Anda di halaman 1dari 14

ILMU PERTANIAN DAN BIOSISTEM

TEKNIK PENANAMAN BUDIDAYA DENGAN SISTEM AQUAPONIC

DISUSUN OLEH :
I Kadek Agus Febriana (1910531037)
Harry Syahputra Harahap (2110531027)
Theo Fedrik Simanjuntak (2110531029)
Ni Kadek Eva Candra Devi (2110531030)
Made David Andrean Sanjaya (2110531032)
I Made Andika Yasa Pramana (2110531033)
Ni Made Dwi Tunjung Febriyanti (2110531034)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaruh jumlah penduduk dunia telah menyebabkan pertambahan penduduk yang


begitu meningkat. Menurut perhitungan Food And Agriculture Organization of the World
(FAO) mengatakan produksi pangan dunia harus naik 70% dari produksi saat ini
sedangkan ketersediaan lahan pertanian dunia tidak bertambah. Oleh karena itu, sangat
diperlukan untuk memprediksi kelangkaan pangan. Besarnya dampak perubahan iklim
global terhadap produksi pangan menghendaki adanya perubahan dalam strategi
penyediaan pangan yang bersandar kepada sentra penghasil pangan, salah satunya adalah
pemanfaatan pekarangan rumah.

Dalam pemanfaatan pekarangan diperlukan inovasi teknologi sesuai dengan


karakteristik pekarangan, yang umumnya memiliki lahan sempit. Salah satunya inovasi
teknologi yang berpeluang untuk diterapkan yang merupakan budidaya ikan yang
terintegrasi dengan tanaman melalui sistem akuaponik. Akuaponik adalah bio-integrasi
yang menghubungkan akuakultur bersifat resirkulasi dengan produksi tanaman/sayuran.
Pada sistem ini, tanaman berfungsi sebagai biofilter sehingga air yang kembali menuju
kolam budidaya dan sudah dalam kondisi bersih. Hal ini sangat mendukung untuk
pertumbuhan dan keberlangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Kemampuan
tumbuhan dalam menyerap amonia pada sistem akuaponik dapat menurunkan seiring
dengan meningkatnya konsentrasi amonia yang ada. Akibatnya sisa pakan berprotein
tinggi pada kolam budidaya yang tidak dimakan oleh ikan serta feses ikan yang masih
kaya akan protein menjadi penyebab konsentrasi amonia terus meningkat pada kolam
budidaya.

Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan sistem akuaponik adalah media


tanam, kualitas air, jenis tanaman, serta jenis dan kepadatan hewan yang dipelihara,
selama ini penelitian tentang pengaruh faktor-faktor tersebut masih terbatas dan informasi
yang adapun masih berdasarkan pengalaman masing-masing sumber informasi dan
bersifat sangat parsial. Oleh karena itu, sangat diperlukan melakukan kajian tentang
faktor-faktor tersebut khususnya media tanam sehingga tanaman mampu menyerap
limbah budidaya ikan secara optimal.

Terdapat beberapa tanaman yang sering digunakan dalam sistem akuaponik


diantaranya yaitu kangkung air, selada, dan pakcoy. Tanaman ini juga berfungsi sebagai
fitoremediator yang dapat menurunkan, mengekstrak atau menghilangkan senyawa
organik dan anorganik dari limbah. Selain dapat digunakan sebagai agen fitoremediator
limbah, kangkung air, selada dan pakcoy memiliki nilai ekonomi serta dapat dipanenkan
dan dikonsumsi.

1.2 Tujuan laporan

Tujuan yang ingin dicapai dalalam laporan ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari Teknik aquaponic

2. Menjelaskan Teknik budidaya sistem aquaponic

3. Menegtahui peluang dan tantanna dari sistem aquaponic.


BAB II

SISTEM BUDIDAYA AQUAPONIK

2.1 PENGERTIAN SISTEM AQUAPONIK

Sistem aquaponik merupakan salah satu jawaban yang tepat dalam budidaya pertanian
dimana harga tanah semakin mahal, air semakin langka, konversi lahan besar- besaran,
dan isu perubahan iklim akibat pemanasan global. Jika dibandingkan dengan budidaya
pertanian secara konvensional, sistem aquaponik memiliki beberapa kelebihan. Secara
sederhana, aquaponik dapat digambarkan sebagai penggabungan antara sistem budidaya
aquakultur (budidaya ikan) dengan hidroponik (budidaya tanaman/sayuran tanpa media
tanah).

Sistem ini mengadopsi sistem ekologi pada lingkungan alamiah, dimana terdapat
hubungan simbiosis mutualisme antara ikan dan tanaman. Keunggulan sistem budidaya
aquaponik diantaranya dapat diterapkan di pekarangan sempit, tidak memerlukan media
tanam, pupuk, penyiraman, hemat air, sehat, memiliki nilai estetika tinggi, dan bebas
kontaminan. Jadi, aquaponik sangat prospektif untuk dikembangkan di tempat dimana air
dan tanahnya langka serta mahal, seperti di wilayah perkotaan, di daerah kering, padang
pasir, serta pulau-pulau kecil.

Aquaponik sendiri terdiri dari dua bagian utama. Bagian-bagian utama tersebut adalah
bagian aquatik (air) untuk pemeliharaan hewan air dan bagian hidroponik untuk
menumbuhkan tanaman. Dalam budidaya hewan air, limbah yang menumpuk di dalam
air dapat bersifat toksik bagi ikan. Limbah tersebut terdiri dari urine dan feses ikan, serta
sisa pakan ikan. Namun bagi tanaman, limbah-limbah tersebut kaya nutrisi yang dapat
menjadi sumber hara dan sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. Hewan air
yang biasa dipelihara dalam bagian aquatik ini adalah ikan.Ikan memperoleh makanannya
dari pakan ikan buatan dan plankton (baik itu zooplankton maupun).
2.2 MODEL AQUAPONIK

Sebagaimana hidriponik konvesional model yang umum digunakan dalam sistem


akuaponik meliputi deep culture (DWC), nutrient film technique (NFT), dan media bed.
Model media bed sangat popular dan direkomendasikan sebagai model aquaponik skala
kecil , khususnya untuk pemula yang pengetahuannya masih terbatas mengenai
aquaponic. Model ini sangat sederhana dan efisien tempat, serta biaya pembuatan relative
murah. Media yang digunakan bereran dalam mendukung sistem perakaran tanaman
sekaligus sebagai filter mekanis dan biologis. Semua jenis tanaman sayur dapat ditanam
baik secara tunggl atau campuran. Kelemahannya adalah sangat sulit untuk
dikembangkan skala besar karena memerlukan struktur yang kuat dan media tanam
dengan jumlah yan relative banyak, adanya resiko penyumbatan pada media, serta
tingginya laju evaporasi.

Model NFT adalah model aquaponic yang enggunakan pipa yang di pasang secara
horizontal. Pada pipa tersebut dialirkan secara tipis air yang berasal dari kolam
pemeliharaan ikan. Tanaman di tempatkan pada lubang diatas pipa dengan bantuan pot-
net yang diisi dengan media tanam seperti pecahan zeolite, genteng atau kerikil. Metode
NFT biasanya digunakan dalam pengembangan aquaponic secara komersial. Pengaturan
sistem dengan cara vertikal sangat sesuai untuk dikembangkan di perkotaan yang
memiliki keterbatasan lahan. Kelemahannya adalah tingkat kompleksitas cukup tinggi
terutama terkait deng sistem filtrasi, relative lebih mahal dari media bed, serta terbatas
untuk tanaman sayurandaun yang secara morfologi relative lebih kecil.

2.3 MEKANISME DAN SISTEM AQUAPONIK

A. Komponen aquaponic
Setiap sistem aquaponik mencakupi komponen dasar agar bekerja secara optimal.
Ada beberapa komponen sistem aquaponic yaitu :
1. Ikan
Hasil penelitian menujukan bahwa ikan hanya mengambil 40%-50% gizi dari
makanan yang dimakan. Kotoran ikan mengandung sisa sia makanan yang
masih mengandung nutrisi dan dipercaya mampu menjadi pupuk alami yang
dapat menyuburkan tanaman.
2. Tanaman.
Aquaponic tidak memanfaatkan air tanah untuk mendapatkan nutrisi. Zat gisi
yang diperlukan oleh tanaman didapatkan diair, yang dialirkan dari kolam
menuju akar tanaman.
3. bakteri dan siklus nitrogen
siklus nitrogen pada sistem aquaponic adalah perubahan zat ammonia dari
kotoran ikan, menjadi zat nitrit yang kemudian dimanfaatkan tanaman sebagai
nutrisi tumbuhan. Perubahan ini dibantu oleh adanya filter pada instalasi
aquaponic.
Terdapat dua jenis filter yang paling umum digunakan yaitu, biofilter dan filter
mekanis. Teknik biofiler dilakuan menggunakan bakteri. Agar bakteri dapat
berkembang biak dengan baik, dibutuhkan media tumbuh berkembang bakteri
dan berkembang bakteri dibutuhkan waktu sekitar 1-3 minggu. Lalu contoh
biofilter adalah bioball. Sementara itu filter mekanis di lakukan untuk
menyaring kotoran ikan yang bersifat padat agar air menjadi bersih. Salah satu
filter mekanis adalah Japanese mat.
4. Tangki
Sebagian orang mengunakan tangka aquaponic secara vertical, namun ada
juga yang mengaturnya secara horizontal. Hal ini tergantung pada ruang dan
lahan yang tersedia. Salah satu hal yag juga penting dipertimbangkan adalah
tersedia cukup air ntuk ikan, karena semakin banyak air itu akan semakin baik,
sehingga ikan memiliki ruang utuk berenang dengan nyaman.
5. Pompa
Sistem aquaponic membutuhkan aerator untuk menyediakan oksigen bagi
ikan dan pompa untuk mengirimkan air dari tangka ikan ke sistem filtrasi.
6. Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk aquaponic adalah batu kerik-l atau batu
sungai, rockwoll, sekam, dan hydrogen. Di antara beberpa media tanam ini,
hidrogrn termasuk media tanam yang ramah lingkungan karena dapat terurai
dan membusuk serta memiliki Ph betral yan baik untuk perkembangan
tanaman.

B. SISTEM AQUAPONIK
• Deep Water Culture
Sistem ini digunakan untuk aquaponic yang bertaraf komersial. Langkah
kerja sistem ini adalah memompa air dari tangka ke sistem filtrasi,
kemudian air dipompa kesaluran Panjang dengan rakit terapung dengan
berisi tanaman.

• Nutrient Film Technique


Sistem ini lebih pas untuk tipe tanaman yang spesifik, misalnya sayuran
daun. Dalam sistem NTF air yang kaya nutrisis di pompa keselokan kecil
yang tertutup. Air mengalir kedalam selokan yang berbentuk aliran yang
dibuat mengalir kecil tanaman kemudian ditempatkan kedalam wadah
plastic kecil akarnya menyentuh air.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Tempat penelitian atau pengamatan dilaksanakan di Yoga Farm, Kuta, Badung,


Bali. Pada jumat, 10 Desember 2021.
3.2 Fokus penelitian
Pada makalah ini berfokus pada peluang dan tantang yang di hadapi oleh petani
yang menerapkan system pertanian hidroponik
3.3 Hasil penelitian atau pengamatan

Berdasarkan hasil peneliian ini kami mendapatkan banyak sekali ilmu-ilmu baru tentang
pertanian hidroponik yang khusunya telah berskala luas atau telah menjadi usaha namun,
terdapat kendala dalam penelitian kami seperti kurangnya waktu; dan terjadinya
miskomunikasi
BAB IV
PELUANG DAN TANTANGAN

4.1 Peluang Budidaya Aquaponic

Budidaya aquaponik merupakan kombinasi antara hidroponik dengan budidaya ikan


dengan air atau aquakultur. Dengan budidaya aquaponik ini Anda bisa memelihara atau
mengembangkan tanaman serta ikan secara bersamaan dalam satu tempat.

Dalam budidaya aquaponik terdapat simbiosis mutualisme di mana tanaman


mendapatkan sumber makanan dari limbah kotoran ikan. Sementara ikan mendapatkan
air dengan kadar oksigen tinggi sebagai tempat hidupnya setelah dimurnikan oleh
tanaman.

Kalau dijabarkan lagi, siklus budidaya aquakultur adalah sisa pakan yang dihasilkan ikan
dalam bentuk feses yang terakumulasi dengan kandungan nitrat dan amonia. Kandungan
tersebut bersifat toksin atau beracun bagi ikan, namun kaya akan nutrisi untuk dijadikan
sumber hara bagi tanaman. Pada saat nitrat telah terserap oleh tanaman sebagai bahan
makanan, di waktu yang sam tanaman menyuling air dar bahan berbahaya yang kemudian
kembali ke kolam ikan. Kemudian didaur ulang ke tangk ikan. Tanaman mendapatkan
nutrisi yang mereka butuhkan dan ikan mendapatkan kualitas air yang sehat.

4.2 Tantangan Budidaya Aquaponic

Tantangan Akuaponik dan Solusinya

Kendala berkebun akuaponik dalam artikel ini akan kami babat secara ringkas sekaligus
solusinya yang mungkin diterapkan.

Memilih Sistem Akuaponik

Akuaponik sebagai gabungan antara perikanan dan hidroponik memberikan banyak


pilihan sistem dan teknik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit.
Secara ringkas sistem akuaponik terdiri dari:

Sistem Rakit Apung

Sistem Pasang Surut atau Sistem DFT/NFT


• Sistem Tetes

Pada prinsipnya semua sistem hidroponik bisa diadopsi sebagai sistem akuaponik, hanya
saja masing-masing sistem memiliki kendala yang berbeda. Bagi pemula sebaiknya
dimulai saja dengan memakai sistem pasang surut yang juga dikenal sebagai media
base/gravel system yang sangat sederhana. Dalam sistem ini, Anda hanya butuh 3 elemen
dasar, yaitu kolam ikan, media bed, dan fertigasi.

Air dari kolam ikan yang kaya dengan amonia langsung saja diangkat ke media bed yang
di dalamnya sudah berisi media tanam tertentu. Teknik fertigasinya gunakan teknik
pasang surut memakai siphon bell.

Sistem rakit apung termasuk sistem akuaponik yang sederhana, Anda hanya butuh gabus
yang berisi netpot + tanaman, kemudian geletakan begitu saja di atas air kolam. Hanya
itu, tapi kendalanya ialah tanaman dan ikan akan berebut oksigen sehingga keduanya
kurang maksimal dari segi pertumbuhan. Kendala lainnya ada jenis ikan tertentu yang
juga memakan akar tanaman.

• Sistem NFT/DFT sebenarnya terbilang sederhana tapi jika diterapkan dengan cara
langsungan (menyiramkan air kolam ke instalasi DFT/NFT, hasilnya kurang
memuaskan) karena air kolam yang kaya amonia belum direkayasa menjadi nitrit
nitrat secara maksimal) ketika dibagikan ke talang NFT atau DFT. Sistem ini
butuh filter khusus untuk mengubah amonia menjadi nutrisi. Anda harus memiliki
3 elemen, yaitu kolam ikan, tangki filter dan instalasi DFT/NFT.
• Sistem tetes pada prinsipnya bekerja seperti halnya hidroponik DBS. Teknik ini
memungkinkan Anda untuk mengangkat air kolam langsung ke media tanam yang
juga berfungsi sebagai filter. Hanya saja masalah yang sering terjadi ialah lubang
fertigasi tersumbat kototan dari kolam ikan. Artinya Anda butuh ketelatenan
untuk melakukan pengecekan setiap hari untuk memastikan fertigasi berjalan
normal.
• Sistem pasang surut umumnya diterapkan pada akuaponi gravel system, Teknik
ini menuntut Anda untuk bisa membuat siphon bell. Artikel mengenai Akuaponik
Media Base/Akuaponik Pasang Surut akan kami bahas dalam artikel berbeda.
• Media Tanam Akuaponik

Media tanam akuaponik sebagaimana pada hidroponik memiliki banyak sekali pilihan.
mulai dari yang organik sampai yang non-organik. Media tanam dalam akuaponik
memiliki peran vital (berhubungan dengan hidup dan matinya tanaman juga ikan), media
tanam dalam akuaponik berfungsi juga sebagai filter amonia (yang mengubah amonia
menjadi nitrit nitrat)

Ketika Anda memilih media tanam akuaponik hal yang harus diperhatikan ialah mencari
media tanam yang paling terjangkau. Meskipun ada beberapa praktisi akuaponik yang
mengatakan bahwa batu apung merupakan metan paling ideal karena memiliki banyak
rongga dan permukaan yang kasar sebagai tempat paling baik untuk pertumbuhan bakteri
pengurai amonia.

Bila memungkinkan silakan gunakan batu apung, bila tidak memungkinkan gunakan saja
media tanam yang terjangkau misalnya batu split yang dijual di matrial di sekitar Anda.
Hanya saja media tanam ini sifatnya berbobot artinya grow bed harus kokoh.

Media tanam akuaponik sebaiknya (jika memungkinkan) gunakan medi tanam yang
ringan agar mudah melakukan pembongkaran ketika siphon bell macet/tersumbat dan
agar mudah ketika harus melakukan pencucian media tanam. Media tanam setidaknya
memiliki kedalaman ideal sebanyak 30 cm dari dasar sampai permukaan.

• Fertigasi Tersumbat

Masalah berikutnya ialah fertigasi kerap tersumbat hal ini sangat wajar mengingat air dari
kolam ikan kaya akan kotoran ikan dan sisa pakan yang kental. Solusinya hanya satu,
yaitu ketelatenan merawat kebun, memperhatikan dan melakukan kontrol secara berkala
untuk memastikan sistem fertigasi berjalan dengan baik.

• Tanaman Akuaponik Kerdil dan Kurang Nutrisi


Proses nitrifikasi (penguraian amonia menjadi nitrit nitrat) memang belum memenuhi
standar kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Kendala ini menjadi kendala paling umum
yang dihadapi praktisi akuaponik. Solusinya ada banyak, Anda bisa menambahkan pupuk
kimia berupa NPK hanya saja cara ini tidak sesuai dengan Good Agriculture Practice dan
tujuan akuaponik yang berupaya menghasilkan pangan organik menjadi tidak tercapai.

• sistem akuaponik pemula

Solusi kedua yaitu membuat nutrisi tambahan yang bersifat organik. Banyak petani yang
melakukan terobosan kreatif untuk mengakali defisiensi nutrisi ini, mereka berhasil.
Solusi ketiga yang paling sederhana ialah menambah populasi ikan menjadi tanam padat,
memberikan pakan yang cukup dan menempatkan instalasi akuaponik di tempat yang
kaya cahaya matahari.

• Biaya Akuaponik Relatif Mahal

Biaya akuaponik menjadi mahal karena harga pakan yang relatif mahal. Hal ini bisa
diatasi dengan mengandalkan pakan alami, pakan buatan sendiri. Sehingga
ketergantungan terhadap pakan ikan fabrikasi bisa diminimalisir.

• Ikan Mati Massal

Peristiwa matinya ikan secara masal di kolam ikan akuponik biasanya terjadi di kolam
ikan kecil yang terbuat dari drum/terpal. Hal tersebut pada umumnya terjadi karena
populasi ikan yang padat dan filter amonia tidak bekerja dengan baik. Sehingga ikan
keracunan amonia secara massal.

Solusinya sederhana saja karena pada prinsipnya akuponik sangat memungkinkan tanam
padat tanpa membunuh ikan. Hal ini menjadi mungkin karena adanya proses filter sebuah
proses yang mengubah racun menjadi nutrisi. Bila filter berjalan dengan baik, populasi
ikan yang padat tidak akan menjadi masalah, tidak juga akan terjadi kematian massal pada
ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Asdawati. (2020). Evaluasi Teknik Budidaya Tanaman Cabai pada kegiatan Urban
Farming di Kec. Ujung Pandang Kota Makassar. 2507(February), 1–9.
Bayonnkz. (2011). Peluang Usaha Akuaponik. SCRIBD.
https://id.scribd.com/doc/76493447/Peluang-uasaha-Akuaponik
Fatmawati. (2018). SISTEM BUDIDAYA AQUAPONIK.
https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/49-sistem-budidaya-aquaponik.html
Izzulhaq, M., Ramadhan, A. F., Albarsani, I., & Wafa, A. (2020). Budidaya Sayuran
Kangkung Dengan Sistem Akuaponik di Desa Ngroto. 1–9.
Jabal Rahmat Ashar, Bahri A, Suherah. (2021). DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI
BUDIDAYA AEROPONIK, AKUAPONIK, SERTA PENERAPAN SISTEM
MINAPADI DI KECAMATAN BULUKUMPA, KABUPATEN BULUKUMBA,
SULAWESI SELATAN. 2(3), 881–888.
Jukri. (2020). Budidaya Aquaponik Ide Bisnis Rumahan Dua Dalam Satu.
https://bisnisukm.com/budidaya-aquaponik-ide-bisnis-rumahan-two-in-one.html
Marisda, D. H., Saad, R., Hamid, Y. &, & Karamma, I. (2020). Budidaya Kangkung Dan
Ikan Nila Dengan Sistem Aquaponik. Journal of Character Education Society, 3(3),
611–620. http://journal.ummat.ac.id/index.php/JCES
Perwitasari, D. A., & Amani, T. (2019). Penerapan Sistem Akuaponik (Budidaya Ikan
Dalam Ember) untuk Pemenuhan Gizi Dalam Mencegah Stunting di Desa Gending
Kabupaten Probolinggo. Jurnal Abdi Panca Mara, 1(1), 20–24.
https://doi.org/10.51747/abdipancamarga.v1i1.479
Sastro, Y. (2015). Akuaponik : Budidaya Tanaman Terintegrasi Dengan Ikan ,
Permasalahan Keharaan dan Strategi Mengatasinya. Buletin Pertanian Perkotaan,
5(1), 33–42.
Utami, D. P., Sastro, Y., & Nurjasmi, R. (2015). Peran Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Kangkung, Sawi, dan Selada Dalam Sistem
Budidaya Akuaponik. Jurnal Ilmiah Respati Pertanian, 1(6), 462–467.
Wijaya, K., Jubaidah, & Anik, J. D. A. (2017). Urban Farming Berbasis Aquaponic
System. Jurnal Pembangunan Perkotaan, 5(2), 111–114.

Anda mungkin juga menyukai