Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIOLOGI TANAMAN

KELAS B

PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS MOL EXTRACT TOGE


PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

OLEH :

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT


dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum Fisologi Tanaman ini dengan baik. Tujuan penulisan laporan ini untuk
memperoleh dan memperdalam ilmu yang didapat pada kuliah maupun pada saat
praktikum dilaksanakan, dan menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
semua yang dipelajari di mata kuliah Fisiologi Tanaman yang akan menambah
ilmu baik itu ditujukan kepada pembaca maupun kepada penulis sendiri. Selain
itu, laporan ini dibuat untuk sebagai syarat mengikuti ujian akhir praktikum
Fisiologi Tanaman.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dalam penyelesaian laporan ini, khususnya kepada dosen
pengajar, kepada para asisten dan kepada orang tua serta teman-teman yang ikut
mendukung jalannya pembuatan laporan ini.
Dari laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang mendukung dari para
pembaca nantinya. Demikianlah laporan ini penulis ucapkan terima kasih.

Padang, 7 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Tujuan....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

A. Taksonomi dan Botani Bawang Merah..................................................

B. Syarat Tumbuh Bawang Merah..............................................................

C. Budidaya Bawang Merah.......................................................................

BAB III METODE PRAKTIKUM

D. Waktu dan Tempat.................................................................................

E. Alat dan Bahan.......................................................................................

F. Cara Kerja...............................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ......................................................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

LAMPIRAN.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai campuran
bumbu masak setelah cabe. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang
merah dapat dijual dalam bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk,
minyak atsiri, bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan
kadar kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan darah, menurunkan
tekanan darah serta memperlancar aliran darah. Potensi pengembangan bawang
merah masih terbuka lebar tidak saja hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri tetapi juga bisa di ekspor.
Bawang merah dihasilkan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi
penghasil utama bawang merah yang ditandai dengan dengan luas areal panen di
atas seribu hektar per tahun adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa
Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Selatan.
Permintaan bawang merah terus meningkat setiap saat sementara produksi
bawang merah bersifat musiman.Kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak
antara pasokan dan permintaan sehingga dapat menyebabkan gejolak harga antar
waktu.Permintaan bawang merah terus meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk dan kebutuhan konsumsi bawang merah masyarakat.
Secara umum produktivitas bawang merah masih tergolong rendah, hal ini
disebabkan pemilihan teknologi budidaya yang belum optimal dan tepat. Salah
satu teknologi peningkatan produktivitas bawang merah dengan menggunakan mi
kroorganisme lokal (MOL) merupakan larutan cair yang terbuat dari bahan limbah
sayuran, buah dan limbah dilingkunagan sekitar yang mempu menjaga kesub
uran tanah agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan MOL juga d
apat mengurangi pencemaran lingkungan karena limbah sayuran, buah yang t
idak termanfaatkan dapat bermanfaat. Menurut penelitian Muklis dkk (2012)
menyatakan kombinasi MOL sayuran dan buah buahan efektif untuk meningkatk
an pertumbuhan tanaman bawang merah.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik bukan nutrisi
tanaman, aktif dalam konsentrasi rendah yang dapat merangsang, menghambat
atau merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara prinsip zat
pengatur tumbuh bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman. ZPT
yang sering digunakan harganya relatif mahal dan sulit diperoleh. Sebagai
penganti ZPT sintetis dapat memanfaatkan ZPT dengan bahan alami. Bahan
alami yang dapat dimanfaatkan sebagai ZPT antara lain air kelapa, ekstrak
kecambah kacang hijau dan ekstrak rebung.
Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan adalah zat pengatur tumbuh
sintetik yang harganya relatif mahal dan kadang langka ketersediaannya.
Untukmengatasi hal ini perlu dipikirkan zat pengatur tumbuh yang dapat
diperolehdengan mudah, murah namun memiliki kemampuan yang sama atau
lebih darizat pengatur tumbuh sintetik dalam memacu pertumbuhan tanaman yang
dapat diekstrak dari senyawa bioaktif tanaman sebagai zat pengatur tumbuh.
Ekstraksi senyawa biaoktif tanaman dapat dilakukan pada kecambah kacang hijau.
Kacang hijau mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
kacang-kacangan lainnya, yaitu kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling
mudah dicerna, dan paling kecil memberi pengaruh flatulensi.
Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji kacang-
kacangan yang disemaikan atau melalui perkecambahan. Kecambah yang dibuat
dari biji kacang hijau disebut tauge. Vitamin yang ditemukan dalam tauge adalah
vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantothenik, vitamin B6, folat, kolin,
β-karoten, vitamin A, vitamin E (α-tokoferol), dan vitamin K. Mineral yang
ditemukan dalam tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor
(P), potasium (K), sodium (Na), zinc (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), dan
selenium (Se). Asam amino esensial bermakna yang terkandung dalam tauge,
antara lain: triptofan, treonin, fenilalanin, metionin, lisin, leusin, isoleusin, dan
valin. Tauge juga mempunyai kandungan beberapa antioksidan maupun zat yang
berhubungan dengan antioksidan yaitu fitosterol, vitamin E (α-tokoferol), fenol,
dan beberapa mineral (selenium, mangan, tembaga, zinc, dan besi).
Ekstrak tauge memiliki konsentrasi senyawa zat pengatur tumbuh auksin
1,68 ppm, giberelin 39,94 ppm dan sitokinin 96,26 ppm (Ulfa, 2014).
Tauge merupakan suatu bahan alami yang mengandung mineral dan
vitamin yang berguna bagi tanaman. Salah satu kandungan yang ada pada tauge
yaitu hormon auksin yang berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hormon auksin berperan untuk perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xylem dan floem, pembentukan akar, dominan apikal, respon
tropisme serta menghambat pengguguran daun.
Ekstrak kecambah kacang hijau merupakan bahan yang sangat potensial
sebagai fitohormon auksin dalam bentuk IAA. Konsentrasi optimum dari ekstrak
kecambah kacang hijau dapat meningkatkan pembentukan akar tanaman dengan
baik, sehingga penggunaan banyak auksin dapat membantu dalam pertumbuhan
dari berbagai jenis tanaman.

B. Tujuan
Tujuan percabaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat pengatur
tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak tauge terhadap pertumbuhan
tanaman bawang merah (Allium cepa)?

D. Hipotesis
Pemberian ekstrak tauge memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman bawang merah (Allium cepa)

E. Manfaat
1. Mengetahui pengaruh ekstrak tauge terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah.
2. Memberikan pengetahuan dan ilmu mengenai manfaat ekstrak tauge
sebagai ZPT alami.
3. Untuk memenuhi syarat UAP praktikum fisiologi tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Botani Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia Selatan yaitu di daerah
India, Pakistan, sampai Palestina. Bawang merah dikenal di Eropa Barat, Eropa
Timur dan Spanyol pada abad ke delapan, kemudian menyebar hingga ke daratan
Amerika, Asia Timur dan Asia Tenggara. Penyebaran bawang merah berkaitan
dengan pemburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke wilayah timur
kemudian berlanjut dengan pendudukan Kolonial di wilayah Indonesia (Rahayu
dan Nur, 2004).

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang


cukup populer dikalangan masyarakat. Di samping nilai ekonomisnya yang tinggi,
bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat digunakan sebagai
bahan obat tradisional atau bahan baku farmasi lainnya. Banyaknya manfaat
tersebut, menjadikan usaha tani bawang merah hingga kini masih menjadi pilihan
dalam usaha agribisnis di bidang hortikultura. Bawang merah merupakan tanaman
yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 15-40 cm dan termasuk
tumbuhan semusim. Menurut Pitojo (2008), tanaman bawang merah
diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Liliaceae

Family :Liliales

Genus :Allium

Species : Allium ascalonicum L.

Tanaman bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem


perakarandangkal dan bercabang, terpencar pada kedalaman antara 15-20 cm di
dalamtanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200
akar.Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk
antara3-5 akar (AAK, 2004).Umbi bawang merah yang berkembang dengan baik
dapat mencapaidiameter 5 cm. Beberapa helai kelopak daun terluar (2-3 helai)
tipis danmengering karena kehilangan dagingnya selama pembentukan
umbi. Kelopak ang menipis dan kering membungkus lapisan kelopak daun yang
ada di dalamnya. Kelopak daun membengkak, bagian ini akan terlihat
menggembung dan membentuk umbi yang merupakan umbi lapis. Bagian yang
menggembung berisi cadangan makanan untuk persediaan makanan bagi tunas
yang akan menjadi tanaman baru, sejak mulai bertunas sampai keluar akarnya.
Bagian atas bengkak lalu mengecil kembali dan tetap saling membungkus
sehingga membentuk batang semu (Wibowo, 2007).

Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut discus bentuknya


seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas
(titik tumbuh). Bagian atas discus berbentuk batang semu yang tersusun dari
pelepah daun. Batang semu kemudian berubah bentuknya menjadi umbi lapis atau
bulbus (Sunarjono, 2004). Pada cakram (discus) diantara lapis kelopak daun
terdapat tunas lateral atau anakan, sementara di tengah cakram adalah tunas utama
(tunas apikal) yang akan tumbuh lebih dahulu, kemudian menjadi bakal bunga.
Keadaan ini menunjukkan bahwa tanaman bawang merah bersifat merumpun.
Setiap umbi yang tumbuh dapat menghasilkan sebanyak 2-20 tunas baru akan
tumbuh dan berkembang menjadi anakan yang masing-masing juga menghasilkan
umbi (Samadi dan Bambang, 2009).

Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip


pipa, berlobang, memiliki panjang 15-40 cm dan meruncing pada bagian ujung.
Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning tidak lagi
setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung
tanaman (Suparman, 2010)

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang


bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan di bagian tengah menggembung yang berbentuk seperti pipa yang
berlobang. Tangkai tandan bunga sangat panjang lebih tinggi dari daunnya sendiri
dan mencapai 30-50 cm. Kuntum bunga bawang merah bertangkai tetapi pendek
antara 0,2-0,6 cm (Wibowo, 2007). Tanaman bawang merah memiliki dua fase
tumbuh, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Tanaman bawang merah mulai
memasuki fase vegetatif setelah berumur 11-35 hari setelah tanam (HST) dan fase
generatif terjadi saat berumur 36 HST. Pada fase generatif, ada yang disebut fase
pembentukan umbi 36-50 HST dan fase pematangan umbi 51-56 HST.

B. Syarat Tumbuh Bawang Merah


1. Iklim
Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yangpendek.
Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan danpembentukan umbi
cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak tahan terhadap air
hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya bawang merah
ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan. Dengan demikian,
bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih baik apabila
pengairannya baik (Wibowo, 2005).
Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim
kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak
berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapat sinar matahari penuh
juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari
12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan
pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo,2005).
2. Suhu dan ketinggian tempat
Dataran rendah sesuai untuk membudidayakan tanaman bawang
merah.Ketinggian tempat yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah
kurang dari
800 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl,
tanaman bawang merah masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah
berkaitan erat dengan suhu udara, semakin tinggi letak suatu daerah
daripermukaan laut, maka suhu semakin rendah (Pitojo, 2003).Tanaman bawang
merah menghendaki temperatur udara antara 25 – 32 C. Pada suhu tersebut udara
agak terasa panas, sedangkan suhu rata-rata pertahun yang dikehendaki oleh
tanaman bawang merah adalah sekitar 30C. Selain itu,iklim yang agak kering
serta kondisi tempat yang terbuka sangat membantu proses pertumbuhan tanaman
dan proses produksi. Pada suhu yang rendah, pembentukan umbi akan terganggu
atau umbi terbentuk tidak sempurna (Sumadi, 2003).
Sinar matahari berperan cukup besar bagi kehidupan tanaman bawang,terutama
dalam proses fotosintesis. Tanaman bawang merah menghendaki areal
pertanaman terbuka karena tanaman ini memerlukan penyinaran yang cukup,
minimal sekitar 70% intensitas cahaya matahari (Rukmana, 2002).
3. Tanah
Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yanggembur,
subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuaibagi
pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau
lempungberpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada
lahanyang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang
baik.
Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sartono, 2009).

C. Budidaya Bawang Merah

1. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisanolah


yang gembur dan sesuai seuntuk budidaya bawang merah. Pengolahan
tanahumumnya diperlukan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase,
aerasitanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Pada lahan
kering,tanah dibajak atau diolah sedalam 20 cm, kemudian dibuat bedengan-
bedengandengan lebar 1,2 meter, tinggi 25 cm, sedangkan panjangnya tergantung
pada kondisi tanah.

Pada lahan bekas padi sawah atau bekas tebu, bedengan-bedengan


dibuatterlebih dahulu dengan ukuran lebar 1,75 cm, kedalaman parit 50-60 cm
denganlebar parit 40-50 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisin lahan.
Kondisibedengan mengikuti arah Timur Barat. Tanah yang telah diolah dibiarkan
sampaikering kemudian diolah lagi hingga 2-3 kali sampai gembur sebelum
dilakukanperbaikan bedengan-bedengan dengan rapi. Waktu yang diperlukan
mulai daripembuatan parit, pencangkulan tanah sampai tanah menjadi gembur dan
siapditanami sekitar 3-4 minggu. Lahan harus bersih dari sisa tanaman atau
gulma(Hidayat, 2004).

Pada saat pengolahan tanah, khususnya pada lahan yang masam denganpH
kurang dari 5,5 disarankan untuk memberikan dolomit minimal 2 minggusebelum
tanaman dengan dosis 1-1,5 ton/ha/tahun, yang dianggap cukup untukdua musim
tanam berikutnya. Pemberian dolomit ini penting dilakukan untukmeningkatkan
ketersediaan unsur hara kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg),terutama pada lahan
masam atau lahan-lahan yang diusahakan secara intensifuntuk tanaman sayuran
pada umumnya (Pitojo, 2003).

2. Penanaman

Untuk mencegah serangan penyakit layu fusarium, sebelum ditanam benih


bawang merah diberi perlakuan dengan fungisida Mankozeb (100 kg benih + 100
g fungisida), selanjutnya benih disimpan di dalam karung plastik selama 1-2 hari •
Jarak tanam yang dianjurkan adalah 15 cm x 20 xm atau 20 cm x 20 cm • Benih
ditanam dengan cara dibenamkan seluruh bagian umbi ke dalam tanah.

Sumber : Litbang pertanian

3. Pemupukan

Setelah lahan selesai diolah, kegiatan selanjutnya adalah pemberian


pupukdasar. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah
matangseperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha, atau pupuk
kandang ayamdengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha yang
diaplikasikan2-3 minggu sebelum tanam dengan cara disebar lalu diaduk secara
merata dengantanah. BALITSA merekomendasikan penggunaan pupuk organik
(kompos)sebanyak 5 ton/ha yang diberikan bersamaan dengan pupuk TSP/SP-
36.Pemberian pupuk organik tersebut untuk memelihara dan
meningkatkanproduktivitas lahan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa
kompos tidakmeningkatkan hasil bawang merah secara nyata, tetapi mengurangi
susut bobotumbi (dari bobot basah menjadi bobot kering jemur) sebanyak 5%
(Samadi,2005).

Dosis dan waktu pemupukan, Untuk menghindari dampak negatif akibat


penggunaan pupuk (terutamapupuk kimia) terhadap lingkungan hidup, khususnya
terhadap tanah, penggunaanpupuk hendaknya diperhitungkan sesuai dengan
kondisi lahan setempat.Pemberian pupuk yang berlebihan tanpa memperhatikan
waktu dan dosis dapatmengakibatkan tanaman keracunan dan tanah menjadi pejal
atau keras. Tanahyang pejal atau keras sukar diolah, jika musim penghujan tanah
menjadi licin danliat karena pori-pori tanah tertutup oleh sisa pupuk kimia yang
tidak terserap olehtanaman. Akibatnya, pertukaran udara dan air di dalam tanah
tidak berjalanlancar, sehingga terjadi akumulasi residu pupuk yang akhirnya akan
meracunitanah, air, dan tanaman itu sendiri. Dampak negatifnya cukup luas, baik
bagikehidupan organisme tanah yang bermanfaat maupun terhadap
kehidupanmanusia. Oleh karena itu, pemupukan hendaknya dilakukan dengan
cermat danhati-hati agar tidak menimbulkan pemborosan yang akan menambah
biayaproduksi. Sebaliknya, pemupukan yang dilakukan dengan baik dan benar
dapatmeningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas. Tanaman perlu
diberitambahan unsur hara terutama pupuk Nitrogen (N), Fosfor (F), dan Kalium
(K)yang masing-masing terdapat dalam Urea, TSP dan KCl. Bawang
merahmemerlukan N 205 kg/ha, P 125 kg/ha, dan K 155 kg/ha (Sumadi, 2003).

Cara pemupukan, Keberhasilan pemupukan sangat ditentukan oleh


pemakaian maupunpenempatan pupuk yang tepat. Pupuk yang disebarkan di
permukaan tanah akanmemberikan hasil lain dibanding dengan pupuk yang
dibenamkan dalam tanah.Ada tiga cara pemupukan yang dianjurkan untuk
diterapkan pada tanamanbawang merah, yaitu:

a. Penugalan
Pemupukan dengan cara ini adalah pupuk ditempatkan dalam jalur-jalur
yang dibuat di dekat tanaman dengan jarak 5 cm dan dalam 3-5 cm. Lubang
tempat pupuk dibuat dengan cara ditugal pada tanah yang telah ditentukan
batasbatasnya (Pitojo, 2003).
b. Pembenaman
Pupuk dibenamkan pada alur-alur di antara barisan tanaman. Alur-alur untuk
menempatkan pupuk dibuat seperti parit yang berukuran kira-kira 2 cm dengan
kedalaman 3 cm, dan jarak 3-5 cm. Pembuatan alur harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak memutus atau merusak akar serabut yang menjalar ke samping
(Pitojo, 2003).
c. Melalui daun
Pemupukan melalui daun di lakukan dengan cara disemprotkan langsung
pada tanaman, terutama bila pupuk yang digunakan dalam jumlah sedikit. Unsur
hara mikro yang biasa digunakan terdapat pada pupuk pelengkap cair (PPC) dan
pemupukan biasanya dilakukan bersamaan dengan penyemprotan pestisida. Agar
pestisida dan pupuk lebih efektif kerjanya, maka ketika menyemprot dapat
ditambah zat perekat, misalnya Agristik. Pupuk daun yang diberikan adalah
Gandasil dan Vitabloom (Pitojo, 2003).
4. Pengairan
Suplai air yang tidak mencukupi kebutuhan secara penuh dapatmenyebabkan
terjadinya stres pada tanaman. Hal ini berpengaruh buruk terhadappertumbuhan
maupun produksinya. Pengaruh intensitas dan waktu stres ini sangatpenting untuk
diperhatikan oleh para petani. Pada umumnya bawang merahvarietas unggul
(bawang merah Filipina, bawang merah Bangkok) sangat pekaterhadap air dan
pupuk. Oleh karena itu, pengairan dan pemupukannya
sungguhsungguhdiperhatikan agar kualitas dan kuantitas produksinya tetap
tinggi(Sartono, 2009). Air diberikan dengan cara mengalirkannya melalui selokan
antar bedengansebatas perakaran dan dibiarkan meresap dalam bedengan hingga
basah, atau dengan cara menyiramnya dengan gembor. Pemberian air sebaiknya
dilaksanakan pada sore hari dengan interval pelaksanaan 4-7 hari sekali. Pada
periode kritis yaitu fase perbanyakan (tanaman berumur 7-20 hari), dan fase
pembesaran umbi (tanaman berumur 35-50 hari), diperlukan pengairan dengan
interval 2-4 hari sekali. Pada akhir pemasakan umbi tanaman hanya memerlukan
sedikit air karena air yang berlebih dapat menyebabkan umbi busuk (Rahayu,
2007).
5. Penyiangan, pendangiran, dan pembumbunan
Gulma merupakan pesaing utama bagi tanaman bawang merah, terutamadalam
memperoleh sinar matahari dan unsur-unsur hara tanah. Lahan yang tidak disiangi
menyebabkan tanaman tumbuh lambat karena gulma (rumput) tumbuh dan
berkembang sangat cepat. Akibatnya, jarak tanaman menjadi lebih rapat dan lahan
menjadi lembab. Hal ini mendorong timbulnya berbagai penyakit yang
disebabkan oleh cendawan, dan sebagai media yang sesuai untuk bertelur bagi
ngengat kupu (Agrotis ipsilon Hufn). Oleh karena itu, penyiangan harus dilakukan
terutama pada fase pembentukan anakan (tanaman berumur 10-21 hari), dan fase
pembentukan umbi (tanaman berumur sekitar 30-35 hari), dan pada
waktuberumur (50-55 hari) atau fase pemasakan umbi (Wibowo, 2005).Selain
penyiangan, tanah perlu juga digemburkan. Tanah yang gemburakan memberikan
cukup ruang bagi umbi untuk berkembang dengan sempurna,sehingga ukuran
tanaman menjadi besar-besar dan bentuknya pun baik (Sumadi,2003). Tanaman
bawang merah perlu pula dilakukan pembumbunan.
Pembumbunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali
longsorketika diairi. Pembumbunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan atau
parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi
lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembumbunan juga
berfungsi memperbaiki struktur tanah dan penutup akar yang keluar di permukaan
tanah,sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih
besarbesar (Rukmana, 2002).
Penyiangan, pandangiran, dan pembumbunan, akan berdampak baikterhadap
pertumbuhan tanaman karena tidak terjadi persaingan dalam memperoleh
makanan dan sinar matahari dengan gulma lainya. Pendangiran akan
mengembalikan kondisi tanah yang memadat menjadi gembur, sehingga
mempermudah pertumbuhan dan perkembangan akar serta umbinya. Selain itu,
peredaran udara dalam tanah menjadi lebih lancar, sehingga kehidupan organisme
dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman dapat dipertahankan keberadaannya
(Sumadi, 2003).
6. Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah antara lainadalah
ulat grayak Spodoptera, Thrips, Bercak ungu Alternaria, busuk umbiFusarium,
busuk putih Sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Sartono,2009).
Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan rutin atau tindakanpreventif
yang dilakukan petani bawang merah. Umumnya kegiatan ini dilakukanpada
minggu kedua setelah tanam dan terakhir pada minggu kedelapan dengandengan
interval 2-3 hari sekali (Rahayu, 2007).
Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat (pencampuran 2-3
jenispestisida, dosis yang tidak tepat, sprayer yang tidak standar) dapat
menimbulkan masalah yang serius (kesehatan, pemborosan, resistensi hama dan
penyakit, residu pestisida, dan pencemaran lingkungan). Salah satu cara yang
dilakukan untuk mengurangi jumlah pemakaian pestisida adalah dengan tidak
mencampurkan beberapa jenis pestisida, memakai konsentarasi pestisida yang
dianjurkan, memakai sepuyer (nozzle) standar dengan tekanan pompa yang cukup
(Rahayu, 2007).
D. Kerapatan Tanam
Dari hasil penelitian Sumarni et al. (2012)jumlah tanaman yang dipanen
dipengaruhi oleh varietas dan kerapatan tanam. Pada varietas Bima,
jumlahtanaman yang dipanen lebih banyak daripada varietas Maja dan Tuk Tuk.
Dengan kerapatan tanam yang lebih rapat (150 tanaman/m2) jumlah tanaman
yang dipanen lebih sedikit dibandingkan dengan kerapatan tanam yang lebih
jarang (100 tanaman/m2). Kerapatan tanam yang rapat, terutama pada musim
hujan dapat menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk berkembangnya penyakit
yang disebabkan oleh cendawan. Akibatnya banyak tanaman yang mati terserang
penyakit, antara lain penyakit antraknos (Colletotrichum sp.), sehingga hasil bobot
umbi persatuan luas lebih rendah pada kerapatan tanam yang rapat. Sumarni at al.
(2005) Dari beberapa kerapatan tanam yang dicoba, ternyatakerapatan tanam 200
tanaman/m2(5 x10 cm) merupakan kerapatan tanam yangpaling cocok untuk
produksi umbi asal TSS. Penyusutan bobot tanaman palingtinggi terdapat pada
kerapatan tanam paling jarang yaitu 5 x 10 cm atau 200tanaman/m2. Tampaknya
tanaman yang ditanam dengan jarak tanam lebih jarangmempunyai kesempatan
menyerap air lebih banyak daripada tanaman yangditanam dengan jarak tanam
yang lebih rapat.
E. Mikroorganisme lokal (MOL)
Mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk
organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa
komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar
untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan,
maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk
mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras,
singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari
cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme
berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi
(Hadinata, 2008).
Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-
bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses
metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan
dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia,
seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan
gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari
berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur
mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens pengendali
hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai
pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai
fungisida. Salah satu activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro
Organisme Lokal). Tiga bahan utama dalam larutan MOL:(1). Karbohidrat. Bahan
ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk
menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian
beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll
(2).Glukosa. Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang
bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa didapat dari gula
pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira dll (3).Sumber Bakteri
(mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang
bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk,
keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu,
tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1
jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp,
Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut
phospat.
F. Ekstrak Tauge
Toge adalah kecambah, kecambah kaya akan hormon tumbuh / ZPT.
Kemudian toge juga kaya akan protein. Protein ini bila sudah diurai dan dijadikan
MOL kaya akan Nitrogen. Nitrogen ini adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak oleh tanaman. Terutama dalam masa pertumbuhan vegetatif
tanaman. Tauge merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian, seperti
kacang hijau, yang memiliki bagian putih dengan panjang hingga tiga sentimeter.
Kacang hijau termasuk dalam suku Fabaceae. Bentuk kecambah diperolah
setelah biji diproses selama beberapa hari. Tauge mengandung banyak sekali
senyawa fitokimiawi yang sangat berkhasiat (Amilah dan Astuti, 2006). Saat
dalam bentuk tauge, kecambah memiliki kandungan vitamin lebih banyak dari
kandungan bijinya. Dibandingkan kadar dalam biji, kadar vitamin B dan E
meningkat jumlahnya, dari 2,5 sampai 3 kali lebih besar. Sedangkan vitamin C
yang sangat sedikit pada biji-bijian kering, dalam bentuk tauge meningkat
menjadi 20 mg/100 g (kacang hijau) (Winarno,1987).

Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji


kacangkacangan yang disemaikan atau melalui perkecambahan. Kecambah yang
dibuat dari biji kacang hijau disebut tauge (Astawan, 2005). Vitamin yang
ditemukan dalam tauge adalah vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, asam
pantothenik, vitamin B6, folat, kolin, β-karoten, vitamin A, vitamin E (α-
tokoferol), dan vitamin K. Mineral yang ditemukan dalam tauge adalah kalsium
(Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P), potasium (K), sodium (Na), zinc
(Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), dan selenium (Se). Asam amino esensial
bermakna yang terkandung dalam tauge, antara lain: triptofan, treonin, fenilalanin,
metionin, lisin, leusin, isoleusin, dan valin (Amilah dan Astuti, 2006; USDA,
2009). Tauge juga mempunyai kandungan beberapa antioksidan maupun zat yang
berhubungan dengan antioksidan yaitu fitosterol, vitamin E (α-tokoferol), fenol,
dan beberapa mineral (selenium, mangan, tembaga, zinc, dan besi) (Astawan,
2005; Shetty et al., 2000; Winarsi, 2007).

Kecambah kacang hijau (tauge) merupakan jenis sayuran yang umum


dikonsumsi, mudah diperoleh, ekonomis, dan tidak menghasilkan senyawa yang
berefek toksik. Ekstrak kecambah kacang hijau memiliki konsentrasi senyawa zat
pengatur tumbuh auksin 1,68 ppm, giberelin 39,94 ppm dan sitokinin 96,26 ppm
(Ulfa, 2014). Tauge merupakan jenis makanan yang kaya protein, asam amino,
vitamin, dan mineral. Tauge memiliki manfaat bagi tanaman terutama dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan juga digunakan sebagai campuran pembuatan
pupuk cair karena kandungan fosfor yang tinggi. Menurut Wirakusumah (2002),
kandungan gizi pada kecambah per 100g yaitu energi 50%, protein 5,7%, lemak
0,1%, karbohidrat 10%, kalsium 32%, fosfor 96%, serat 0,7%,besi 1,1%, vitamin
B1 0,13%, vitamin B2 0,15%, vitamin C 41%, vitamin E dan mineral. Hasil
penelitian Amilah (2006) tentang pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak tauge
dan ekstrak kacang hijau pada media vacin and went terhadap panjang daun (cm),
diperoleh panjang daun tertinggi terdapat pada T1 dengan konsentrasi ekstrak
tauge 150 g/l panjang 1,27 cm.

Ekstrak tauge dapat menyebabkan kandungan fosfor pada pupuk organik cair
tinggi karena didalam ekstrak tauge terdapat kandungan makronutrien seperti
fosfor, magnesium vitamin A, besi dan kalsium. Hal ini dibuktikan dalam
penelitian Purwono (2005) bahwa dalam 100g tauge terdapat P sebesar 340 mg,
Fe 7,7 mg, Ca 125 mg, karbohidrat 62,9mg, Na 6 mg, vitamin A 157 IU, vitamin
B1 0,64 mg, Vitamin C 6 mg dan air 10 g.
BAB III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Tanaman mengenai pembuatan mol, cekaman air pada
tanaman dan salinitas serta pengaplikasian zat pengatur tumbuh dilaksanakan pada
bulan Februari – Mei 2019 sesuai dengan jadwal praktikum kelas masing-masing.
Praktikum ini dilaksanakan di Labortaorium Fisiologi Tumbuhan dan Rumah
Kawat Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.

B. Bahan dan Alat


Pada praktikum kali ini bahan dan alat yang dibutuhkan dalam praktikum
diantaranya yaitu :
a. Praktek Pembuatan Mol
Bahan yang diutuhkan dalam praktikum ini yaitu rebung, bonggol piang, dan
tauge (masing-masing 1 kg), dan air, sedangkan peralatan yang dibutuhkan yaitu
kompor, panic, blender, saringan, botol aqua 1L, ember, gelas ukur, korek api, dan
corong.
b. Cekaman Air pada Tanaman dan Salinitas
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum yaitu benih jagung sebanyak 2 bngkus
(untuk seluruh kelas)air, garam dapur (NaCl), tanah dan pupuk kandang
(perbandingan 2:1), serta pupuk anorganik, sedangkan alat yang dibutuhkan yaitu
polybag ukuran 25x35 cm, kertas label, alat tulis, camera / alat dokumentasi, dan
buku catatan.
c. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu bibit bawang merah (Allium
cepa. L Var. aggregatum), air kelapa, urin sapi, ekstrak rebung, ekstrak bonggol
pisang, ekstrak touge,air, tanah (375 kg untuk semua kelas), pupuk kandang (60
kg) dan pupuk anorganik sedangkan alat yang dibutuhkan yaitu polybag ukuran
25x35 cm, kertas label, alat tulis, camera / alat dokumentasi, dan buku catatan
C. Cara Kerja
Pada praktikum kali ini terdapat langkah-langkah atau cara kerja dalam kegiatan
praktikum, diantaranya yaitu :
a. Praktek Pembuatan Mol

Disiapkan semua bahan yang akan digunakan, lalu dibersihkan semua bahan
dengan air mengalir. Dicacah bahan yang akan digunakan yaitu rebung dan
bonggol pisang, lalu ditambahkan air secukupnya atau 1L. Direbus bahan (rebung
dan bonggol pisang) sampai mendidih. Setelah direbus, semua bahan yang akan
digunakan diblender sampai halus, dan diperas untuk mendapatkan ektraknya.
Diletakkan di wadah dicukupkan jumlahnya dengan air. Pada pembuatan ekstrak
bonggol pisang, ditambahn EM4 (bakteri pengurai) yang dicampur dengan gula
merah / air cucian beras, tahap ini dilakukan oleh asisten.

b. Cekaman Air pada Tanaman dan Salinitas

Dibersihkan tanah dari sisa-isa perakaran, apabila ada tanah yang menggumpal
maka dipisahkan. Diisi polybag dengan media tanam (tanah) dan pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1. Ditanaman benih jagung, 2 benih di dalam 1 polybag.
Diberikan perlakuan sesuai dengan tabel perlakuan atau kesepakatan asisten.
Diberi label pada masing-masing polybag, dan diletakkan berdasarkan letak
rancangan yang sudah disepakati. Dilakukan pengamatan sesuai dengan perlakuan
yang diberikan.

c. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh

Dibersihkan tanah dari sisa-isa perakaran, apabila ada tanah yang menggumpal
maka dipisahkan. Diisi polybag dengan media tanam (tanah) dan pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1. Dipilih bibit tanaman bawang merah yang sehat dan
bagus, dipotong dan dimasukkan 2 umbi bawang merah untuk ditanam di
polybag. Diberi masing-masing perlakuan yang telah ditentukan pada tanaman
dengan menyiram ke media tanam setiap minggunya (sesuai dengan ZPT) dengan
dosis yang terdapat pada table 2. Diberi label pada masing-masing polybag.
Diamati setelah 1 minggu.

d. Pengamatan :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai daripermukaan tanah sampai pada daun
terpanjang tanaman bawang merah
2. Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung berapa yang tumbuh saat pengamatan.
3. Diameter Batang (cm)
Diameter batang diukur dengan mengukur keliling batang, kemudian dilakukan
perhitungan diamter batang dengan rumus : π r 2
4. Bobot Basah (gram)
Tanaman bawang merah dipanen dan ditimbang beratnya
5. Bobot Kering (gram)
Tanaman bawang merah diletakkan di tempat terbuka, kemudian ditimbang
beratnya.
D. Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri


dari 5 taraf perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 3 kelompok,
sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Ukuran polybag adalah 25 cm x 40 cm.
Sampel pengamatan ditetapakan sebanyak 3 tanaman pada setiap.

Waktu penyiraman air pada bawang merah terdiri dari:


Z1 : 1 x 1 hari
Z2 : 2 x 1 hari
Z3 : 3 x 1 hari
Z4 : 4 x 1 hari
Z5 : 5 x 1 hari
Data dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan melakukan
uji F pada taraf 5%. Jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel 5%
maka dilanjutkan uji lanjut dengan Duncant’s New Multiple Range Test
(DNMRT)

Keterangan :
D : Tanaman bawang merah
E : Jarak antara polybag tanaman ke tanaman lainnya dalam satu petakan 35
cm
V : Jarak antara satuan percobaan 40 cm x 40 cm (antara atas dan bawah)
A : Jarak antara satuan percobaan 40 cm x 40 cm (antara kiri dan kanan)
: Sampel Pengamatan
: Petakan Percobaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a. Tinggi tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 29,90 7,47 1,45 tn 3,48 5,99 0,269
Galat 10 51,48 5,15
Total 14 81,38 KK = 7,16%
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil tabel sidik ragam
tinggi tanaman bawang. Dari hasil tersebut didapatkan nilai F-hitung yang lebih
kecil dibandingkan dengan F-tabel nya, dan diketahui bahwa perlakuan pemberian
MOL extra toge terhadap bawang merah tidak berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman, Jadi perlakuan pemberian MOL extra toge pada beberapa dosis yang
berbeda memiliki pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman.

Dari hasil yang didapatkan tersebut berbeda dengan fungsi MOL, dimana
larutan MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri
yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan
sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat
digunakan baik sebagai pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida
organic terutama sebagai fungisida. Salah satu activator yang cukup murah adalah
larutan MOL (Mikro Organisme Lokal), dari salah satumamfaat MOL adalah
perangsang pertumbuhan dan pada praktikum kali ini MOL tersebut tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah karena semua
perlakuan yang diberikan dengan dosis yang berbeda didapatkan pertumbuhan
tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata setiap perlakuannya.

b. Jumlah daun

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 128,68 32,17 1,25 tn 3,48 5,99 0,334
Galat 10 256,62 25,66
Total 14 385,30 KK = 20,12%
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil tabel sidik ragam
jumlah daun tanaman bawang. Dari hasil tersebut didapatkan nilai F-hitung yang
lebih kecil dibandingkan dengan nilai F-tabel nya, dan diketahui bahwa perlakuan
MOL extra toge terhadap bawang merah tidak berbeda nyata terhadap jumlah
daun tanaman bawang, Jadi perlakuan MOL extra toge pada beberapa dosis yang
berbeda memiliki pengaruh yang sama terhadap jumlah daun tanaman bawang.

kecambah kaya akan hormon tumbuh / ZPT. Kemudian toge juga kaya akan
protein. Protein ini bila sudah diurai dan dijadikan MOL kaya akan Nitrogen.
Nitrogen ini adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh
tanaman. Terutama dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman, dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa mamfaat MOL extra toge untuk pertumbuhan
vegetatif tanaman bawang merah tidak sesuai dengan praktikum memberikan hasil
bahwa tidak ada pengaruh pemberian MOL extra toge terhadap jumlah daun
bawang merah sama hal nya dengan pertumbuhan tinggi tanaman.

c. Diameter umbi

Perlakuan Rata diameter umbi Notasi


(cm)
Z1 1,43 A d. Ber
Z2 1,00 B at
Z3 0,73 B
Z4 0,87 B
Z5 1,33 B
basah

Perlakuan Rata-rata berat basah Notasi


(gr)
Z1 19,03 a
Z2 14,63 b
Z3 10,47 c
Z4 13,17 c
Z5 20,20 c

e. Berat kering

Perlakuan Rata-rata berat kering Notasi


(gr)
Z1 12,57 a
Z2 11,57 a
Z3 7,57 b
Z4 10,13 b
Z5 12,47 b
DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta: 18 Hlm.

Amilah, Astuti Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Taoge dan Kacang Hijau
pada Media Vacin dan Went (VW) terhadap Pertumbuhan Kecambah
Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis L.).
http://www.scribd.com/doc/25831070/PengaruhKonsentrasiEkstrakTaoge .

Astawan M. 2005. Kacang Hijau, Antioksidan yang Membantu Kesuburan


Pria.http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_kacanghijau.php.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi PanganI. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


320 hal.

Hidayat. 2006. Mikrobiologi industri.Andi offset, Yogyakarta

Hidayat. 2004. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay.


Kanisius. Yogyakarta. 130 hal.

http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/Modul%20PTT/Bawang_Merah/
Budidaya%20bawang%20merah.pdf

Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Http://Ivanhadinata. 

Pitojo, S. 2008. Benih Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 82 hal.

Pitojo, S. 2003. Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 82 hal.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Depok


Rukmana, R.2003.Budidaya Anggrek Bulan. Kanisius. Yogyakarta

Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta

Rahayu, S. 2007. Respon aplikasi pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas. Jurnal Agroteknologi, 13(1): 50-57.

Rahayu, E. dan B.V.A. Nur. 2004. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. 94
hal.

Shetty K., Lin Y. T., McCue P., Labbe R. G., Randhir R., Ho C. Y. 2000. Low
Microbial Load Sprouts with Enhanced Antioxidants for Astronaut Diet.
http:// people.umass.edu/kalidas/ICES%20Shetty.pdf

Sumadi. 2003. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 80


hal.

Samadi, B. dan B. Cahyono. 2005. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah.


Kanisius. Yogyakarta. 74 hal.

Sumarni, N., E. Sumiati dan Suwardi. 2005. Pengaruh kerapatan tanam dan zat
pengatur tumbuh terhadap produksi umbi bawang merah asal biji Kultivar
Bima. Jurnal Holtikultura, 15(3): 208-214.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sartono. 2009. Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Intimedia


Ciptanusantara. Jakarta Timur. 57 hal.

Suparman. 2010. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.


Sumarni, N. dan Sumiati. 2012. Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin
terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Lembang, Bandung. J. Hort

Samadi S., Bambang dan Suhardi. 2009. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberti. Yogyakarta

USDA. 2009. Proteins and Nutrients from Other Beneficial Legumes (Beans):
Mung Beans, Mature Seeds, Raw.
http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit.pl.

Ulfa, F. 2014. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur Tumbuh
Dalam Memacu Produksi Umbi Mini Kentang Pada Sistem Budidaya
Aeroponic. Disertasi Pasca Sarjana UNHAS.

Winarno, F.G.,1987. Gizi dan Makanan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius, pp:
82-77, 105-9, 147-55.

Wirakusumah, Emma. 2002. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Wibowo, S. 2005. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.


Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hal

Wibowo. 2007. Manajemen Kerja. Jakarta : PT. Raja Grasindo Persada


LAMPIRAN

A. Deskripsi Varietas

Asal tanaman : PT. East West Seed Indonesia

Silsilah : SC 6582 F x SC 6813 M

Golongan varietas : hibrida

Tinggi tanaman/ sampai ujung malai : 260 - 285 cm

Warna batang : hijau tua

Umur berbunga : 58-61 hst

Umur panen : 96-99 hst

Bentuk tongkol : silindris, meruncing

Bentuk biji : pipih persegi

Warna biji : kuning

Keunggulan varietas : ukuran tongkol besar dan daya hasil tinggi

Wilayah adaptasi : 800-1.100 m dpl.

Populasi perhektar : 53.000-54.000 (53.333 tanaman)

Penciri utama : daun bendera pada ujung tongkol panjang dan banyak

Pemohon : PT. East West Seed Indonesia

Pemulia : Jim Lothrop (East West Seed Thailand)

B. Perhitungan dosis pupuk Anorganik sesuai rekomendasi


1. Jumlah pupuk

Pupuk kandang = 10 ton/ha = 10.000kg/ha

Urea = 150 kg/ha


TSP = 100 kg/ha

KCL = 100 kg/ha

Jarak tanam = 30 cm x 30 cm = 900 cm2 = 0,09 m2

10.000 m2
Jumlah populasi/hektar = =111,11tanaman /ha
0,09 m2

 jumlah pupuk kandang

10.000 kg
= x 1,35 m 2=1,35 kg / petakan
10.000 cm2

 jumlah pupuk urea per tanaman

150 kg
= =0,00135 kg /tanaman=1,35 gr /tanaman
111,11tanaman

 jumlah pupuk TSP per tanaman

100 kg
= =0,0009 kg / tanaman=0,9 gr /tanaman
111,11tanaman

 jumlah pupuk KCL per tanaman

100 kg
= =0,0009 kg / tanaman=0,9 gr /tanaman
111,11tanaman

2. perhitungan dosis pupuk pada setiap kali pemberian


 pada saat tanaman berumur 1 minggu

jumlah pupuk Urea

1
= x 1,35 gr /tanaman=0,45 gr /tanaman
3

Jumlah pupuk TSP

1
= x 0,9 gr /tanaman=0,3 gr /tanaman
3

Jumlah pupuk KCL


1
= x 0,9 gr /tanaman=0,3 gr /tanaman
3

 pada saat tanaman berumur 6 minggu

jumlah pupuk Urea

2
= x 1,35 gr /tanaman=0,9 gr /tanaman
3

Jumlah pupuk TSP

2
= x 0,9 gr /tanaman=0,6 gr /tanaman
3

Jumlah pupuk KCL

2
= x 0,9 gr /tanaman=0,6 gr /tanaman
3

C. Denah penempatan tanaman dalam satuan percobaan

C1.1 C3.1 C5.3 C2.3 C4.2

C5.1 C2.2 C4.1 C1.3 C3.2

C2.1 C4.3 C1.3 C3.3 C5.2


D. Tata letak tanaman sampel di lapangan

40 cm

20 cm

75 M

75 CM

E. Hasil sidik ragam


a. Tinggi tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 29,90 7,47 1,45 tn 3,48 5,99 0,269
Galat 10 51,48 5,15
Total 14 81,38 KK = 7,16%

b. Jumlah daun

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 128,68 32,17 1,25 tn 3,48 5,99 0,334
Galat 10 256,62 25,66
Total 14 385,30 KK = 20,12%
c. Diameter umbi

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
0, 1
Perlakuan 4 1,08 27 ,92 tn 3,48 5,99 0,162
0,
Galat 10 1,41 14

Total 14 2,49 KK = 34,94%

d. Berat basah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 198,31 49,58 4,35 * 3,48 5,99 0,017
Galat 10 113,95 11,39
Total 14 312,26 KK = 21,78%

e. Berat kering

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hitung P-value
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 52,10 13,03 2,48 tn 3,48 5,99 0,092
Galat 10 52,53 5,25
Total 14 104,64 KK = 21,11%
F. Dokumentasi

DOKUMENTASI KETERANGAN
Polybag yang akan digunakan untuk
tempat ditanaminya tumbuhan
disiapkan terlebih dahulu

Tanah dan pukan yang sudah ada


dicampur terlebih dahulu agar
homogen

Timbang tanah yang telah dicampur


dengan pukan tersebut
Beri label pada polybag sesuai dengan
perlakuan tanaman kita

Susun tanaman tersebut sesuai dengan


denah letak tanaman yang sudah kita
tentukan diawal

Anda mungkin juga menyukai