Makalah dubuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
Dosen Pengampuh: Prof. Dr. Ir. Yuniarti Koniyo MP
Disusun
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Husain Alimun
NIM 1111422027
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 3
D. Perumusan Masalah.............................................................................. 3
E. Tujuan Masalah..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Biologi dan ekologi tanaman herbal .................................................... 5
B. Kandungan dan komposisi senyawa bioaktif tanaman......................... 6
C. Manfaat tanaman herbal bawang putih................................................. 9
D. Penggunaan tanaman herbal untuk pencegaham dan pengendalian
penyakit pada sumberdaya ikan............................................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penelitian menggunakan metode distilasi sebesar 0,333% v/b (Rivai et al
2019). Kandungan sulfur pada bawang putih mencapai 1,5% per 100gram
bawang putih (Untari, 2010). Penelitian ini menggunakan bawang putih jenis
varietas kating karena kandungan sulfur dan minyak asirinya lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas lain, terbukti dari aromanya yang lebih kuat
dibanding varietas lain.
Beberapa jenis fitofarmaka dapat dicobakan untuk pengobatan penyakit
ikan, karena merupakan bahan alami yang mudah hancur serta aman dan
tidak ada residu di dalam tubuh ikan sehingga ramah lingkungan. Salah satu
fitofarmaka yang dapat digunakan adalah bawang putih. Bawang putih
bersifat antibakteri karena salah satu komponennya, yaitu allicin merupakan
komponen utama yang berperan dalam memberi aroma bawang dan
merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman
penyakit (Watanabe, 2001). Dengan demikian diperlukan kajian untuk
mengetahui efektifitas ekstrak bawang putih sebagai zat antibakteri terhadap
bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan patin (Pangasionodon
hypophthalmus).
Budidaya ikan yang dilaksanakan secara intensif berdampak negatif
apabila tidak ditangani dengan baik terhadap usaha budidaya khususnya
terhadap kesehatan ikan yang dipelihara. Tingginya padat tebar dan pakan
yang digunakan menjadi pendorong bagi timbulnya penyakit akibat
menurunnya kualitas air karena timbunan bahan organik dari sisa pakan
maupun ekskresi ikan. Sementara itu ikan menjadi stress sehingga rentan
terhadap serangan penyakit, khususnya penyakit infeksi seperti yang
disebabkan oleh bakteri maupun virus (Afrianto dan Liviawaty, 2006). Oleh
karena itu maka penanggulangan terhadap penyakit melalui upaya
pencegahan menjadi hal yang penting.
Upaya pencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan
menggunakan vaksin dan antibiotik. Namun demikian, vaksin bersifat
spesifik yaitu efektif terhadap patogen tertentu. Vaksin juga belum banyak
tersedia, dan walaupun sudah ada harganya cukup mahal. Antibiotik sudah
lama digunakan dalam pengobatan penyakit ikan. Namun saat ini telah
2
ditemukan bahwa penggunaan antibiotik secara berkelanjutan dan bahan–
bahan kemoterapi lainnya dapat menyebabkan resistensi mikroorganisme
patogen serta terakumulasi pada ikan dan lingkungannya. Upaya pencegahan
lain dapat dilakukan dengan menggunakan imunostimulan. Raa (2000)
menyatakan imunostimulan merupakan suatu bahan yang dapat meningkatkan
sistem kekebalan non spesifik ikan, dan merupakan alternatif bagi
penggunaan bahan kimia atau obat-obatan (Shalaby et.al., 2006).
Salah satu bahan alami yang dapat meningkatkan respon imun non
spesifik dan pertumbuhan ikan adalah bubuk bawang putih. Menurut Kemper
(2000), bawang putih adalah salah satu tanaman alami yang mengandung
bahan-bahan aktif seperti senyawa sulfur: aliin, allicin, disulfida, trisulsida;
Enzim seperti: Alinase, perinase; asam amino seperti arginin dan mineral
seperti selenium.
3
d. Jelaskan penggunaan tanaman herbal untuk [encegahan dan
pengendalian penyakit pada sumberdaya ikan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bawang putih (Allium sativum) adalah salah satu tanaman obat yang
dikenal sebagai imunostimulan (Nwabueze, 2012). Bawang putih dalam
akuakultur mampu mendorong pertumbuhan, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, merangsang respon makan. Efek dari bawang putih dikaitkan dengan
adanya kandungan senyawa organosulfur, termasuk alisin (Lee dan Gao,
2012).
Bawang putih mengandung bahan aktif seperti senyawa sulfur aliin,
allicin, disufida, lisin dan minyak atsiri (Ramirez et al., 2017). Allicin
merupakan komponen utama zat aktif yang dapat membunuh bakteri patogen
atau bersifat antibakteri, dimana allicin akan menekan bakteri yang
merugikan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan lele (Moulia et al., 2018)
Pembuatan ekstrak bawang putih, terlebih dahulu bawang dipisahkan
kulit dan umbinya kemudian diiris tipis-tipis dan dikeringkan. Bawang putih
yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan
diayak menggunakan saringan untuk mendapatkan partikel yang halus. Hasil
ayakan bawang putih kemudian dicampurkan dengan aquadest perbandingan
1:2 dan disaring kembali menggunakan kertas saring Whatman No 42 untuk
mendapatkan ekstraksi bawang putih. Proses penyaringan dilakukan sebanyak
2 kali agar ekstrak bawang putih yang dihasilkan benar-benar terbebas dari
partikel-partikel yang mengganggu sistem difusi, kemudian hasil penyaringan
dimasukkan ke dalam botol spray dan siap untuk digunakan (Moulia et al.,
2018).
5
Hasil ekstraksi bawang putih kemudian diberikan pada benih ikan lele
yang diberi perlakuan dengan cara menyemprotkannya ke dalam pakan.
Menurut Fitriyanti et al., (2020), ekstrak bawang putih disemprotkan pada
pakan sebanyak 1 kg dengan dosis 10 ml/kg. Pakan yang sudah disemprot
dengan ekstrak bawang putih kemudian didiamkan ± 10 menit. Untuk
menjaga kualitas pakan yang akan diberikan pada ikan, maka pakan disimpan
dalam freezer pada suhu -4 OC.
Kualitas air merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan budidaya ikan, dimana semakin bagus kualitas air maka tingkat
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan akan semakin tinggi begitu pula
dengan sebaliknya semakin buruk kualitas air maka pertumbuhan akan
menurun dan mudah terserang penyakit sehingga mengalami kematian pada
ikan.
6
putih kaya akan mineral esensial selenium yang bermanfaat bagi tubuh
manusia. Bawang putih dikonsumsi dalam jumlah besar sebagai bumbu
dapur dan pemberi citarasa alami dengan kandungan karbohidrat, serat,
kalium, zat besi, dan vitamin C (Nicastro, dkk., 2015). Bawang putih
juga mengandung berbagai senyawa bioaktif, antara lain flavonoid,
oligosakarida, dan arginin. Sebagian besar manfaat kesehatan bawang
putih berdasarkan hasil penelitian berfokus pada komponen bioaktif yang
mengandung belerang. Dengan demikian, reviu ini akan fokus pada
potensi rekayasa genetik bawang putih terhadap kandungan senyawa
komponen bioaktif allicin dan kajian sifat fungsionalnya.
Aplikasi ekstrak bawang putih terbukti berpengaruh terhadap
respon imun dan pertumbuhan benih ikan. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat meningkatkan respon
imun benih ikan berupa total leukosit dan aktivitas fagosit, dan lebih baik
dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan ekstrak bawang putih),
baik pada akhir pemeliharaan (hari ke-21) maupun pada akhir uji tantang
dengan bakteri A. hydrophila. Uji lanjut menunjukkan bahwa diantara
dosis perlakuan yang diujikan, perlakuan P2 (10 g/kg pakan) merupakan
dosis terbaik yang dapat meningkatkan respon imun benih secara
signifikan (P˂0,05) berupa total leukosit dan aktivitas leukosit pada akhir
pemeliharaan, sebaliknya terendah pada kontrol.
Meningkatnya total leukosit pada perlakuan penambahan ekstrak
bawang putih selama masa pemeliharaan hingga hari ke-21 disebabkan
oleh kandungan allin pada bawang putih. Menurut Kemper (2000), allin
yang terdapat dalam bawang putih secara nyata meningkatkan
perbanyakan sel leukosit. Selain berpengaruh terhadap total leukosit,
bawang putih juga mengandung dialil disulfida yang berperan
meningkatkan aktifitas fagositosis ikan. Menurut Nuryanti, et al. (2008)
diallil disulfide mampu meningkatkan kekebalan non spesifik dengan
cara meningkatkan aktivitas fagositosis dan merangsang aktivitas sel
yang berperan dalam respon imun.
b. Komposisi senyawa bioaktif tanaman bawang putih
7
Bawang putih memiliki peran sebagai antioksidan karena
mengandung kurkumin flavonoid, dan vitamin E. Flavonoid diketahui
memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas. Golongan
flavonoid merupakan pijakan dasar dalam mengisolasi senyawa potensial
sebagai antioksidan.
Menurut beberapa penelitian bahwa bawang putih lokal memiliki
nilai aktivitas antioksidan IC50 sebesar 13,61 mg/mL. Bawang putih
biasa memiliki nilai IC50 sebesar 299.542 ppm. Berdasarkan data
tersebut muncul pemikiran untuk menguji bawang putih khas
Probolinggo. Adanya penelitian ini akan mengetahui kandungan
senyawa-senyawa didalamnya, sehingga masyarakat menjadi lebih tau
manfaat bawang putih Probolinggo tidak hanya sebagai penyedap
masakan saja. Bawang putih Probolinggo dapat dikembangkan sebagai
bahan tambahan produk obat-obatan herbal dalam bentuk salep atau
kosmetik dalam bentuk krem.
Analisis senyawa bioaktif memiliki tujuan untuk mengetahui
komponen senyawa aktif didalam ekstrak umbi bawang putih. Uji ini
dilakukan pada ekstrak umbi bawang putih dengan pelarut
diklorometana, etil asetat, dan etanol.
Ekstrak umbi bawang putih dengan pelarut etanol menunjukkan
hasil positif pada semua uji karena pelarut ini mempunyai kemampuan
dalam menarik senyawa aktif dari yang bersifat non polar hingga polar.
Etanol bersifat universal karena memiliki gugus non polar -CH3 dan
gugus polar -OH. Selain itu tingginya nilai rendemen membuktikan
mampu mengekstrak lebih banyak komponen bioaktif dan dapat diduga
bahwa komponen bawang putih banyak mengandung senyawa polar.
Ekstrak umbi bawang putih dengan pelarut etil asetat mengandung
senyawa bioaktifsteroid dan triterpenoid. Menurut Harborne pelarut etil
asetat memiliki kemampuan dalam menarik senyawa aktif yang bersifat
semi polar. Ekstrak umbi bawang putih dengan pelarut diklorometana
mengandung senyawa bioaktif steroid, dan triterpenoid. Pelarut ini
bersifat non polar sehingga memiliki kemampuan dalam menarik
8
senyawa aktif non polar. Menurut Saidi golongan terpenoid dan steroid
pada umumnya bersifat non polar hingga semi polar.
Adanya kandungan flavonoid pada sampel ditandai dengan
timbulnya warna kuning. Penambahan serbuk magnesium dan asam
klorida menyebabkan senyawa flavonoid tereduksi sehingga
menimbulkan perubahan warna. Ekstrak umbi bawang putih diperoleh
hasil positif flavonoid dengan pelarut etanol. Dari hasil tersebut
disimpulkan bahwa senyawa flavonoid bersifat polar, hal ini disebabkan
flavonoid mempunyai gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi.
9
merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman
penyakit (Watanabe, 2001). Dengan demikian diperlukan kajian untuk
mengetahui efektifitas ekstrak bawang putih sebagai zat antibakteri terhadap
bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan patin (Pangasionodon
hypophthalmus).
a. Penggunaan tanaman herbal bawang putih untuk pencegahan penyakit
pada sumberdaya ikan
Bawang putih yang sudah dikupas kulitnya, diiris tipis dan
dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 3 hari atau sampai irisan
bawang putih kering berwarna coklat kekuningan. Bawang yang
sudah kering diblender sampai menjadi bubuk halus. Untuk
mendapatkan ekstrak bawang putih, ditimbang 10 g bubuk bawang
putih dan dilarutkan kedalam 100 ml akuades steril (untuk stok 100
mg/ml). Larutan bawang putih disentrifuse dengan kecepatan 5000
rpm selama 15 menit, diambil cairannya dan disaring menggunakan
kertas Whatman no.42. Ekstrak bawang putih diencerkan dengan
akuades steril menjadi beberapa konsentrasi (1, 2, 5, 10, 20, 25 dan
50).
Bawang putih (Allium sativum) berpotensi sebagai antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Dosis
ekstrak bawang putih sebesar 25 mg/ml (2,5 g/l) merupakan dosis
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan A. hydrophila pada uji
in vitro.
b. Pengendalian tanaman herbal bawang putih untuk pencegahan
penyakit pada sumberdaya ikan
Ada tiga strategi pengendalian penyakit, yaitu
1) Media atau lingkungan pemeliharaan (wadah pemeliharaan
terlindung dari sinar matahari dan hujan secara langsung,
kepadatan ikan seimbang dengan jumlah air pemeliharaan, jangan
memberikan pakan secara berlebihan dan sembarangan yang
dapat mempercepat naiknya kandungan ammonia),
10
2) Ikan itu sendiri (ikan yang dipelihara bernilai ekonomis penting
dan diketahui jelas berasal dari bibit yang unggul, secara berkala
dilakukan seleksi ikan sejak ikan ukuran benih, dan digunakannya
pakan ikan yang berkualitas baik) dan
3) Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dari jenis
parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Penyuluhan tentang penanggulangan penyakit ikan dengan
menggunakan herbal bagi pembudidaya ikan terlaksana dengan baik.
Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
minat masyarakat dalam pemanfaatan bahan obat alami dengan bahan
baku yang mudah didapatkan dan relatif murah.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih pada pakan komersil
dapat meningkatkan performa imunitas dan pertumbuhan benih ikan. Bawang
putih (Allium sativum L.) memiliki beragam potensi dalam mengatasi
penyakit salah satunya sebagai antibakteri. Peninjauan lebih lanjut diperlukan
untuk memastikan jenis senyawa yang terkandung dan mengkaji kembali
mekanisme kerja bawang putih sebagai agen antibakteri pada jenis senyawa
yang terkandung tiap golongan senyawa.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga
dapat diterima di hati dan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Extract With Different Dosage On The Hatchability Of Tawes Fish (Puntius
Javanicus). Jurnal Akuakultur, I, 19–23.
Http://Utu.Ac.Id/Index.Php/Jurnal.Html
Pangaribuan, J., & Yonarta, D. (2022). Pengaruh Penambahan Bawang Putih Dan
Bawang Hitam Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Lele. Jurnal
Kelautan Dan Perikanan Terapan, 5(1), 83–88.
File:///C:/Users/Asus/Downloads/10983-45146-1-Pb.Pdf
Kristiananda, D., Allo, J. L., Widyarahma, V. A., Lusiana, L., Noverita, J. M.,
Octa Riswanto, F. D., & Setyaningsih, D. (2022). Aktivitas Bawang Putih
(Allium Sativum L.) Sebagai Agen Antibakteri. Jurnal Ilmu Farmasi Dan
Farmasi Klinik, 19(1), 46. Https://Doi.Org/10.31942/Jiffk.V19i1.6683
Moulia, M. N., Syarief, R., Iriani, E. S., Kusumaningrum, H. D., & Suyatma, N.
E. (2018). Antimikroba Ekstrak Bawang Putih. Jurnal Pangan, 27(1), 55–66.
File:///C:/Users/Asus/Downloads/Bawang Putih/Jurnaladmin,+Artikel+6.Pdf
14