Disusun oleh :
Udang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap nitrit di air dan
menempati urutan kedua setelah ikan golongan salmonid (Kroupova et al. 2006)
sehingga diharapkan setiap perubahan nilai nitrit akan lebih mudah terlihat selama
pemeliharaan berlangsung. Selain /itu ditinjau dari ekonomi, permintaan udang dapat
terbilang cukup tinggi (Chin et al. 2016). Selain itu isu konversi lahan perikanan, isu
lingkungan akibat industri, tekanan sosial dan ekonomi menjadikan sistem resirkulasi
sebagai salah satu solusi (Martins et al. 2010). Sistem resirkulasi juga memungkinkan
budidaya udang dengan kepadatan tinggi (intensif) yang ramah lingkungan (Abbink et
al. 2011). Efek lain dari budidaya intensif pada udang adalah tingkat stres menjadi
tinggi (Harper dan Wolf 2009).
Micro atau nano bubble merupakan bagian partikel eco bubble yang dihasilkan
dari suatu bubble generator dari satu ruang maupun lebih ruang input air dalam suatu
nozzle (Tsuge 2015). Prinsip kerja bubble generator memecah diameter partikel besar
menjadi diameter partikel kecil ukuran micro (10–50 πm) yang dihasilkan dari micro
bubble generator dan ukuran nano yang dihasilkan dari nano bubble generator yang
keduanya dipengaruhi oleh tekanan udara dan debit air (Agarwal et al. 2011). Hal ini
berdampak pada peningkatan luas permukaan partikel dan kadar kelarutan oksigen di
dalam air dapat ditingkatkan sehingga dapat diterapkan pada budidaya ikan dengan
kepadatan tebar tinggi (Tsuge 2015). Penerapan bubble untuk akuakultur kali pertama
pada 1980 oleh Prof Hirofumi Ohnari dari Tokuyama College of Technology, Jepang
pada budidaya tiram di Teluk Hiroshima. Jenis bubble generator yang digunakan di
penelitian ini berjenis Rotational Flow of the water, merupakan jenis nozzle yang
umumnya digunakan pada micro bubble generator (Tsuge 2015).
Micro bubble dapat meningkatkan produksi budidaya perikanan dengan cara
meningkatkan kadar oksigen yang terlarut pada air sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ikan budidaya. Penambahan micro bubble juga dapat membunuh
mikroba jahat yang berada pada air budidaya dan juga mencegah penyakit pada ikan
budidaya.Prinsip kerja dari teknologi micro bubble yaitu dengan memasukkan udara
pada air sehingga menghasilkan gelembung kecil yang larut di dalam air tersebut.
Terdapat dua metode yang digunakan secara luas untuk menghasilkan micro bubble,
yaitu metode dekompresi dan sirkulasi. Namun pemanfaatan micro bubble dalam
dunia perikanan di Indonesia masih jarang dikarenakan keterbatasan teknologi micro
bubble dan belum adanya kajian yang mendalam mengenai teknologi ini. Selian itu
ukuran micro bubble ini sangat penting karena mempengaruhi oksigen terlarut dalam
air. Gelembung dengan ukuran jari-jari lebih besar akan mengalami kenaikan lebih
cepat kepermukaan air sedangkan gelembung yang ukurannya lebih kecil maka akan
konstan di dalam air (Setiawan, 2017).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi
nanobubble terhadap kandungan oksigen terlarut, nitrit pada media pemeliharaan ikan
hias dan juga untuk menentukan kepadatan terbaik pada budidaya ikan hias intensif
sistem resirkulasi dengan menggunakan nanobubble.
PEMBAHASAN
Seperti permasalahan yang telah disebutkan diatas, solusi yang sejauh ini
digunakan yaitu sistem aerasi yang digunakan untuk mengantipasi
kekurangan oksigen terlarut dalam air. Cara kerja sistem aerasi yaitu masih
secara konvensional yaitu menggunakan kincir angin untuk melakukan
pergantian air. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, terdapat
teknologi aerasi yang dapat memberikan hasil lebih baik, yaitu micro bubble.
Secara prinsip, cara kerja micro bubble ini sama seperti aerasi, tetapi nano
bubble ini menghasilkan gelembung udara yang lebih mikro sehingga
kandungan oksigen terlarut sangat mudah digunakan oleh udng untuk sistem
respirasi dan memiliki ketahanan yang stabil juga tahan lama.
Micro bubble generator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menghasilkan gelembung udara dalam air dengan ukuran lebih kecil
sehingga memudahkan proses respirasi udang serta mengoptimalkan tingkat
dan jumlah transfer oksigen (Rosiawari dkk., 2018 dalam Devi dkk., 2018).
Ukuran gelembung yang dihasilkan oleh micro bubble ini sangat kecil
sehingga jangkauan transfer oksigennya sangat luas dan kecepatan naiknya
gelembung ke permukaan kolam atau air jauh lebih rendah daripada aerator
gelembung makro (Shalindry dkk., 2015). Sistem pada Micor bubble
generator secara kontinyu akan dapat mencampur dan mengefisiensikan
rekasi dengan cepat untuk mencapai peningkatan kinerja dalam sistem
mikrofluida. Diamtere gelembung yaang dihasilkan berkisar antara 110 m
sampai 220 m. Micorbubble dpat dihasilkan dengan beberapa metode antara
lain yaitu microbubble generator, porous plate (PP), ventury tube type
bubble generator, dan spherical bodyin a flowing water tube (Devi dkk.,
2018).
DAPUS
Aghnia, W. N., Ayi, Y., dan Rosidah. 2016. Aplikasi Teknologi Nano dalam Sistem
Aerasi Pada Pendederan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan
Kelautan, 7(2): 29-34.
Devi, Y., Mia I., dan Endar, C. 2018. Microdesida (Microbubble and Desalination)
sebagai Teknologi Pengeolahan Air dan Aerasi Tambak Udang di Pantai
Trisik. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa, 2(1): 121-128.
Rosariawari, F., Iwan, W., dan Tuhu, A.R. 2013. Peningkatan Efektifitas Aerasi
dengan Menggunakan Micro Bubble Generator (MBG). Jurnal Envirotek,
8(2): 88-97.
Shalindry, R.O., Rochmadi, dan Wiratni, B. 2015. Penguraian Limbah Organik secara
Aerobik dengan Aerasi Menggunakan Microbubble Generator dalam Kolam
dengan Imobilisasi Bakteri. Jurnal Rekaya Proses, 9(2): 58-64.