Anda di halaman 1dari 6

PAM (Perlindungan Mata Air)

Mata air merupakan salah satu sumber air potensial yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Nilai penting mata air bukan hanya dari kualitasnya saja, namun juga
penting dari aspek kuantitas. Sebagai gambaran, dari seluruh air yang ada di bumi, air tawar
yang bisa dimanfaatkan hanya 3% saja. Sekitar 30?ri air tawar tersebut, hanya 0,3% yang
dapat dimanfaatkan langsung dalam bentuk air permukaan. Air tanah sebagai sumber mata air
mempunyai potensi paling besar yaitu 30?ri air tawar yang ada di bumi.

Nilai penting mata air lainnya bisa dilihat dari aspek ekonomi, sosial, budaya, dan
ekologi. Mata air yang berada di pegunungan pada umumnya mempunyai kualitas yang
sangat baik, sehingga hal ini menjadi daya tarik para pelaku usaha untuk memanfaatkannya.
Berbagai produk air minum dalam kemasan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan air
mata air secara ekonomi.

Lokasi dengan potensi mata air juga menjadi daya tarik terbentuknya peradaban sejak
dahulu kala. Pusat-pusat peradaban dunia dan kota-kota besar pada umumnya berlokasi dekat
dengan sumber air, khususnya mata air. Salah satu contohnya adalah pusat kota kerajaan
romawi yang sangat bergantung pada 23 mata air di dekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa
mata air mampu menggerakkan kehidupan sosial dan perkembangan budaya.

Secara ekologis, pentingnya mata air ditunjukkan oleh peran mata air yang
mempengaruhi kelestarian ekosistem akuatik maupun non-akuatik yang berada di bawahnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata air merupakan sistem penyangga ekosistem di
bawahnya.

Ke depan, peningkatan kebutuhan air baku sebagai akibat pesatnya pembangunan dan
pertambahan penduduk merupakan salah satu ancaman. Di sisi lain, tatanan normal baru juga
menuntut agar sumber air baku khususnya mata air, memiliki kualitas lebih baik serta
kuantitasnya cukup dan tersedia sepanjang waktu.

Konsep Dasar Perlindungan Mata Air

Perlindungan mata air secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan
untuk memulihkan, menjaga serta melindungi mata air dan air yang dihasilkannya, baik
kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Konsep perlindungan mata air mempunyai spektrum
keruangan yang lebih luas, tidak hanya daerah sekitar titik mata air saja, tetapi juga meliputi
seluruh Daerah Tangkapan Air (DTA) mata air (springshed).

Perlindungan juga dapat dilihat dari sudut pandang infrastruktur dan kawasan.
Perlindungan mata air berupa infrastruktur pada intinya adalah perlindungan melalui struktur
bangunan, misalnya bangunan penampung air. Sudut pandang kawasan merujuk
perlindungan mata air secara spasial, baik sekitar titik mata air maupun DTA mata air.

Dari sudut pandang apapun, zonasi secara spasial untuk upaya perlindungan mata air
perlu didefinisikan. Secara sederhana pembagian zona perlindungan setidaknya terdiri atas:
titik lokasi mata air berada, daerah sekitar mata air, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) mata
air (springshed). Setiap zona perlindungan memiliki karakteristik dan tujuan perlindungan
yang spesifik, sehingga hal ini menjadi dasar penentuan strategi perlindungan yang dapat
dilaksanakan.

Pemahaman Mata Air

Pemahaman tentang mata air merupakan kunci dalam perlindungan mata air itu
sendiri. Informasi penting yang berhubungan dengan pemahaman mata air setidaknya
meliputi proses kejadian mata air, karakteristik aliran, sifat fisika dan kimia air, dan prediksi
DTA nya. Pengetahuan tentang karakteristik mata air sangat penting sebagai dasar strategi
perlindungannya, termasuk untuk menentukan prediksi DTA mata air.

Proses kejadian mata air tidak terlepas dari beberapa kondisi yang memengaruhinya.
Setidaknya terdapat tiga kondisi yang memengaruhi kemunculan mata air, yaitu kondisi
morfologi, kondisi geologi dan kondisi hidrogeologi. Karakterisasi mata air sering digunakan
untuk mengetahui proses kejadian mata air, diantaranya berdasarkan sifat pengaliran air
tanah, debit air, suhu air, tipe akuifer, tenaga penyebab pengaliran air tanah dan tipe material
akuifer.

Pemahaman hasil air, baik kualitas maupun kuantitas adalah salah satu sarana untuk
mengetahui proses yang terjadi di DTA mata air, karena mata air dapat menggambarkan
integrasi proses geologi dan hidrologi pada suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Informasi karakteristik air mata air dapat digunakan untuk memprediksi besarnya imbuhan
air tanah, memprediksi asal air mata air, memprediksi karakteristik material permukaan dan
menentukan prediksi luas DTA.

Tingkat kedalaman pemahaman mata air akan sangat tergantung pada kedalaman data
yang dimiliki. Semakin lengkap data yang dimiliki, baik secara spasial maupun temporal,
maka pemahaman akan semakin komprehensif dan akurat. Terlepas dari berbagai
keterbatasan data dan informasi yang berkaitan dengan mata air, pendekatan praktis sangat
diperlukan.

Pemahaman praktis ini didasarkan pada proses kemunculan mata air. Pertama, mata
air yang keluar secara horizontal. Di Jawa, mata air ini dikenal sebagai istilah umbul lanang
(mata air laki-laki). Mata air ini memiliki karakteristik mengalir ke permukaan secara
horizontal.

Pada umumnya mata air ini mempunyai akuifer yang dangkal, berasal dari air tanah
pada akuifer tidak tertekan dan memiliki sistem aliran bersifat lokal. Hasil air secara
kuantitatif sangat dipengaruhi oleh perubahan musim, dengan kata lain akan berfluktuasi
sesuai musim atau input air hujan. Secara kualitas termasuk sedang, dan aktivitas manusia di
atasnya akan sangat berpengaruh. Penentuan DTA mata air ini dapat memanfaatkan
pendekatan batas-batas morfologi.

Kedua, mata air yang keluar ke permukaan secara vertikal ke arah atas, atau dikenal
juga sebagai umbul wadon (mata air wanita). Mata air ini mempunyai ciri berasal dari akuifer
tertekan yang dalam, mempunyai sistem aliran regional, dan kondisi geologi sangat berperan
di sini.

Perubahan musim tidak memengaruhi debit mata air secara signifikan, begitu pula
halnya aktivitas manusia. Kualitas air yang dihasilkan pada umumnya mempunyai kualitas
yang baik. Penentuan DTA mata air ini memerlukan pendekatan yang cenderung lebih rumit
dan data pendukung yang lebih banyak, diantaranya dengan menggunakan pendekatan tracer
test dan menggunakan batas-batas geologi.

Untuk lingkungan gunung api, pola penyebaran mata air di lereng gunungnya dapat
menjadi petunjuk yang penting. Pola sejajar (sabuk mata air/spring belt) mengindikasikan
mata air berasal dari akuifer berbeda, kualitas/kuantitas variatif, dan pada umumnya dikontrol
oleh morfologi. Pola radial (radial spring) terjadi karena adanya pemotongan topografi pada
batuan/akuifer yang sama, lebih dikontrol oleh faktor geologi, asal air tanah dan kualitas
relatif sama.

Implementasi Perlindungan Mata Air

Perlindungan mata air dilakukan pada zona perlindungan yang telah ditetapkan secara
spasial. Setidaknya terdapat tiga zona perlindungan mata air yang harus didefinisikan. Zona
perlindungan yang dimaksud adalah: zona I, zona perlindungan titik mata air; zona II, zona
perlindungan; dan zona III, zona perlindungan DTA mata air.

Zona I merupakan zona perlindungan yang bertujuan untuk melindungi air yang
keluar di titik mata air dari semua zat pencemar. Penentuan zona I pada umumnya adalah
radius 10-20 m dari titik mata air.

Upaya perlindungan yang sering dilakukan pada zona ini adalah pembuatan bak
penampung air sebelum didistribusikan. Hal lain yang penting dirumuskan adalah mekanisme
pemanfaatan air, seperti mekanisme perizinan, penetapan aturan-aturan, dan bila perlu
dilengkapi dengan standar pengelolaan yang ramah lingkungan.

Zona II ditentukan dengan tujuan untuk melindungi mata air dari zat pencemar berupa
bakteri patoghen yang dapat menyebabkan degradasi kualitas air. Penentuan batas zona II
diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh bakteri colli selama kurang lebih 60 hari ke titik
mata air.

Pada praktik di lapangan, batas zona ini ditentukan berdasarkan jarak dari mata air ke
arah hulu (upstream) sejauh 200-300 m. Pada zona ini, berbagai kegiatan yang berpotensi
mencemari air tidak diperkenankan, termasuk kegiatan budidaya yang menggunakan
pestisida atau pupuk berlebihan dan kegiatan antropogenik lainnya.

Zona III merupakan DTA mata air, tempat dimana sebagian air hujan yang jatuh akan
terinfiltrasi dan memasuki sistem air tanah, hingga pada akhirnya muncul di titik mata air.
Zona ini pada dasarnya bertujuan untuk melindungi mata air dari zat pencemar yang tidak
dapat mengalami degradasi dalam waktu singkat.

Secara praktis di lapangan, zona III ditentukan berdasarkan luas tangkapan air mata
air. Penentuan batas DTA mata air ini akan sangat tergantung pada pemahaman tentang mata
air yang telah dikemukakan sebelumnya. Mata air yang mempunyai sistem aliran lokal dapat
menggunakan pendekatan batas morfologi. Mata air dengan sistem aliran regional dapat
menggunakan pendekatan geologi atau tracer test. Berbagai pendekatan secara hidrologis
untuk menduga luas DTA mata air juga banyak dikembangkan, diantaranya pendekatan Todd
(1980).

Upaya perlindungan pada zona III ini sangat luas dan akan ditentukan oleh
karakteristik morfologi dan penggunaan/penutupan lahan. Namun demikian, pada zona ini
hendaknya diupayakan adanya penyediaan ruang yang cukup untuk peresapan air hujan
sebagai imbuhan air tanah.

Aktivitas yang dapat mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi lindung suatu
kawasan juga perlu dikendalikan, bila perlu dilakukan pelarangan. Aktivitas budidaya sedapat
mungkin yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif, namun masih
bisa memberikan keuntungan secara sosial ekonomis.

Perlindungan Mata Air di Era Tatanan Normal Baru

Era tatanan normal baru sebaiknya dipandang sebagai suatu komitmen cara hidup
yang lebih berorientasi pada kesehatan. Komitmen ini ditunjukkan dengan upaya rekontruksi
nilai, norma, sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan. Perlindungan mata air juga
tidak akan terlepas dari komitmen baru tersebut, sehingga upaya-upaya perlindungan akan
lebih baik. Perlindungan mata air di era tatanan normal baru bisa saja menggunakan tools
yang sama seperti sebelumnya, namun strategi yang dirumuskan akan berbeda dan lebih baik.

Roh konservasi juga harus menjadi landasan semangat perlindungan mata air di era
tatanan normal baru. Konservasi secara sederhana memiliki pemahaman memberikan
kehidupan pada generasi saat ini dan peluang yang sama untuk generasi selanjutnya. Kata
kunci yang penting dalam upaya perlindungan mata air antara lain: pemanfaatan sumberdaya
secara bijaksana, pemulihan zona perlindungan, dan keterpaduan dalam pemenuhan
kebutuhan dan implementasi program.

Penerapan kata kunci dan roh konservasi dalam perlindungan mata air dengan
semangat yang baru dapat diinterpretasikan secara luas. Namun demikian terdapat beberapa
hal yang perlu digarisbawahi dalam implementasinya.
 Pertama, integrasi, koordinasi, sinkronisasi dan sinergi antar berbagai pihak
dan program perlu ditingkatkan. Berbagai sektor akan terlibat dalam upaya
perlindungan mata air dengan misi kepentingan masing-masing. Berkolaborasi
tanpa mendiskreditkan sektor tertentu sudah tentu menjadi suatu keniscayaan.
Pembagian peran sesuai tugas pokok adalah jalan tengah terbaik, dengan tetap
menjadikan kelestarian mata air sebagai luaran utama.
 Kedua, penegakan hukum secara adil dan proporsional. Perlindungan mata air
bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan air, tetapi lebih luas
lagi yaitu untuk menciptakan keseimbangan lingkungan yang lestari. Pilihan-
pilihan upaya perlindungan harus juga memperhatikan perundang-undangan
terkait. Potensi aktivitas yang merusak keseimbangan lingkungan perlu
dihindari.
 Ketiga, penguatan gerakan perlindungan mata air dengan semangat yang baru.
Pemerintah sebagai pemegang otoritas perlindungan mata air berkewajiban
menjaga kelestarian mata air. Namun dalam melaksanakan kewajiban tersebut,
pemerintah pun memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu, penguatan dan
pelibatan para pemangku kepentingan non-pemerintah dan masyarakat,
khususnya yang mendapatkan manfaat dari kelestarian mata air, perlu
dilakukan.

Masyarakat dan para pemangku kepentingan non-pemerintah juga dapat difungsikan


sebagai agen pelembagaan nilai-nilai semangat perlindungan mata air, sekaligus sebagai
pengontrol implementasi upaya perlindungan. Hal lain yang tidak kalah penting dalam upaya
penguatan ini adalah edukasi nilai-nilai penting mata air dan perlindungan mata air untuk
meningkatkan kepedulian sosial terkait perlindungan mata air. Semangat perlindungan mata
air diharapkan menjadi produk dari inisiatif dan kreativitas para pihak.

Anda mungkin juga menyukai