Anda di halaman 1dari 20

AQUACULTURE ENGGENERING

MAKALAH
AQUAPONIK

Di susun oleh

NAMA : Rohit Kurniawan


NIM :193030406052

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN PRODI BUDIDAYA PERAIRAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah akuakultur dalam
pembelajaran akuakultur enggenering.
Adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai ilmu
pengetahuan dan pemanfaattan lahan kosong pada sistem akuaponik untuk
masyarakat.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih dalam mendukung
menyelesaikan makalah ini, Makalah ini juga di harapkan dapat menambah
pengetahuan kita tentang akuaponik . Untuk kesempurnaan dari makalah ini,maka
penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun
makalah berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini
dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua, terima kasih.

Palangka Raya, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................................I
KATA PENGANTAR..................................................................................................II
DAFTAR ISI...............................................................................................................III
DAFTAR TABEL......................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................V
BAB 1. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan.........................................................................................3
1.3 Manfaat............................................................................................................3
1.4 Metode Penulisan.............................................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Pengertian akuaponik.......................................................................................4
2.2 Kelebihan Akuaponik atas Sistem-Sistem Lain...............................................4
2.3 Grow Bed Akuaponik.....................................................................................5
2.4 rancangan sistem akuaponik............................................................................7
2.5 Sistem Kerja Akuaponik................................................................................11
2.6 Operational Harian Akuaponik......................................................................13
BAB 3. PENUTUP.....................................................................................................14

iii
DAFTAR TABEL

Gambar 1. (Floating Raft, Deep Water Culture)...........................................................6


Gambar 2 .Nutrient Film Technic.................................................................................6
Gamabar 3. media based system aquaponics...............................................................7
Gambar 4. siklus nitrogen akuaponik.........................................................................11
Gambar 5. Contoh konsep akuaponik.........................................................................12

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Salah Satu Area Kampus..............................................................................3


Gambar 2. Lokasi Tempat Pengelolahan Lahan Kosong..............................................4
Gambar 3. Contoh Iptek..............................................................................................18

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaaan lahan budidaya tanaman di wilayah perkotaan sangat terbatas


sehingga memberikan dampak pada mahalnya harga pangan terutama komoditas
hortikultura dan hewan. Alternatif yang dapat dilakukan dengan adanya keterbatasan
lahan budidaya adalah melakukan kegiatan intensifikasi lahan dengan menerapkan
teknik budidaya dengan sistem akuaponik.
Penerapan sistem akuaponik dapat mengurangi masalah keterbatasan lahan
produktif, karena sistem ini tidak menggunakan lahan dan tanah untuk budidaya
tanaman (Gusrina, 2008). Teknik budidaya akuaponik merupakan gabungan
teknologi budidaya ikan dengan budidaya tanaman dalam satu sistem untuk
mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan. Akuaponik adalah
konsep pengembangan bio-integrated farming system. Selain itu, prinsip dasar yang
bermanfaat bagi budidaya perairan adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang
berpotensi memperburuk kualitas air akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman.
Tanaman pada sistem akuaponik memanfaatkan hasil penguraian bahan organik di
dalam air sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya sehingga jumlah bahan
toksik dalam air bisa terkendali.
Sistem akuaponik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga
secara mandiri, khususnya di daerah perkotaan (Nugraha, 2012). Tanaman air pada
akuaponik memiliki peran sebagai bagian dari sistem filter biologi yang efektif
menjaga kejernihan air. Upaya penggabungan tanaman dengan ikan dapat
mengurangi kandungan bahan organik. Mikroba pendekomposisi bahan organik dapat
menjadikan media tanam tempat tumbuhnya tanaman sebagai substrat media
hidupnya (Listyanto dan Andriyanto, 2008). Kandungan bahan organik yang tinggi
dalam media budidaya air dapat menjadi sumber penyakit yang akan berpengaruh
terhadap kesehatan ikan yang dibudidaya (Afrianto, et al., 2015). Unsur karbon
merupakan unsur yang melimpah pada semua makhluk hidup.

1
Amonia yang terdapat pada kolam budidaya secara umum berasal dari proses
dekomposisi bahan organik seperti tumbuhan, hewan, dan pakan yang membusuk
oleh mikroba dan jamur. Selain itu amonia juga dapat bersumber dari produk ekskresi
ikan (urin dan feses). Unsur nitrogen yang diserap oleh tanaman seluruhnya
berbentuk nitrat dan amonium. Jika tanaman menyerap hampir 100% N dalam bentuk
amonium maka akan meningkatkan ketersediaan protein (Gumelar et al., 2017).
Penentuan masing-masing bahan organik cukup sulit karena sangat kompleks
sehingga dalam menentukan bahan organik menggunakan metode uji Karbon Organik
Total (KOT) karena penyusun utama dari bahan organik adalah karbon (Yang, 2018).
Hasil penelitian Firdaus (2018) menunjukkan bahwa tanaman air terbukti mampu
menyerap zat racun berupa amonia dan nitrat yang berasal dari sisa pakan, feses dan
urin ikan. Jenis tanaman hortikultura, khususnya sayur-sayuran yang dapat ditanam
pada teknik budidaya akuaponik pada umumnya adalah tanaman yang memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap air seperti selada dan pakcoy. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menjaga bahan organik dalam kolam budidaya ikan tidak melebihi
ambang batas maka perlu diketahui media tanam yang tepat dalam mengurangi bahan
organik.
Jenis media tanam yang dapat digunakan yaitu cocopeat dan batu apung.
Media tanam batu apung mampu mempengaruhi proses nitrifikasi karena bakteri
nitrifikasi memanfaatkannya sebagai substrat untuk tempat hidupnya. Media tanam
cocopeat/serabut kelapa memiliki kerapatan serat yang tinggi, sehingga media ini
mampu menahan amonium yang besar. Meskipun demikian molekul amonium pada
serabut kelapa hanya tertahan dan tidak terurai sehingga tidak memungkinkan
tumbuhnya bakteri pengurai N (Junita, 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut perlu
dilakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan dengan berbagai media tanam
pada sistem budidaya akuaponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
pertumbuhan selada dan ikan pada berbagai media tanam dan mengetahui kualitas air
budidaya dalam mendukung pertumbuhan selada dan ikan yang optimal pada sistem
akuaponik.

2
1.2 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini mempelajari mengenai ilmu
pengetahuan pada aquaponik dengan tujuan bisa mengembangkan ketahan pangan
pada pertanian dan perikanan

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk lebih mengembangkan
teknik atau sistem aquaponik pada mahasiswa dan terlebih kusus kepada seluruh
mahasiswa fakultas pertanian universitas palangka raya

1.4 Metode Penulisan


Penulisan ini menggunakan metode analisis yang sudah ada yaitu dengan
menganalis ulang melalui metode deskriptif dengan mengumpulkan, mengklarifikasi
dan menginterprestasi data secara akurat serta optimal sehingga diperoleh suatu hasil
yang baik. Penulisan ini dilaksanakan dalam bentuk tugas kuliah September 2021
Universitas Palangka raya

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian akuaponik


Akuaponik berasal dari aqua culture dan hydroponics, yang berarti budidaya
perairan (dalam hal ini perikanan) dan hydroponics, yang berarti pertanian (sayuran,
buah-buahan, herbal) yang mengunakan air dalam pelaksanaaannya (tanpa media
tanah).
Di dalam akuaponik, nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dipenuhi oleh ikan
(kotaran hasil pencernaan makanan), sedangkan ikan mendapatkan nutrisi dari pakan
ikan. Tentu akan sangat baik jika sebagian dari tanaman dapat digunakan untuk pakan
ikan, sehingga akan terbentuk ekosistem.
Kotoran ikan (amoniak, dll) tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagai nutrisi
oleh tumbuhan, namun terlebih dulu amoniak tersebut dikonversi menjadi nitrit oleh
bakteri nitrosomonas, dan nitrit dikonversi menjadi nitrat yang merupakan nutrisi
bagi tanaman oleh bakteri nitrobakter. Jadi kotoran ikan diuraikan oleh
mikroba/bakteri dan deserap ollen ikan, sehingga air tetap sehat untuk ikan karena
telah discring oleh microbe dan tanaman.
Akuaponik melibatkan ikan, tanaman dan mikroba/bakteri, yang
membutuhkan kondisi tertentu agar bisa bersinergi dengan baik, oleh karena itu air
yang menjadi tempat bagi semua unsur akuaponik ini harus selalu dijaga agar dalam
kondisi optimal (pH, suhu, kadar ammoniak, nitrit dan nitrat).

2.2 Kelebihan Akuaponik atas Sistem-Sistem Lain


Berikut ini adalah kekurangan-kekurangan sistem yang lain yang tidak
ditemui dalam akuaponik.
Bercocok tanam dengan media tanah, kekurangannya antara lain,
1. Gulma, tanaman pengganggu yang tumbuh disekitar tanaman yang ditanam.
2. Penggunaan air yang cukup banyak, karena air menyerap ke dalam tanah

4
3. Perlunya pemupukan yang sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman.
4. Pekerjaan fisik yang melelahkan, seperti menggali, menunduk, dll
5. Keberadaan serangga tanah yang menggangu.
6. Banyak hama.
Hidroponik, kekurangannya antara lain,
1. Nutrisi yang mahal, yang berupa unsur kimia buatan.
2. Air dalam hydroponic harms dibuang secara berkala karena grama dan
basan nimia yang menumpuk yang menjadi racun bagi tanaman.
Budidaya Perairan yang Intensif, kekurangannya antara lain,
1. Tangki air menjadi terpolusi dengan kotoran ikan yang membuat air
mengandung ammoniac yang tinggi
2. Karena lingkungan yang tidak sehat, ikan cenderung terserang penyakit
yang harus diobati termasuk dengan antibiotik.
Kelebihan akuaponik antara lain,
1. Ikan dapat diberi makan yang murah, sisa-sisa makanan, dan makanan yang
ditanam sendiri.
2. Kita perlu secara teliti memonitor akuaponik pada bulan pertama, namun
setelah sistem stabil, kita hanya perlu sesekali memerika pH dan kadar
amoniak, atau bila tanaman atau ikan tampak stress.
3. Kita tak pernah mengganti air, kita hanya perlu menambahkan air yang
berkurang karena penguapan.
4. Penyakit ikan sangat jarang ditemui dalam sistem akuaponik.

2.3 Grow Bed Akuaponik


Berdasarkan type dari grow bed atau tempat tumbuh tanaman, maka ada tiga type
yang paling umum dipakai salami sistem akuaponik, yaitu,
Rakit Apung
tumbuh pada netpot pada styroform yang mengapung di atas air. Type ini
tanya cook until sayuran daun seperti selada, dan semacamnya. Type ini bank

5
digunakan pada akuaponik komersial. Pada type ini diperlukan tambahan fisikal dan
bio filter agar sister akuaponik berfungsi optimal.

Gambar 1. (Floating Raft, Deep Water Culture)

NFT (Nutrient Film Technic)


dalam NFT, tanaman ditempatkan pada netpot di teletak pada aliran nutrisi
tipis pada saluran air. Sama dengan Rakit Apung, NFT juga hanya cocoa untuk
tanaman tertentu seperti selada dan diperlukan fiscal dan bio filter tambahan seperti
pada rakit apung.

Gambar 2 .Nutrient Film Technic

6
Media Bed
pada media bed hampir seluruh tanaman dapat tumbuh di media bed ini, tidak
diperlukan tambahan fisikal dan bio filter, karena media pads media bed ini data
berfungsi menjadi filter. Ini adalah type yang paling sederhana pada akuaponik
karena hanya diperlukan minimal peralatan. Ini cocok untuk hobby.

Gamabar 3. media based system aquaponics

2.4 rancangan sistem akuaponik


Merancang suatu sistem akuaponik sangat tergantung pada maksud dan tujuan
sistem akuaponik tersebut, untuk hobi (biasanya ukurannya kecil saja), untuk
memenuhi kebutuhan keluarga (ukuran sedang) ataupun untuk tujuan komersial
(ukuran besar) dan juga tergantung tempat sistem akuaponik tersebut indoor (dalam
rumah/ruangan tanpa cahaya matahari) atau outdoor (luar ruangan dengan cahaya
matahari). Berikut ini akan dijelaskan secara umum yang data dijadikan patokan
dalam merancang sistem akuaponik.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem
akuaponik, Langkah-langkah perencanaan akuaponik adalah sebagai berikut:
- Tentukan berapa luas tempat tumbuh tanaman yang diinginkan (dalam m2)
- Dari total luas tempat tumbuh tanaman, tentukan berapa jumlah ikan yang
dibutuhkan (dalam kg) dengan aturan bahwa pada tiap 0.5 kg ikan
membutuhkan 1 m2 tempat tumbuh tanaman dengan anggapan kedalaman
tempat tumbuh tanaman adalah 30 cm.

7
- Menentukan volume tangki ikan dengan acuan tiap 1 kg ikan memerlukan
40 ~ 80 liter air.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tiap komponen akuaponik dijelaskan di bawah
ini,
Tempat Tumbuh Tanaman dan Tangki Ikan
- Mulailah dengan ratio luas tempat Tumbuh tanaman dan volume tangki ikon
1:1, bila sister telah berjalan degan baik (5~6 bulan ) maka ratio data
ditingkatkan menjadi 2:1 kale mau.
- Tempat tumbuhTanaman dan tangki ikan harus kokoh untuk menahan
tanaman, media, air dan ikan
- Tempat tumbuhTanaman dan tangki air harus terbuat dari bahan yang aman
pada makanan (food safe) dan tidal bleh mempengaruhi pH air.
Tempat Tumbuh Tanaman
- Sebaiknya paling tidak mempunyai kedalaman 30 cm agar dapat digunakan
untuk tempat tumbuh berbagai macam tanaman dan juga fungsi
penyaringannya lebih optimal.
- Yakinkan ia dilengkapi dengan penahan media agar sambungan-sambungan
pipa dapat dibersihkan bila diperlukan

Tangki Ikan
Jika memungkinkan sebaiknya volume Tangki Ikan adalah 1000 liter atau
lebih besar lagi untuk mendapatkan sistem akuaponik yang stabil.

Perpipaan (Plumbing) dan Pompa


Sebaiknya gunakan pipa-pipa yang lebih besar dari kebutuhan untuk
mencegah terganggunya alairan air.
Pompa yang diperlukan adalah yang berkapasitas total Volume Tangki Ikan /
jam (jika tangki ikan adalah 1000 liter, maka kapasitas pompa yang dibutuhkan
adalah 1000 Liter/ jam), sedangkan headnya disesuaikan dengan perbedaan elevasi
antara air yang akan dipompa dan tujuan pemompaan.

8
Media pada Tempat Tumbuh Tanaman
Media yang dipilih haruslah, inert (tak bereaksi dengan air, sehingga merubah
pH air ), tak bisa terurai, ukurannya tepat (1/2” ~ 3/4”)
Media yang biasa digunakan dalam tempat tumbuh tanaman type Media Bed,
adalah hydroton, batu apung, koral, arang kayu, arang sekam, dll.

Air
Bila menggunakan air PAM, yakinkan clorine atau cloramine sudah
dihilangkan sebelum ditambahkan ke dalam sistem akuaponik. Clorine atau
cloramine ini harus dihilangkan karena ia bersifat anti bakteri, sehingga ia akan
membunuh bakteri yang ada dalam sistem akuaponik.
Clorine mudah dihilangkan hanya dengan menampung air PAM pada tangki
dan biarkan beberapa hari, maka air sudah siap digunakan dalam sistem akuaponik.
Untuk mempercepat proces tersebut dapat digunakan metode mensirkulasi air atau
juga peniupan udara pada air.
Cloramine jauh lebih sulit dihilangkan dibanding dengan clorine. Ia dapat
dihilangkan dengan menggunakan filter karbon aktif atau menggunakan UV filter.
Air hujan juga dapat digunakan, namun sayang di beberapa daerah air hujan
ini bersifat asam (pH kurang dari 7) Air sumur yang masih belum terkontaminasi
dengan zat-zat kimia adalah baik digunakan dalam akuaponik.
Suhu air juga perlu diperhatikan, ini tergantung dengan ikan yang digunakan
dan tanaman yang yang akan dikembangkan, biasa berkisar antara 25 dan 30 derajat
celcius. Oksigen terlarut untuk ikan harus lebih besar dari 3 ppm, lebih baik lagi bila
lebih besar dari 6 ppm.
PH air sebaiknya berada pada kisaran 6.8 sampai 7, ini adalah kompromi
antara pH untuk ikan (pH 6.5 ~ 8), bakteri ( 6 ~ 8) dan tanaman (5 ~ 7). PH sebaiknya
di periksa secara berkala. Selama siklus pertama pH cenderung meningkat, namun
turun secara berkala setelah siklus tercapai.
Jika pH air meningkat sampai lebih dari 7.6, maka itu diturunkan, cara
menurunkan adalah dengan menambahkan larutan asam, pH Down yang biasa

9
digunakan dalam hydroponik dapat digunakan di sini. Juga dapat digunakan asam
nitrit dan asam phosphat. Jangan gunakan asam yang mengandung sodium / Na
karena ini akan menghambat pertumbuhan tanaman. Juga jangan gunakan Asam sitrat
karena ia adalah anti bakteria yang akan membunuh bakteri dalam akuaponik.
Jika pH turun sampai kurang dari 6.6, maka itu dapat dinaikkan dengan
menambahkan larutam basa kalsium hidroksida, Potasium carbonat atau potassium
hidroksida. Perlu diperhatikan bahwa pH tak boleh berubah secara drastis yang akan
menyebabkan ikan stress. Sebaiknya pH berubah kurang dari 0.2 per hari.

Ikan
Kerapatan ikan dalam tangki ikan mengikuti aturan 1 kg ikan untuk 40 ~80
liter air. Dalam pemilihan ikan perlu diperhatikan : Ikan konsumsi atau hias
,Temperatur air dan Ikan itu karnivora, omnivora atau herbivora
Ketika menambahkan ikan dalam sistem akuponik perlu diyakinkan bahwa
siklus nitrogen telah berjalan lancar, pH and temperatur air sesuai dengan jenis ikan.
Pemberian makan ikan adalah sebanyak yang habis dikonsumsi oleh ikan dalam 5
menit, 1 sampai 3 kali sehari. Ikan dewasa akan makan sekitar 1% dari berat
badannya sehari. Sedang ikan kecil akan makan sampai 7% dari berat badannya.
Jangan sampai terlalu banyak memberi makan ikan.
Jika ikan tak mau makan mungkin hal-hal berikut terjadi yaitu ikan stress,
temperatur diluar range temperatur ikan tersebut, atau tidak cukup oksigen terlarut
dalam air.

Tanaman
Hindari tanaman yang menyukai kondisi asam ataupun basa karena ia tak
akan tumbuh dengan baik di akuponik yang kita ataur pHnya adalah antara 6.8 ~ 7.
Selain itu hampir seluruh tanaman dapat tumbuh di akuaponik.
Tanaman yang dipilih disesuaikan dengan jenis tempat tumbuh tanaman yang
kita punya (Media Bed, NFT, Floating Raft)

10
2.5 Sistem Kerja Akuaponik
banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman akan menyerap
nutrisi yang berasal dari air dan kotoran ikan tadi. Sebagai gantinya, tanaman akan
memberikan oksigen kepada ikan melalui air yang sudah tersaring oleh media tanam.
Akuaponik sendiri terdiri dari dua bagian utama. Bagianbagian utama tersebut
adalah bagian akuatik (air) untuk pemeliharaan hewan air dan bagian hidroponik
untuk menumbuhkan tanaman.
Dalam budidaya hewan air, limbah yang menumpuk di dalam air dapat
bersifat toksik bagi ikan. Limbah tersebut terdiri dari urine dan feses ikan, serta sisa
pakan ikan. Namun bagi tanaman, limbah-limbah tersebut kaya nutrisi yang dapat
menjadi sumber hara dan sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman.
Hewan air yang biasa dipelihara dalam bagian akuatik ini adalah ikan.Ikan
memperoleh makanannya dari pakan ikan buatan dan plankton (baik itu zooplankton
maupun phytoplankton) yang tumbuh dalam sistem. Makanan ikan tersebut kemudian
akan dimetabolisme oleh tubuh ikan.
Proses metabolisme makanan ikan akan berdampak pada pertumbuhan ikan.
Dari proses metabolisme makanan ikan akan dihasilkan sampah organik berupa feses
dan urine.

Gambar 4. siklus nitrogen akuaponik

11
Pada mulanya, sampah organik yang berupa feses dan urine ikan berbentuk
amonia (NH4 ). Namun, jika dalam konsentrasi yang tinggi, amonia dapat menjadi
racun bagi ikan.
Dalam akuaponik, sampah organik yang berbentuk amonia tersebut akan
dimanfaatkan oleh bakteri pengurai yang hidup pada dinding kultur, media tanam,
media fi lter, dan lain-lain sebagai makanannya. Bakteri aerob akan merubah amonia
menjadi nitrit (NO2 ). Lalu kemudian, bakteri anaerob merubah nitrit menjadi nitrat
(NO3 ). Nitrat yang umumnya disebut sebagai unsur hara makro akan dimanfaatkan
oleh tanaman bagi pertumbuhannya. Tanaman akan menyumbangkan oksigen (O2 )
sehingga air (H2O) memiliki kualitas yang lebih baik untuk organisme yang hidup
pada tangki kultur, baik ikan maupun bakteri pengurai. Proses tersebut akan berjalan
secara terusmenerus di dalam sistem.
Meskipun terdiri atas dua bagian, sistem akuaponik masih terdiri lagi atas
beberapa komponen atau sub sistem. Beberapa komponen atau sub sistem tersebut
bertanggung jawab atas penghilangan limbah padat, penyuplai basa untuk
menetralkan kemasaman, dan pengatur kandungan oksigen air.

Gambar 5. Contoh konsep akuaponik


Komponen tersebut terdiri dari
(1) tangki pemeliharaan ikan atau kolam;
(2) unit penangkap dan pemisahan limbah padat (sisa pakan dan feses);

12
(3) bio fi lter, tempat di mana bakteri nitrifi kasi dapat tumbuh dan
mengkonversi amonia menjadi nitrat, yang dapat digunakan oleh tanaman;
(4) subsistem hidroponik, yakni bagian dari sistem di mana tanaman tumbuh
dengan menyerap kelebihan hara dari air;
(5) sump, titik terendah dalam sistem di mana air mengalir ke dan dari yang
dipompa kembali ke tangki pemeliharaan. Unit untuk menghilangkan
padatan, biofi ltrasi, dan/atau subsistem hidroponik dapat Sistem akuaponik
yang dikembangkan FAO 26 digabungkan menjadi satu unit atau
subsistem, yang mencegah air mengalir langsung dari bagian budidaya ikan
(kolam) ke sub sistem hidroponik.

2.6 Operational Harian Akuaponik


Akuaponik bukanlah sistem yang sukar untuk dioperasikan, namun ada
kegiatan harian dan juga secara berkala yang perlu dilakukan untuk memastikan
sistem akuaponik beroperasi secara normal antara lain,
1. Memberi makan ikan dan memonitor pertumbuhan ikan.
2. Penyemaian, penanaman, pemanenan tanaman dan memonitor
pertumbuhannya.
3. Memerikasa kualitas air (pH, Nitrit, Nitrat, DO, dll tergantung kebutuhan)
4. Membersihkan filter dan memperbaiki kebocoran bila perlu. 5. Observasi
dan monitoring.

13
BAB III
PENUTUP

Di harapakan dengan ada nya makalah ini dapat mendorong peningkatan mutu
dan pelaksanaan kegitan di lahan kosong berupa penyuluhan akuaponik dalam rangka
mencerdaskan dan keswadayaan serta kemandirian pelaku utama dan masyarakat
pada umum nya.

14
DAFATAR PUSTAKA

- balai pengkajian teknologi pertanian (bptp) jakarta balai besar pengkajian dan
pengembangan teknologi pertanian badan penelitian dan pengembangan
pertanian, 2016, Teknologi Akuaponik Mendukung Pengembangan Urban
Farming
- Muhammad W. Budiman, 2018, Buku Pegangan Akuaponik
- Moh. Ega Elman Miska dan Inti Mulyo Arti, 2020, respon pertumbuhan selada
(Lactuca sativa L.) dengan berbagai media tanam pada sistem budidaya
akuaponik

15

Anda mungkin juga menyukai