaitu:
a) Instar I : berukuran kecil, yaitu 1-2 mm
b) Instar II : berukuran 2,5-3,8 mm
c) Instar III : sedikit lebih besar dari instar II
d) Instar IV : berukuran paling besar yaitu 5 mm
3) Stadium Pupa
Pupa pada nyamuk Aedes aegypti punya bentuk tubuh
yang bengkok, dengan kepala dada lebih besar daripada bagian
perutnya, seperti tanda baca ‘koma’. Tahapan pupa berlangsung
selama 2-4 hari. Pupa akan naik ke permukaan dan berbaring
sejajar dengan permukaan air untuk persiapan munculnya
nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).
4) Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat
diatas permukaan air dalam periode yang singkat agar sayap
dan badannya kering dan menguat untuk terbang. Nyamuk
jantan muncul satu hari lebih dulu dari nyamuk betina dan
makan dari sari buah serta menetap di tempat
perkembangbiakan untuk kawin dengan nyamuk betina. Saat
nyamuk betina muncul, nyamuk makan sari buah untuk
mengisi tenaga saat proses perkawinan nanti, dimana setelah
kawin mulai untuk menghisap darah manusia. Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan.

7
8
2. Nyamuk Anopheles sp.
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropodha
Kelas : Insecta
Ordo : Diperta
Famili : Culicidae
Sub Famili : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp
b. Morfologi
Anopheles sp memiliki telur berbentuk seperti perahu yang
bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan
satu per satu di atas permukaan air serta terdapat pelampung di bagian
lateral. Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air
dengan bagian badan yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen
batu palma di bagian lateral abdomen, dan tergal plate pada bagian
tengah setelah dorsal abdomen. Pada stadium pupa terdapat tabung
pernapasan yang berbentuk lebar dan pendek untuk mengambil
oksigen dari udara. Pada stadium dewasa, nyamuk jantan dan betina
memiliki palpi yang hampir sama panjang dengan probosisnya, namun
pada nyamuk jantan ada palpi yang berbentuk gada, dan pada nyamuk
betina ruas itu mengecil (Safar, 2010).
c. Siklus hidup
Anopheles mengalami metamorphosis sempurna yaitu stadium
telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung 7-14 hari.
Tahapan dibagi menjadai tahapan aquatic (lingkungan air) dan
terrestrial (daratan). Nyamuk dewasa muncul dari aquatic ke terrestrial
setelah menyelesaikan daur hidupnya. Nyamuk Anopheles betina
dewasa meletakkan 50-200 telur di air atau bergerombol tetapi saling
lepas. Telur anopheles memiliki pelampung dan untuk menjadi larva
dibutuhkan 2-3 hari bahkan 2-3 minggu saat iklim dingin.
Pertumbuhan larva berlangsung sekitar 7-20 hari tergantung suhu.
Kepompong (pupa) menjadi stadium akhir di lingkungan aquatic dan

9
tidak memerlukan makanan. Pada stadium ini terjadi pertumbuhan
anggota tubuh nyamuk. Stadium pupa pada nyamuk jantan antara 1-2
jam lebih pendek dari nyamuk betina, sehingga nyamuk jantan muncul
kira-kira satu hari lebih awal dari nyamuk betina. Stadium pupa
memakan waktu kurang lebih 2-4 hari (Rindar, 2010).
3. Lalat Rumah (Musca domestica)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Muscidae
Genus : Musca
Spesies : Musca Domestica
b. Morfologi
Lalat rumah memiliki ukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm,
berwarna hitam keabu-abuan bersama empat garis memeanjang di
bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar
dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri dari 3 ruas, ruas terakhir
paling besar dengan bentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian
atas dan bawah. Pada bagian mulut atau proboscis lalat, memiliki
bentuk seperti paruh menjulur yang digunakan untuk menusuk dan
menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Ujung
proboscis terdiri atas sepasang labella dengan saluran halus tempat
cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis yang
melengkung kearah rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis yang
ada pada sayap lalat rumah merupakan pembeda dengan Musca jenis
lainnya. Lalat memiliki tiga pasang kaki dimana diujung kakinya
terdapat pulvilus untuk mempermudah lalat dalam menempel atau
mengambil kotoran dari tempat yang dia hinggapi.
c. Siklus Hidup
1) Fase telur
Telur lalat berwarna putih dengan ukuran sekitar 1 mm
panjangnya. Lalat dapat menghasilkan 120-130 telur untuk

10
sekali menetas dan menetas dalam waktu 8-16 jam. (Depkes
RI, 2013)
2) Fase Larva
a) Instar I: telur yang baru menetas, memiliki panjang 2
mm berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat
aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari
melepas kulit dan keluar.
b) Instar II: ukurannya menjadi dua kali lebih besar dai
instar I, dalam beberapa hari maka kulit akan
mengelupas.
c) Instar III: larva berukuran 12 mm atau lebih dan
memerlukan waktu 3-9 hari dalam tahap ini dan larva
berpindah tempat untuk mencari suhu yang disenangi.
3) Fase Pupa (kepompong)
Jaringan pada tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh
dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari, setelah stadium ini
selesai maka melalui celah lingkaran bagian anterior akan
keluar lalat muda.
4) Lalat Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih dari 15
jam dan setelah itu siap mengadakan perkawinan. Umur lalat
dewasa dapat mencapai 2-4 minggu dan dapat mencapai 3 buan
jika dalam kondisi suhu yang dingin. Lalat betina dapat bertelur
sampai lima kali saat kondisi normal.
4. Lalat Hijau Metalik (Chyrsomya megacephala)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Calliphoridae
Genus : Chrysomya
Spesies : Chrysomya megacephala

11
b. Morfologi
Lalat hijau metalik (Chrysomsya megacephala) memiliki warna
tubuh hijau kebiruan metalik, panjang tubuh 9,5 mm dengan panjang
venasi sayap 5 mm, thorax berwarna hijau metalik kecoklatan,
permukaan tubuh tertutup dengan bulu-bulu pendek keras dan jarang
letaknya. Abdomen berwarna hijau metalik mempunyai garis-garis
transversal. Pada bagian mulutnya berwarna kuning. Mata berukuran
besar dan berwarna merah gelap. Sayap jernih dengan guratan-guratan
urat yang jelas. Menurut Borror (1992), ciri-cirinya yaitu tubuh
berwarna hijau metalik, mempunyai arista sungut plumose pada
ujungnya. Thoraks berwarna hijau metalik kecoklatan.
Menurut Indreswari (2010), Telur lalat hijau metalik, memiliki
bentuk oval atau silindris, dengan ukuran panjang 1,25 mm. pada
bagian ujungnya tumpul dan bulat serta ujung anterior lebih panjang.
Menurut David (2008), larva lalat chrysomya megacephala memiliki
ciri khas pada bagian permukaan tumbuhnya yang berambut.
Berbentuk seperti kerucut atau konikal yang terdiri dari 12 buah
segmen, posterior spirakel berbentuk seperti buah alpukat dan larva
sangat rakus serta aktif. Sedangkan menurut David (2008), pupa
chrysomsya megacephala berbentuk lonjong dan oval kurang lebih
dengan panjang 8 mm dan berwarna coklat tua. Pupa terdapat pada
pinggir medium yang kering atau di dalam tanah, sifat pupa diam dan
tidak makan.
c. Siklus Hidup
Menurut Wahyudi (2015), lalat hijau metalik (Chrysomya
megacephala) mengalami metamorphosis lengkap yang dimulai dari
telur kemudian berlanjut menjadi larva, menjadi pupa, dan pada
akhirnya menjadi lalat dewasa. Perkembangan dari mulai telur hingga
menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu sekitar 7-21 hari.
5. Kecoa Priplaneta Americana
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta

12
Ordo : Blattodae
Family : Blattidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta Americana
b. Morfologi
Kecoa Periplaneta Americana memiliki panjang sekitar 3,81
cm, berwarna cokelat kemerahan, meiliki tanda di dada, dan memiliki
sayap sempurna. Kecoa memiliki 3 pasang kaki di segmen thorax
dimana tipe kaki yang digunakan memudahkan kecoa untuk berlari,
sedangkan pada mulut kecoa bertipe menggiggit dan mengunyah. Tiga
bagian tubuh utama dari kecoa yaitu:
1) Kepala (caput)
Pada kepala terdapat mulut dengan tipe menggiggit dan
mengunyah, terdapat sepasang mata majemuk untuk
membedakan mana gelap dan terang. Terdapat sepasang antena
yang panjang untuk mendeteksi bau ataupun vibrasi diudara.
Saat keadaan istirahat, kepala kecoa ditundukkan kebawah
pronotum yang berbentuk perisai.
2) Dada (thorax)
Terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap untuk
membantu kecoa dapat terbang dan berlari lebih cepat.
Terdapat struktur lempengan yang menutupi dasar kepala dan
sayap dibelakang kepala yang disebut pronotum.
3) Perut (Abdomen)
Pada perut kecoa terdapat system reproduksi, dimanan
kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telurnya siap
untuk menetas. Dari ujung abdomen terdapat cerci, cerci
berhubungan langsung dengan kaki melalui ganglia atau saraf
abdomen (otak sekunder) yang berperan dalam adaptasi
pertahanan. Apabila cerci merasakan gangguan maka kaki akan
bergerak lari sebelum otak menerima tanda ataupun sinyal
(Rokhmah, 2016).
c. Siklus Hidup

13
Kecoa termasuk salah satu jenis serangga yang menjalani
metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui tiga stadium yaitu stadium
telur, nimfa, dan dewasa yang dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Pada stadium telur, kecoa membutuhkan waktu 30-40 hari
untuk menetas. Telur kecoa diletakkan secara berkelompok, dan telur
dilindungi oleh selaput keras berupa kapsul telur (oothecal). Kapsul
telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada tempat
tersembunyi seperti sudut ruangan hingga menetas dalam waktu
tertentu yang disebut masa inkubasi kapsul telur (Depkes, 2009).
Kapsul telur yang sudah dibuahi akan menetas menjadi nimfa
yang hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang keluar dari kapsul
telur berwarna putih, kemudian berangsur-angsur berubah warna
menjadi coklat dan tidak bersayap. Nimfa berkembang melalui
beberapa tingkatan (Instar) yaitu 1-6 instar dengan lamanya stadium
nimfa berkisar 5-6 bulan. Kecoa Periplaneta Americana dewasa dapat
diketahui dari adanya dua pasang sayapnya baik jantan atau betina
(Depkes, 2009).
6. Pinjal (Xenopsylla cheopis)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pyhlum : Arthropodha
Class : Insecta
Family : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Spesies : Xenopsylla cheopis
b. Morfologi
Pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) dikenal sebagai vector
penyakit pes yang mematikan. Pinjal ini paling sering ditemukan di
Indonesia. Xenopsylla cheopis dewasa merupakan parasite pada
mamalia terutama tikus sebagai inang utamanya (Dieme, 2015).
Pinjal Xenopsylla cheopis mempunyai sepasang antena, tiga
pasang kaki, mesopleuron yang terbagi oleh garis tegak lurus. Pinjal
dewasa berbentuk pipih bilateral dan ukuran tubuh dewasanya yaitu
memili panjang 1-3 mm, berwarna kuning terang hingga coklat tua.

14
Ukuran betina lebih besar dibandingkan jantan dan ektroparasit ini
tidak bersayap tapi memiliki tiga pasang tungkai kaki yang panjang
dan berkembang baik untuk membantunya melompat. Menurut
Urquhart (1996) permukaan tubuh pinjal dilapisi khitin yang tebal
sehingga memudahkannya bergerak pada rambut dan kulit inangnya.
Kepala pinjal berukuran kecil dan punya lekuk dibelakang mata yang
berguna menyimpan antenna bersegmen. Pinjal memiliki mulut dengan
struktur berlapis yang terdiri dari sepasang maxillary lacunae untuk
menusuk kulit inang. Bagian ventral mulut memiliki epiharynxlabrum
yang berfungsi untuk masuk ke kapiler inang dan mengalirkan darah
inang ke saluran pencernaan pinjal.
Menurut Levine (1994), bagian toraks terdiri atas tiga segmen
yang dikenal sebagai pronotum, mesonotum, dan metanotum. Pada
segmen terakhir, metatonum berkembang sangat baik untuk menunjang
tungkai belakang sebagai pendorong saat melompat. Pinjal jantan
memiliki organ penis berkhitin yang disebut aedeagus. Pinjal betina
memiliki spermateka yang lempeng cembung dengan duri-duri sensori
dibagian dorsal ruas ke delapan yang disebut pygidium.Telur pinjal
berbentuk oval, berwarna putih kekuningan dengan ukuran yang sangat
kecil. Larvanya tidak memiliki kaki dan terdiri atas 13 ruas. Pupanya
berada dalam suatu jalinan benang yang dihasilkan oleh kelenjar ludah
membentuk kokon.
c. Siklus Hidup
Pinjal mengalami metamorphosis sempurna dimulai dari telur,
larva, pupa dan dewasa. Pinjal dapat menghasilkan 400-500 telur
sepanjang hidupnya. Pinjal betina bertelur 3-18 butir telur setiap
harinya. Pinjal betina biasanya bertelur di tubuh inangnya, kemudian
telur itu dapat jatuh. Perkembangan telur bervariasi tergantung suhu
dan kelembaban, nantinya telur akan menetas menjadi larva dalam
waktu 2 hari atau lebih. Larva yang muncul berbentuk memanjang,
langsing, terdiri atas tiga ruas toraks dan 10 ruas abdomen, yang
masing-masing dilengkapi dengan beberapa bulu panjang. Larva
berwarna kuning krem dan sangat aktif, dan menghindari cahaya.
Larva mempunyai alat mulut untuk menggiggit dan mengunyah

15
makanan ynag bisa berupa darah kering, feses, dan bahan organic lain
yang jumlahnya sedikit. Larva mengalami tiga kali pergantian kulit
sebelum menjadi pupa. Periode larva berlangsung selama 7-10 hari
tergantung suhu kelembaban. Larva dewasa panjangnya sekitar 6 mm,
larva ini akan menggulung atau mengkerut hingga berukuran sekitar
4x2 mm dan berubah menjadi pupa (Soviana dkk, 2003).
Stadium pupa berlangsung dalam waktu 10-17 hari pada suhu
yang sesuai, tetapi bisa berbulan-bulan jika suhu kurang optimal,
bahkan bisa menyebabkan imago (pinjal tetap terbungkus dalam
kokon) saat ruhu rendah. Pada stadium ini, pupa tidak aktif makan dan
berada dalam kokon yang tertutupi debris. Menurut Hudson & Prince
(1994), pada suhu 26,6ºC pinjal betina akan muncul dari kokon,
sedangkan yang jantan akan muncul setelah 7-10 hari.
7. Tikus Rumah (Rattus rattus)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus rattus
b. Morfologi
Tikus rumah (Rattus rattus) merupakan tikus dengan ukuran
sedang atau medium yaitu 16-12 cm dengan berat 70-300 gram (rata-
rata 200 gram), memiliki telinga yang lebar, ekor yang lebih panjang
daripada badan, warna bulu terang coklat muda dan warna bulu bagian
dada lebih terang. Tikus rumah memiliki bentuk badan silindris,
bentuk hidung kerucut, tekstur rambut kasar, warna ekor coklat hitam,
pada tikus betina memiliki putting susu 2 pasang di dada, dan 3 pasang
di perut. Dalam tubuh tikus terdapat beberapa hewan lain (parasite)
yang ada di dalam tubuh (endoparasite) dan diluar atau menempel
(ektoparasite) yang menjadi penular atau penyebab banyak penyakit.
c. Siklus Hidup

16
Tikus rumah memiliki perkembang biakan yang cepat,
perkembangbiakan dipengaruhi oleh sifat-sifat berikut:
1) Masa bunting singkat, sejak kawin sampai melahirkan tikus
mengalami masa bunting sekitar 21-23 hari.
2) Kemampuan birahi induk segera setelah melahirkan (post
partumoestrus), satu dua hari setelah melahirkan induk siap
kawin.
3) Memiliki kemampuan melahirkan sepanjang tahun (poliestrus),
induk melahirkan anak tanpa mengenal musim atau masa
istirahat bereproduksi.
4) Besarnya jumlah keturunan anak 3-12 ekor rata-rata per
kelahiran 6 ekor. Tikus saawah mampu melahirkan hingga 16
ekor, dan mampu mengandung janin sebanyak 18 ekor.
5) Cepat dewasa, anak tikus setelah 2-3 bulan sudah siap kawin.
6) Siap kawin sepanjang tahun, tikus jantan pada daerah tropis
siap kawin setiap saat.
C. Peranan Vektor Penyakit
Vektor merupakan Arthropodha yang dapat memindahkan ataupun
menularkan penyakit (infectious agent) dari sumber infeksi ke induk semang yang
rentan (suspectible host). Induk semang merupakan salah satu media yang paling baik
untuk hidup dan berkembang biaknya bibit penyakit menular didalam tubuh host
tersebut, kemudian setelah dewasa atau matang akan menularkan kepada host lain
melalui gigitan, sengatan, sekresi/kotoran dari host terinfeksi yang biasa disebut
dengan vector borne diseases. Ada beberapa cara yang menyebabkan terjadinya
transmisi atau perpindahan penyakit diantaranya yaitu:
1. Dari orang yang satu ke orang yang lain,
2. Melalui media udara,
3. Melalui media makanan dan air,
4. Melalui hewan,
5. Melalui vector Arthropodha.
Dari salah satu factor terjadinya transmisi penyakit, ada yang disebabkan oleh
vector Arthropodha. Ada 3 jenis cara tansmisi penyakit yang berbasis atau disebabkan
oleh Arthropodha (Arthropodha borne diseases), yaitu:

17
1. Transmisi secara langsung, dimana arthropodha secara langsung
memindahkan penyakit dari satu orang ke orang yang lain.
2. Transmisi secara mekanik, dimana agen penyakit ditularkan secara mekanik
oleh Arthropodha misalnya seperti lalat yang menularkan penyakit diare.
3. Transmisi secara biologi, dimana agen penyakit multiflikasi atau mengalami
beberapa penularan perkembangan dengan atau tanpa multiflikasi di dalam
tubuh Arthropodha. Transmisi secara biologis dikenal ada tiga cara yaitu
propagative, dimana agen penyakit tidak mengalami perubahan siklus tetapi
multiflikasi di dalam tubuh vector. Kemudian ada Cyclo-propagative, dimana
agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multiflikasi di dalam tubuh
arthrphoda. Terakhir melalui Cyclo-developmental, yaitu agen penyakit
mengalami perubahan siklus, tetapi tidak mengalami multiflikasi di dalam
tubuh Arthropodha.
Pada intinya, vector memiliki beberapa peran terhadap kehidupan manusia,
seperti dapat menularkan atau memindahkan penyakit, menyebabkan timbulnya
penyakit, menimbulkan dan menyebabkan gangguan, dapat menghasilkan zat racun
(toksin), dan dapat menimbulkan rasa ngeri atau takut.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vector merupakan serangga ataupun hewan yang biasanya membawa kuman
penyakit dan menjadi suatu resiko bagi kesehatan masyarakat, serta vector bertindak
sebagai penular agen penyebab penyakit dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain
yang rentan. Vector terdiri dari Arthropodha seperti nyamuk, lalat, kecoa, dan pinjal.
Sedangkan tikus termasuk ke dalam rodent atau mamalia yang sangat merugikan.
Morfologi tubuh nyamuk Aides aegypti, memiliki garis-garis putih di atas
dasar hitam dengan bitnik hitam dan putih di badan serta ring pada kaki, kemudian
ada dua garis sejajar dan ada dua garis lengkung ditepinya pada dorsal di thorax.
Nyamuk Anopheles sp mengalami methamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva,
pupa, dan dewasa. Lalat terdiri dari 3 bagian utama yaitu kepala, thorax, dan
abdomen, dimana terdapat batas-batas jelas yang memisahkan bagian satu dengan
yang lain. Kecoa memiliki tiga bagian utama yaitu caput (kepala), thorax (dada), dan
abdomen (perut). Pinjal memiliki metamorphosis sempurna karena daur hidupnya
melalui emapat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Tikus memiliki bentuk
badan silindris, hidung kerucut, ekor yang lebih panjang daripada badan, warna bulu
terang coklat muda dan warna bulu bagian dada lebih terang.
Vektor memiliki beberapa peran terhadap kehidupan manusia, seperti dapat
menularkan atau memindahkan penyakit, menyebabkan timbulnya penyakit,
menimbulkan dan menyebabkan gangguan, dapat menghasilkan zat racun (toksin),
dan dapat menimbulkan rasa takut.

19
DAFTAR PUSTAKA
Soemarto. 1994. Diktat Entomologi Kesehatan.Bandung: AKL-APK
Wijayanti, Tri. 2008. Vektor dan Reservoir.BALABA, Ed.007, nomor 02, Des 2008:18.
Banjarnegara
Putri, Yunita Panca. 2015. KEANEKARAGAMAN SPESIES LALAT (DIPTERA) DAN
BAKTERI PADA TUBUH LALAT DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
(TPA) DAN PASAR. Universitas Sriwijaya. Padang
Isnani, Tri, 2007. Tikus Rumah. BALADA, ED.005, nomor 02, Des 2007. Banjarnegara
Candra, Wahyudi dkk. 2015. Makalah Pengendalian Vektor. STIKES Muhammadiyah
Gombong.
Iskandar, Adang dkk, 1985. Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan Binatang
Pengganggu. Jakarta: Depkes RI
Anonim. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Universitas Muhammadiyah Malang.
Diperoleh dari http://eprints.umm.ac.id/46610/3/BAB%20II.pdf diakses pada 23
maret 2020
Rahmi, Nadea Aulia. Pinjal Tikus (Xenosylla cheopis). Teknik Laboratorium Medik.
Akademi Analis Kesehatan. Banjarbaru

20

Anda mungkin juga menyukai