Anda di halaman 1dari 7

AGRIBISNIS PERIKANAN

Teknologi Micro Bubble Generator yang digunakan untuk


Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Pada Budidaya Udang
Vannamei (Littopenaeus vannamei)

Disusun oleh :

Meishifa Hertriasa Prastikabudi 141911233035


Nesa Syahputri Kusuma Vardhani 141911233037
Maulana Ferdian 141911233042
Dovina Isya’bani Leksono 141911233056
M. Zam Zanil 141911233066
Nindy Artha Salsabillah 141911233087

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas udang masih menyimpan potensi sangat besar untuk dikembangkan


sebagai salah satu komoditas andalan pada sektor perikanan budidaya di
Indonesia.Komoditas udang masih menyimpan potensi sangat besar untuk
dikembangkan sebagai salah satu komoditas andalan pada sektor perikanan budidaya
di Indonesia.Sistem budidaya udang vaname (L. vannamei) secara intensif
menggunakan padat tebar yang tinggi memberikan kenaikan produksi yang tinggi,
namun juga dapat berdampak kurang baik yaitu terjadinya penurunan kualitas air,
sehingga udang meningkatkan resiko infeksi penyakit dan menyebabkan
kematian (Devi., 2018).

Udang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap nitrit di air dan
menempati urutan kedua setelah ikan golongan salmonid (Kroupova et al. 2006)
sehingga diharapkan setiap perubahan nilai nitrit akan lebih mudah terlihat selama
pemeliharaan berlangsung. Selain /itu ditinjau dari ekonomi, permintaan udang dapat
terbilang cukup tinggi (Chin et al. 2016). Selain itu isu konversi lahan perikanan, isu
lingkungan akibat industri, tekanan sosial dan ekonomi menjadikan sistem resirkulasi
sebagai salah satu solusi (Martins et al. 2010). Sistem resirkulasi juga memungkinkan
budidaya udang dengan kepadatan tinggi (intensif) yang ramah lingkungan (Abbink et
al. 2011). Efek lain dari budidaya intensif pada udang adalah tingkat stres menjadi
tinggi (Harper dan Wolf 2009).

Tingkat keberhasilan budidaya udang secara intensif sangat dipengaruhi oleh


kemampuan pembudidaya untuk mengatasi kualitas air, salah satunya adalah
penurunan oksigen terlarut. Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas utama dalam
sistem budidaya intensif. Kekurangan oksigen dapat membahayakan hewan air karena
dapat menyebabkan stress, mudah tertular penyakit, menghambat pertumbuhan
bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga dapat menurunkan produktivitas
(Bahri,2014). Pada sistem budidaya intensif, kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi
hanya dengan difusi alami. Maka dari itu sistem aerasi buatan mutlak diperlukan
(Shiyang,2014). Agar tercapai prinsip akuakultur yang lestari (Wang dan Lu 2015),
maka adaptasi teknologi untuk kegiatan akuakultur mulai diterapkan dengan maksud
mempertahankan kualitas air budidaya agar optimal berkelanjutan maka teknologi
untuk akuakultur mulai diterapkan untuk mempertahankan kualitas air optimal
berkelanjutan (Crab et al. 2012).

Teknologi akuakultur yang dimaksud adalah mikrobubble. Sistem mikrobubble,


oksigen dalam perairan dapat tersedia dalam waktu yang lebih lama sehingga dapat
menjaga kadar oksigen terlarut di perairan tetap stabil. Oksigen dalam
bentuk mikrobubble akan menangkap polutan tersuspensi dalam cairan dan
mengambang ke permukaan. Polutan tersuspensi tersebut tidak seragam baik ukuran
maupun bentuk. Gelembung dengan ukuran besar gagal untuk mengikat polutan,
namun gelembung nano mampu menembus rongga kecil dalam kontaminan sehingga
dapat membungkus padatan dan membuatnya terangkat. Oksigen dalam air juga
dibutuhkan untuk mengurai bahan organik yang menumpuk dalam air sehingga tidak
terjadi peningkatan kadar ammonia yang menjadi ancaman bagi hewan akuatik.
Adanya pengembangan teknologi mikrobubble diharapkan mampu meningkatkan
kualitas sistem budidaya dengan menjaga kondisi keseimbangan antara lingkungan,
ikan/udang dan pathogen. Selain untuk budidaya, teknologi terbaru mikrobubble
dengan injeksi gas nitrogen juga mampu untuk mengawetkan ikan sehingga dapat
memperlambat pembusukan.

Micro atau nano bubble merupakan bagian partikel eco bubble yang dihasilkan
dari suatu bubble generator dari satu ruang maupun lebih ruang input air dalam suatu
nozzle (Tsuge 2015). Prinsip kerja bubble generator memecah diameter partikel besar
menjadi diameter partikel kecil ukuran micro (10–50 πm) yang dihasilkan dari micro
bubble generator dan ukuran nano yang dihasilkan dari nano bubble generator yang
keduanya dipengaruhi oleh tekanan udara dan debit air (Agarwal et al. 2011). Hal ini
berdampak pada peningkatan luas permukaan partikel dan kadar kelarutan oksigen di
dalam air dapat ditingkatkan sehingga dapat diterapkan pada budidaya ikan dengan
kepadatan tebar tinggi (Tsuge 2015). Penerapan bubble untuk akuakultur kali pertama
pada 1980 oleh Prof Hirofumi Ohnari dari Tokuyama College of Technology, Jepang
pada budidaya tiram di Teluk Hiroshima. Jenis bubble generator yang digunakan di
penelitian ini berjenis Rotational Flow of the water, merupakan jenis nozzle yang
umumnya digunakan pada micro bubble generator (Tsuge 2015).
Micro bubble dapat meningkatkan produksi budidaya perikanan dengan cara
meningkatkan kadar oksigen yang terlarut pada air sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ikan budidaya. Penambahan micro bubble juga dapat membunuh
mikroba jahat yang berada pada air budidaya dan juga mencegah penyakit pada ikan
budidaya.Prinsip kerja dari teknologi micro bubble yaitu dengan memasukkan udara
pada air sehingga menghasilkan gelembung kecil yang larut di dalam air tersebut.
Terdapat dua metode yang digunakan secara luas untuk menghasilkan micro bubble,
yaitu metode dekompresi dan sirkulasi. Namun pemanfaatan micro bubble dalam
dunia perikanan di Indonesia masih jarang dikarenakan keterbatasan teknologi micro
bubble dan belum adanya kajian yang mendalam mengenai teknologi ini. Selian itu
ukuran micro bubble ini sangat penting karena mempengaruhi oksigen terlarut dalam
air. Gelembung dengan ukuran jari-jari lebih besar akan mengalami kenaikan lebih
cepat kepermukaan air sedangkan gelembung yang ukurannya lebih kecil maka akan
konstan di dalam air (Setiawan, 2017).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi
nanobubble terhadap kandungan oksigen terlarut, nitrit pada media pemeliharaan ikan
hias dan juga untuk menentukan kepadatan terbaik pada budidaya ikan hias intensif
sistem resirkulasi dengan menggunakan nanobubble.

1.3 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara teknologi nanobubble dapat meningkatkan kualitas


parameter air pada budidaya udang vannamei ?

2. Bagaimana peran nano bubble dalam meningkatkan performa produksi


pemeliharaan udang vannamei?

PEMBAHASAN

Udang Vannamei (Littopenaus vannamei) merupakan jenis udang yang


memiliki toleransi cukup luas dengan fluktuasi kualitas air jika dibandingkan
dengan udang jenis lain. Produksi udang vanname yang umumnya dilakukan
secara intensif dapat menghasilkan hasil atau panen yang relatif lebih baik
pada fluktuasi kualitas air. Peningkatan padat tebar ini harus diikuti dengan
peningkatan pengelolaannya, dalam hal ini pakan dan kualitas air. Pakan
yang diberikan untuk padat tebar tinggi, jika tidak ada pengelolaan yang baik
maka akan menghasilkan kualitas air yang buruk pula. Hal ini disebabkan
karena menumpuknya sisa pakan di dasar kolam akan mengakibatkan
banyaknya amonia pada kolam yang jika terlalu lama tidak ditangani akan
meracuni ikan dan menyebabkan kematian. Salah satu parameter kualitas air
yaitu kandungan oksigen terlarut pada kolam. Tingkat keberhasilan pada
budidaya secara intensif sangat dipengaruhi oleh pengelolaan pembudiaya
dalam mengatasi kualitas air. Oksigen terlarut ini sangat penting dikarenakan
salah satu faktor pembatas dalam budidaya intensif. Udang atau ikan tidak
dapat mengambil oksigen langsung di udara, sehingga membutuhkan oksigen
telarut yang ada di dalam perairan. Tingkat konsumsi udang akan menurun
jika kebutuhan oksigen telarut dalm air tidak terpenuhi yang akan
mengakibatkan stress, mudah tertular penyakit, menghambat pertumbuhan
dan menyebabkan kematian sehingga akan menurunkan produktivitas Aghnia
dkk., 2016).

Seperti permasalahan yang telah disebutkan diatas, solusi yang sejauh ini
digunakan yaitu sistem aerasi yang digunakan untuk mengantipasi
kekurangan oksigen terlarut dalam air. Cara kerja sistem aerasi yaitu masih
secara konvensional yaitu menggunakan kincir angin untuk melakukan
pergantian air. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, terdapat
teknologi aerasi yang dapat memberikan hasil lebih baik, yaitu micro bubble.
Secara prinsip, cara kerja micro bubble ini sama seperti aerasi, tetapi nano
bubble ini menghasilkan gelembung udara yang lebih mikro sehingga
kandungan oksigen terlarut sangat mudah digunakan oleh udng untuk sistem
respirasi dan memiliki ketahanan yang stabil juga tahan lama.
Micro bubble generator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menghasilkan gelembung udara dalam air dengan ukuran lebih kecil
sehingga memudahkan proses respirasi udang serta mengoptimalkan tingkat
dan jumlah transfer oksigen (Rosiawari dkk., 2018 dalam Devi dkk., 2018).
Ukuran gelembung yang dihasilkan oleh micro bubble ini sangat kecil
sehingga jangkauan transfer oksigennya sangat luas dan kecepatan naiknya
gelembung ke permukaan kolam atau air jauh lebih rendah daripada aerator
gelembung makro (Shalindry dkk., 2015). Sistem pada Micor bubble
generator secara kontinyu akan dapat mencampur dan mengefisiensikan
rekasi dengan cepat untuk mencapai peningkatan kinerja dalam sistem
mikrofluida. Diamtere gelembung yaang dihasilkan berkisar antara 110 m
sampai 220 m. Micorbubble dpat dihasilkan dengan beberapa metode antara
lain yaitu microbubble generator, porous plate (PP), ventury tube type
bubble generator, dan spherical bodyin a flowing water tube (Devi dkk.,
2018).

Penggunaan micro bubble generator ini akan mengasilkan ukuran


gelembung yang sangat kecil sehingga menyebabkan luas transfer oksigen
sangat luas. Gelembung ini nantinya akan memenuhi kebutuhan oksigen
terlarut pada budidaya udang. Dengan terpenuhinya oksigen terlarut pada
udang, maka akan meningkatkan pertumbuhan udang dengan lebih cepat dan
juga mengurangi angka kematian pada budidaya udang di tambak. Micro
bubble generator ini juga akan menghasilkan gelombang mikro yang lebih
banyak kedalam dasar tambah sehingga memudahkan udang yang berada
didasar kolam untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya (Devi dkk., 2018). Oleh karen itu dengan pengaruhnya
langsung yang berguna untuk meningkatkan pertumbuan udang sehingga
dapat dikatakan micro bubble generator ini memiliki peran dalam budidaya
udang di tambak.

DAPUS

Aghnia, W. N., Ayi, Y., dan Rosidah. 2016. Aplikasi Teknologi Nano dalam Sistem
Aerasi Pada Pendederan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan
Kelautan, 7(2): 29-34.
Devi, Y., Mia I., dan Endar, C. 2018. Microdesida (Microbubble and Desalination)
sebagai Teknologi Pengeolahan Air dan Aerasi Tambak Udang di Pantai
Trisik. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa, 2(1): 121-128.

Rosariawari, F., Iwan, W., dan Tuhu, A.R. 2013. Peningkatan Efektifitas Aerasi
dengan Menggunakan Micro Bubble Generator (MBG). Jurnal Envirotek,
8(2): 88-97.

Shalindry, R.O., Rochmadi, dan Wiratni, B. 2015. Penguraian Limbah Organik secara
Aerobik dengan Aerasi Menggunakan Microbubble Generator dalam Kolam
dengan Imobilisasi Bakteri. Jurnal Rekaya Proses, 9(2): 58-64.

Setiawan, Randi. 2017. Pengukuran Gelembung Microbubble Menggunakan Metode


Piv Dengan Aqua Air Stage 2. Universitas Lampung: Lampung.Setiawan,
Randi. 2017. Pengukuran Gelembung Microbubble Menggunakan Metode
Piv Dengan Aqua Air Stage 2. Universitas Lampung: Lampung.

Anda mungkin juga menyukai