Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN LOKAL

(INDIGENOUS) KECOMBRANG (Etlingera elatior)

Disusun Oleh:
Fahira Islamiyah 4122.1.18.11.0016

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVESITAS WINAYA MUKTI
Jl. Raya Bandung Sumedang No. 29, Gunugmanik, Kec.
Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45362

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Tanjungsari, 9 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Sayuran Indigenous.......................................................................................................3
B. Tanaman Kecombrang (Etlingera elatior)...................................................................4
C. Budidaya Tanaman Kecombrang................................................................................7
D. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kecombrang.......................................9
BAB III.................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kandungan gizi pada 100 gr kecombrang.............................................7

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman Kecombrang........................................................................4

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini seluruh dunia sedang dilanda pandemi COVID-19 yang
mengharuskan semua orang untuk meningkatkan sistem imun tubuh dan menjaga
kesehatannya dengan mematuhi protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari agar
mencegah terjadinya penularan COVID-19. Diantara protokol kesehatan tersebut
salah satunya adalah sebisa mungkin untuk menghindari kontak fisik dengan orang
lain dan menghindari kerumunan. Hal tersebut menuntut orang untuk lebih banyak
berdiam diri dan beraktivitas di rumah dalam jangka waktu lama dan mengakibatkan
kejenuhan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan
tersebut adalah dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan pekarangan rumah
dengan berbudidaya tanaman sayuran. Selain menghilangkan jenuh, sayuran juga
sebagai sumber makanan yang bergizi dan dapat meningkatkan imun sehingga tubuh
kita lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Salah satu sayuran yang dapat
dibudidayakan yaitu sayuran lokal (indigenous).
Sayuran lokal (indigenous) merupakan sayuran asli daerah yang telah banyak
diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu atau sayuran introduksi yang telah
berkembang lama dan dikenal masyarakat di daerah tertentu (Suryadi dan Kusmanto,
2004). Sayuran lokal selain sebagai sumber makanan juga banyak mengandung gizi
yang sangat diperlukan tubuh. Sayuran lokal memiliki kandungan nutrisi yang
beragam seperti vitamin A, B, C, kalium, besi, protein dan senyawa antioksidan yang
menyehatkan. Terdapat beberapa tanaman yang termasuk ke dalam sayuran
indigenous diantaranya yaitu kangkung, bayam, katuk, kecipir dan kecombrang.
Kecombrang (Etlingera elatior) merupakan salah sattu famili Zingiberacea
yang asli Indonesia. Kecombrang memiliki sebutan lain disetiap daerah, seperti honje
dan kantan. Kecombrang merupakan tanaman rempah yang tumbuh secara tahunan,
berbentuk terna yang menghasilkan bunga, buah dan biji, serta bermanfaat sebagai

1
bahan sayuran. Kecombrang biasanya dimanfaatkan bagian bunganya yang disebut
sebagai torch ginger, atau torch lily karena bentuknya yang mirip obor. Kecombang
memiliki banyak manfaat seperti sebagai bahan sayuran, bumbu penyedap,
menetralkkan aroma amis pada ikan, dan kecombrang juga memiliki kandungan
antioksidan yang dapat mencegah pertumbuhan kanker dan penuaan dini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman indigenous?
2. Apa yang dimaksud dengan tanaman kecombrang?
3. Bagaimana cara membudidayakan tanaman kecombrang?
4. Bagimana pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kecombrang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanaman indigenous
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dngan tanaman kecombrang
3. Untuk mengetahui bagaimana membudidayakan kecombrang
4. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
kecombrang

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sayuran Indigenous
Sayuran indijenes (indigenous) adalah sayuran lokal yang dibudidayakan dan
dikonsumsi sejak zaman dahulu, atau sayuran introduksi yang sudah dikembangkan
sejak lama dan dikenal masyarakat di daerah tertentu. Sayuran ini biasanya ditanam
secara komersial di pekarangan atau kebun dan dimanfaatkan oleh anggota keluarga
sendiri, seperti dimasak menjadi sayuran atau dimakan mentah (sebagai lalaban) atau
dijual. Banyak sayuran indijenes yang dapat digunakan sebagai obat penyakit
(Permadi dan Muharam, 2002).
Sayuran indijenes memiliki beberapa karakteristik yang menjanjikan,
diantaranya yaitu kemampuannya beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan
yang relatif beragam dan dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein, vitamin
dan mineral. Sayuran lokal selain sebagai sumber makanan juga banyak mengandung
gizi yang sangat diperlukan tubuh. Sayuran lokal memiliki kandungan nutrisi yang
beragam seperti vitamin A, B, C, kalium, besi, protein dan senyawa antioksidan yang
menyehatkan.
Saat ini, melindungi sumber daya genetik sayuran indigenes merupakan hal
yang penting, namun tantangan sebenarnya adalah bagaimana cara meningkatkan
potensi manfaat sayuran indijenes agar dapat setara atau bersaing dengan sayuran
utama yang dikembangkan sebelumnya (AVRDC, 1999). Pengembangan dan
pengenalan sayuran indijenes perlu lebih diperhatikan, mengingat kelompok sayuran
ini cenderung terabaikan. Nilai komersial sayuran ini sebenarnya sangat menjanjikan,
namun masih terbatas di lokasi tertentu. Misalnya jenis sayuran indejenes seperti labu
dan gambas memiliki akses pasar yang baik di kawasan Karawang, katuk memiliki
akses pasar yang baik di kawasan Subang, roay jengkol memiliki pasar yang bagus di
kawasan Garut. Ini sangat berbeda dengan bayam cabut dan kangkung, yang memiliki
pangsa pasar stabil di wilayah mana pun.

3
Secara garis besar Jenis sayuran indijenes dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yaitu :
a. sayuran daun
b. sayuran buah
c. sayuran polong.
Sebagai contoh sayuran daun indijenes adalah kenikir (randa midang, Sunda)
(Cosmos caudatus), kemangi (surawung, Sunda) (Ocimum basilium), katuk
(Sauropus androgynus), kecombrang (Etlingera elatior) dan antanan (Centella
asiatica). Cara perbanyakan sayuran tersebut melalui biji, kecuali katuk melalui stek
dan antanan melalui anakan (sulur).
Beberapa contoh sayuran buah indijenes adalah paria (pare, Jawa) yang
dikenal dengan bitter gourd (Momordica charantia), oyong (emes/gambas) yang
dikenal sebagai ridged gourd (Luffa acutangula), labu (leor Sunda) (Luffa
acutangula), dan baligo (bligo, Jawa) (Benincasa hispida).
Beberapa contoh sayuran polong indijenes adalah kecipir (jaat) yang dikenal
dengan nama wingbean/ atau goabean (Psophocarpus tetragonolubus), koro roay
(ketopes, Sunda) (Dolichos lablab). Cara perbanyakannya melalui biji.
B. Tanaman Kecombrang (Etlingera elatior)

Gambar 1 Tanaman Kecombrang


a. Klasifikasi tanaman kecombrang:

4
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Sub Kelas Commelinidae
Ordo Zingiberales
Famili Zingiberaceae
Genus Etlingera
Spesies Etlingera elatior (Jack)
Bunga kecombrang merupakan tumbuhan asal Indonesia dan sekitarnya.
Tanaman semak ini hampir dapat ditemukan diseluruh wilayah di Indonesia dengan
nama yang beragam. Beberapa daerah di Indonesia mengenal bunga kecombrang
dengan berbagai nama lokal, seperti:
1. Kincung di Medan
2. Bunga Rias di Tapanuli Utara
3. Asam Cekala di Tanah Karo
4. Kumbang Sekala di Lampung
5. Sambuang di Minangkabau
6. Lucu di Banyuwangi
7. Kecicang di Bali (batang muda disebut bongkot)
8. Masyarakat Melayu juga mengenalnya dengan sebutan Siantan, sedangkan
orang-orang Thailand memberinya nama daalaa.
Kecombrang (Etlingera elatior) adalah salah satu keluarga Zingiberacea yang
berasal dari Indonesia. Kecombrang sering digunakan bagian bunganya yang dikenal
dengan sebutan torch ginger atau torch lily karena bentuk bunganya yang mirip obor
dan warnanya yang merah memukau. Khasiat kecombrang memang banyak,
diantaranya sebagai bahan makanan, bumbu masakan berbagai jenis masakan
Indonesia, penetralisir bau amis ikan, serta kandungan antioksidan yang dapat
mencegah berkembangnya kanker dan penuaan dini.

5
Selain itu, kecombang juga bermanfaat sebagai deodoran alami yang dapat
menghilangkan bau badan, sebagai antibakteri, pengawet makanan alami, dan sebagai
tanaman hias. Bunga kecombrang sebagai obat tradisional digunakan untuk penyakit
seperti campak, sakit telinga, pertambahan jumlah air susu ibu, sebagai deodoran,
cuci darah dan luka.
b. Morfologi Tanaman Kecombrang:
Kecombrang adalah jenis tanaman semak yang dapat tumbuh setinggi 1
hingga 3 meter (ada pula yang hingga 5 meter), berbatang semu, tegak, berpelepah
mirip tanaman pisang-pisangan, membentuk rimpang dan warnanya hijau.
Daun kecombrang merupakan daun tunggal, lanset, pada ujung dan pangkal
runcing namun rata, panjang daun sekitar 20 sampai 30 cm dan lebarnya 5 hingga 15
cm dengan pertulangan daun menyirip dan berwarna hijau. Umumnya daun
kecombrang berjumlah 15 hingga 30 helai yang tersusun dalam dua baris, tumbuh
berseling pada batang semu.
Bunga kecombrang ialah bunga majemuk berbentuk bonggol, berbentuk
gasing dengan panjang tangkai antara 40 sampai 80 cm. Panjang benang sari sekitar
7,5 cm dengan warna kuning. Putik kecombrang berukuran kecil dan berwarna putih.
Mahkota bunga bertaju, berbulu jarang dengan warna merah jambu.
Tumbuhan kecombrang menghasilkan biji berbentuk kotak atau bulat telur
dengan warna putih atau merah jambu. Buahnya berukuran kecil, tumbuh berjejalan,
berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi merah kecokelatan saat masak serta
rasanya masam. Sedangkan sistem perakaran kecombrang berbentuk serabut dengan
warna kuning gelap.
c. Kandungan gizi yang terdapat pada kecombrang:
Energi 0 KJ (0 kcal)
Karbohidrat 4,4 gr
Serat pangan 1,2 gr
Lemak 1,0 gr
Air 91 gr
Kalsium 32 mg (3%)

6
Besi 4 mg (32%)
Magnesium 27 mg (7%)
Fosfor 30 mg (4%)
Kalium 541 mg (12%)
Zink 0,1 mg (0,1%)
Protein 1,3 gr
Tabel 1 Kandungan gizi pada 100 gr kecombrang
C. Budidaya Tanaman Kecombrang
a. Pembibitan
Kecombrang diperbanyak melalui rimpang yang sudah tua.
Rimpang yang terpilih sebaiknya memiliki 2-3 bakal tunas yang baik.
Selain rimpang, kecombrang dapat diperbanyak melalui pemisahan
anakan. Proses stek rimpang atau anakan sebaiknya dilakukan
menggunakan pisau yang tajam untuk mengurangi investasi penyakit
akibat luka. Hasil stek dapat disemai untuk pertunasan atau ditanam
secara langsung. Penyemaian dapat dilakukan selama 4-6 minggu dan
secara rutin diberi air dan pupuk untuk meningkatkan pertumbuhan.
b. Pengolahan lahan
Lahan sebaiknya dilakukan penggemburan terlebih dahulu
untuk membersihkan dari gulma. Penggemburan dilakukan dengan
cara membalik dan menghancurkan bongkahan tanah menjadi butiran
butiran kecil.
Tanah kemudian dibuat bedengan dengan lebar 90-100 cm.
Diantara bedengan dibuat saluran drainase dengam lebar 50-60 cm.
panjang bedengan menyesuaikan dengan luas lahan. Bedengan
ditaburi pupuk kandan 20 ton/Ha dan kapur (bila tanah terlalu asam)
1000-1500 kg sampai pH 6 - 6,5, kemudian diaduk dengan tanah
sanpai rata. Tanah dibiarkan 2-3 minggu hingga siap ditanami.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60×40 cm dengan
masing-masing lubang diisi satu bibit rimpang atau anakan. Buat alur

7
melingkar tanaman untuk pemupukan dasar. Taburkan pupuk sesuai
dosis anjuran dan tutup alur pupuk dengan tanah. Setelah bibit
ditanam, lahan disiram dengan air.
d. Pemeliharaan
 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati dan
pertumbuhan nya tidak sehat dengan bibit baru yang umurnya
sama, penyulaman dilakukan 1-2 minggu setelah tanam.
 Pengendalian OPT
Pengendalian OPT dilakukan bila terlihat adanya gejala haa
atau penyakit saja. Pengendalian dilakukan dengan mencabut
tanaman yang terserang.
 Penyiangan
Penyiangan dilakukan berbarengan dengan pemupukan
susulan dan penggemburan tanah. Penyiangan harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.
 Pengairan
Pengairan dilakukan dengan memperhatikan kelembaban
tanah, pengairan dilakukan 5-7 hari sekali.
 Pembubunan
Pembubunan dilakukan saat telah terbentuk rumpun 4-5
anakan agar rimpang selalu tertutup tanah. Selanjutnya
pembubunan dilakukan setiap 4 minggu sekali untuk
memperkuat tanaman.
 Pemupukan
Pemberian pupuk tambahan dilakukan pada 4,8 dan 12
minggu setelah tanam dengan cara melingkarkan sekeliling
tanaman 5-7 cm dari tanaman.

8
D. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kecombrang
Pengendalian Hama Tanaman.
Hama pada tanaman kecombrang antara lain trips, kutu daun, tungau, kutu
kebul, ulat gerayak, dan ngengat penggerek daun (Artona flavipuncta). Peluang
munculnya hama tanaman ini akan semakin tinggi pada musim kemarau. Bila satu
tanaman terkena hama dan dibiarkan, maka dengan cepat tanaman lainnya juga
terkena hama tersebut, sehingga jangan dibiarkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, lakukan pengendalian dengan cara
menyemprotkan insektisida untuk hama serangga dan akarisida untuk tungau, setiap
minggu sesuai dosis, jika diperlukan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh I Putu
Agus Hendra Wibawa (2019), ekstrak daun sirsak juga efektif dalam pengenalian
hama.
Efektifitas ekstrak daun sirsak kemungkinan disebabkan oleh kandungan
annonain dan squamosin (golongan senyawa asetogenin) yang terdapat pada ekstrak
daun sirak. Senyawa annonain dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak
serangga (reppelent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan
racun perut. Selain senyawa tersebut ekstrak daun sirsak juga dilaporkan mengandung
senyawa tannin dan alkaloid yang bersifat anti serangga (Kardinan, Agro Bali
(Agricultural Journal).
Pengendalian Penyakit Tanaman.
Penyakit pada tanaman kecombrang antara lain rebah kecambah, layu
bakteri, layu (fusarium), antraknosa, busuk daun (choanephora), hawar phytophora,
bercak daun (cercospora), bercak bakteri, busuk lunak bakteri, keriting kuning, dsb.
Serangan penyakit tertentu yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri akan semakin
tinggi pada musin hujan.
Seperti halnya dengan hama, bila satu tanaman terkena penyakit dan
dibiarkan, maka dengan cepat tanaman lainnya juga terkena penyakit tersebut,
sehingga jangan dibiarkan.Untuk mengatasi hal tersebut, lakukan pengendalian

9
dengan cara menyemprotkan fungisida setiap minggu sesuai dosis, jika diperlukan.
Petunjuk dosisnya terdapat pada kemasan fungisida terkait.
Penyakit yang sering menyerang bibit yang baru tumbuh adalah busuk daun
dan busuk akar. Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga persemaian tidak terlalu
basah serta menyemprot dengan pestisida yang sesuai. Pada umumnya, bila kelebihan
penyiraman, maka daun akan mulai menguning dari bagian bawah. Seandainya
terjadi demikian, maka segera hentikan penyiraman. Sebaliknya, bila kekurangan
penyiraman, maka daun akan terlihat layu, kemudian mulai kering dan akhirnya
rontok. Jadi ketika daun terlihat layu, berarti kurang penyiramannya, dan ketika daun
menguning berarti kelebihan penyiraman.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sayuran lokal (indigenous) merupakan sayuran asli daerah yang telah banyak
diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu atau sayuran introduksi yang telah
berkembang lama dan dikenal masyarakat di daerah tertentu.
Terdapat beberapa tanaman yang termasuk ke dalam sayuran indigenous
diantaranya yaitu kangkung, bayam, katuk, kecipir dan kecombrang. Kecombrang
(Etlingera elatior) merupakan salah sattu famili Zingiberacea yang asli Indonesia.
Kecombrang memiliki sebutan lain disetiap daerah, seperti honje dan kantan.
Kecombrang merupakan tanaman rempah yang tumbuh secara tahunan, berbentuk
terna yang menghasilkan bunga, buah dan biji, serta bermanfaat sebagai bahan
sayuran.
Hama pada tanaman kecombrang antara lain trips, kutu daun, tungau, kutu
kebul, ulat gerayak, dan ngengat penggerek daun (Artona flavipuncta). Sedangkan
Penyakit pada tanaman kecombrang antara lain rebah kecambah, layu bakteri, layu
(fusarium), antraknosa, busuk daun (choanephora), hawar phytophora, bercak daun
(cercospora), bercak bakteri, busuk lunak bakteri, keriting kuning, dsb
B. Saran
Pengembangan dan pengenalan sayuran indijenes perlu lebih diperhatikan,
mengingat kelompok sayuran ini cenderung terabaikan. Nilai komersial sayuran ini
sebenarnya sangat menjanjikan, namun masih terbatas di lokasi tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andrafarm. (2020). Honje / Kecombrang "Terna" Cara Merendam (& Menanam)


Biji/Benihnya. https://m.andrafarm.com/_andra.php?_i=0-tanaman-
suvenir&topik=merendam&tanaman=Honje%20/%20Kecombrang
%20%22Terna%22&id=105
Anonim. (2018). Mengenal Indigenous, Sayuran Lokal yang Kaya Manfaat.
http://m.rilis.id/amp/mengenal-indigenous-sayuran-lokal-yang-kaya-manfaat
Cahyaning, A. (2016). Analisis Strategi Pengembangan Wisata Agro Rumah Desa
(Studi Kasus Di Desa Baru Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan Provinsi
Bali) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Ir. Retna Qomariah,M.Si. (2020). BUDIDAYA SAYURAN LOKAL (INDIGENOUS)
SEBAGAI SUMBER PANGAN KELUARGA.
http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=944:administrator&catid=14:alsin&It
emid=43
Jurustani. (2019). Budidaya Kecombrang. https://jurustani.com/budidaya-
kecombrang/
Raihan Rasyid. (2018). Kincung atau Kecombrang (Etlingera elatior) si Bunga
Penambah Nafsu Makan.
https://raihanarasyid.gurusiana.id/article/2018/5/kincung-atau-kecombrang-
etlingera-elatior-si-bunga-penambah-nafsu-makan-45718?ba_status=not-
logged&ba_status=not-logged&bima_access_status=not-logged
Siregar, A. Z., Rahmi, D., & Sitepu, S. F. (2020). KEANEKARAGAMAN
SERANGGA DI PERTANAMAN KECOMBRANG (Etlingera elatior JACK)
PADA ZONA PENYANGGA KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG
LEUSER. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 19(2), 191-200.
Suryadi, dan Kusmana. 2004. Mengenal Sayuran Indijenes. Bandung: Balai
Penelitian
Tanaman Sayuran
Susila, A. D. (2008). Budidaya Tanaman Honje (Etlingera eliator).
Turnip, H. (2019). Kajian Manfaat Tanaman Agroforestri Kecombrang (Etlingera
elatior) Sebagai Obat dan Pangan oleh Masyarakat di Kecamatan Kabanjahe,
Kabupaten Karo.
Wibawa, I. P. A. H. (2019). Perbandingan Efektifitas Ekstrak Legundi (Vitex Trifolia
L.), Sirsak (Annona Muricata L.) Dan Damar (Agathis Borneensis Warb.)
Terhadap Mortalitas Larva Artona Flavipuncta Hama Pada Tanaman
Kecombrang (Etlingera Elatior (Jack) Rm sm.). Agro Bali: Agricultural
Journal, 2(1), 21-27.

12
13

Anda mungkin juga menyukai