DISUSUN OLEH :
1903004
POLITEKNIK INDONESIA
SANITASI LINGKUNGAN
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membangun sanitasi yang berkelanjutan (sustainabel) dan drainase didaerah rendah dan
pesisir benar benar memberikan tantangan teknis dan lingkungan tersendiri. Mengapa sanitasi
sangat sulit untuk dibangun di daerah pesisir?
Air tanah
Air tanah sangat dangkal terlebih dimusim hujan, sangat menyulitkan dalam
membangun struktur bawah tanah dalam situasi seperti ini.
Daerah pesisir yang sangat rata/datar
Sangat sulit mendapatkan aliran gravitasi untuk saluran drainase dan penyaluran air
limbah (khususnya sistem terpusat).
Ketersediaan Tanah
Hampir semua tanah disekitar daerah pemukiman adalah milik pribadi, ini merupakan
masalah jika akan membangun fasilitas untuk umum seperti pengolahan limbah komunal.
Secara umum, dampak dari pembuangan air limbah yang tidak menjalani pengolahan sebelum
dibuang ke lingkungan seperti :
- Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh
manusia.
- Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
- Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobic) dan zat anorganik).
- Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi
penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
Untuk daerah pesisir, dapat diupayakan prasarana drainase yang terpusat, karena lokasi
pesisir yang merupakan daerah resapan air sehingga meyulitkan untuk membuat SPAL bagi
masing-masing rumah tangga.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu
diperhatikan hal berikut :
1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih ketinggian
kloset dan permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya setiap 100cm
terdapat perbedaan ketinggian 2cm.
2. Pemilihan Pipa yang tepat
Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal adalah 4 inchi. Rumah yang memiliki
jumlah toilet yang banyak sebaiknya menggunakan pipa yang lebih besar. Perancangan
saluran diusahakan dibuat lurus tanpa belokan, karena belokan atau sudut dapat membuat
mampat.
3. Sesuaikan Kapasitas Septic tank
Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat septic tank dengan
ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias dibuat dengan ukuran
(1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang dibutuhkan.
4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air
Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan lama.
Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air, tanah
maupun beban lainnya.
b. Sumur Resapan
Sumur Resapan Air merupakan rekayasa teknik konversi air yang berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman
tertentu yang digunakan sebagai tempat penampung air hujan diatas atap rumah dan
meresapkannya ke dalam tanah.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi
banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan
pertimbangan :
1. Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.
2. Bentuk konstruksi SRA sederhana
Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air antara lain :
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
mengurangi terjadinya banjir dan erosi.
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air
3. mencegah menurunnya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.
Sepertinya menjadi salah satu sumber utama dan penyebab pencemaran air yang memberikan
dampak paling kentara terutama pada masyarakat pda kawasan pesisir dan pantai
Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air
diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini juga
memberikan dampak dan akibat merugikan bagi manusia itu pula.
Limbah Pemukiman. Salah satu penyebab pencemaran air adalah aktivitas manusia yang
kemudian menciptakan limbah (sampah) pemukiman atau limbah rumah tangga.
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan
oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik
seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah
anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable).
Selain sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
potensial mencemari air. Padahal saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen.
Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pemukiman mendatangkan akibat atau
dampak diantaranya:
Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka waktu
yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni berbagai organisme air.
Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan pendangkalan.
1. Pendekatan non teknis yang dimaksud adalah penerbitan peraturan sekaligus sosialisasi
peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum bagi pengelola badan air maupun
penghasil limbah dalam mengendalikan limbah maupun mengelola limbahnya.
2. Pendekatan teknis berupa penyediaan / pengadaan sarana dan prasarana penanganan
limbah serta monitoring dan evaluasi.
E. Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik limbah cair dinyatakan dalam bentuk kualitas limbah cair dan jumlah
aliran limbah cair yang dihasilkan.
Kualitas limbah cair diukur terhadap kadar fisik, kimiawi dan biologis. Parameter yg
diukur antara lain sebagai berikut:
1. Parameter fisik berupa padatan (partikel padat) yg ada dalam air (padatan
total,padatan tersuspensi dan padatan terlarut) ;warna;bau dan temperature
2. Parameter kimia selain berupa kadar BOD5, COD, dan TOC yang menggambarkan
kadar bahan organik dalam limbah, juga senyawa yg terkait dengan anomia bebas,
nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor
anorganik,sulfat,klorida,belerang,logam berat (Fe, Al, Mn dan Pb), dan gas (H2O, CO2,
O2, dan CH4).
3. Parameter biologis juga merupakan hal penting karena ada beribu-ribu bakteri per
millimeter dalam air limbah yg belum diolah. Jenis bakteri yg diukur adalah bakteri
golongan Coli.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencemaran limbah rumah tangga terhadap ekosistem laut
A. Konsep dan Sistem Saluran Pembuangan Air Limbah di Kawasan Pesisir
Volume air limbah yang dihasilkan dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
factor, antara lain :
a. Kebiasaan manusia. Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang
dihasilkan.
b. Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah. Pada sistem kombinasi, volume air
limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih perkapita, sedangkan pada sistem terpisah
volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon perkapita.
c. Waktu. Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada
waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air yang
menyebabkan aliran air limbah lebih banyak, sedangkan di tengah hari volumenya lebih
sedikit, dan di malam hari agak meningkat lagi.
B. Pencemaran limbah rumah tangga terhadap ekosistem laut
- Septictank
- Sumur Resapan
- Penyebab dan dampak pencemaran air oleh limbah pemukiman
C. Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik limbah cair dinyatakan dalam bentuk kualitas limbah cair dan jumlah aliran
limbah cair yang dihasilkan.
Kualitas limbah cair diukur terhadap kadar fisik, kimiawi dan biologis.
B. SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang pengolahan limbah cair domestic daerah pantai
dan pesisir, di sarankan pembaca untuk mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi
pada makalah ini. Selain itu, di harapkan para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiyar, A. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga Serta
Pemecahannya. FMIPA Unpad. Bandung, 2007.
Dewi. Limbah Rumah Tangga Berbahaya Bagi Manusia dan Laut. Lets Go Blue Indonesia. Tt.
Http://en.wikipedia.org/wiki/Water_polution
Listari dan Edward. Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap Kualitas Air Laut dan
Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan di Teluk Jakarta).
Makara, Sains, Vol. 8, No. 2, Agustus 2004: 52-58.